Anda di halaman 1dari 13

BAB 1.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sampah selalu menjadi bagian dari problema yang dihadapi oleh masyarakat
modern saat ini bukan hanya di Indonesia tetapi juga di berbagai belahan dunia
lainnya. Pertambahan jumlah penduduk dunia dan aktivitas manusia menghasilkan
sampah yang mendorong peningkatan laju residu sampah. Jumlah total timbulan
sampah di Indonesia berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK) pada tahun 2023 mencapai 17,441 juta ton dengan jumlah
penduduk mencapai 267 juta jiwa yang berarti terdapat 185.753 ton produksi sampah
yang dihasilkan atau setara 0,65 kg sampah setiap orang yang dihasilkan perharinya.
Kebanyakan sampah yang dihasilkan di Indonesia berdasarkan data Sistem
Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) pada tahun 2023 bersumber dari
limbah rumah tangga (44,69%), Pasar tradisional (26,45%), kawasan (10,61%), pusat
perniagaan (6,63%), perkantoran (5,76%), fasilitas publik (4,2%) dan lainnya
(1,66%). Jumlah sampah yang terbesar berupa sisa makanan, kayu, ranting, daun,
plastik, kertas, karet, logam, kaca, B3, dan kain. Pengelolaan Sampah Padat -
Rakhmad Armus, Muhammad Ihsan Mukrim, Ritnawati Makbul, Erniati Bachtiar,
Julhim S Tangio, Efbertias Sitorus, Mahyati Mahyati, Selfina Gala, C Selry Tanri,
Fitria Fatma, Muhammad Chaerul, Mila Sari, Erni Mohamad, Ismail Marzuki -
Google Buku 16101401.
Provinsi Gorontalo sebagai salah satu daerah provinsi di Indonesia pada tahun
2020 menghasilkan timbulan sampah mencapai 51.684 Ton dengan jumlah penduduk
mencapai 1.192.737 Jiwa, sementara Kabupaten Gorontalo sebagai salah satu
kabupaten terbesar di Provinsi Gorontalo dengan jumlah penduduk Kabupaten
Gorontalo pada tahun 2022 mencapai 398.801 Jiwa menghasilkan jumlah timbulan
sampah mencapai 53.506,23 Ton dengan timbulan sampah harian sebesar 146.59
Ton, dimana sebagian besar sampah yang dihasilkan bersumber dari rumah tangga
dan non rumah tangga.
Desa Bulila Kecamatan Telaga merupakan salah satu desa yang terletak di
Kabupaten Gorontalo berjarak 4,5 Km dari pusat Kota Gorontalo dengan jumlah
penduduk sebesar … dimana umumnya masyarakat Desa Bulila bekerja di bidang
pertanian dan jasa namun kedua sektor ini menghasilkan limbah yang cukup besar
begitu pula dengan keberadaan sampah yang dihasilkan dari aktivitas rumah tangga
yang menjadi masalah yang krusial karena sampah dan limbah kebanyakan di Desa
Bulila dibuang begitu saja sehingga menimbulkan bau busuk serta konflik antar
warga karena lahan pekarangannya digunakan sebagai tempat pembuangan sampah
oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Untuk itu melalui Pekan Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Kepada
Masyarakat (PKM-PM), mahasiswa Univeritas Ichsan Gorontalo berkolaborasi
dengan Karang Taruna Desa Bulila yang diketuai oleh Hilal Fauzan Laiya memiliki
anggota aktif karang taruna mencapai 32 orang yang akan bersama – sama melakukan
kegiatan pengolahan limbah dan sampah rumah tangga organik menjadi pupuk serta
media tanam yang mampu mengatasi permasalahan sampah sekaligus mendorong
produksi pertanian dan ketahanan pangan di Desa Bulila, Kecamatan Telaga,
Kabupaten Gorontalo. Provinsi Gorontalo.

Gambar 1. Tim PKM–PM dan Mitra Karang Taruna Desa Bulila melakukan
kegiatan diskusi awal dan rencana kerjasama pengelolaan sampah organik dan
anorganik.

