Anda di halaman 1dari 12

Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 3 No.

2 Juli 2016, hal 173-184

PELAKSANAAN OTONOMI SEKOLAH DI DALAM UPAYA


PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN YANG EFEKTIF

Anastasia Dewi Anggraeni


Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris
Fakultas Bahasa dan Sastra
Universitas Indraprasta PGRI
angelinanasta@gmail.com

Abstract: School autonomy is a concept that offers policy management for decision-making
to the school in an effort involving the entire school in an effort to provide education that is
effective. This study aims to investigate the implementation of school autonomy in the
implementation of effective education. The method used is descriptive qualitative method.
The results showed that: Schools prepare annual work plans and work plan of four years by
developing the field of curriculum and learning, student affairs, energy, infrastructure, finance,
community and special services; While the school evaluation includes, supervision, evaluation
of learning, school self-evaluation and accreditation of schools; Supporting factors, number
and adequate teacher competence, commitment to the school community, the division of tasks
according to the teacher the ability of teachers, inadequate school facilities and infrastructure.

Keywords: School Autonomy, the Implementation of Effective Education

Abstrak: Otonomi sekolah merupakan suatu konsep pengelolaan yang menawarkan kebijakan
kepada sekolah untuk pengambilan keputusan dalam upaya melibatkan seluruh komponen
sekolah sebagai upaya penyelenggaraan pendidikan yang efektif. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pelaksanaan otonomi sekolah di dalam penyelenggaraan pendidikan yang
efektif. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Subjek penelitian, kepala
sekolah, guru, komite sekolah dan tokoh masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa: Sekolah menyusun rencana dan mengembangkan bidang kurikulum dan pembelajaran,
kesiswaan, ketenagaan, sarana dan prasarana, keuangan, peran serta masyarakat dan pelayanan
khusus; Yang menjadi faktor pendukung, Jumlah dan kompetensi guru memadai, komitmen
warga sekolah, pembagian tugas guru sesuai dengan kemampuan guru, sarana dan prasarana
sekolah memadai. Sedangkan faktor penghambat adalah partisipasi masyarakat belum optimal,
kompetensi guru perlu ditingkatkan, dana serta sarana dan prasarana belum mencukupi, hasil
evaluasi belum ditindaklanjuti secara benar.

Kata Kunci: Otonomi Sekolah, Penyelenggaraan Pendidikan yang Efektif

PENDAHULUAN bersama-sama telah dan terus berupaya


Berbicara mengenai kualitas sumber daya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai
manusia, pendidikan memegang peran penting usaha pembangunan pendidikan yang lebih
dalam proses peningkatan kualitas sumber berkualitas, antara lain melalui pengembangan
daya manusia. Menyadari pentingnya kualitas dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi,
sumber daya manusia, maka pemerintah perbaikan sarana pendidikan, pengembangan

173
Anastasia Dewi Anggraeni, Pelaksanaan Otonomi Sekolah Di Dalam Upaya....

dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan demokratisasi dan desentralisasi


bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. penyelenggaraan pendidikan. Sebab sistem
Usaha-usaha perbaikan maupun dalam pendidikan yang sentralisasi diakui kurang
pengembangan pendidikan diharapkan sesuai bisa mengakomodasi keberagaman daerah,
dengan tuntutan zaman yang mengarah pada keberagaman sekolah, serta keberagaman
tujuan pendidikan yang secara jelas tercantum peserta didik, bahkan cenderung mematikan
dalam UU RI No. 20 tahun 2003 pasal 3 partisipasi masyarakat dalam pengembangan
tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu: pendidikan.
“Pendidikan nasional berfungsi Salah satu pendekatan yang dipilih di
mengembangkan kemampuan dan membentuk era desentralisasi sebagai alternatif
watak, serta peradaban yang bermartabat peningkatan kualitas pendidikan persekolahan
dalam rangka mencerdaskan kehidupan adalah pemberian otonomi yang luas di tingkat
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya sekolah serta partisipasi masyarakat yang
potensi peserta didik agar menjadi manusia tinggi dalam kerangka kebijakan pendidikan
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang nasional. Pendekatan tersebut dikenal dengan
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi negara atau school based management.
yang demokratis serta bertanggung jawab”. Pemerintah juga mengeluarkan peraturan
Tetapi pada kenyataannya upaya pemerintah pemerintah yang melandasi pelaksanaan
tersebut belum cukup berarti dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di satuan
meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satu pendidikan yaitu, Peraturan Pemerintah
indikatornya adalah pelaksanaan kurikulum Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 19 ayat (1)
2013 yang dinilai belum siap dari segi sumber menyatakan bahwa “Pengelolaan satuan
daya manusianya. pendidikan pada jenjang pendidikan dasar
Sejalan dengan era reformasi, lahirlah dan menengah menerapkan Manajemen
UU No. 32 tahun 2004 tentang Otonomi Berbasis Sekolah yang ditunjukkan dengan
Daerah yang berisi tentang kewenangan kemandirian, kemitraan, partisipasi,
pendidikan di sekolah, yaitu: “suatu sistem keterbukaan, dan akuntabilitas”.
pendidikan yang dikelola sekolah dari Pelaksanaan Manajemen Berbasis
paradigm sentralisasi kea rah desentralisasi Sekolah, sampai saat ini masih mengalami
yang ditandai dengan pemberian peluang kendala yang berarti. Hal ini terjadi disebabkan
kepada sekolah supaya dapat lebih leluasa karena belum familiarnya konsep-konsep
mengatur segala sesuatu yang terjadi di manajemen pendidikan berbasis sekolah
sekolah sehingga kewenangan sekolah dapat dijajaran persekolahan. Tidaklah mudah
dilaksanakan dengan baik”. menerapkan inovasi manajemen dalam waktu
Diberlakukannya sistem otonomi daerah yang singkat, namun fenomena yang terlihat
tentang sistem pendidikan nasional menuntut menunjukkan bahwa keinginan untuk
adanya perubahan dan penyesuaian sehingga melakukan perubahan di sektor pengelolaan
dapat mewujudkan proses pendidikan yang manajemen persekolahan telah
lebih demokratis, memerhatikan keberagaman, mempengaruhi sistem penyelenggaraan
memerhatikan kebutuhan daerah dan peserta pengelolaan pendidikan kearah Manajemen
didik, serta mendorong peningkatan partisipasi Berbasis Sekolah dengan meninggalkan
masyarakat. Dalam konteks pelaksanaan pengelolaan manajemen yang konvesional.
otonomi daerah ditegaskan bahwa sistem Konsep Manajemen Berbasis Sekolah
pendidikan nasional yang bersifat sentralistis (MBS) atau School Based Management
selama ini kurang mendorong terjadinya berupaya meningkatkan peran sekolah dan

