Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL PENELITIAN KoPSI

Analisis dan Implementasi Budaya Manggurebe Kalesang

dalam Pemecahan Masalah Sampah pada Masyarakat

Kota Ambon

AXEL THEO WINATA URSIA (KETUA)

JOY SHARON KOTALEWALA (ANGGOTA)

Ilmu Sosial dan Humaniora

SMA Negeri 1 Ambon

Kota Ambon,, Maluku

Tahun 2021
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Alam merupakan tempat hidup dari para mahluk hidup yang ada di muka bumi karena tanpa alam
maka tidak akan kehidupan di muka bumi oleh karena itu, sebagai mahluk hidup kita haruslah
melestarikan alam kita dari segala dampak yang buruk dan merusak alam ini. Berdasarkan pengertian
dari alam maka, terdapat berbagai faktor yang bisa menyebabkan kerusakannya misalnya sampah,
sampah sendiri merupakan salah satu problematika yang terjadi di jaman saat ini dikarenakan sampah
memiliki dampak yang buruk terhadap lingkungan. Kini masalah sampah sedang dihadapi oleh
pemerintah dan masyarakat kota Ambon dikarenakan peningkatan jumlah sampah seiring dengan
meningkat jumlah penduduk setiap tahunnya1. Selain itu faktor lain yang menyebabkan peningkatan
sampah di sejumlah daerah seperti berkembangnya teknologi yang membuat masyarakat menjadi
malas misalnya sudah ada mobil pembersih jalan dll, pengalokasian Tempat Pembuangan Sementara
yang belum merata di seluruh desa, kurangnya pemahaman masyarakat akan dampak dari
pembuangan sampah sembarangan, pola pikir dan stigma masyakarat bahwa yang harus
membersihkan sampah hanyalah petugas kebersihan bukan masyarakat (Guerro dkk., 2013:227)2.

Sejak tahun 2012 sampai 2018 kota Ambon pernah dinobatkan sebagai salah satu kota terbersih di
Indonesia dan bahkan mendapatkan piagam Adhipura serta, sertifikat Adipura mengenai pengelolaan
Tempat Pembuangan Akhir yang baik dan rapih secara berturut-turut3. Berdasarkan perolehan yang
kota Ambon peroleh maka, dapat disimpulkan bahwa upaya pemerintah dan masyarakat di kota
Ambon sejak tahun 2012-2018 sangatlah baik dalam menjaga lingkungan akan tetapi; bagaimana
dengan tahun 2019-2021? Apakah hal tersebut masih sama seperti dulu? Terutama dengan
pertumbuhan jumlah masyakarat di kota Ambon yang dari tahun ke tahun semakin mengalami inflasi
yang signifikan,

1
Restu Auliani, Jurnal Abdidas Vol. 1 no. 5 tahun 2020. P-ISSN-9224 e-ISSN 2721-9216. Peran
Bank Sampah Induk dalam Pengelolaan Sampah Kota Medan
DOI : https://doi.org/10.31004/abdidas.v1i5.
2
Guerrero, L. A., Maas, G., & Hogland, W. (2013). Solid waste management challenges for cities in
developing countries. Waste Management, 33, 220–232
3
Maluku Terkini, 2019. Ambon Kembali Raih Adipura.
https://www.malukuterkini.com/2019/01/13/ambon-kembali-raih-adipura/ [07 Juni 2021]
1.1 Gambar Tempat Pembuangan Sampah Sementara Masyarakat Negeri Batumerah.

Terdapat sebuah budaya masyarakat kota Ambon yang sudah turun-menurun sejak kakek dan nenek
moyang dahulu yakni budaya Kalesang yang merupakan budaya merawat, menjaga, melestarikan
lingkungan yang ada di sekitar kita baik di RT/RW bahkan di seluruh kelurahan. Budaya ini sudah
sangatlah kental bagi masyarakat kota Ambon dulu akan tetapi budaya ini secara perlahan mulai
luntur dan sirna pada generasi saat ini dan kurang dikenal lagi padahal, budaya ini merupakan ciri
khas dari orang Ambon dalam isu lingkungan, perlu adanya metode atau cara untuk menghidupkan
kembali budaya ini dalam pikiran anak-anak muda jaman sekarang dan kedepannya agar mereka tidak
menjadi malas dikarenakan teknologi semakin berkembang sehingga Ambon dapat menjadi kota yang
bersih dan ramah lingkungan. Budaya kalesang merupakan metode terbaik dalam merubah stigma dan
pola pikir masyarakat Ambon terutama masyarakat yang berada di kawasan Negeri Batumerah yang
memiliki jumlah penduduk terbanyak di kota Ambon sejumlah 72.241 jiwa dari 386.511 jiwa di Kota
Ambon4 dan bisa dikatakan kalau daerah yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di sebuah daerah
maka memiliki permasalahan sampah yang tinggi terutama masyarakat yang acuh tak acuh mengenai
isu sampah di daerah tempat tinggal mereka. Tak sampai disitu saja tetapi tiap harinya masyarakat
kota Ambon menghasilkan sampah sejumlah 160-165 ton/hari5, hal ini masih tak memuaskan
dikarenakan dengan jumlah sampah sebanyak ini mungkin 10-20 tahun kedepan Ambon
mengalami permasalahan sampah yang tinggi jika tidak sesegera mungkin dilakukan pencegahan dan
akan membawa dampak buruk bagi generasi selanjutnya. Solusi terbaik dalam menyelesaikan
masalah ini yakni dengan Gerakan Budaya Manggurebe Kalesang Ambon Ramah Lingkungan di
setiap lingkungan baik RT/RW, Kelurahan atau desa ataupun negeri dan seterusnya agar
permasalahan sampah di kota Ambon dapat segera tertangani.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana pemahaman masyarakat mengenai permasalahan sampah di Kota Ambon?

2. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap lunturnya budaya kalesang di generasi saat ini?

3. Bagaimana penerapan gerakan kampanye didalam mengurangi angka penyebaran sampah pada
masyarakat Kota Ambon?

4
BPS Kota Ambon. 2017. Jumlah Penduduk Kota Ambon per Desa Menurut Jenis Kelamin.
https://ambonkota.bps.go.id/statictable/2017/06/07/11/jumlah-penduduk-kota-ambon-per-desa-
menurut-jenis-kelamin-2015.html [07 Juni 2021]
5
Merdeka.com. 2021. Selama Pandemi, Sampah di Ambon turun 10 ton per Hari.
https://www.merdeka.com/peristiwa/selama-pandemi-sampah-di-ambon-turun-10-ton-per-hari.htm
[07 Juni 2021]
1.3 TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui pemahaman masyarakat mengenai permasalahan sampah di kota Ambon

2. Untuk Mengetahui pandangan masyarakat tentang lunturnya budaya Kalesang di generasi saat ini

3. Untuk memahami cara penerapan Gerakan Budaya Manggurebe Kalesang Ambon Ramah
Lingkungan di masyarakat kota Ambon

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat teoritis, adanya penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan pengembangan
sistem kebersihan lingkungan di kalangan masyarakat terutama anak muda melalui penerapan
Gerakan Budaya Manggurebe Kalesang Ambon Ramah Lingkungan.

2. Manfaat praktis, membantu pemerintah dalam hal ini pihak Dinas Lingkungan Hidup dan
Persampahan kota Ambon sebagai upaya edukasi awal/sosialisasi bagi masyarakat khususnya anak
muda tentang permasalahan sampah dan kebersihan ligkungan melalui Gerakan Budaya Manggurebe
Kalesang Ambon Ramah Lingkungan.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Permasalahan Sampah dan Budaya Kalesang

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sampah diartikan sebagai barang atau benda yang dibuang
karena tidak terpakai lagi dan sebagainya6. Kata sampah biasanya dikaitkan dengan sebuah
permasalahan lingkungan dikarenakan setiap kali mendengar kata sampah pasti selalu terbenak dalam
pikiran bahwa pasti ada dampak buruk maupun baik dari kata ini. Bahkan menurut World Health
Organization atau yang kerap dikenal dengan WHO mengatakan bahwa sampah adalah suatu benda
yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang dan berasal dari
kegiatan manusia dan tidak terjadi secara sendiri oleh karena itu, permasalahan sampah haruslah
ditangani secepat mungkin agar dapat terselesaikan.

