The leadership is an ability to take the initiative in social situations to create new
fonns and procedures, design and regulate actions by generating the cooperation
towards the achievement of goals. The principal’s leadership type are autocratic,
pseudo democratic, laisser-faire,and democratic which is expected to be
implemented appropriately in schools so that they have an active role in
improving the quality of education. This greatly affects the performance of
institutions, especially the performance of teachers. Another factor that also
influences teacher perforniance is the organizational climate, which is a
psychological work environment that is not
visible.
The method used in this research is descriptive quantitative method with the type
of correlation research involving 64 teachers as the population as well as the
research sample,using a data collection instrument in the form of a questionnaire.
These instruments were first validated and tested in the form of content and
legibility validation and to determine the validation and reliability. The data
analysis technique used is simple correlation analysis.
Based on the analysis, the results showed that the type of principal leadership and
organizational climate in vocational high school in West Seram District and West
Kairatu District were in pretty good category while the teacher’s pefonnance is
pretty good. The result supported by hypothesis testing shows (1) there is a
positive relationship and significant between the type of principal’s leadership,
teacher performance and correlation coefficient Ryxi in the amount of 0,70 at a
significant level a 0,05. and tbIe in the amount 2,00 so t011> tbIe 7,73 > 2,00 (2)
there is a positive and significant between organizational climate with teacher
performance and correlation coefficient in the amount 0,82 . at a significant level
a 0,05. and tbIe in &nount 2,00 50 tcount> tiable is 1 L64 > 2,00 (3) there are
positive correlation and significant simultaneously between principal leadership
type and organizational climate with teacher performance and the correlation is
0,85 , Fcount 83,34 and Ftable = 1,52 , Fcount> Ftable.
Thus, it can be concluded that both the type of principal’s leadership and
organizational climate contribute positively to teacher performance and it is
expected that principal apply leadership according to the right type and create a
conductive organizational climate so as to improve teacher performance.
Keywords: leadership type, organizational climate, teacher performance
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat dan
pemeliharaan-Nya yang telah menuntun dan menyertai penulis sehingga tesis ini
harus dilalui sebagai bagian dan proses serta dinamika dalam penulisan tesis ini.
Untuk itu penulis menghargai dan berterima kasih kepada semua pihak yang
secara moril maupun material telah membantu dalam memberikan masukan serta
saran bagi penulis selama penulisan Tesis ini. Ucapan terima kasih itu penulis
sampaikan kepada:
Ambon beserta staf dan Citivitas Akademik yang telah memberi kesempatan
Bagian Barat.
motivasi bagi penulis untuk memacu din demi penyelesaian penulisan ini,
penulis dalam penulisan tesis menggantikan Aim. Dr. Th. R. Souisa, M.Pd,
9. Ibu Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Maluku yang telah
Pascasarjana.
10. Kepala SMK Negeri 2 Seram Bagian Barat, Kepala SMK Negeri 8 Seram
Bagian Barat, Kepala SMK Kristen Piru beserta seluruh dewan guru yang
tesis ini.
1l. Rekan-rekan guru SMK Negeri 10 Seram Bagian Barat, yang telah
penulisan tesis ini, terlebih bagi Ibu F. J. Sapiya Salenussa bersama suami,
Bp. Y. Salenussa.
13. Suami tercinta, Samy Loupatty, S.E,M.M yang memberi perhatian besar
dengan penuh kesabaran serta memotivasi penulis dan dukungan doa selama
14. Saudara-saudara, Usi Wely, dan adik Roy, Rudy, Steven dengan
16. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang tak sempat
penulis urutkan satu demi satu, atas bantuan dan dukungan doa bagi penulis
Tuhan sumber hidup kiranya memberkati kita semua dalam tugas dan
Lembaran Judul
……………………………………………………………………
Lembaran Persetujuan ...........................................................................................
Riwayat Hidup ……………………………………………………………………
Lembaran Pernyataan Keaslian
…………………………………………………..
