Anda di halaman 1dari 4

Blora, 1 Desember 2022

Nomor : 1/HB-INDONESIA/XI/2022
Lampiran : -
Perihal : Materi Presentasi

Kepada:
Yth. Kepala Dinas Lingkungan Hidup
(DLH) Kabupaten Blora
di
Blora

Dalam rangka mengatasi permasalahan sampah di Kabupaten Blora, bersama surat ini kami
mengirimkan materi presentasi tentang Pengelolaan Sampah di Kabupaten Blora.

PERSOALAN SAMPAH DI KABUPATEN BLORA:


Alternatif Solusi Pengelolaannya Secara Sistematis-Terintegratif dari Hulu ke Hilir

Bertahun-tahun sampah jadi masalah serius di Blora. Tapi sebenarnya, sampah merupakan
solusi bahkan peluang investasi. Masalahnya, Pemerintah Kabupaten Blora walau ingin
bekerja dan berpikir keras namun belum menemukan jawaban yang tepat, sehingga gerakan
penanganan sampah yang dilakukan seperti jalan di tempat.

Kalau dikelola dengan baik, semua masalah bisa diperkecil, bahkan bisa mendapatkan
keuntungan. Jadi orang bisa hidup dari sampah, bisnis dari sampah, dan menghasilkan energi
dari sampah. Tentu dengan pengelolaan yang benar. Pengelolaan sampah harus dikelola
dengan baik dari hulu hingga hilir. Dengan demikian, sampah tidak hanya menjadi masalah,
tetapi akan menjadi berkah.

Persoalan sampah di Blora dimulai dari rumah, kantor, industri/ perusahaan, rumah sakit/
Puskesmas, pasar, dan lain sebagainya. Pengelolaan sampah harus dimulai dari hulu,
sehingga yang harus dilakukan oleh masyarakat adalah memulai dengan melakukan
pemilahan sampah.

Pemisahan sampah ini akan mengurangi volume sampah di tingkat awal. Jika semua sampah
disatukan, maka akan meningkatkan volume sampah. Sampah dipisahkan menjadi organik
dan anorganik. Sampah organik seperti sayur, daun, dan lainnya yang mudah membusuk.
Kemudian sampah anorganik yang tidak mudah hancur, seperti kertas, plastik, besi, kaca,
seng, dan lain-lain.
Sampah organik itu arahnya untuk dijadikan kompos atau pupuk. Sampah anorganik dibagi
menjadi dua, yang bisa didaur ulang dan yang tidak bisa didaur ulang. Namun untuk dapat
melakukan itu, peran pemerintah dalam sosialisasi dan edukasi juga harus dilaksanakan.
Intinya Pemerintah Kabupaten lewat OPD-OPD yang ada mesti memberikan contoh
bagaimana pegelolaan sampah yang ideal. Mungkin bisa dimulai di OPD teknis DLH.

Fakta di lapangan kami melihat bahwa masih campur aduknya sampah antara organik dan
anorganik di tempat pemilahan sampah berwarna Hijau Kuning Merah yang beberapa waktu
lalu dibagikan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Blora.

Masih rendahnya komitmen dari OPD teknis yang menangani persoalan sampah dan
kebersihan lingkungan menjadi salah satu pokok persoalan yang ada. Pembuangan sampah
puntung rokok sembarangan salah satu contohnya. Mungkin terlihat sepele. Namun semua
permasalahan besar tentang sampah terjadi memang dari hal-hal kecil dan sepele seperti ini.
Sehingga untuk itulah perlu kita lakukan kajian dan evaluasi bersama.

Kali Grojogan mengalir dari hulu berupa areal persawahan di wilayah Blora bagian Utara
hingga pemukiman penduduk ke arah Selatan dengan melewati beberapa desa dan kelurahan.
Temurejo, Karangjati, Tegalgunung, Tempelan, Mlangsen dan Kedungjenar hingga bertemu
dengan aliran Kali Lusi yang berhulu di Pegunungan Kendeng Utara.