Di lain sisi pengelolaan sampah di Desa Bulila sendiri juga masih menghadapi
banyak tantangan diantaranya timbulan sampah yang semakin besar, rendahnya
kesadaran masyarakat terkait kesadaran Kesehatan lingkungan, rendahnya kualitas
pengelolaan sampah, sarana dan prasarana pengelolaan kurang dan tidak layak,
lemahnya penegakan hukum, serta minimnya anggaran biaya operasional pengelolaan
sampah.
Dampaknya terjadi peningkatan produksi volume residu sampah yang
dihasilkan serta tidak terkelola di Desa Bulila yang menyebabkan terjadinya
penurunan mutu dan kualitas lingkungan hidup. Permasalahan ini tentu perlu
ditangani karena pengelolaan sampah dapat dikatakan sebagai utilitas yang dapat
mempengaruhi perkembangan suatu daerah, sehingga membutuhkan penanganan
secara tepat karena keberadaan volume sampah semakin hari semakin bertambah
besar seiring pertambahan jumlah penduduk di Desa Bulila, disamping itu sampah
bersifat sebagai polutan yang mencemari tanah, air, udara, dan estetika pandangan
suatu wilayah serta dapat mengganggu kesehatan masyarakat.
Sampah sendiri memiliki beberapa jenis pengkategorian berdasarkan jenisnya
terbagi menjadi dua yakni sampah organik dan anorganik. Sampah anorganik
merupakan sampah yang berasal dari bahan sumber daya alam yang tidak terbaharui
berasal dari mineral dan minyak bumi sehingga tidak dapat diurai oleh mikro
organisme serta mengalami penghancuran dalam jangka waktu yang lama seperti
plastik, logam, stryrofoam, dan kaca. Sebaliknya sampah organik berasal dari bahan
alami seperti tumbuhan dan hewan yang dapat diurai oleh mikro organisme,
umumnya sampah jenis ini banyak berasal dari kegiatan aktivitas rumah tangga atau
pasar tradisional (BAGUS).
Salah satu solusi pengelolaan dan penanganan sampah yang dapat dilakukan
adalah melalui konsep 5R (Refuse, Reduce, Reuse, Recycle, Rot) melalui langkah
pemilahan sampah disumbernya, pemilahan dilakukan dengan memisahkan sampah
organik (sampah membusuk) dan sampah anorganik (sampah daur ulang, sampah
plastik film, dan sampah bakar) kategori jenis sampah kemudian dilakukan
pengolahan limbah anorganik seperti kertas, kardus, logam, plastik botol, dan
minuman gelas dapat dijual atau dijadikan wadah tanam sedangkan yang tidak
memiliki nilai ekonomi seperti strayfoam, plastik kemasan, dan popok dapat diolah
menjadi media tanam.
Sementara penanganan sampah jenis organik berupa limbah yang berasal dari
aktivitas rumah tangga, pasar tradisional dan pertanian berupa sisa makanan, sayur
busuk, buah busuk, kulit buah, jeroan ikan, ranting, daun, dan jerami mampu diolah
menjadi pupuk organik yang berguna dalam menyuburkan tanah dan mendorong
peningkatan produksi tanaman. Pembuatan pupuk organik melalui limbah rumah
tangga dilakukan dengan memisah sampah organik dan anorganik, sampah organik
dipilah kemudian didekomposisi. Indikator keberhasilan proses pengomposan
ditandai dengan beberapa perubahan baik dari sisi bentuk, bau, warna, dan
kelembaban.
Penggunaan pupuk kimia selain mencemari tanah juga menyebabkan
pencemaran air melalui pencucian pupuk kimia di dalam tanah yang terbawa melalui
saluran irigasi, air bawah tanah, dan masuk ke sumber air penduduk menyebabkan
timbulnya penyakit hingga kematian. Pemanfaatan sampah organik menjadi pupuk
ramah lingkungan selain mengatasi problema sampah secara ekologis, juga dapat
menyuburkan tanah serta dapat pula dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pupuk
yang terbatas jumlahnya di Desa Bulila, Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo.
BAB 2. GAMBARAN UMUM LOKASI
A. Profil Lokasi
Secara geografis Desa Bulila adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan
Telaga Kabupaten Gorontalo, jarak tempuh ke pusat pemerintahan pemerintahan
Provinsi Gorontalo sekitar 15 Km dengan waktu tempuh 60 menit. Desa Bulila
Kecamatan Telaga merupakan daerah yang memiliki luas wilayah 150 Ha/m², adapun
batas- batas wilayah geografis Desa Bulila berikut:
a) Sebelah Utara : Desa Hulawa dan Desa Luhu
b) Sebelah Selatan : Desa Luwoo
c) Sebelah Barat : Desa Bunggalo dan Desa Mongolato
d) Sebelah Timur : Kota Gorontalo
Penduduk di Desa Bulila, Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo merupakan
salah satu daerah yang memiliki jumlah penduduk cukup besar yakni sebesar 2.717
jiwa dengan 813 Kepala Keluarga (KK).
a. Kondisi Lingkungan
Masyarakat Desa Bulila menghadapi permasalahan sampah yang kian menumpuk
dan kerap menjadi sumber masalah pencemaran lingkungan dan konflik. Sampah
yang tidak terkelola mengeluarkan bau yang tidak sedap, menurunkan estetika
lingkungan serta menyumbat saluran drainase warga saat musim penghujan tiba,
selain itu konflik akibat keberadaan sampah acapkali terjadi akibat dari keberatan
pemilik lahan atau pekarangan yang digunakan sebagai lokasi pembuangan sampah.
Walaupun Desa Bulila memiliki TPS3R namun kondisi manajemen TPS3R Desa
Bulila yang kini tidak beroperasi disebabkan jumlah tenaga kerja serta armada
pengangkut sampah yang terbatas menjadikan permasalahan penanganan sampah
menjadikan tantangan yang semakin sulit untuk diatasi. Salah satu satu solusi yang
mampu dilakukan adalah melalui penanganan sampah di sumber sampah yakni rumah
tangga melalui pemilahan sampah organik dan anorganik dan pengolahannya menjadi
pupuk organik, wadah, dan media tanam yang bermanfaat bagi petani dan ibu rumah
tangga yang memiliki kegemaran dalam membudidayakan tanaman hias.
B. Kondisi Sumber Daya Manusia
Penduduk Desa Bulila pada umumnya memiliki tingkat pendidikan yang beragam
dimana sebagian besar warganya mengenyam pendidikan dijenjang SD sebesar 723
Jiwa sedangkan untuk jenjang pendidikan SLTP sebesar 365 jiwa untuk jenjang
pendidikan SMA yakni 596 jiwa, Diploma 61 Jiwa, dan jenjang pendidikan S1
sebesar 225 Jiwa sedangkan untuk pendidikan S2 mencapai 33 Jiwa.
Perbedaan tingkat pendidikan masyarakat di Desa Bulila memberikan
pengaruh pada adopsi dan introduksi inovasi teknologi yang akan diterapkan di
masyarakat Desa Bulila dimana semakin tinggi jenjang pendidikan akan semakin
memudahkan dalam memahami dan mengadopsi teknologi baru. Proses adopsi
sendiri terdapat beberapa tahap yang harus dilalui. Tahapan tersebut terdiri dari tahap
mengetahui (knowledge), persuasi (persuasion), pengambilan keputusan (decision)
dan konfirmasi (confirmation) yang mana pada tahap konfirmasi individu mencari
penguat untuk terus menerapkan atau tidak menerapkan inovasi teknologi baru
tersebut (NURANNISA). Sehingga pengetahuan terkait teknologi penanganan
sampah organik dan anorganik melalui konsep 5R dimana sampah organik diolah
menjadi pupuk padat dan cair menggunakan media tong komposter serta pengolahan
sampah anorganik menjadi wadah dan media tanam belum diperoleh dan diadopsi
oleh masyarakat Desa Bulila, Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo.
C. Kondisi Inovasi Teknologi
Pemanfaatan teknologi oleh masyarakat Desa Bulila masih sangat minim hal
ini tidak lepas dari keterbatasan informasi dan minimnya pengetahuan yang dimiliki.
hal ini menjadikan kendala dalam pengelolaan sampah organik dan anorganik.
Sampah di Desa Bulila selama ini hanya dibuang dan ditumpuk begitu saja sehingga
menimbulkan polusi bagi lingkungan yang berpengaruh pada mutu lingkungan hidup
masyarakat Desa Bulila. Terbatasnya pengalaman dan pengetahuan masyarakat tidak
lepas dari kurangnya masyarakat Desa Bulila, Kecamatan Telaga, Kabupaten
Gorontalo yang mengenyam tingkat pendidikan formal sehingga pengelolaan sumber
daya alam, tata kelola penanganan sampah serta pemanfaatan teknologi tepat guna
yang dapat menjadikan sampah menjadi produk yang bermanfaat seperti pupuk dan
media tanam.
Padahal teknologi tepat guna merupakan teknologi yang dapat dikembangkan
pada masyarakat tertentu, agar dapat membawa manfaat bagi masyarakat sehingga
membawa kehidupan yang efektif dan efisien sehingga mampu mengatasi
masalah yang dihadapi oleh masyarakat ( Zuliyati, et al)
2.5 Permasalahan Mitra
No Aspek Permasalahan Mitra
.
1. Lingkungan Sampah organik dan anorganik menjadi sumber
pencemaran lingkungan dan kesehatan, serta
menjadi sumber konflik sosial masyarakat Desa
Bulila, Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo.
2. Sumber Daya Mitra umumnya belum mengetahui teknologi
Manusia pengolahan sampah menjadi pupuk organik, wadah,
dan media tanam dan mitra belum pernah
mendapat edukasi pembuatan pupuk dan media
tanam dari sampah organik dan anorganik.
4. Inovasi Teknologi a. Inovasi teknologi mitra masih rendah dengan
pemahaman kegiatan penangan sampah
bersifat konvensional yakni membuang dan
menampung sampah organik dan anorganik
tanpa dilakukan kegiatan pengolahan melalui
konsep 5R.
b. Mitra belum mengetahui penggunaan
teknologi pengolahan sampah organik menjadi
pupuk menggunakan tong komposter aerob
dan pemanfaatan sampah anorganik menjadi
wadah dan media tanam.
BAB 3. METODE PELAKSANAAN

Sampah menjadi masalah krusial yang dihadapi oleh masyarakat pada


umumnya begitu pula dengan masyarakat di Desa Bulila, Kecamatan Telaga,
Kabupaten Gorontalo. Keberadaan sampah mencemari lingkungan karena
menimbulkan bau, menyumbat saluran drainase dan menjadi sumber konflik bagi
masyarakat Desa Bulila. Salah satu tawaran solusi yang ditempuh yakni melalui
penerapan teknologi dan pemberian edukasi terkait pengelolaan sampah menjadi
bahan yang bernilai guna seperti pupuk dan media tanam adapun beberapa langkah
tahapan (base line) yang ditempuh yaitu :
a. Pemetaan Potensi Wilayah dan FGD
Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan terlebih dahulu memetakan potensi
wilayah kegiatan kemudian dilanjutkan dengan Focus Grup Discussion (FGD)
guna menggali masalah yang dihadapi dan memperoleh solusi adaptif untuk
diterapkan dalam kegiatan program pelaksanaan penanganan sampah dengan
konsep 5R. Setelah itu dilakukan kegiatan pelaksanaan sosialisasi, penyuluhan dan
pelatihan pemilahan sampah organik dan anorganik.
b. Edukasi dan Sosialisasi Konsep 5R Serta Simulasi Pemilahan Sampah
Edukasi dan konsep 5R serta simulasi pemilahan sampah organik dan organik
dilakukan di rumah warga serta di kantor desa setempat dengan melibatkan warga
dan seluruh stakeholder. Pada kegiatan ini dilakukan pengenalan sampah organik
yang dapat dijadikan bahan pupuk organik dan pengenalan sampah anorganik
(plastik, plastik film,botol minuman, logam, kaca, karet, popok, pembalut dan
sterofoam) yang mampu di daur dijual, digunakan sebagai wadah tanam atau
dimanfaatkan sebagai bahan campuran media tanam. Kegiatan ini bertujuan agar
setiap stakeholder yang hadir mampu mengidentifikasi jenis sampah yang
dihasilkan.
c. Pembuatan Tong Komposter Aerob, Wadah dan Media Tanam
Pembuatan pupuk kompos dimulai diawali dengan pembuatan tong
komposter aerob berukuran 120 liter yang didalamnya dilengkapi pipa berukuran
2 inci dan ½ inci sebagai pengaduk serta plat penyaring. Plat penyaring berfungsi
menahan partikel padat yang akan menjadi pupuk organik padat sedangkan
partikel cair akan masuk kebagian dasar tong dan dimanfaatkan sebagai pupuk
organik cair sedangkan sampah anorganik berupa botol, kaleng, dan ember bekas
dijadikan wadah tanam sedangkan sampah lainnya yang tidak mampu diurai
dibakar lalu sisa hasil pembakaran dijadikan campuran media tanam.
d. Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik Menggunakan Tong Komposter
Aerob
Sampah organik setelah dipisahkan dengan sampah anorganik yang dijadikan
wadah tanam atau bahan campuran media tanam. Sampah organik kemudian
dimasukkan ke dalam tong komposter aerob yang berfungsi sebagai wadah
fermentasi sampah organik tanpa udara. Sampah organik dikomposkan selama
sebulan dengan indikator keberhasilan ditandai dengan perubahan warna, suhu,
dan bau. Sampah hasil komposter ini menghasilkan dua produk berupa pupuk
organik padat dan pupuk organik cair yang siap diaplikasikan ke tanaman
budidaya.

Sampah Rumah Pemilahan jenis Pengomposan sampah


Tangga sampah organik organik melalui tong
dan anorganik komposter aerob dan
pembuatan wadah
serta media tanam
Pengaplikasian pupuk organik dari sampah
dan media tanam anorganik

Gambar 3. Alur metode pengolahan sampah organik dan anorganik.

a. Monitoring dan Evaluasi


Setelah proses edukasi, sosialisasi dan pelatihan dilakukan kegiatan
monitoring dan pendampingan untuk memantau serta memberikan masukan
dan arahan kepada mitra baik yang bersifat teknis maupun non teknis sehingga
kegiatan berjalan sesuai road map dan target capaian. Evaluasi dilakukan secara
berkala setelah dilakukan kegiatan pendampingan dan monotoring selama
pelaksanaan kegiatan dengan melihat indikator keberhasilan penurunan jumlah
timbulan sampah di rumah tangga dan TPS serta peningkatan kesadaran
masyarakat dalam mengolah sampah serta memanfaatkan sampah menjadi lebih
bermanfaat baik secara ekonomi maupun ekologi.
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

Tabel 4.1 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya


No
Jenis Pengeluaran Sumber Pendanaan Besaran Dana
.
1. Barang Habis Pakai Belmawa Rp 3.935.500
Perguruan Tinggi Rp 318.800
Instansi lain -
2. Sewa Dan Jasa Belmawa -
Perguruan Tinggi Rp 300.000
Instansi lain -
3. Perjalanan Belmawa Rp 300.000
Perguruan Tinggi Rp 1.087.500
Instansi lain -
4. Lain-lain Belmawa Rp 1.010.000
Perguruan Tinggi Rp 43.700
Instansi lain -
Jumlah Rp 6.995.500

Belmawa Rp 5.245.500
Rekap Sumber Dana Perguruan Tinggi Rp 1.750.000
Jumlah Rp 6.995.500

4.1 Jadwal Kegiatan


Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan PKM–PM

Penanggung
Bulan
No. Jenis Kegiatan Jawab
1 2 3 4 5
Pemetaan Potensi SOSPOL
1.
Wilayah dan FGD.
Edukasi, Sosialisasi dan Muhammad
2. Simulasi Pemilahan Apriyanto Gani
Sampah
3. Pembuatan Tong Ayu Hirabayasih
Komposter Aerob dan Moiady
Media Tanam.
Pelatihan Pembuatan Jihan
Pupuk Organik
4.
Menggunakan Tong
Komposter.
Monitoring dan Evaluasi. Muhammad
5.
Apriyanto Gani

DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota, Serta Dosen Pendamping

Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Pelaksana dan Pembagian Tugas

Alokasi
Program Bidang Waktu
No. Nama/NIM Uraian Tugas
Studi Ilmu (jam/
minggu)
1. Muhammad Agrotekno Budidaya 8 - Mengarahka
Apriyanto logi Tanaman n dan
Gani/ mengatur
P2121009 pembagian
tugas PKM-
PM.
- Memonitorin
g serta
memanajeme
n kegiatan
PKM-PM
- Membuat
proposal
rincian biaya
- Melakukan
edukasi,
sosialisasi
dan simulasi
pemilahan
sampah pada
masyarakat
Desa Bulila
2. Jihan Agrotekno Budidaya 8 - Menyiapkan
logi Tanaman bahan dan
alat edukasi
dan simulasi
pemilahan
sampah
organik dan
anorganik.
- Bertugas
dalam
pembuatan
wadah dan
media tanam
dari pupuk
anorganik.
3. Ayu Arsitektur Perancang 8 - Bertanggung
Hirabayasih an jawab pada
Moiady/ kegiatan
T1120014 pelatihan
pembuatan
tong
komposter
aerob.
- Merancang
desain
pembuatan
tong
komposter
5. Adrian Agrotekno Budidaya 8 - Bertanggung
Puhi/ logi Tanaman jawab dalam
P2119005 pemetaan
potensi dan
kegiatan
FGD.
- Mempersiap
kan alat dan
bahan
kegiatan
PKM-PM.
- Melakukan
koordinasi
dengan
mitra.

Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana

Lampiran 5. Surat Pernyataan Kesediaan Bekerjasama dari Mitra

Lampiran 6. Denah Detail Lokasi Mitra Program dengan google map yang
menunjukkan jarak dengan kampus

Anda mungkin juga menyukai