Abstrak ……………………………………………………………………………
Kata Pengantar …………………………………………………………………….
Daftar Isi
……………………………………………………………………………
Daftar Tabel ………………………………………………………………………
Daftar Lampiran …………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………
B. Identifikasi Masalah
…………………………………………………
C. Pembatasan Masalah
…………………………………………………
D. Rumusan Masalah
……………………………………………………
E. Tujuan Penelitian
…………………………………………………….
F. Manfaat Penelitian …………………………………………………..
G. Penjelasan Istilah
…………………………………………………….
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ……………..…………………………………………..
B. Implikasi …………………………………………………………….
C. Saran
…………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
………………………………………………………………
LAMPIRAN ………………………………………………………………………..
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Kepala Sekolah
……………………………………………………….
(Alternatif 1)
…………………………………………………………..
Tabel 4.5. Hasil Uji Normalitas Galat Taksiran Kinerja Guru (Y)
……………………………………………… x
……………………. x
KepalaSekolah X1 …………………………………………………
…………… x
………………… x
Kepala Sekolah X1
………………………………………………… x
………………. x
……………………………………………. x
Taksir Y atas X1
…………………………………………………… x
…………………… x
…………………… x
………………………………………… x
…………………………… x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan penggerak utama suatu proses perubahan,
mendasar yang terjadi saat ini menunjukkan bahwa penguasaan ilmu dan
sering dirasakan belum memenuhi harapan. Hal ini nampak dimana lulusan
karena guru merupakan sentral serta sumber kegiatan belajar mengajar. Selain
daya manusia dalam hal ini seorang guru yang profesional perlu penegasan
yang konkret seperti yang tercantum dalam UU No. 14 tahun 2005 mengenai
guru dan dosen. Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada
jenjang pendidikan dasar, menengah dan pendidikan anak usia dini pada jalur
undangan.
dalam suatu satuan pendidikan adalah kinerja guru. Kinerja guru adalah
kinerja guru yang dimaksud adalah kinerja guru yang terefleksi dalam cara
merencariakan, melaksanakan, dan menilai proses belajar mengajar (PBM)
yang intensitasnya dilandasi oleh etos kerja serta disiplin profesional guru
penilaian, tugas tersebut tidak mudah dilakukan apabila guru tidak merniliki
motivasi kerja yang baik serta koordinasi dari pihak kepala sekolah.
Disamping itu pula kinerja guru terkendala oleh beberapa faktor yang
sering dihadapi, antara lain guru yang bersikap tidak mau menerima
Selain itu adanya hubungan senionitas yang tercipta, dimana guru senior tidak
mengemukakan ide-ide yang dimiliki. Pada sisi yang lain, guru sebagai
Selain itu salah satu faktor utama yang memperngaruhi efektivitas guru
diterapkan kepala sekolah. Sebab itu para kepala sekolah memerlukan ide dan
sumber gagasan praktis tentang cara yang dapat dilakukan untuk menjadi
pemimpin atau manajer sekolah yang lebih baik. Kepala sekolah bertanggung
jawab untuk menyelemggarakan sekolah secara produktif dan hams
memproyeksikan diri dalam bentuk sikap, tingkah laku dan sifat kegiatan
diantara sesama, dan akan mempengaruhi kualitas hasil kerja yang mungkin
orang yang bertangggung jawab dalam proses pendidikan yang berada pada
yang kompleks dan unik, serta mampu melaksanakan peranan kepala sekolah
sekolah.