174
Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 3 No. 2 Juli 2016, hal 173-184

masyarakat sekitar (stakeholder) dalam melalui peningkatan kemandirian,


pengelolaan pendidikan sehingga fleksibilitas, partisipasi, keterbukaan,
penyelenggaraan pendidikan menjadi lebih kerja sama, akuntabilitas,
efektif dan mutu lulusan semakin bisa sustainabilitas, dan inisiatif sekolah
ditingkatkan. di dalam mengelola, memanfaatkan,
dan memberdayakan sumber daya
KAJIAN PUSTAKA yang tersedia.
Hakikat Otonomi Sekolah b. Meningkatkan kepedulian warga
sekolah dan masyarakat dalam
1. Pengertian otonomi sekolah penyelenggaraan pendidikan melalui
Kata otonomi atau autonomy berasal dari pengambilan keputusan bersama.
bahasa Yunani autos yang berarti sendiri, dan c. Meningkatkan tanggungjawab sekolah
nomos yang berarti hokum atau aturan kepada orang tua, masyarakat, dan
(Hasbullah, 2006:7). Otonomi menurut pemerintah untuk meningkatkan mutu
Hasbullah, yaitu: “Kewenangan sekolah untuk sekolah.
mengatur dan mengurus kepentingan warga d. Meningkatkan kompetisi yang sehat
sekolah menurut prakarsa sendiri, berdasarkan antar sekolah dalam meningkatkan
aspirasi warga sekolah sesuai dengan peraturan kualitas pendidikan.
perundang-undangan pendidikan nasional Jadi, otonomi diberikan agar sekolah
yang berlaku” (Hasbullah, 2006:76). dapat leluasa mengelola sumber daya dengan
Otonomi sekolah mutlak diberikan, yaitu mengalokasikannya sesuai dengan prioritas
dengan payung Manajemen Berbasis Sekolah kebutuhan serta agar sekolah lebih tanggap
(MBS). MBS adalah sebuah konsep yang terhadap kebutuhan masyarakat setempat.
memberikan wewenang kepada sekolah
(bersama masyarakat sekitar), untuk 3. Aspek-aspek otonomi sekolah
mengambil keputusan-keputusan konkret Kendati secara formal belum ada “legal
dalam mengelola pendidikan. aspect” otonomi sekolah, biasanya aspek-
Definisi yang lebih luas tentang MBS aspek yang sering digarap dalam rangka
dikemukakan oleh Wohlstetter dan Mohrman, otonomi sekolah ini meliputi (Amin, 2006:12):
yaitu “sebuah pendekatan politis untuk a. Perencanaan dan evaluasi program
mendesain ulang organisasi sekolah dengan sekolah
memberikan kewenangan dan kekuasaan b. Pengelolaan kurikulum
kepada partisipan sekolah pada tingkat lokal c. Pengelolaan ketenagaan
guna memajukan sekolahnya” (Koster, d. P e n g e l o l a a n p e r a l a t a n d a n
2001:26). Dapat disimpulkan otonomi sekolah perlengkapan
adalah kewenangan/kemandirian sekolah e. Pengelolaan keuangan
untuk merencanakan, mengatur, dan f. Pelayanan siswa
mengelola sumber daya sekolah. g. Hubungan sekolah-masyarakat
h. Pengelolaan iklim sekolah
2. Tujuan diterapkannya otonomi
sekolah 4. Prinsip-prinsip otonomi sekolah
Menurut Direktorat SLTP Depdiknas Di dalam pelaksanaan otonomi sekolah
(2002), secara khusus tujuan implementasi terdapat prinsip-prinsip otonomi sekolah,
MBS adalah (Hadiyanto, 2004:70): sebagai berikut Depdiknas, 2001:6):
a. Meningkatkan mutu pendidikan a. Keterbukaan, artinya otonomi sekolah

175
Anastasia Dewi Anggraeni, Pelaksanaan Otonomi Sekolah Di Dalam Upaya....

dilakukan secara terbuka dengan 5. Faktor-faktor yang mendukung


sumber daya manusia di sekolah dan otonomi sekolah
masyarakat. Dalam pelaksanaan otonomi sekolah
b. Kebersamaan, artinya otonomi maka ada beberapa faktor yang mendukung
sekolah dilakukan bersama oleh pelaksanaan tersebut (Slamet, 2004:26), yaitu:
sekolah dan masyarakat. a) Ada dukungan dari pihak-pihak yang
c. Berkelanjutan, artinya otonomi berkepentingan (stakeholders).
sekolah dilakukan secara b) Lembaga pendidikan memiliki
berkelanjutan tanpa dipengaruhi kemampuan pembaharuan.
pergantian pimpinan sekolah. c) Proses pendidikan mampu memberi
d. Menyeluruh, artinya otonomi sekolah nilai tambah bagi masyarakat.
yang disusun hendaknya mencakup d) P e l a y a n a n p e n d i d i k a n d a p a t
semua komponen yang mengembangkan potensi anak secara
mempengaruhi keberhasilan maksimal dengan memperhatikan
pencapaian tujuan. perbedaan individu siswa.
e. Pertanggungjawaban, artinya e) Lingkungan sosial mendukung
pelaksanaan otonomi sekolah dapat pencapaian visinya.
dipertanggungjawabkan ke f) Potensi sumber daya sekolah dan
masyarakat dan pihak-pihak yang masyarakat mendukung tercapainya
berkepentingan. target yang ditetapkan.
f. Demokratis, artinya keputusan yang Selain itu, kewenangan atau kemandirian
diambil dalam otonomi sekolah yang dimiliki sekolah harus didukung oleh
hendaknya dilaksanakan atas dasar sejumlah kemampuan, yaitu kemampuan
musyawarah antar komponen sekolah mengambil keputusan yang terbaik;
dan masyarakat. kemampuan berdemokrasi / menghargai
g. Kemandirian sekolah, artinya sekolah perbedaan pendapat; kemampuan
memiliki prakarsa, inisiatif, dan memobilisasi sumber daya; kemampuan
inovatif dalam kerangka pencapaian berkomunikasi dengan cara efektif;
tujuan pendidikan. kemampuan memecahkan persoalan-persoalan
h. Berorientasi pada mutu, artinya sekolah; kemampuan adaptif dan antisipatif;
berbagai upaya yang dilakukan selalu kemampuan bersinergi dan berkolaborasi; dan
didasarkan pada peningkatan mutu. kemampuan memenuhi kebutuhannya sendiri
i. Pencapaian standar pelayanan minimal (Hasbullah, 2006:76).
secara total, artinya bertahap dan
berkelanjutan. Pelaksanaan Otonomi dan Upaya
j. Pendidikan untuk semua, artinya Penyelenggaraan Pendidikan yang Efektif
semua anak memiliki hak memperoleh
pendidikan yang sama. 1. Pengertian Penyelenggaraan
Di dalam pelaksanaan otonomi Pendidikan yang Efektif
pendidikan sebaiknya memperhatikan prinsip- Penyelenggaraan pendidikan yang efektif
prinsip tersebut agar proses pelaksanaan adalah kegiatan pelaksanaan yang menyangkut
otonomi sekolah di dalam penyelenggaraan komponen-komponen sistem pendidikan
pendidikan dapat berjalan dengan sesuai (bidang kurikulum, tenaga kependidikan,
rencana dan tujuan yang telah ditetapkan. sarana dan prasarana, keuangan, kesiswaan,

176
Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 3 No. 2 Juli 2016, hal 173-184

dan hubungan sekolah dengan masyarakat) kinerjanya yang mencakup guru, siswa, orang
yang dapat berlangsung sesuai dengan rencana tua siswa, dan masyarakat. (Chapman, J,
dan tujuan pendidikan nasional dengan adanya 1990).
peningkatan kualitas. MBS di Indonesia yang menggunakan
Adapun salah satu hal yang mendukung model MPMBS muncul karena beberapa
penyelenggaran pendidikan yang efektif di alasan, antara lain pertama, sekolah lebih
dalam konsep MBS, adalah adanya mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang,
pemberdayaan masyarakat. Manajemen dan ancaman bagi dirinya sehingga sekolah
berbasis sekolah merupakan konsep dapat mengotimalkan pemanfaatan sumber
pemberdayaan sekolah dalam rangka daya yang tersedia untuk memajukan
peningkatan mutu dan kemandirian sekolah. sekolahnya. Kedua, sekolah lebih mengetahui
Dengan MBS diharapkan para kepala sekolah, kebutuhannya. Ketiga, keterlibatan warga
guru, dan personel lain di sekolah serta sekolah dan masyarakat dalam pengambilan
masyarakat setempat dapat melaksanakan keputusan dapat menciptakan transparansi
pendidikan sesuai dengan kebutuhan, dan demokrasi yang sehat (Nurkolis, 2003:21).
perkembangan zaman, karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
lingkungan dan tuntutan global. Peningkatan dapat diartikan sebagai bentuk dari reformasi
partisipasi warga sekolah dan masyarakat pendidikan di era globalisasi, yang
dalam penyelenggaraan sekolah akan mampu menginginkan adanya perubahan dari kondisi
menciptakan keterbukaan, kerja sama, dan yang kurang baik menuju kondisi yang lebih
demokrasi pendidikan. baik dengan memberikan kewenangan kepada
sekolah untuk memberdayakan sumber daya
2. MBS sebagai Strategi Otonomi yang dimiliki. Manajemen berbasis sekolah
Sekolah atau School Based Management dapat
Istilah manajemen berbasis sekolah didefinisikan dan penyerasian sumber daya
merupakan terjemahan dari “school-based yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah
management”. Istilah ini pertama kali muncul dengan melibatkan semua kelompok
di Amerika Serikat ketika masyarakat mulai kepentingan yang terkait dengan sekolah
mempertanyakan relevansi pendidikan dengan secara langsung dalam proses pengembilan
tuntutan dan perkembangan masyarakat keputusan untuk memenuhi kebutuhan mutu
setempat. MBS merupakan paradigma baru sekolah atau untuk mencapai tujuan mutu
pendidikan, yang memberikan otonomi luas sekolah dalam pendidikan nasional.
pada tingkat sekolah (pelibatan masyarakat)
dalam kerangka kebijakan pendidikan 3. Tujuan dan Karakteristik Manajemen
nasional. Berbasis Sekolah
Manajemen berbasis sekolah (MBS) Tujuan utama MBS adalah untuk
sebagai terjemahan dari School Based meningkatkan efisiensi, mutu dan pemerataan
Management, adalah suatu pendekatan politik pendidikan. Peningkatan efisiensi diperoleh
yang bertujuan untuk meningkatkan me- melalui keleluasaan mengelola sumber daya
redisain pengelolaan sekolah bertujuan untuk yang ada, partisipasi masyarakat dan
memberikan kekuasaan dan meningkatkan penyederhanaan birokrasi. Peningkatan mutu
partisipasi sekolah dalam upaya perbaikan diperoleh melalui partisipasi orang tua,

