Fraud Audit Kelompok 4
Fraud Audit Kelompok 4
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya
dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema dari
makalah ini adalah “ Kasus PT Asabri (Persero)” periode 2012-2019.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Ibu Jenny Zain selaku dosen pengampu Fraud Auditing yang membimbing penulis dalam
pengerjaan tugas makalah ini.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum penulis ketahui.
Maka dari itu penulis mohon saran dan kritik dari teman-teman maupun dosen, demi tercapainya
makalah yang sempurna. Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I.1 latar Belakang……………………………………………………………...1
I.2 Identifikasi Masalah……………………………………………………….3
I.3 Rumusan Masalah…………………………………………………………3
I.4 Tujuan Makalah…………………………………………………………...3
I.5 Manfaat Makalah………………………………………………………….4
BAB IV KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Asuransi ataupun yang kerap disebut insurance merupakan suatu bentuk penanganan
risiko yang sudah ada sejak lama serta menjadi bisnis yang tumbuh pesat di Indonesia.
Pertumbuhan bisnis asuransi ini didasari oleh terus bertumbuhnya pemahaman masyarakat
dengan pentingnya proteksi pada sesuatu resiko yang dapat terjalin di masa yang akan tiba.
Setelah kena semprit BPK, Asabri di bawah direktur utama yang baru, Letnan Jenderal
Purnawirawan Sonny Widjaja, pada 3 Juni 2016, menyurati Wiracipta agar persekot sebesar Rp
802 miliar itu dikembalikan. Asabri juga menambahkan kewajiban bunga berjalan sebesar 7
persen per tahun—jauh di bawah bunga pinjaman bank komersial—terhitung sejak 14 Januari
2016 selama tiga tahun. Ditambah bunga, kewajiban Wiracipta menjadi Rp 832 miliar. Benny
menyanggupi, tapi mengajukan skema pelunasan sendiri. Benny hanya mau mengembalikan
tunai Rp 100 miliar. Sisanya dipenuhi dalam bentuk aset kaveling siap bangun di Serpong
Kencana yang dikembangkan Blessindo Terang Jaya, juga anak usaha Hanson. Benny awalnya
menawarkan 2.033 kaveling seluas 146.400 meter persegi. Pada 23-29 Juni 2016, Wiracipta
membayar Rp 100 miliar kepada Asabri. Perusahaan itu masih menunggak Rp 732 miliar. Rapat
direksi Asabri pada 13 Juli 2016 baru menyetujui usul Benny—kendati Benny sudah menyetor
uang muka pengembalian—tapi dengan sedikit modifikasi. Benny wajib membeli kembali
kaveling yang menjadi pengganti saham dan menjualnya, lalu hasil dan keuntungannya
diberikan kepada Asabri satu tahun kemudian.
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo menyebutkan
memang terdapat kerugian di portofolio dari sisi saham milik PT Asabri (Persero) namun belum
diketahui terkait jumlah kerugian tersebut. Kartika masih belum tahu waktu pasti dimulainya
terdapat kerugian pada saham Asabri sebab masih dilakukan investigasi bersama Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK). Namun, sekitar dua pertiga saham milik PT Asabri kini harganya
di bawah harga saat penawaran umum perdana (IPO). Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia
per 13 Januari 2020, dari saham yang dimiliki Asabri di atas lima persen, sebanyak 8 dari 13
saham tersebut lebih rendah dari harga saat IPO. Dari delapan saham tersebut, empat di
antaranya termasuk dalam saham "gocap" alias saham yang mentok di harga terendah di bursa
yaitu Rp50 per saham. Empat saham gocap tersebut antara lain, Sidomulyo Selaras Tbk (SDMU)
di mana harga IPO Rp225 per saham, Inti Agri Resources Tbk (IIKP) harga IPO Rp450 per
saham,SMR Utama Tbk (SMRU) harga IPO Rp600 per saham, dan Hanson Internasional Tbk
(MYRX) harga IPO bahkan mencapaiRp9.900/saham
Selanjutnya, pada tahun 2016, masih dengan auditor yang sama, laba Asabri tercatat
sebesar Rp 116 miliar dengan opini audit Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Sedangkan, pada
tahun 2017 laba Asabri kemudian tercatat melonjak menjadi Rp 943 miliar, naik 7 kali lipat dari
tahun sebelumnya, dengan opini audit Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Di periode ini PwC
juga yang bertindak sebagai auditornya. Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga
mengharapkan pihak-pihak yang berutang seperti Heru Hidayat dan Benny Tjokrosaputro bisa
memenuhi tanggung jawab atas utang-utangnya, supaya juga bisa membantu Asabri dalam
pembenahan
Kapuspenkum Kejaksaan Agung Leonard Eben Ezer Simanjuntak (kiri) bersama Dir Tipikor
Bareskrim Polri, Brigjen Pol Djoko Poerwanto (kanan) berbincang saat memberikan keterangan
pers usai menggelar gelar perkara penanganan kasus dugaan korupsi pada PT Asabri (Persero) di
Kejaksaan Agung, Jakarta, Rabu (30/12/2020). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/rwa.