Kepemimpinan yang baik adalah kepala sekolah yang mampu dan dapat
dalam menjalankan tugas kepemimpinannya. selain itu ada pula sikap kepala
sekolah yang tidak terbuka dalarn menerima ide-ide dari bawahannya dan
Iklim organisasi rnerupakan lingkungan kerja yang bersifat psikis yang tidak
terlihat nyata tetapi dapat dirasakan oleh para anggotanya didalam organisasi
tersebut. Hal ini merupakan konsep yang menunjukkan isi dan kekuatan dan
pengaruh antara nilai, norma. sikap perilaku dan perasaan dari anggota yang
ada dalam organisasi. Faktor-faktor sikap, nilai dan perilaku serta motif-motif
yang dirniliki individu disadari ikut berperan penting dalain proses perseptual
berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru SMA Negeri 1 Pasir Penyu, Air
Molek. Hal ini dapat dilihat dan nilai thitung kedua vaniabel tersebut lebih
besar dan t tab, kepemimpinan: thitung (3,689) > t tabel (2,006), iklim
organisasi : t hitung (3,246) > t tabel (2,006). Sementara itu kedua variabel ini
diujikan secara bersamaan terhadap kinerja guru SMA Negeri 1 Pasir Penyu,
terikatnya, hal ini dilihat dari nilai F hitung lebih besar dan F tabel : (28,531)
> F tabel (3,172). Dan pcrsamaan linier berganda dapat diketahui konstanta
0,506.
Kecamatan Seram Barat ada lima Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), yakni
SMK Negeri 3, SMK Negeri 8, SMK Negeri 10 Seram Bagian Barat, SMK
Kristen Seram Barat (Piru), SMK Tunas Timur Piru, kedua sekolah ini di
Kairatu Barat ada satu SMK, yaitu SMK Negeri 2 Seram Bagian Barat.
kelulusan yang baik begitupun dengan sekolah swasta dengan kepala sekolah
dan tenaga pengajar adalah guru PNS dan guru honor yang semuanya
hanya SMK Tunas Timur Piru yang kepala sekolah dan tenaga pcngajarnya
sebagian besar adalah guru honorer hanya ada satu guru PNS. Memperhatikan
latar belakang pendidikan kepala sekolah yang ada dan kondisi kekinian serta
sesuai dengan peraturan yang berlaku saat ini, maka semua kepala sekolahnya
Sekolah.
Selanjutnya dalam melaksanakan tugas kepala sekolah memiliki
kurikulum yang selalu mengalami perubahan, baik secara fisik maupun secara
akademik. ini terlihat sejak penulis menjabat kepala sekolah sudah 8 tahun
dan terlibat bersarna sama teman – teman kepala sekolah dalam MKKS
Rencana Strategi (Renstra) tapi ada juga yang hanya menyusun program
sesuai kebutuhan sekolah per tahun (RKT) tanpa renstra, selain itu kepala
sekolah kadang kurang membangun interaksi dengan guru - guru pada ketiga
yang di miliki.
Visi, Misi sekolah sejak sekolah berdiri sejak tahun 2010 tidak di ubah
sampai kepala sekolah mengikuti Fit and Proper Test kepala sekolah 2021
baru di ganti tapi tidak melalui proses identifikasi masalah sampai pada
pengumpulan kata - kata kunci untuk mendapatkan Visi dan Misi, hanya di
buat sesuai keinginan kepala sekolah dengan wakil kepala sekolah, ini
terdapat pada SMK Negeri 8 Seram Bagian Barat dan SMK Kristen Seram
Barat yang berdiri pada tahun 2007 begitupun SMK Negeri 2 Seram Barat
yang berdiri sejak 2007 juga, sudah menggantikan tapi hanya melalui rapat
dewan guru dan kornite lalu di ganti tanpa melalui prosedur . 2) Kebijakan
kepala sekolah dengan keuangan sekolah yang tidak tertera pada RKAS tanpa
guru, hal ini menunjukkan bahwa kepala sekolah belum mampu menciptakan
Manajemen pembelajaran tidak di tata secara baik. Hal ini di dapati pada
Seram Barat, SMK Kristen Seram Barat dan SMK Negeri 2 Seram Bagian
Barat dipandang kurang terlaksana dengan baik. Hal ini didukung oleh data
intensif bahkan bagi SMK Negeri 8 Seram Bagian Barat tidak rnelaksanakan
maksimal dan kurang adanya kerjasama antara guru, bahkan juga dengan
Selain itu iklim organisasi di SMK pada Kecamatan Seram Barat dan
Kairatu Barat kurang maksimal. Hal ini terlihat dan dimensi hubungan
guru dan kepala sekolah kurang maksimal. Lingkungan fisik dalam hal ini
sekolah dengan insial DR, LL, di SMK di Kecamatan Seram Barat yang
bahwa kinetja guru kurang optimal. Hal ini ditunjukkan dengan masih adanya
guru yang terlambat masuk kelas pada jam mengajar, guru datang ke sekolah
Selain itu di era digital saat ini, masih ada guru yang mengajar denganpola
lama atau dengan memberikan catatan saja, belum menggunakan teknik yang
variatif serta metode yang sesuai dengan kurikulum saat ini, sementara guru
mendesaian bahan ajar secara baik, menarik sehingga siswa terasa betah dan
tertarik untuk belajar. Kinerja guru harus terus dikontrol dan ditingkatkan
dihasilkan. Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan tipe
pula hubungan iklim organisasi dan kinerja guru belum terjalin dan terlaksana
organisasi terhadap kinerja guru belum dapat telaksana dengan maksimal pula
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut
Kairatu Barat”.
B. Identitikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi
Barat belum optimal hal ini terbukti dengan masih ada guru yang
guru.
tidak semua guru mengetahui program kerja sekolah, hanya sebagian saja
tugas dan fungsi dengan baik sebab belum ada Standar Opersional
Prosedur (SOP) dan tidak ada uraian tugas (tupoksi bagi guru secara
jelas).
Halaman 13 belum
Barat dan Kairatu Barat tentang bentuk sikap, tingkah laku serta sifat
kegiatan kepemimpinan yang dilaksanakan dalam lembaga yang di
pimpin.
D. Rumusan Masalah :
Kairatu Barat?
kepala sekolah dengan kinerja guru pada SMK di kecamatan Seram Barat
E. Tujuan Penelitian
Kairatu Barat
1. Secara Teoritis
2. Secara Praktis
positif kepada
a. Kepala Sekolah
b. Guru
c. Para Peneliti
G. Penjelasan Istilah
lingkungan akademik.
lain.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kinerja Guru
untuk mencapai tujuan dan standar yang telah ditetapkan. Harris, Meintyre,
yang realistis dan gambaran perilaku difokuskan pada konteks pekerjaan yaitu
adalah suatu aktivitas yang berhubungan dengan tiap aspek pokok, yaitu
tugas-tugas yang relevan dengan fungsi dan peran sehingga tercapailah tujuan
merupakan kondisi puncak dari tiga elemen yang saling berkaitan, yaitu:
Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pada bab 1 pasal 1
professional.
dan pendidik siswa, sehingga dari penguasaan tugas pokok tersebut dapat
positif terhadap kerja itu, dan seseorang yang tidak puas dengan pekerjaannya
menunjukkan sikap negatif terhadap kerja itu. Hal ini memberikan gambaran
bahwa apabila seorang guru memiliki tingkat kepuasan yang baik, maka
kinerja yang dihasilkan akan meningkat, dan sebaliknya jika tidak puas maka
kinerjanya akan menurun. Untuk itu dibutuhkan perhatian penuh dari kepala
Kinerja guru dapat dilihat dari seberapa baik kualitas pekerjaan yang
terhadap pekerjaan dalam (suka atau tidak suka, menerima atau menolak),
2013:9).
Kemampuan yang harus dikuasai oleh seorang guru, yaitu: (1) merencanakan
tambahan. Kinerja guru dapat dilihat saat dia melaksanakan interaksi belajar
(Depdiknas, 2008: 21). Menurut Nana Sudjana (2004: 19), kinerja guru
bahan pelajaran. Sejalan dengan Nana Sudjana, P2TK Ditjend Dikti dalam
Mulyasa (2008: 20) menguraikan tugas guru sebagai pengajar kedalam tiga
dapat dikembangkan.
sepenanggungan.
dan memuaskan apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan standar yang
keahliannya secara mutlak harus dilakukan. Bila guru diberikan tugas tidak
sesuai dengan keahliannya akan berakibat menurunnya cara kerja dan hasil
pekerjaan mereka, juga akan menimbulkan rasa tidak puas pada diri
kerjasama yang baik antar guru dengan kepala sekolah maupun dengan
mengevaluasinya.
2005 tentang Guru dan Dosen. Dalam pasal 35 disebutkan bahwa beban
1. Merencanakan Pembelajaran
perencanaan yang baik akan membawa hasil yang baik pula. Guru wajib
membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada awal tahun
muka.
mencapai suatu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan
2. Melaksanakan Pembelajaran
antara peserta didik dengan guru, kegiatan ini adalah kegiatan tatap
menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang
Tugas guru membimbing dan melatih peserta didik dibedakan menjadi tiga,
ekstrakurikuler.
b. Bimbingan dan latihan pada kegiatan intrakurikuler. Kegiatan ini terdiri dari
remedial dan pengayaan sesuai dengan mata pelajaran yang diampu guru.
Remidial ditujukan kepada siswa yang belum menguasai kompetensi yang harus
ditujukan kepada siswa yang telah mencapai kompetensi. Kegiatan ini dilakukan
di kelas dengan jadwal khusus, sesuai dengan kebutuhan dan tidak harus dengan
kegiatan pilihan dan bersifat wajib bagi siswa. Ada banyak kegiatan
tugas struktural dan tugas khusus. Tugas struktural adalah tugas tambahan
berdasarkan jabatan dalam organisasi sekolah. Sementara tugas khusus adalah tugas
tambahan yang dilakukan untuk menangani masalah khusus yang belum diatur
Dengan melihat pandangan para ahli diatas, maka yang berhak menilai kinerja
guru adalah kepala sekolah, tetapi perkembangan sekarang ini, penilaian dapat
dilakukan melalui kombinasi antara atasan, diri sendiri, bawahan, bahkan teman
sekerja. Selanjutnya menurut Imron (Kempa, 2015:11) yang dinilai dari kinerja
guru adalah (a) kemampuan dalam merencanakan program, (b) kemampuan dalam
guru dalam mencapai tujuan kegiatan belajar mengajar yang meliputi dimensi
pembelajaran secara efektif dengan menggunakan media dan metode yang tepat.
pendekatan, model, strategi dan metode dengan tepat, penggunaan sumber belajar
didik dalam pemecahan masalah, menunjukkan sikap baik saat mengajar, dan
menyusun tes yang memenuhi standar kelayakan, objektif dalam menilai hasil kerja
peserta didik, memberikan hasil evaluasi dan pelaporan bagi peserta didik, mampu
1. Konsep Kepemimpinan
Konsep kepemimpinan pada dasarnya berasal dari kata pimpin yang artinya
bimbing atau tuntun. Dari kata pimpin melahirkan kata kerja “memimpin” yang
artinya membimbing atau menuntun dan kata benda “pemimpin” yaitu orang yang
kesatuan yang utuh dan selaras satu sama lain. Coutoris menyatakan bahwa kelompok
atau birokrasi tanpa pimpinan seperti tubuh tanpa kepala, mudah tersesat, kacau
anarki. Selain itu, Yung berpendapat bahwa sebagian besar umat manusia
memerlukan pemimpin, bahkan mereka tidak menghendaki yang lain dari pada
pemimpin. Oleh karena itu, birokrasi sangat membutuhkan pemimpin yang vionir,
yaitu pemimpin yang mempunyai visi serta pemimpin yang mau melayani bukan
dilayani.
suatu birokrasi sangat penting, oleh karena pemimpinlah yang dapat membuat
pemimpinlah juga yang mengawasi pelaksanaan keputusan tersebut agar tercapai tujuan
2. Defenisi Kepemimpinan
suatu usaha menggunakan suatu gaya mempengaruhi dan tidak memaksa untuk
adalah penciptaan cara bagi orang untuk ikut berkontribusi dalam mewujudkan sesuatu
yang luar biasa. Boone dan Kurtz (1984 dalam Pasolong, 2011), yang mengemukakan
bahwa kepemimpinan adalah tindakan memotivasi orang lain atau menyebabkan orang
lain melakukan tugas tertentu dengan tujuan untuk mencapai tujuan spesifik.
Sedangkan Tzu dan Cleary (2002 dalam Pasolong, 2011) berpendapat lain tentang
kemampuan atau keahlian seseorang untuk mempengaruhi orang lain sehingga orang
3. Fungsi Kepemimpinan
a. Fungsi Instruktif
instruksi sehingga berarti perintah. Maksudnya, suatu perintah kepada seseorang atau
pemimpinnya.
b. Fungsi Konsultatif
mencapai tujuan bersama. Dalam situasi ini, pemimpin haruslah sosok yang bijak
dan memiliki pengetahuan di bidang terkait atau sedang dikerjakan oleh organisasi
Selain itu, pemimpin konsultatif adalah tipe pemimpin yang suka berdiskusi
c. Fungsi Partisipasi
keterlibatan mental dan emosi seseorang dalam mencapai sebuah tujuan bersama dan
dalam suatu proyek bersama. Jadi, fungsi partisipasi dalam kepemimpinan ini
membuat anggota organisasi atau bawahan di suatu perusahaan tidak hanya sekedar
d. Fungsi Delegasi
Penunjukkan ini bertujuan untuk mengutus seseorang menjadi salah satu perwakilan
suatu kelompok atau lembaga. Dalam kepemimpinan yang memiliki fungsi delegasi
ini, pemimpin untuk mendelegasikan suatu wewenang kepada orang lain atau
anggotanya yang memang sesuai dengan tugas tersebut. Jadi, pemimpin tak hanya
mampu memerintah anggotanya, tetapi juga harus bisa mengetahui dan memahami
tugas-tugas yang cocok untuk diberikan kepada bawahannya. Apalagi, setiap orang
g. Fungsi Pengendalian
merupakan suatu proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu organisasi atau
mengerjakan dan menyelesaikan tugasnya secara efektif guna mencapai tujuan dan
4. Dimensi Kepemimpinan
organisasi, yaitu :
relasi.
jawabnya
yang diharapkan. Hal senada juga dikemukakan oleh Gibson dkk (dalam
pengaruh yang bukan paksaan untuk memotivasi anggota organisasi agar mencapai
merupakan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain, sehingga orang lain itu
Kalau ada pemimpin (leader) harus ada pengikut (follower). Dengan demikian
dalam suatu organisasi atau kelompok dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan
memberi arah kepada individu atau kelompok lain yang tergabung dalam wadah
menciptakan bentuk dan prosedur baru, merancang dan mengatur perbuatan, dengan
suatu kekuatan atau wibawa, yang demikian rupa, sehingga membuat sekelompok
menjadi efektif, yaitu mampu mencapai tujuan organisasi tepat pada waktunya. Lebih
menggerakan, dan bila perlu memaksa orang lain agar orang itu mau menerima
pengaruh dan berbuat sesuatu untuk membantu proses pencapaian tujuan yang telah
sebagai berikut:
dipimpinnya,
tujuan organisasi pendidikan secara efektif dan efisien. Peranan utamanya adalah
guru dan karyawan dalam melaksanakan kegiatan organisasi sekolah, pola jalur
komunikasi, dan penggunaan metode dan prosedur yang jelas dalam organisasi
dalam mengorganisasikan sumber daya insani dan sumber fisik guna mencapai
mengemukakan fungsi kepemimpinan pada dasarnya dibagi atas dua (2) macam,
yaitu: a. fungsi yang bertalian dengan tujuan yang hendak dicapai, dan b. fungsi
menyenangkan.
dicapai adalah:
suatu demokrasi bergantung pada interaksi antar anggota dalam situasi itu.
kelompok.
untuk melahirkan perasaan dan pikirannya dan memilih buah pikiran yang
baik dan berguna dalam pemecahan masalah yang dihadapi oleh kelompok
kekuasan yang memproyeksikan diri dalam bentuk sikap, tingkah laku dan sifat
kegiatan kepemimpinan yang dikembangkan dalam lembaga pendidikan atau
diantara sesama, dan akan mempengaruhi kualitas hasil kerja yang mungkin
Otokrasi berasal dari kata oto yang berarti sendiri dan kratos berarti
oleh seseorang yang berkuasa secara penuh dan tidak terbatas masanya.
dijabat oleh pemimpin yang berstatus sebagai raja atau yang menggunakan
pemimpin akan tetapi kepala sekolah yang memiliki gaya seperti raja yang
sebagai pegangan atau hanya sebagai alat atau metode agar segala sesuatunya
mufakat.
3) Prakarsa berasal dari pemimpin yaitu gaya kepala sekolah yang merasa
5) Kaku dalam bersikap yaitu kepala sekolah yang tidak bisa melihat situasi
citabersama, memegang kekuasaan yang ada pada gaya secara mutlak. Dalam
gaya ini pemimpin sebagai penguasa dan yang dipimpin sebagai yang
dikuasai. Termasuk dalam gaya ini adalah pemimpin yang mengatakan segala
Dalam gaya ini, mereka yang dipimpin dibiasakan setia kepada perintah dan
dengan betul-betul kritis, dimana kesempatan mereka yang dipimpin dibawah
menerima kritik, dan tidak membuka jalan untuk berinteraksi dengan tenaga
hukuman.
yang paling berkuasa, dan paling mengetahui berbagai hal. Ketika dalam
sangat dominan dalam memutuskan apa yang akan dilakukan oleh sekolah.
staff kerja itu sendiri. Penyelidikan yang dilakukan oleh Leppit seorang ahli
seorang pemimpin otoriter kurang lebih 30 kali sebanyak yang timbul dari
pada dalam suasana kerja yang dipimpin oleh seorang pemimpin yang
demokratis.
kerja tidak terbangkit, tidak tergugah dan tidak tersalurkan secara bebas dan
kreatif. Penekanan kemampuan dan potensi riil dan kreatif dari pada
Tipe otokrasi ini apabila diterapkan dalam dunia pendidikan tidak tepat
karena dalam dunia pendidikan, kritik saran dan pendapatorang lain itu sangat
pendidikan.
b. Tipe Laissez-faire
bawahan. Selain itu, pembagian tugas menjadi tidak jelas, dan tidak terjadi
tugas-tugas yang dibebankan. Dengan kata lain pemimpin dengan tipe ini
rapat sekolah, kepala sekolah menyerahkan segala sesuatu kepada para tenaga
kegiatan yang akan dilakukan, serta sarana dan prasarana yang akan
digunakan. Kepala sekolah bersifat pasif, tidak ikut terlibat langsung dengan
argumentasi, adu kekuasaan dan adu kekuatan serta persaingan yang kurang
sehat diantara anggota disamping itu karena pemimpin sama sekali tidak
anggotanya.
maksimal, oleh karena tidak semua anggota staff pelaksana kerja itu memiliki
bimbingan, dorongan, dan koordinansi yang kontinyu dan sistematis dari pada
pimpinannya. Pada pihak lain lembaga kerja itu hampir sama sekali tidak
kecakapan yang ia miliki yang justru sangat dibutuhkan oleh suatu lembaga
Suprayogo, Tipe kepemimpinan ini sangat cocok sekali untuk orang yang
betul-betul dewasa dan benar-benar tau apa tujuan dan cita-cita bersama yang
harus dicapai.
penanggung jawab utama dari pada sukses tidaknya kegiatan kerja suatu
lembaga
Apalagi jika ada bawahan yang lebih cakap, lebih berbakat memimpin dari
aman bagi dirinya dan prestise jabatan menurut anggapannya, yaitu dengan
serta cara-cara kerja menurut konsepsi masing-masing yang dianggap baik dan
Kebudayaan.
c. Tipe Demokratis
Gaya atau tipe demokratis adalah kebalikan dari gaya otokratis. Selanjutnya
keputusan
kepada para tenaga kependidikan untuk ikut berperan aktif dalam membuat
petunjuk, serta bantuan kepada para tenaga pendidikan. Oleh karena itu dalam
rapat sekolah, kepala sekolah ikut melibatkan diri secara langsung dan
menghormati.
hukumnya.
sekolah.
a. Kepemimpinan Otokartis
dipimpinnya sangat
bergantung kepadanya. Sehubungan dengan itu, dengan bekerja keras dan
harus dipatuhi, dialah yang membuat peraturan yang harus ditaati, dia pula
dia sangat menentukan apa yang harus dikerjakan dan bagaimana cara
pendapat yang tidak dapat dibantah oleh guru-guru. Acara rapat dewan
disusunya sendiri, ia juga yang memimpin rapat itu dan ia tidak menghendaki
guru-guru keluar dari pokok pembicaraan dalam rapat itu. Ia memimpin rapat
secara tertib, teratur, tegas dan cepat. Mengingat besarnya tanggung jawab
baik antara sekolah dan masyarakat. Pada umumnya situasi sekolah tidak akan
menggembirakan guru- guru. sebagai akibatnya mereka bersifat acuh tak acuh
b. Kepemimpinan Pseudo-Demokratis
(Sitaniapessy, 2017:24).
dalam pergaulan disenangi dan disegani. Ia sangat sopan dan selalu ingin
sikap itu ditonjolkan dengan maksud supaya mendapat kepercayaan diri dari
perbincangan dan putusan bersama guru-guru itu pasti akan ditolak didalam
rapat. Acara rapat dewan disusun oleh suatu panitia yang bekerja sama dengan
harus disetujui dan diterima rapat. Jika ada guru-guru yang tidak dapat
akibatnya, setiap tahun ada guru-guru yang meminta pindah ke sekolah lain.
demokratis.
c. Kepemimpinan Laissez-faire
dalam pekerjaan, dan mereka tidak usah diawasi dalam melaksanakan tugas,
tipe ini bekerja tanpa rencana. Dia berpendapat bahwa suatu rencana akan
mengekang kebebasan guru, oleh karena itu bimbingan pun tidak diberikan
pekerjaan mereka tentu tidak teratur. Karena pekerjaan guru tidak teratur,
pekerjaan secara keseluruhan di sekolah itu umumnya juga sangat tidak teratur
dan kacau pada kata demokrasi. Ia sama sekali tidak menganakemaskan dan
menganaktirikan guru. Semuanya diperlakukan sama, semuanya merupakan
berlangsung tanpa susunan acara yang tersusun dengan rapi dan sistematis.
Ada kalanya rapat diadakan jika diminta oleh seorang atau beberapa guru saja.
meninggalkan rapat dan melakukan tugas lain. Sering rapat tersebut tidak
d. Kepemimpinan Demokratis
usaha- usaha mereka untuk mencoba suatu metode baru yang akan
sekolah.
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan
semua bawahan dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal dan
person atau individu pemimpin, akan tetapi kekuatannya justru terletak pada
bahwa tanggung jawab terletak pada pundak dewan guru seluruhnya, termasuk
kesuksesan.
antara lain:
ditempuh.
menempuh berbagai cara yang positif agar tujuan yang telah ditetapkan dapat
pendidikan dan tidak menyulitkan orang lain maupun diri sendiri sebagai
tipe kepemimpinan yang tepat karena walapun pada kenyataannya ada yang
melaksanakan indikator :
1) Standar kinerja
3) Evaluasi kinerja
b. Orientasi pada hubungan kemanusian, dengan sub indikator :
2) Mudah memahami