Sebetulnya beberapa waktu lalu sudah dilakukan penanganan terhadap permasalahan sampah
di drainase ini dengan membuat jaring penangkap sampah di Grojogan. Namun karena belum
adanya sistem pengelolaan sampah yang terintegrasi akhirnya membuat keberadaannya
seakan-akan malah menjadi akar permasalahan yang ada.

Tenaga kebersihan DLH dan Bidang Sumber Daya Air PUPR tidaklah cukup menangani
persoalan sampah sendiri. Dibutuhkan peran aktif semua pihak. Baik dari pemerintah daerah,
pemerintah desa/ kelurahan sendiri atau dari kelompok masyarakat setempat.

Mungkin beberapa waktu lalu pernah dilakukan pertemuan bersama lintas pemangku wilayah
di desa/ kelurahan sepanjang Kali Grojogan beserta jajaran OPD. Namun tidak adanya
evaluasi paska pertemuan dari hasil kesepakatan musyawarah bersama tersebut menjadikan
persoalan yang ada tidak terurai dengan baik.

Harapan menjadikan Kali Grojogan sebagai ikon Kabupaten Blora yang bersih dan sehat
masih jauh dari harapan. Masih sebatas wacana yang di awang-awang. Wajah kota yang
secara alami cantik kini kembali kotor dan bau. Tak sedap dipandang mata.

Regulasi yang mengatur tentang sampah yaitu Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Blora
Nomor 1 Tahun 2021 yang merupakan perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun
2011 tentang Pengelolaan Sampah Kabupaten Blora sebetulnya sudah ada. Namun karena
hanya sekedar seremonial pemasangan plang papan nama di beberapa titik tanpa dibarengi
dengan upaya untuk pengawasan, pemantauan dan pengendaliannya, koordinasi dengan saja.
Penanganan sampah belum menjadi isu strategis dari pemerintah daerah. Dari sekian banyak
titik reklame milik pemerintah Kabupaten Blora, tak satupun banner baliho yang
menyuarakan hal itu. Padahal itu bisa dilakukan oleh Dinkominfo dan DPMPTSP Blora.
Ruang publikasi di pusat kota lebih banyak bertuliskan ucapan momentum peringatan hari
libur dan kegiatan nasional daripada membangkitkan kesadaran bersama untuk menjaga
daerah dari bahaya tak terkelolanya sampah dengan benar.

Begitupun yang terjadi di desa/ kelurahan. Rutinitas harian tanpa adanya inovasi menjadikan
tidak banyak perubahan signifikan untuk penyelesaian permasalahan sampah tingkat lokal.
Padahal sebelum masyarakat sadar sepenuhnya, penting sekali upaya mendorongnya dengan
memberikan panduan berupa regulasi sebagai pijakan. Namun tak satupun dari 295 desa/
kelurahan di Kabupaten Blora yang sudah membuat Peraturan Desa tentang Larangan
Pembuangan Sampah Sembarangan dan Pengelolaannya.

Kalau di Badung Bali melalui Hukum Adat, mungkin lewat Perdes ini menjadi sebuah
inovasi berdasarkan kelokalan daerah di Kabupaten Blora.

Dari situ pada akhirnya mendorong keaktifan peran tiap rumah tangga dalan mengelola
sampahnya masing-masing. Bila ada keterlibatan TP-PKK secara massif akan sangat banyak
membantu proses program Blora Bebas Sampah, Menuju Blora Bersih dan Sehat.

Pemilahan sampah organik dan sampah anorganik yang bisa didaur ulang dapat dijual di
Bank Sampah. Dengan peralatan yang sudah memadai sepertinya sangat memprihatinkan bila
tidak difungsikan secara produktif. Sampah organik bisa diolah menjadi pupuk kompos dan
pupuk cair, yang kemudian dengan managemen yang baik dapat dijual kembali. Karena perlu
diketahui pupuk kompos yang beredar praktis dari luar daerah, seperti Jawa Timur dan lain
sebagainya.