Kasus dugaan korupsi Asabri ini merugikan keuangan negara sebesar Rp23,7 triliun
Jakarta (ANTARA) - Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung Leonard Eben Ezer
Simanjuntak menjelaskan kronologi kasus dugaan korupsi dalam pengelolaan keuangan dan
dana investasi oleh PT. Asuransi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Asabri).
Dalam penjelasan di Jakarta, Senin (1/2) malam, ia menyebutkan pada tahun 2012 hingga 2019,
Direktur Utama, Direktur Investasi dan Keuangan serta Kadiv Investasi Asabri bersepakat
dengan pihak di luar Asabri yang bukan merupakan konsultan investasi ataupun manajer
investasi yaitu Heru Hidayat, Benny Tjokrosaputro dan Lukman Purnomosidi untuk membeli
atau menukar saham dalam portofolio Asabri dengan saham-saham milik Heru Hidayat, Benny
Tjokrosaputro dan Lukman dengan harga yang telah dimanipulasi menjadi tinggi dengan tujuan
agar kinerja portofolio Asabri terlihat seolah-olah baik.
Setelah saham-saham tersebut menjadi milik Asabri, kemudian saham-saham tersebut
ditransaksikan atau dikendalikan oleh Heru, Benny dan Lukman berdasarkan kesepakatan
bersama dengan Direksi Asabri sehingga seolah-olah saham tersebut bernilai tinggi dan likuid,
padahal transaksi-transaksi yang dilakukan hanya transaksi semu dan menguntungkan Heru,
Benny dan Lukman serta merugikan investasi Asabri, karena Asabri menjual saham-saham
dalam portofolionya dengan harga dibawah harga perolehan saham-saham tersebut.
Untuk menghindari kerugian investasi Asabri, maka saham-saham yang telah dijual di bawah
harga perolehan, dibeli kembali dengan nomine Heru, Benny dan Lukman serta dibeli lagi oleh
Asabri melalui underlying reksadana yang dikelola oleh manajer investasi yang dikendalikan
oleh Heru dan Benny.
Seluruh kegiatan investasi Asabri pada 2012 sampai 2019 tidak dikendalikan oleh Asabri,
namun seluruhnya dikendalikan oleh Heru, Benny dan Lukman.
Leonard menyebut kasus dugaan korupsi Asabri ini merugikan keuangan negara sebesar Rp23,7
triliun.
Pada Senin, jaksa penyidik Jampidsus Kejaksaan Agung menetapkan delapan tersangka dalam
penyidikan kasus dugaan korupsi dalam pengelolaan keuangan dan dana investasi oleh PT.
Asuransi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Asabri).
"Delapan orang tersangka adalah inisial ARD, SW, HS, BE, IWS, LP, BT dan HH," kata
Leonard.