177
Anastasia Dewi Anggraeni, Pelaksanaan Otonomi Sekolah Di Dalam Upaya....

kelenturan pengelolaan sekolah, peningkatan lokasi maju, sedang, dan ketinggalan.


profesionalisme guru, adanya hadiah dan b. Pentahapan Implementasi MBS
hukuman sebagai kontrol, serta hal lain yang Implementasi MBS juga memerlukan
dapat menumbuh kembangkan suasana yang pentahapan yang tepat atau dilakukan dengan
kondusif. cara bertahap. Kompleksivitas permasalahan
Karakteristik MBS dapat diketahui antara pendidikan di Indonesia, yang diidentifikasi
lain dari bagaimana sekolah dapat secara rinci oleh Bank Dunia, akan
mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah, mempengaruhi kecepatan waktu pelaksanaan
proses belajar mengajar, pengelolaan sumber MBS. Dengan mempertimbangkan
daya manusia, dan pengelolaan sumber daya kompleksitas tersebut, MBS diyakini akan
dan admnistrasi. dapat dilaksanakan paling tidak melalui tiga
Sekolah yang ingin sukses dalam tahap, yaitu jangka pendek (tahun pertama
pelaksanaan program MBS, harus memahami sampai dengan tahun ketiga), jangka
karakteristik MBS secara profesional dan menengah (tahun keempat sampai tahun
bersifat komprehensif. Dalam menguraikan keenam), dan jangka panjang (setelah tahun
karakteristik MBS, pendekatan sistem yaitu keenam).
input, proses, dan output digunakan untuk c. Perangkat Implementasi MBS
memandunya. Hal ini didasari bahwa sekolah Implementasi MBS memerlukan
merupakan sebuah sistem, sehingga seperangkat peraturan dan pedoman-pedoman
penguraian karakteristik MBS (yang juga umum yang dapat dipakai sebagai pedoman
karakteristik sekolah efektif) mendasarkan dalam perencanaan, monitoring dan evaluasi,
pada input, proses dan output. Kegiatan serta laporan pelaksanaan. Perangkat
tersebut dimulai dari output dan diakhiri implementasi ini perlu diperkenalkan sejak
dengan input, mengingat output memiliki awal, melalui pelatihan-pelatihan yang
tingkat kepentingan tertinggi, sedangkan diselenggarakan sejak awal pelaksanaan
proses memiliki tingkat kepentingan satu jangka pendek. Rencana sekolah merupakan
tingkat lebih rendah dari output, dan input salah satu perangkat terpenting dalam
memiliki tingkat kepentingan dua tingkat pengelolaan MBS karena dengan membaca
lebih rendah dari output. rencana sekolah, seseorang akan memiliki
gambaran lengkap tentang suatu sekolah.
4. Strategi Implementasi MBS
Agar MBS dapat diimplementasikan 5. Tahapan Implementasi MBS
secara optimal, baik diera krisis maupun pada Tahap-tahap pelaksanaan MBS dapat
pascakrisis dimasa mendatang, perlu adanya diurutkan seperti berikut (Slamet, 2004:30)
pengelompokan sekolah berdasarkan tingkat a) Mensosialisasikan konsep MBS
kemampuan manajemen masing-masing Mensosialisasikan konsep MBS
(Mulyasa, 2004:58). keseluruh warga sekolah, yaitu guru, siswa,
a. Pengelompokan Sekolah wakil-wakil kepala sekolah konselor,
Dalam rangka mengimplementasikan karyawan, dan unsur-unsur terkait lainnya
MBS, perlu dilakukan pengelompokan (orang tua murid, pengawas, wakil kndep,
sekolah berdasarkan kemampuan manajemen, wakil kanwil, dan sebagainya). Melalui
dengan mempertimbangkan kondisi lokasi seminar, diskusi, forum ilmiah, dan media
dan kualitas sekolah. Dalam hal ini sedikitnya masa. Hendaknya dalam sosialisasi ini juga
akan ditemui tiga kategori sekolah, yaitu baik, dibaca dan dipahami sistem, budaya, dan
sedang, dan kurang, yang tersebar di lokasi- sumber daya sekolah yang ada secermat-

178
Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 3 No. 2 Juli 2016, hal 173-184

cermatnya dan direfleksikan kecocokannya menjadi fungsi yang siap. Selama masih ada
dengan sistem, budaya, dan sumber daya yang persoalan, yang sama artinya dengan ada
dibutuhkan untuk penyelenggaraan ketidaksiapan fungsi, maka tujuan situasional
manajemen berbasis sekolah. yang telah ditetapkan tidak akan tercapai.
b) Melakukan analisis sasaran g) Mengimplementasikan rencana sekolah
Melakukan analisis situasi sekolah dan Berdasarkan langkah-langkah pemecahan
luar sekolah yang hasilnya berupa tantangan persoalan tersebut, sekolah bersama-sama
nyata yang harus dihadapi oleh sekolah dalam dengan semua unsur-unsurnya membuat
rangka mengubah manajemen berbasis pusat rencana jangka pendek, menengah, dan
menjadi manajemen berbasis sekolah. panjang, beserta program-programnya untuk
c) Merumuskan sasaran merealisasikan rencana tersebut.
Merumuskan tujuan situasional yang h) Melakukan evaluasi
akan dicapai dari pelaksanaan manajemen Pemantauan terhadap proses dan evaluasi
berbasis sekolah berdasarkan tantangan nyata terhadap hasil manajemen berbasis sekolah
yang dihadapi. Segera setelah tujuan perlu dilakukan. Hasil pantauan proses dapat
situasional ditetapkan, kriteria kesiapan setiap digunakan sebagai umpan balik bagi perbaikan
fungsi dan faktor-faktornya ditetapkan. penyelenggaraan dan hasil evaluasi dapat
Kriteria inilah yang akan digunakan sebagai digunakan untuk mengukur tingkat
standar atau kriteria untuk mengukur tingkat ketercapaian tujuan situasional yang telah
kesiapan setiap fungsi dan faktor-faktornya. dirumuskan.
d) Mengidentifikasi fungsi-fungsi yang c) Merumuskan sasaran baru
diperlukan untuk mencapai sasaran. Untuk Setelah dilakukan evaluasi terhadap hasil
mencapai tujuan situasional yang telah manajemen berbasis sekolah, maka langkah
ditetapkan, maka perlu diidentifikasi fungsi- selanjutnya merumuskan sasaran baru. Hal
fungsi mana yang perlu dilibatkan untuk ini dimaksudkan untuk melanjutkan proses
mencapai tujuan situasional dan yang masih kegiatan manajemen berbasis sekolah di dalam
perlu diteliti tingkat kesiapannya. Fungsi- penyelenggaraan pendidikan.
fungsi yang dimaksud antara lain:
pengembangan kurikulum, pengembangan METODE PENELITIAN
tenaga kependidikan dan non kependidikan, Penelitian ini menggunakan metode
pengembangan siswa, pengembangan iklim penelitian kualitatif dengan pendekatan
akademik sekolah, pengembangan hubungan deskriptif, yakni menggambarkan situasi apa
sekolah-masyarakat, pengembangan fasilitas, adanya tentang suatu gejala, atau keadaan
dan fungsi-fungsi lain. dari hasil temuan di lapangan. Menurut
e) Melakukan analisis SWOT Bogdan dan Taylor (Moleong, 1993:3), dengan
Analisis SWOT (Strength, Weaknes, pendekatan kualitatif berkaitan dengan
Opportunity, and Threat) dilakukan dengan “Prosedur penelitian yang menghasilkan data
maksud mengenali tingkat kesiapan setiap deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
fungsi dari keseluruhan fungsi yang diperlukan dari orang-orang atau perilaku yang dapat
untuk mencapai tujuan situasional yang telah diamati”.
ditetapkan. Teknik pengumpulan data dan informasi
f) Menyusun rencana sekolah dalam penelitian ini dilakukan melalui teknik
Memilih langkah-langkah pemecahan wawancara, observasi dan studi dokumentasi
persoalan, yakni tindakan yang diperlukan terhadap sumber-sumber data yang diperlukan.
untuk mengubah fungsi yang tidak siap Hal ini sesuai dengan pendapat Nasution

179
Anastasia Dewi Anggraeni, Pelaksanaan Otonomi Sekolah Di Dalam Upaya....

(1996:59) mengemukakan bahwa: “Banyak HASIL PENELITIAN DAN


teknik yang dapat digunakan untuk PEMBAHASAN
mengumpulkan data, di antaranya; Dalam pembahasan hasil penelitian ini
wawancara, observasi dan dokumentasi”. (1) akan diupayakan untuk menginterpretasikan
Wawancara adalah alat pengumpul informasi hasil temuan penelitian di lapangan yang telah
dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan diperoleh. Hal ini didasarkan pada suatu
secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. persepsi bahwa tujuan utama penelitian
Menurut Nasution (1996:54) bahwa kualitatif adalah untuk memperoleh
wawancara dalam penelitian kualitatif adalah: pemaknaan atas realita yang terjadi.
“Wawancara yang dilakukan sering bersifat Selanjutnya secara sistematis pembahasan
terbuka dan tak berstruktur, dan tidak hasil penelitian ini akan dipaparkan sebagai
menggunakan tes standar atau instrumen lain berikut:
yang telah diuji validitasnya. Ia mengobservasi
apa adanya dalam kenyataan dan mengajukan Program Kerja Kepala Sekolah dalam
pertanyaan dalam wawancara menurut M e w u j u d k a n B e r b a g a i P ro g r a m
perkembangan wawancara itu secara wajar Pendidikan di SDN Sukamaju Baru II
berdasarkan ucapan dan buah pikiran yang cimanggis
dicetuskan orang yang diwawancarai”. Hasil penulisan membuktikan bahwa
Selanjutnya wawancara dalam penelitian program kerja kepala sekolah dalam
kualitatif dipertegas oleh Moleong (1993:186) mewujudkan berbagai program pendidikan
“wawancara adalah percakapan yang di SDN Sukamaju Baru II Cimanggis akan
dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara terlihat jelas apabila dikaji melalui sudut
yang mengajukan pertanyaan dan pandang dalam merealisasi berbagai kegiatan
terwawancara yang memberikan jawaban atas seperti: (a) kurikulum dan pengajaran, (b)
pertanyaan”. Observasi sebagai pengumpulan tenaga kependidikan, (c) peserta didik
data atau informasi dilakukan secara (manajemen kesiswaan), (d) keuangan dan
sistematis, bukan sebagai sambilan atau pembiayaan, (e) sarana dan prasarana, (f)
kebetulan saja. Dalam observasi akan hubungan sekolah dengan masyarakat, dan
diusahakan mengamati keadaan yang wajar (g) layanan khusus. Tidak semua kepala
dan sebenarnya tanpa usaha yang disengaja sekolah mengerti dan memahami maksud dari
untuk mengatur, mempengaruhi atau kepemimpinan, kualitas serta fungsi-fungsi
memanipulasi objek pengamatan yang sedang yang harus dijalankan oleh pemimpin
diobservasi. (3) Dokumentasi berasal dari khususnya dalam menjalankan MBS.
kata dokumen yang berarti barang-barang Orang yang memegang jabatan kepala
tertulis atau photo. Metode dokumentasi sekolah adalah pemimpin pendidikan.
berarti cara mengumpulkan data dengan Wahyudi (2012:30), bahwa tugas dan
mencatat data yang sudah ada berupa data tanggungjawab kepala sekolah dapat
kegiatan-kegiatan di sekolah, dan dokumen digolongkan kepada dua bidang, yaitu: (a)
photo. Dokumentasi menurut Arikunto tugas kepala sekolah dalam bidang
(2003:132) “teknik dokumentasi yaitu: administrasi, (b) tugas kepala sekolah dalam
mencari data mengenai hal atau variabel yang bidang supervisi.
berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, Adapun tugas kepala sekolah dalam
majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan bidang administrasi antara lain mengelola
sebagainya”. pengajaran, kepegawaian, siswa, gedung dan

180
Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 3 No. 2 Juli 2016, hal 173-184

halaman sekolah, keuangan sekolah, dan pertimbangan, yaitu kualitas (mutu) dan
hubungan sekolah dan masyarakat. Sedangkan relevansi, keadilan, efektivitas dan efisiensi,
tugas dalam bidang supervisi antara lain serta akuntabilitas. MBS bertujuan mencapai
memberikan bimbingan, bantuan, pengawasan mutu dan relevansi pendidikan yang
dan penilaian pada masalahmasalah yang setinggitingginya, dengan tolak ukur penilaian
berhubungan dengan teknis penyelenggaraan pada hasil (output dan outcome) bukan pada
dan pengembangan pendidikan pengajaran metodologi atau prosesnya. Mulyasa (2011:26)
yang berupa perbaikan program dan kegiatan menyebutkan bahwa agar sekolah dapat
pendidikan pengajaran untuk dapat mengambil manfaat yang ditawarkan MBS,
menciptakan situasi belajar mengajar. perlu dikembangkan adanya pusat
Cara kerja kepala sekolah dan cara pengembangan profesi, yang berfungsi sebagai
memandang peranannya dipengaruhi oleh penyedia jasa pelatihan bagi tenaga
kepribadiannya, persiapan dan pengalaman kependidikan untuk MBS.
profesionalnya, serta ketetapan yang dibuat Selain itu, penting untuk dicatat sebaik-
oleh sekolah mengenai peranan kepala sekolah baiknya sekolah dan masyarakat perlu
di bidang pengajaran. Pelayanan pendidikan dilibatkan dalam proses MBS sedini mungkin.
dalam dinas bagi administrator sekolah dapat Mereka tidak perlu hanya menunggu, tetapi
memperjelas harapan-harapan atas peranan melibatkan diri dalam diskusi-diskusi tentang
kepala sekolah. Menurut Purwanto (2006:65), MBS dan berinisiatif untuk menyelenggarakan
bahwa kepala sekolah mempunyai 11 macam tentang aspek-aspek yang terkait.
peranan, yaitu sebagai pelaksana, perencana, Pada dasarnya, mengubah pendekatan
seorang ahli, mengawasi hubungan antara manajemen berbasis pusat menjadi
anggota-anggota, menwakili kelompok, manajemen berbasis sekolah bukanlah
bertindak sebagai pemberi ganjaran, bertindak merupakan urusan yang sangat gampang, akan
sebagai wasit, pemegang tanggungjawab, tetapi merupakan proses yang berlangsung
sebagai seorang pencipta, dan sebagai seorang secara terus menerus dan melibatkan semua
ayah. unsur yang bertanggungjawab dalam
Strategi Penerapan Manajemen Berbasis penyelenggaraan pendidikan persekolahan.
Sekolah di SDN Sukamaju Baru II Kendala Yang Dihadapi Kepala Sekolah
Cimanggis dalam Menerapkan Manajemen Berbasis
Hasil penulisan menunjukkan bahwa Sekolah di SDN Sukamaju Baru II
strategi penerapan manajemen berbasis Cimanggis
sekolah di SDN Sukamaju Baru II cimanggis Hasil penulisan membuktikan bahwa
mencakup aspek-aspek berikut: (a) tahapan kendala yang dihadapi kepala sekolah dalam
sosialisasi, (b) perumusan visi, misi dan tujuan menerapkan manajemen berbasis sekolah di
sekolah, (c) identifikasi tantangan nyata SDN Sukamaju Baru II Cimanggis dapat
sekolah, (d) sasaran/tujuan situasional, (e) diidentifikasi melalui indikator berikut, yaitu:
fungsi-fungsi yang perlu dilibatkan untuk (a) kemandirian sekolah, (b) pengambilan
mencapai sasaran, (f) analisis SWOT, (g) keputusan partisipatif, dan (c) transparansi
alternatif langkah pemecahan masalah, (h) manajemen. Lebih lanjut dapat penulis
penyusunan rencana dan program kerja uraiakan sebagai berikut:
peningkatan mutu, (i) pelaksanaan program Kendala Pelaksanaan MBS Ditinjau dari
dan evaluasi, dan (j) merumuskan sasaran Sisi Kemandirian Sekolah
mutu baru. Sesuai dengan esensi otonomi daerah
Penyelenggaraan MBS setidaknya ada yang muaranya pada otonomi sekolah, dalam
empat aspek penting yang harus dijadikan rangka menunjukkan kemandiriannya sekolah