Berdasarkan Undang-undang no. 18 ayat 11 tahun 2010 tentang pengelolaan sampah disampaikan
bahwa “Sistem tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam rangka
pengendalian yang meliputi pencegahan dan penanggulangan kecelakaan akibat pengelolaan sampah
yang tidak benar” menjelaskan bahwa pemerintah perlu untuk melakukan sebuah kegiatan dalam

6
KBBI. Sampah.
https://kbbi.web.id/sampah [07 Juni 2021]
mengatur dan mengendalikan pengelolaan sampah yang tidak benar dan sesuai prosedur misalnya,
membuang sampah pada tong sampah/Tempat Pembuangan Sementara, mensosialisasikan kepada
masyarakat terkait permasalahan sampah dan dampaknya, cara mencegah terjadinya banjir yang
dikarenakan penumpukkan sampah di kali/sungai dan masih banyak lagi (Undang-undang no. 18
tahun 2010 tentang pengelolaan sampah)7. Tak sampai situ saja tetapi juga diperlukan regulasi atau
sistem dalam menangani kasus ini baik dalam peraturan daerah yang sudah ditetapkan di kota Ambon
yakni, PERDA Kota Ambon No. 11 tahun 2015 mengenai Pengelolaan Sampah pada ayat 9 dikatakan
bahwa “Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan
yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah” serta, pada ayat (52) a dijelaskan “Pengelolaan
sampah bertujuan untuk mewujudkan kota Ambon Daerah yang bersih dari sampah guna menunjang
kelestarian lingkungan hidup” (Peraturan Daerah Kota Ambon No. 11 Tahun 2015 tentang
Pengelolaan Sampah)8. Dalam menanggapi apa yang telah ditetapkan dalam peraturan tersebut maka
bukan hanya pemerintah saja yang bekerja dalam menangani kasus ini tetapi juga masyarakat perlu
bergandeng tangan agar menciptakan suatu keharmonisan dalam upaya penangangan sampah di kota
Ambon serta, dapat meringani tugas dan tanggung jawab dari petugas kebersihan yang ada terutama
kita sebagai mahluk hidup dan sosial saling membutuhkan satu sama lain.

Budaya Kalesang merupakan budaya merawat, menjaga, melestarikan lingkungan yang ada di sekitar
kita baik di RT/RW bahkan di seluruh kelurahan, budaya ini sudah sangatlah kental bagi masyarakat
kota Ambon dulu akan tetapi budaya ini sudah mulai luntur dan sirna pada generasi saat ini dan
kurang dikenal lagi padahal, budaya ini merupakan ciri khas dari orang Ambon dalam isu lingkungan.
Tradisi ini sudah turun-temurun dari kakek-nenek moyang sebelumnya sampai sekarang akan tetapi,
hal tersebut sudah mulai luntur pada generasi saat ini serta tumbuhnya sifat malas anak-anak pada saat
ini, hal tersebut menjadi sebuah permasalahan yang bisa terus meningkat jika tidak di tangani karena
budaya ini merupakan tradisi penting bagi masyarakat kota Ambon agar Ambon dapat menjadi salah
satu kota terbersih di Indonesia dan ramah lingkungan. Sebagai bentuk upaya menekan angka
penyebaran sampah maka berbagai cara dilakukan diantaranya mengonsepkan budaya Kalesang
dalam benak anak-anak muda dan mensosialisasikannya di kalangan masyarakat sehingga bisa
tercipta suatu pemecahan masalah terhadap sampah.

