Anda di halaman 1dari 2

Kacamata: Antara FUNGSI dan KOSMETIK dalam tinjauan Optometri

Kacamata merupakan alat bantu bagi mereka yang mengalami kelainan tajam penglihatan dan kelainan
akomodasi. Kacamata sendiri terdiri dari bingkai dimana lensa ditempatkan, serta lensa yang berukuran
sesuai resep hasil dari pemeriksaan tajam penglihatan. Tajam penglihatan pemakai diharapkan menjadi
terkoreksi dengan menggunakan kacamata saat melakukan berbagai aktivitas sehari-hari. Sejarah
kacamata sendiri diawali oleh Kaisar Nero dari Romawi yang selalu menggunakan batu permata cekung,
saat membaca hingga menonton pertunjukan. Namun tidak diketahui secara pasti apakah sang kaisar
memiliki kelainan tajam penglihatan. Awalnya bingkai kacamata terbuat dari berbagai bahan seperti
kulit, kayu juga dari tempurung kura-kura. Bahan-bahan tersebut menjadikan kacamata pada saat itu
menjadi berat dan tidak nyaman digunakan. Selanjutnya melalui berbagai inovasi bingkai kacamata
berkembang agar pemakai merasa nyaman saat menggunakannya. Pengembangan ini juga termasuk
bahan yang digunakan seperti bahan metal, plastik seperti cellulose acetate, optyl bahkan titanium.
Bahkan mulai awal abad-20, produsen tidak hanya mempertimbangkan unsur kenyamanan tetapi juga
unsur kosmetik dari bingkai kacamata. Unsur kosmetik tersebut terdiri dari unsur bentuk, warna dan
juga corak dari sebuah bingkai kacamata.

Tidak dipungkiri saat ini dengan perkembangan kebutuhan dan gaya hidup pemakai, maka kacamata
tidak melulu dinilai dari segi fungsi, tetapi juga diharapkan memberikan nilai kosmetik bagi penggguna
sehingga dapat tampil modis, elegan dan berkelas. Nilai kosmetik ini dapat menjadi “personal branding”
ataupun ciri khas tertentu dari pemakainya. Sebut saja beberapa pesohor negeri ini yang menjadikan
kacamata menjadi ciri khas mereka. Kita tentu mengenal sosok Afghan salah satu pesohor tanah air
yang tetap tampil menawan dengan berkacamata sekaligus mendapatkan fungsi dari pemakaian
kacamata itu sendiri. Fungsi kacamata adalah untuk membantu mengoreksi kelainan tajam penglihatan
selain itu juga dapat melindungi pemakainya dari sinar berbahaya bagi mata, debu dan benda asing
lainnya. Pemilihan lensa yang baik tidak dapat begitu saja dikesampingkan, karena lensa inilah yang
akan membantu memberikan bayangan yang jelas di retina saat kacamata digunakan. Saat ini, pilihan
lensapun beragam. Banyak sekali produk lensa yang dapat ditemui, baik di optikal maupun marketplace
dengan berbagai varian harga. Dengan banyaknya pilihan, membuat pemakai kesulitan dalam memilih
lensa yang akan digunakan, sehingga pada akhirnya sebagian berpikir untuk apa membeli yang mahal
toh yang ekonomis saja bisa digunakan untuk membaca.

Namun seyogyanya pertimbangan dalam pemilihan lensa sebaiknya bukan hanya dilihat dari harga,
karena kualitas dan unjuk kerja dari lensa lah yang harusnya dicermati, serta menjadi pertimbangan
utama, terlebih jika ukuran tajam penglihatan yang akan dikoreksi tinggi atau kompleks. Bukan berarti
yang ekonomis tidak bagus, namun kebutuhan mata tiap-tiap orang berbeda, demikian pula dengan
gaya hidup berbeda serta bingkai kacamata yang digunakan berbeda. Untuk itu ada 3 hal yang perlu
diperhatikan saat menentukan pilihan lensa

1. Proses pemeriksaan tajam penglihatan hingga didapat analisis refraksi yang sesuai dengan
kebutuhan dan gaya hidup pemakai. Pemeriksaan tajam penglihatan haruslah yang ternyaman
untuk pasien karena nantinya resep ini yang akan diproses sebagai lensa dan digunakan pada
aktivitas sehari-hari pemakai
2. Proses penyetelan (fitting) kacamata, termasuk penentuan dari pusat pupil pemakai dan tinggi
pupil pemakai

3. Lensa yang berkualitas baik dari segi materi, unjuk kerja (performa) juga dari segi pelapisannya

Ketiga hal inilah yang ikut membuat lensa nyaman digunakan untuk mendukung kegiatan
seperti belajar dan bekerja. Ditambah pemilihan frame yang nyaman, ringan dan tidak menimbulkan
alergi dan menambah nilai kosmetik bagi pemakainya. Jika kesemua unsur ini tidak terpenuhi maka
kemungkinan pemakai akan malas menggunakan bahkan berhenti menggunakan kacamatanya, dan
tentu saja ini akan menjadi problem tersendiri karena tindakan koreksi tajam penglihatannya
menjadi terkendala. Akibatnya tajam penglihatan makin menurun dan bahkan mungkin menjadi
tidak terkendali, sehingga menimbulkan risiko lebih buruk terhadap mata, terutama pada pemakai
anak-anak yang mana bola matanya sedang mengalami perkembangan. Nah…cabang ilmu yang
mempelajari kesehatan mata dan instrumen pendukung ketajaman penglihatan adalah studi
Optometri, yang juga diselenggarakan oleh Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida), bahkan
menjadi yang pertama di Indonesia hingga jenjang tingkat Sarjana Terapan. Melalui program studi
Optometri dihasilkan tenaga ahli (Optometris) guna mendukung masyarakat yang memerlukan alat
bantu untuk mengoreksi penglihatan dengan pemilihan lensa dan bingkai yang tepat, bukan melulu
dari aspek estetika.

Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan Optometris terkait pemilihan lensa dan bingkai kacamata
yang sesuai dengan analisis refraksi, kepribadian, gaya hidup dan kebutuhan anda guna
mendapatkan saran dan solusi terbaik. Hal ini tentunya terkait dalam upaya menghindari drop out
dari pemakaian kacamata. Sayangi mata anda, pilihlah lensa dan bingkai yang sesuai serta nyaman
untuk anda.

Widiastuti Eko Wulandari

Anda mungkin juga menyukai