181
Anastasia Dewi Anggraeni, Pelaksanaan Otonomi Sekolah Di Dalam Upaya....

berusaha mencukupi kebutuhan sediri bersama (2007:230) bahwa manajemen sekolah yang
komite sekolah tanpa menggantungkan batuan baik adalah yang mampu menghasilkan
pemerintah. Dalam rangka mencukupi keputusan sekolah secara bermutu, baik
kebutuhannya, sekolah melakukan kuantitatif maupun kualitatif. tidak ada
penggalangan dana untuk mendapatkan dana manejemen sekolah yang lebih baik, kecuali
sendiri (swadana) sehingga proses pendidikan yang mampu meraih perubahan positif,
di sekolah dapat berlangsung dengan lancar. rasional, dan objektif bagi organisasi
Selanjutnya sekolah berusaha mengelola dana persekolahan.
sendiri (swakelola) secara efektif dan efisien Oleh karena itu, keterampilan kepala
serta adanya skala prioritas dalam madrasa sekolah sebagai manajer dalam
melaksanakan sasaran sekolah yang sudah kegiatan sosialisasi pengambilan keputusan
ditentukan. Dalam melaksanakan berbagai merupakan tuntutan kompetensi yang harus
kegiatan sekolah dalam rangka melaksanakan dimiliki dan tuntutan kualitas manajemen
pendidikan dan peningkatan mutu, sekolah yang mendorong untuk pengembangan
berusaha melaksanakan sendiri (swakarya) program organisasi dan manajemen. Dengan
tanpa minta petunjuk. demikian, Usman (2009:267), mengemukakan
Kendala Pelaksanaan MBS Ditinjau dari bahwa keterampilan yang dibutuhkan manajer
Sisi Pengambilan Keputusan Partisipatif dalam kegiatan pengambilan keputusan
Kepala sekolah sebagai tokoh sentral di adalah: (a) keterampilan kognitif, (b)
sekolah mempunyai peranan sangat penting keterampilan menghimpun dan mengolah
yang akan menentukan suasana di sekolah, data, (c) keterampilan komunikasi, (d)
peraturan yang akan diterapkan yang melalui keterampilan mempengaruhi, dan (e)
proses pengambilan keputusan yang tepat. keterampilan managerial.
Dalam pengambilan keputusan kepala sekolah
Dengan demikian jelaslah bahwa kepala
harus bijak sebelum keputusan tersebut
sekolah mengembangkan keunggulan sekolah
disosialisasikan pada warga sekolah. Hal ini
yang dimulai dari perencanaan sampai
karena apa yang disampaikan kepala sekolah
evaluasi agar sekolah dapat mewujudkan
senantiasa didengar dan selanjutnya akan
keunggulan sekolah sehingga dapat
diterapkan oleh warga sekolah.
beradaptasi dengan perkembangan ilmu
Peran kepala sekolah sangatlah besar
yang nantinya akan berdampak sangat besar pengetahuan, teknologi sesuai dengan
pula terhadap kehidupan di sekolah. Peran kebutuhan pengembangan mutu sumber daya
kepala sekolah antara lain sebagai manusia.
administrator, pendidik, pemimpin dan Adapun keputusan partisipatif ditandai
motivator bawahannya. Dari konteks tersebut, adanya keterlibatan semua warga sekolah
kepala sekolah mempunyai pengaruh yang (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru-
sangat besar dalam kehidupan sekolah, karena guru, staf tata usaha, karyawan, siswa, orang
kepala sekolah dianggap sebagai seorang tua siswa, dan tokoh masyarakat).
pemimpin yang mampu memberikan teladan Pengambilan keputusan partisipatif,
yang baik untuk dijalankan. merupakan salah satu bentuk penciptaan
Secara keseluruhan, gaya kepemimpinan lingkungan yang terbuka dan demokratis.
kepala sekolah dalam kegiatan sosialisasi Terkait dengan hal tersebut, kepala sekolah
pengambilan keputusan sangat berguna dalam telah melakukan berbagai hal sebagai bentuk
memberikan pemikiran mengenai bagaimana partisipasi unsurunsur sekolah yang terkait
menghadapi berbagai gaya dalam dalam pengambilan keputusan untuk suatu
pengambilan keputusan. Menurut Danim kebijakan.

182
Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 3 No. 2 Juli 2016, hal 173-184