2.2 Gerakan Budaya Manggurebe Kalesang Ambon Ramah Lingkungan

Gerakan Budaya Manggurebe Kalesang Ambon Ramah Lingkungan, merupakan sebuah metode yang
memadukan antara budaya Kalesang dan permasalahan sampah di Ambon dengan cara inilah dapat
mengurangi angka penyebaran sampah di kota Ambon. Budaya menurut kamus besar bahasa
Indonesia, budaya diartikan pikira, akal budi, ada istiadat ataupun sesuatu mengenai kebudayaan yang

7
(Undang-undang no. 18 tahun 2010 tentang pengelolaan sampah)
8
(Peraturan Daerah Kota Ambon No. 11 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Sampah)
sudah berkembang9. Kata Manggurebe berasal dari bahasa Ambon yang berarti bersama-sama dan
agresif dalam menindaklanjuti suatu problematikan juga dalam proses penyelesaiannya haruslah
diselesaikan secara bersama-sama agar lebih baik. Seseorang bisa dikatakan memahami suatu budaya
jika hal tersebut sudah ditanamkan dalam pikiran anak-anak semenjak kecil dan tetap
mempratekkannya dalam kehidupan sehari-hari agar tidak saja menjadi wacana tetapi bukti bahwa
budaya tersebut masih ada. Jika seseorang mengalami perubahan dalam dirinya maka bisa dikatakan
orang tersebut telah belajar dari suatu budaya dan hal tersebut sudah tertanam dalam benak. Hal ini
berkaitan dengan tingginya angka penyebaran sampah karena pengetahuan masyarakat dan anak muda
akan bahaya membuang sampah sembarangan sangat kurang oleh karena itu perlu pemahaman agar
tidak membuang sampah di kali atau sungai, di pinggir jalan dan masih banyak lagi.

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Selasa, 1 Juni 2021 di daerah Stain Kahena, kelurahan Batu Merah.,
Negeri Batu Merah. Lokasi ditentukan berdasarkan observasi yang telah dilakukan pada sejumlah
daerah penumpukan sampah pada Sabtu, 29 Mei 2021.

3.2 Sumber Data, Alat, dan Bahan

Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh10. Berkaitan dengan
definisi tersebut, peneliti mengelompokkan sumber data penelitian yang terdiri dari :

1) Sumber Data Primer

Yaitu data yang didapat langsung dari sumber utama tentang data-data penelitian11. Data primer yang
paling signifikan adalah hasil wawancara dengan warga yang tinggal di Stain Kahena dan responden
g-form yang merupakan siswa-siswi SMA Negeri 1 Ambon.

2) Sumber Data Sekunder

Menurut Winarno Surachmad, sumber data sekunder didefinisikan sebagai data yang diperoleh dari
bukan sumber utama, melainkan sudah dikumpulkan pihak-pihak lain dan sudah diolah. Data
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil observasi terhadap kondisi lingkungan
didaerah Stain Kahena, kel. Batumerah, kec. Sirimau, kota Ambon, Maluku.

9
KBBI. Budaya.
https://kbbi.web.id/budaya [07 Juni 2021]
10
Gunadarma. 2020. Sumber Data. http://toswari.staff.gunadarma.ac.id [07 Juni 2021]
11
Fatoni, Abdurrahman. 2011. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyususna Skripsi. 157. Rineka
Cipta, Jakarta.
Alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah handphone sebagai instrumen perekaman dan
alat tulis menulis sebagai media pemyimpanan hasil wawancara.

3.1 Gambar wawancara dengan kak Ima (penduduk setempat)

3.2 Gambar google formulir responden

3.3 Metode Pemerolehan Data

Metode pemerelohan data merupakan cara ilmiah yang dilakukan seorang peneliti untuk mendapatkan
data terpercaya dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
metode pendekatan kuantitatif-kualitatif. Metode yang diterapkan peneliti sebagai berikut:

3.3.1 Metode Pendekatan Kuantitatif :

a. Metode Observasi

Metode observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan
disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran12. Adapun observasi yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi non partisipan, artinya peneliti tidak menggunakan
orang-orang sebagai objek penelitian. Namun, peneliti melakukan pengamatan pada kondisi
lingkungan. Dalam penelitian ini, peneliti mengunjungi sejumlah lokasi yang merupakan titik
penumpukan sampah terbanyak di Kota Ambon. Peneliti mengamati, dan mencatat hasil observasi.
Setelah itu, peneliti menentukan lokasi yang akan ditetapkan untuk menjadi lokasi penelitian.

b. Metode Wawancara

Metode wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang
berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang mewawancarai dan jawaban

12
Fatoni, Abdurrahman. 2011. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyususna Skripsi. 104. Rineka
Cipta, Jakarta.
diberikan oleh yang diwawancara13. Pada penelitian ini, wawancara dilakukan dalam bentuk tanya-
jawab dalam hubungan tatap muka. Metode ini dilakukan dengan menggunakan manusia yaitu warga
yang tinggal lokasi penelitian sebagai objek penelitian. Peneliti melakukan wawancara terhadap
beberapa warga di lokasi penelitian dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang telah disiapkan
dan mencatat hasil wawancara, serta menyimpan bukti perekaman wawancara.

3.3.2 Metode Pendekatan Kualitatif

a. Metode Angket

Metode angket adalah teknik pengumpulan data melalui formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau
tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti (Mardalis. 2008). Penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan manusia yaitu siswa-siswi SMA Negeri 1 Ambon sebagai objek penelitian.
Adapun bentuk metode angket yang digunakan peneliti yaitu dengan menggunakan media g-form.

3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan
menggunakan cara-cara atau rumus-rumus tertentu (Hasan 2006). Pengolahan data bertujuan
mengubah data mentah dari hasil pengukuran menjadi data yang lebih halus sehingga memberikan
arah untuk pengkajian lebih lanjut (Sudjana. 2001).

Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengolahan data kualitatif. Saat
semua data penelitian telah terkumpul, baik dalam bentuk catatan maupun rekaman wawancara,
peneliti akan melakukan penganalisis data sebagai berikut. Pertama, peneliti mengklasifikasikan
setiap data penelitian sesuai dengan topik. Setelah itu, peneliti membandingkan antara data hasil
observasi lapangan hasil wawancara dengan narasumber, dan hasil responden google form.
Kemudian, menganalisis data berdasarkan masalah penelitian yang telah ditetapkan dan
mendeskripsikan hasil penelitian yang telah mengalami pengolahan sehingga menghasilkan sebuah
kesimpulan

Menurut Miles dan Huberman, tahapan analisis data terbagi menjadi 3 yaitu reduksi data, display atau
penyajian data, serta pengambilan kesimpulan serta verifikasi data. Adapun penjabaran pengolahan
data penelitian berdasarkan 3 prosedur diatas sebagai berikut:

a. Reduksi data

13
Fatoni, Abdurrahman. 2011. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyususna Skripsi. 105. Rineka
Cipta, Jakarta.
Proses reduksi data dilakukan dengan mengumpulkan data berupa hasil wawancara, angket, dan
observasi dalam bentuk rekaman, catatan, g-form, dan foto. Peneliti kemudian mengamati dan
mendengar setiap kata yang berhubungan dengan aspek penelitian yang sedang dikaji.

b. Display atau penyajian data

Data yang telah diperoleh dari proses reduksi data kemudian di sajikan dalam bentuk deskripsi.
Setelah itu, data-data tersebut dikelompokkan dalam bentuk tabel dan grafik, sehingga terbentuk
kelompok-kelompok data yang dapat menghasilkan kesimpulan.

c. Pengambilan Kesimpulan dan Verifikasi Data

Pada langkah ini, peneliti membaca dan memahami kembali setiap data-data hasil penelitian yang
telah disajikan. Peneliti juga dapat membandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya yang berjenis
sama. Setelah itu, peneliti dapat mengambil kesimpulan yang dapat menjawab rumusan masalah yang
telah dirumuskan.

Berikut data-data yang disajikan dalam bentuk diagram

20
Ya
0
Tidak
14-16 tahun 17-18 tahun 19 tahun ke
atas

3.3 Diagram data pengetahuan masyarakat bahwa Kota Ambon pernah menjadi salah satu kota terbersih di
Indonesia

20
Ya
10
Tidak
0
14-16 tahun 17-18 tahun 19 tahun ke atas

3.4 Diagram data pengetahuan masyarakat terhadap adanya budaya kalesang

50
Ya
0 Tidak
14-16 tahun 17-18 tahun 19 tahun ke
atas

3.5 Diagram data respon masyarakat yang ingin menjadi pelopor dalam kebersihan lingkungan dan sosialisasi
informasi budaya kalesang di masyarakat
REFERENSI

4.1 Pustaka Jurnal

Guerrero, L. A., Maas, G., & Hogland, W. (2013). Solid waste management challenges for cities in
developing countries. Waste Management, 33, 220–232

Restu Auliani, Jurnal Abdidas Vol. 1 no. 5 tahun 2020. P-ISSN-9224 e-ISSN 2721-9216. Peran Bank
Sampah Induk dalam Pengelolaan Sampah Kota Medan
DOI : https://doi.org/10.31004/abdidas.v1i5.

4.2 Pustaka Buku

(Peraturan Daerah Kota Ambon No. 11 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Sampah)

(Undang-undang no. 18 tahun 2010 tentang pengelolaan sampah)


(Peraturan Daerah Kota Ambon No. 11 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Sampah)

Fatoni, Abdurrahman. 2011. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyususna Skripsi. 104-157. Rineka
Cipta, Jakarta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. 8. Alfabeta, Bandung.

4.3 Pustaka dari Internet

Paulipu, pengertian alam.


https://paulipu.com/alam-adalah/ [07 Juni 2021]

Maluku Terkini, 2019. Ambon Kembali Raih Adipura.


https://www.malukuterkini.com/2019/01/13/ambon-kembali-raih-adipura/ [07 Juni 2021]

BPS Kota Ambon. 2017. Jumlah Penduduk Kota Ambon per Desa Menurut Jenis Kelamin.
https://ambonkota.bps.go.id/statictable/2017/06/07/11/jumlah-penduduk-kota-ambon-per-desa-
menurut-jenis-kelamin-2015.html [07 Juni 2021]
Merdeka.com. 2021. Selama Pandemi, Sampah di Ambon turun 10 ton per Hari.
https://www.merdeka.com/peristiwa/selama-pandemi-sampah-di-ambon-turun-10-ton-per-hari.htm
[07 Juni 2021]

KBBI. Sampah. https://kbbi.web.id/sampah [07 Juni 2021]


KBBI. Budaya. https://kbbi.web.id/budaya [07 Juni 2021]
Gunadarma. 2020. Sumber Data. http://toswari.staff.gunadarma.ac.id [07 Juni 2021]
Syafnidawaty. 2020. Perbedaan penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif.
https://raharja.ac.id/2020/10/30/perbedaan-penelitian-kualitatif-dan-penelitian-kuantitatif/ [07 Juni
2021]
DAFTAR LAMPIRAN

1.1 Gambar Tempat Pembuangan Sampah Sementara Masyarakat Negeri Batumerah

3.1 Gambar wawancara dengan kak Ima (penduduk setempat)

3.2 Gambar google formulir responden

20

15

Ya
10
Tidak

0
14-16 tahun 17-18 tahun 19 tahun ke atas

3.3 Diagram data pengetahuan masyarakat bahwa Kota Ambon pernah menjadi salah satu kota
terbersih di Indonesia
20

15

Ya
10
Tidak

0
14-16 tahun 17-18 tahun 19 tahun ke atas

3.4 Diagram data pengetahuan masyarakat terhadap adanya budaya kalesang

30

25

20

15 Ya
Tidak
10

0
14-16 tahun 17-18 tahun 19 tahun ke
atas

3.5 Diagram data respon masyarakat yang ingin menjadi pelopor dalam kebersihan lingkungan dan
sosialisasi informasi budaya kalesang di masyarakat

Anda mungkin juga menyukai