Delapan tersangka tersebut adalah mantan Direktur Utama PT Asabri periode tahun 2011 -
Maret 2016 (Purn) Mayjen Adam Rachmat Damiri, mantan Direktur Utama PT Asabri periode
Maret 2016 - Juli 2020 (Purn) Letjen Sonny Widjaja, eks Direktur Keuangan PT Asabri periode
Oktober 2008-Juni 2014 Bachtiar Effendi, mantan Direktur Asabri periode 2013 - 2014 dan
2015 - 2019 Hari Setiono, Kepala Divisi Investasi PT Asabri Juli 2012 - Januari 2017 Ilham W.
Siregar dan Direktur Utama PT Prima Jaringan Lukman Purnomosidi.
Kemudian Dirut PT Hanson International Tbk Benny Tjokrosaputro dan Komisaris PT Trada
Alam Minera Heru Hidayat. Baik Benny maupun Heru merupakan tersangka dalam kasus
korupsi di PT Asuransi Jiwasraya.
Direktur Utama (Dirut) PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia atau Asabri
(Persero), R Wahyu Suparyono, membeberkan penyebab lain korupsi di perusahaan itu.
"Buruknya pengelolaan perusahaan, juga korupsi lantaran adanya penunjukan staf ahli yang
asal-asalan," kata Wahyu, saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR, di
Jakarta, Rabu (9/6/2021).
Dia mengungkapkan, buruknya pengelolaan perusahaan itu, terungkap seminggu setelah dia
menjalani tugas sebagai Dirut Asabri, setelah ditunjuk Menteri Badan Usaha Milik Negara
(BUMN), Erick Thohir.
Dari penelusuran manajemen, kemudian ada enam orang staf ahli yang dipecat, menyusul
mantan Dirut Asabri. Sebab, penunjukan staf ahli tersebut tanpa persetujuan dewan direksi.
“Jadi direktur utama (sebelumnya) tanda tangan sendiri penunjukan keenam staf ahli tanpa
persetujuan dewan direksi. Ini berbahaya karena internal control installationnya jadi kolektif
kolegial, padahal seharusnya staf ahlinya profesional karena penting sekali untuk industri
keuangan,” ujar Wahyu.
Untuk memperbaiki kinerja perusahan, Wahyu mengungkapkan, kunci utama yang harus
dilakukan adalah menyelesaikan perkara integritas para pejabat perusahaan.
Meskipun para petinggi BUMN sudah dinyatakan lulus ujian dari Otoritas Jasa Keuangan
(OJK). Dia menilai, uji kelayakan tersebut tidak menjamin dilakukan tindak pidana korupsi di
internal BUMN.
Manajemen pun berharap, pihak seperti Polri, Kementerian BUMN, Kementerian Keuangan dan
Kejaksaan Agung tetap memperketat proses pengawasan bagi Asabri. Upaya ini agar tindak
pidana korupsi tidak kembali terulang.
“Jadi saya kira untuk membereskan PT Asabri itu integritas dulu diselesaikan, setelah itu yang
nyolong-nyolong pasti sudah selesai,” ujar Wahyu
Atas perbuatannya, para tersangka dikenakan pasal sangkaan primer yakni Pasal 2 ayat (1) jo.
Pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana
telah diubah dan ditambah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU No. 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP
serta subsidair Pasal 3 jo. Pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak pidana Korupsi jo. Pasal
55 ayat (1) ke 1 KUHP, demikian Leonard Eben Ezer Simanjuntak.
Jaksa Penuntut Umum Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) telah membacakan tuntutan
kepada para tujuh terdakwa kasus korupsi PT Asabri (Persero).
Ketujuh terdakwa tersebut antara lain, Lukman Purnomosidi, Jimmy Sutopo, Bachtiar Effendi,
Hari Setianto, Adam Damiri, Heru Hidayat dan Sonny Widjaja.
Para terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melanggar Pasal 2 ayat (1) Undang-
undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dan ditambah dengan Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Akibat perbuatan para
terdakwa, PT Asabri (Persero) mengalami kerugian senilai Rp 22,7 triliun.