Kendala Pelaksanaan MBS Ditinjau dari Kedua, Strategi penerapan manajemen


Sisi Transparansi Manajemen berbasis sekolah di SDN Sukamaju Baru II
Tansparansi kepala sekolah dalam Cimanggis dilakukan melalui: (a) tahapan
pelaksanaan MBS dapat dilihat dari sosialisasi, (b) perumusan visi, misi dan tujuan
keterbukaan dalam merumuskan dan sekolah, (c) melibatkan sejumlah sumber daya
memutuskan suatu kebijakan yang selalu pendidikan untuk ketercapaian prorgam
melibatkan unsur-unsur sekolah. Kegiatan sekolah, (d) melakukan analisis SWOT
yang bersifat transparan tersebut meliputi: (a) terhadap program pendidikan yang sudah
identifikasi tantangan nyata yang dihadapi dilaksanakan, (e) penyusunan rencana dan
sekolah, (b) identifikasi tingkat kesiapan program kerja peningkatan mutu, dan (f)
fungsi dan faktor-faktornya dalam rangka pelaksanaan program dan evaluasi.
pelaksanaan analisis SWOT, (c) penentuan Ketiga, Kendala yang dihadapi kepala
altematif langkah pemecahan masalah, sekolah dalam menerapkan manajemen
penyusunan rencana dan program kerja berbasis sekolah antara lain kemandirian
peningkatan mutu jangka pendek (satu tahun sekolah dan manajemen pengelolaan anggaran
kedepan), (d) pelaksanaan rapat pleno komite belum dilaksanakan secara transparan dan
sekolah pada awal tahun pelajaran baru yang akuntabel.
dihadiri oleh seluruh orang tua peserta didik,
anggota komite, tokoh masyarakat dan pejabat Saran-Saran
pemerintah terkait, dengan agenda utama Adapun saran-saran yang diajukan terkait
pengesahan RAPBS, (e) adanya koordinasi pembahasan yang terkait dengan penelitian
secara berkelanjutan, (f) inventarisasi jenis ini adalah sebagai berikut:
kegiatan dan pelaksana kegiatan, (g) 1. U p a y a u n t u k m e n i n g k a t k a n
penempatan personil yang sesuai dengan jenis pemahaman guru-guru dan karyawan terhadap
dan beban tugas yang diampu, (h) konsep manajemen berbasis sekolah di SDN
membicarakan pengalokasian dana pada setiap Sukamaju Baru II Cimanggis dapat dilakukan
kegiatan bersama pengampu kegiatan dengan dengan peningkatan pemahaman melalui
cara mengajukan proposal kegiatan, (i) pendidikan dan pelatihan, atau guru-guru dan
menyediakan tempat/papan informasi karyawan sekolah dapat melanjutkan
mengenai berbagai hal menyangkut masalah pendidikan ke jenjang strata dua (S-2) untuk
persekolahan, (i) penerimaan kritik dan saran pemahaman yang lebih baik dan sempurna.
dengan lapang dada dari publik terhadap 2. Peningkatan kinerja kepemimpinan
kinerja sekolah demi kemajuan. kepala sekolah dapat dilakukan dengan
meningkatkan peran dan fungsi manajerial
KESIMPULAN DAN SARAN dengan mempelajari sumber kegalalan dari
Kesimpulan program-program sebelumnya sehingga tidak
Dari pembahasan di atas, dapat penulis mengulangi peristiwa yang sama pada tahun-
simpulkan beberapa hal, yaitu: tahun berikutnya. Di samping itu, kepala
Pertama, Program kerja kepala sekolah sekolah dapat melakukan studi perbandingan
dalam mewujudkan aktivitas pendidikan di antar masing-masing sekolah dengan satuan
SDN Sukamaju Baru II Cimanggis sudah pendidikan yang sama menyangkut dengan
difungsikan dengan baik dan benar, hanya gaya kepemimpinan dalam melaksanakan
saja dalam aspek manajemen tenaga manajemen berbasis sekolah.
kependidikan dan manajemen keuangan dan 3. Untuk meningkatkan pelayanan
pembiayaan perannya belum dijalankan secara pendidikan dalam hubungannya dengan
optimal. kinerja kepala sekolah, sebaiknya pihak

183
Anastasia Dewi Anggraeni, Pelaksanaan Otonomi Sekolah Di Dalam Upaya....

pengelola pendidikan dalam lingkungan Dinas Mulyasa. Enco, (2011). Manajemen


Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Depok Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan
perlu melaporkan situasi akhir mengenai Implementasi, Bandung: Remaja Rosdakarya
program pendidikan yang sudah dicapai Offset.
kepada masyarakat melalui perwakilan komite Mulyasa, (2004). Manajemen Berbasis
sekolah, mengingat kegiatan seperti ini sangat Sekolah, Bandung; Remaja Rosdakarya.
jarang sekali dilakukan. Nasution S, (1996). Metode Penelitian
4. Untuk menghindari aspek-aspek yang Naturalistik-Kualitatif, Bandung: Transito.
mempengaruhi pelaksanaan manajemen Nurkolis. (2003) Manajemen Berbasis
berbasis sekolah dari sudut kemandirian Sekolah, Jakarta: Grasindo,.
sekolah di SDN Sukamaju Baru II Cimanggis PH, Slamet, “Manajemen Berbasis
ada baiknya kepala sekolah merekrut tenaga Sekolah.” .
pendidikan yang potensial dan lebih Purwanto, Ngalim. (2006). Administrasi
mengedepankan pada unjuk kerja yang tinggi. dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Remaja
Selanjutnya melakukan berbagai koordinasi Rosdakarya.
dengan pihak luar sekolah sehingga sekolah Undang-undang RI Nomor 20 Tahun
memperoleh bantuan dari luar dan tidak 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
tergantung dengan bantuan pusat saja. 2003, Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi
Sekretariat Jenderal Departemen Pendidikan
Nasional.
DAFTAR PUSTAKA Undang-undang RI Nomor 32 tahun 2004
Tentang Otonomi Daerah, 2004, Jakarta: Eko
A. Amin, Surtam, 12 September 2006. Jaya.
“Anarki Otonomi Sekolah..” . Usman, Husaini. (2009) Manajemen
Arikunto, Suharsimi, (2003). Prosedur Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta:
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara.
Bina Aksara. Wahyudi, (2012) Kepemimpinan Kepala
Danim, Sudarwan, (2007). Visi Baru Sekolah dalam Organisasi Pembelajar
Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi Ke (Learning Organization), Bandung: Alfabeta.
Lembaga Akademik, Jakarta: Bumi Aksara.
Depdiknas. (2001), Manajemen Berbasis
Sekolah untuk Sekolah Dasar, Jakarta:
Depdiknas,.
Hadiyanto, (2004). .Mencari Sosok
Desentralisasi Manajemen Pendidikan di
Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta,
Hasbullah. (2006). Otonomi Pendidikan,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,.
Koster, Wayan, (2001) .”Studi Kapasitas
Sekolah Dalam Rangka Desentralisasi
Pendidikan.” Jurnal Restrukturisasi
Penyelenggaraan Pendidikan, No.26, (,
diakses 19 Februari 2007).
Moleong, Lexy J, (2000). Metode
Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya.

184

Anda mungkin juga menyukai