Kerjasama dengan dengan Dinas Pertanian dan Peternakan untuk proses pembuatan pupuk
sehingga kandungan unsurnya menjadi sempurna.

Dinas Pendidikan dan OPD lain tak kalah juga perannya. Menjadikan tema melawan dan
keroyok sampah sesuai dengan bidangnya dari semua penjuru dan celah memang penting
dilakukan. Siswa siswi di sekolah dari semua jenjang, santriwan santriwati di pondok
pesantren semua wilayah Kabupaten Blora perlu terlibat aktif di gerakan penanganan sampah
ini.

Walau Bapak Bupati sudah memberikan contoh dengan melakukan komunikasi aktif di
media sosial, namun dengan minimnya progress yang dikabarkan tentang pengelolaan
sampah lewat akun media sosial setiap jajaran DLH Blora menjadikan banyak pertanyaan.
Mungkin secara kelompok seperti Tim Saber Sampah dan DLH sudah, tapi masih terlalu
umum. Terasa tiap pegawai masih belum menikmati pikiran, ucapan, tindakan dan pekerjaan
yang dijalani.
Dalam persoalan manajemen pengangkutan sampah saat ini harus dievaluasi, terlebih dengan
menumpuknya sampah sekarang ini. Pemerintah menggunakan manajeman swakelola. Desa/
kelurahan dan dinas-dinas di bawah pemerintah kabupaten turut andil dalam pengelolaan
sampah dan memiliki armada pengangkut sampah tiap rumah masing-masing dengan sistem
pengawasan langsung.

Pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Temurejo Blora dan Nglebok
Cepu yang masih menggunakan cara primitif yaitu open dumping (sistem terbuka) juga perlu
inovasi. Sampah dibuang begitu saja dalam sebuah tempat pembuangan akhir tanpa ada
perlakuan apapun akan mempercepat umur TPA.

Sebetulnya dengan pengelolaan yang baik, dari sampah bisa jadi berkah, dari sampah bisa
jadi pupuk yang bisa dijual. Baik langsung maupun online. Ini juga sebagai penanggulangan
kelangkaan dan mahalnya pupuk sekarang.

Sudah terbukti, selain penghancuran karst pegunungan Kendeng Utara dan penggundulan
hutan, sampah menjadi salah satu penyebab bencana banjir. Di Cepu di Blora. Ini patut
menjadi perhatian kita bersama untuk melakukan berbagai tindakan dan upaya penyelamatan
sebelum datangnya musibahyang lebih besar..

Terlepas itu semua, tergantung dari keseriusan pemerintah. Barometer good gonernance
adalah pengelolaan sampah yang baik. Pemerintah mungkin tidak perlu bergerak sendiri, tapi
gunakan sistem untuk menggerakkan masyarakat dan stakeholder yang ada. Edukasi,
sosialisasi dan memberikan contoh nyata. Dengan dilakukan secara sistematis, terintegrasi
dan istiqomah tentunya persoalan sampah akan terselesaikan dengan cepat dan tepat.

Demikian materi presentasi ini kami sampaikan. Mohon maaf sebelumnya kami
mengirimkannya lewat surat. Sebetulnya masih banyak lagi ide atau gagasan, tapi karena
keterbatasan waktu mungkin ini dulu masukan yang bisa kami berikan. Semoga bermanfaat
untuk menciptakan Kabupaten Blora yang bersih dan sehat. Atas perhatiannya kami ucapkan
terimakasih. Semoga sama diberikan kebaikan, kesehatan, dan dijauhkan dari adzabNya.

Sesarengan mBangun Blora Berkelanjutan!

Lembaga Konservasi Hijau Blora Indonesia

EKO ARIFIANTO
Ketua

Anda mungkin juga menyukai