1.Terdakwa Lukman Purnomosidi
• Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melanggar Pasal 2 ayat (1) Undang-
undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dan ditambah dengan Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP;
• pidana penjara selama 13 (tiga belas) tahun dikurangi selama Terdakwa ditahan;
• pidana denda sebesar Rp. 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah) subsidiair pidana
kurungan selama 6 (enam) bulan;
• membayar uang pengganti sebesar Rp. 1.341.718.048.900 (satu triliun tiga ratus empat puluh
satu milyar tujuh ratus delapan belas juta empat puluh delapan ribu sembilan ratus rupiah )
dengan ketentuan jika Terpidana tidak membayar uang pengganti paling lama dalam waktu 1
bulan sesudah putusan berkekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh Jaksa
dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut, dan jika Terpidana tidak mempunyai harta
benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti tersebut maka di pidana penjara selama
6 (enam) tahun 6 (enam) bulan.
• Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melanggar Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dan ditambah dengan Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP dan Pasal 3
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang.
• pidana penjara selama 15 (lima belas) tahun dikurangi selama Terdakwa ditahan;
• pidana denda sebesar Rp. 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah) subsidiair pidana
kurungan selama 6 (enam) bulan;
• membayar uang pengganti sebesar Rp. 314.868.567.350 (tiga ratus empat belas milyar delapan
ratus enam puluh delapan juta lima ratus enam puluh tujuh tiga ratus lima puluh rupiah) dengan
ketentuan jika Terpidana tidak membayar uang pengganti paling lama dalam waktu 1 bulan
sesudah putusan berkekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh Jaksa dan
dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut, dan jika Terpidana tidak mempunyai harta
benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti tersebut maka di pidana penjara selama
7 (tujuh) tahun 6 (enam) bulan.
• Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melanggar Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dan ditambah dengan Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP;
• pidana penjara selama 12 (dua belas) tahun dikurangi selama Terdakwa ditahan;
• pidana denda sebesar Rp. 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah) subsidiair pidana
kurungan selama 6 (enam) bulan;
• membayar uang pengganti sebesar Rp. 453.783.950 (empat ratus lima puluh tiga juta tujuh
ratus delapan puluh tiga ribu sembilan ratus lima puluh rupiah) dengan ketentuan jika Terpidana
tidak membayar uang pengganti paling lama dalam waktu 1 bulan sesudah putusan berkekuatan
hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh Jaksa dan dilelang untuk menutupi uang
pengganti tersebut, dan jika Terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk
membayar uang pengganti tersebut maka di pidana penjara selama 6 (enam) tahun.
• pidana penjara selama 14 (empat belas) tahun dikurangi selama Terdakwa ditahan;
• pidana denda sebesar Rp. 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah) subsidiair pidana
kurungan selama 6 (enam) bulan;
• membayar uang pengganti sebesar Rp. 873.883.500 (delapan ratus tujuh puluh tiga juta
delapan ratus delapan puluh tiga ribu lima ratus rupiah) dengan ketentuan jika Terpidana tidak
membayar uang pengganti paling lama dalam waktu 1 bulan sesudah putusan berkekuatan
hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh Jaksa dan dilelang untuk menutupi uang
pengganti tersebut, dan jika Terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk
membayar uang pengganti tersebut maka di pidana penjara selama 7 (tujuh) tahun.
• Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melanggar Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dan ditambah dengan Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP;
• pidana denda sebesar Rp. 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah) subsidiair pidana
kurungan selama 6 (enam) bulan;
• membayar uang pengganti sebesar Rp. 17.972.600.000 (tujuh belas milyar sembilan ratus tujuh
puluh dua juta enam ratus ribu rupiah) dengan ketentuan jika Terpidana tidak membayar uang
pengganti paling lama dalam waktu 1 bulan sesudah putusan berkekuatan hukum tetap, maka
harta bendanya dapat disita oleh Jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut, dan
jika Terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti
tersebut maka di pidana penjara selama 5 (lima) tahun.
• Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melanggar Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dan ditambah dengan Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP;
• membayar uang pengganti senilai Rp 64,5 miliar. Jika tidak dibayar, diganti penjara selama 5
tahun.
• Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melanggar Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dan ditambah dengan Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP dan kedua
primair Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang.