Anda di halaman 1dari 21

KASUS PT ASABRI (PERSERO) PERIODE 2012-2019

Dosen Pengampu : Jenny Zain, S.Ak., M.Ak.

Disusun Oleh Kelompok 4 :


1.
2.
3.
4.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya
dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema dari
makalah ini adalah “ Kasus PT Asabri (Persero)” periode 2012-2019.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Ibu Jenny Zain selaku dosen pengampu Fraud Auditing yang membimbing penulis dalam
pengerjaan tugas makalah ini.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum penulis ketahui.
Maka dari itu penulis mohon saran dan kritik dari teman-teman maupun dosen, demi tercapainya
makalah yang sempurna. Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih.

Medan, 7 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
I.1 latar Belakang……………………………………………………………...1
I.2 Identifikasi Masalah……………………………………………………….3
I.3 Rumusan Masalah…………………………………………………………3
I.4 Tujuan Makalah…………………………………………………………...3
I.5 Manfaat Makalah………………………………………………………….4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II.1 Pengertian Fraud…………………………………………………………..5
II.2 Jenis-Jenis Fraud………………………………………………………….5

BAB III PEMBAHASAN


III.1 Gambaran Kasus PT Asabri………………………..……………………...8
III.2 Kronologi Kasus PT Asabri…………………………………………..…...8
III.3 Pembahasan Kasus PT Asabri………………………………..…………..11
 Fraud Scheme…………………………………………………………….11
 Fraud Detection…………………………………………………………..11
 Fraud Investigation…………………………………………………...….11
 Fraud Prevention……………………………….……...…………………12
 Tinjauan Hukum………………………………………………………….13

BAB IV KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Asuransi ataupun yang kerap disebut insurance merupakan suatu bentuk penanganan
risiko yang sudah ada sejak lama serta menjadi bisnis yang tumbuh pesat di Indonesia.
Pertumbuhan bisnis asuransi ini didasari oleh terus bertumbuhnya pemahaman masyarakat
dengan pentingnya proteksi pada sesuatu resiko yang dapat terjalin di masa yang akan tiba.

Menurut Farodis (2014:11) Industri asuransi mempunyai kedudukan dalam perihal


melaksanakan aksi untuk melimpahkan, mengalihkan ataupun menyalurkan efek yang
ditanggungkan kepada orang lain dengan ketentuan melaksanakan pembayaran premi dalam
rentang waktu secara tertib selaku ubah polis untuk proteksi terhadap efek yang dimungkinkan
terjalin di masa depan bersamaan dengan ketidakjelasan itu sendiri. PT ASABRI (Persero) ialah
Badan Usaha Milik Negeri (BUMN) Perseroan terbatas dimana segala sahamnya milk Negeri.
PT ASABRI (Persero) ialah industri asuransi jiwa sosial yang diselenggarakan secara harus
bersumber pada undang- undang serta membagikan proteksi untuk kepentingan Tentara
Nasional Indonesia (TNI)/Polri. Ada pula sebagian program yang diberikan oleh PT
ASABRI( Persero) merupakan THT( Tabungan Hari Tua), JKK( Jaminan Kecelakaan Kerja),
JKm( Jaminan Kematian), serta Program Pensiun. Sebagai industri besar milik negara PT
ASABRI (Persero) memiliki banyak sekali peserta aktif maupun pensiun, dikarenakan semula
prajurit TNI serta Polri merupakan partisipan TASPEN( Tabungann serta Asuransi Pegawai
Negara). Terdapatnya kebijaksanaan pemerintah dalam mengurangi jumlah prajurit, potensi
risiko tinggi dengan banyaknya prajurit yang menyudahi sebab gugur ataupun tewas dalam
melaksanakan tugas serta jumlah iuran yang dikumpulkan tidak sebanding dengan jumlah klaim
yang diajukan partisipan, maka upaya yang dilakukan untuk mensejahterakan Prajurit Tentara
Nasional Indoneisa dan Polri adalah dengan membentuk lembaga asuransi yang lebih cocok
yakni PT ASABRI (Persero).
Partisipan ASABRI merupakan tiap Prajurit Tentara Nasional Indonesia , anggota Polri
dan Pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN). Jadi dipastikan jumlahnya sangat banyak, hampir
setiap hari kantor PT ASABRI (Persero) Malang tidak pernah sepi karena kedatangan para
peserta pensiun, baik yang mengajukan klaim, mengajukan program pensiun pertama maupun
mengurus berkas terkait kepesertaan sebagai peserta PT ASABRI (Persero). Yang mana ini
sangat berpengaruh terhadap kecepatan dan kenyamanan peserta yang datang ke kantor
ASABRI. Dimasa Pandemi Covid-19 ini Pemerintah juga sudah menerapkan Social Distancing,
dan juga membatasi jam operasional perusahaan. Sehingga ini menjadi salah satu masalah yang
dihadapi PT ASABRI (Persero) dalam memberikan pelayanannya.

Melihat banyakanya peserta aktif dan pensiun PT ASABRI ( Persero) mempunyai


program Office Channeling (OC) untuk menunjang dan memaksimalkan kegiatan pelayanan.
Office Channeling sendiri merupakan program perluasan jaringan yang dapat mendekatkan akses
layanan kepada peserta aktif maupun pensiun agar tercipta layanan yang cepat dan akurat.
Dalam pelayanannya PT ASABRI (Persero) juga menerapkan sistem satu jam pelayanan,
dimana ini sebagai indikasi bahwa setiap ada peserta yang mengajukan klaim asuransi pensiun.
Maka pelayanan yang diberikan tidak melebihi batas waktu yang telah ditetapkan perusahaan
tersebut yakni maksimal satu jam. Ini juga berfungsi agar produktifitas dan efisiensi kinerja
karyawan bisa terjaga dengan baik dan juga diharapkan para peserta merasakan kepuasan
terhadap pelayanan yang diberikan karyawan PT ASABRI (Persero).
I.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka identifikasi masalah dalam makalah ini adalah :
1. Adanya Fraud Scheme dalam kasus PT Asabri (Persero)
2. Adanya Fraud Detection dalam kasus PT Asabri (Persero)
3. Adanya Fraud Investigation dalam kasus PT Asabri (Persero)
4. Adanya Fraud Prevention dalam kasus PT Asabri (Persero)
5. Adanya Tinjauan Hukum dalam kasus PT Asabri (Persero)

I.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana Fraud Scheme dalam kasus PT Asabri (Persero)
2. Bagaimana Fraud Detection dalam kasus PT Asabri (Persero)
3. Bagaimana Fraud Investigation dalam kasus PT Asabri (Persero)
4. Bagaimana Fraud Prevention dalam kasus PT Asabri (Persero)
5. Bagaimana Tinjauan Hukum dalam kasus PT Asabri (Persero)

I.4 Tujuan Makalah


Adapun tujuan dalam makalah ini :
1. Untuk mengetahui Fraud Scheme dalam kasus PT Asabri (Persero)
2. Untuk mengetahui Fraud Detection dalam kasus PT Asabri (Persero)
3. Untuk mengetahui Fraud Investigation dalam kasus PT Asabri (Persero)
4. Untuk mengetahui Fraud Prevention dalam kasus PT Asabri (Persero)
5. Untuk mengetahui Tinjauan Hukum dalam kasus PT Asabri (Persero)

I.5 Manfaat Makalah


Adapun manfaat dalam makalah ini yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari riset ini diharapkan sebagai referensi dalam penelitian Tugas Akhir selanjutnya yang
lebih mendalam, terutama mengenai implementasi pengajuan klaim asuransi pada Kantor
Cabang PT ASABRI (Persero) Malang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman kemudian dari pengalaman ini menjadikan
mahasiswa mengetahui dunia kerja yang sesungguhnya, sehingga bisa diterapkan di perusahaan.
b. Bagi Universitas
Memberikan gambaran kesiapan sejauh mana mahasiswa siap menghadapi dunia kerja dengan
ilmu yang sudah didapat di perkuliahan, kemudian diaplikasikan di dunia kerja nyata.
c. Bagi Kantor Cabang PT ASABRI (Persero) Malang
Memberikan pengalaman kerja dan memecahkan masalah yang ada diperusahaan dan akan
bersaing dengan sehat di dunia kerja.
d. Bagi Pembaca
Sebagai bahan pembelajaran, dan referensi untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan
mengenai implementasi pengajuan klaim asuransi pada Kantor Cabang PT ASABRI (Persero)
Malang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Fraud


Fraud (kecurangan) merupakan penipuan yang dibuat secara sengaja untuk mendapatkan
keuntungan pribadi atau untuk merugikan orang lain. Yang melakukan fraud (kecurangan)
adalah untuk memiliki sesuatu atau harta benda atau jasa atau keuntungan dengan cara tidak adil
atau curang. Kecurangan dapat dilakukan melalui pemalsuan terhadap barang atau benda dalam
hukum pidana secara umum disebut dengan pencurian dengan penggelapan dan penipuan.

II.2 Jenis-Jenis Fraud


Terdapat beberapa jenis fraud yaitu :
1. Fraud Terhadap Aset (Asset Misappropriation), penyalahgunaan aset
perusahaan/lembaga, entah itu dicuri atau digunakan untuk keperluan pribadi—tanpa ijin dari
perusahaan/lembaga. Seperti kita ketahui, aset perusahaan/lembaga bisa berbentuk kas (uang
tunai) dan non-kas. Sehingga, asset misappropriation dikelompokan menjadi 2 macam:

 Cash Misappropriation – Penyelewengan terhadap aset yang berupa kas (Misalnya:


penggelapan kas, nilep cek dari pelanggan, menahan cek pembayaran untuk vendor)
 Non-cash Misappropriation – Penyelewengan terhadap aset yang berupa non-kas
(Misalnya: menggunakan fasilitas perusahaan/lembaga untuk kepentingan pribadi).

2. Fraud Terhadap Laporan Keuangan (Fraudulent Statements), ACFE membagi jenis


fraud ini menjadi 2 macam, yaitu: (a) financial; dan (b) non-financial. Saya lebih suka
mengatakan: segala tindakan yang membuat Laporan Keuangan menjadi tidak seperti yang
seharusnya (tidak mewakili kenyataan), tergolong kelompok fraud terhadap laporan keuangan.
Misalnya:

 Memalsukan bukti transaksi


 Mengakui suatu transaksi lebih besar atau lebih kecil dari yang seharusnya,
 Menerapkan metode akuntansi tertentu secara tidak konsisten untuk menaikan atau
menurunkan laba
 Menerapkan metode pangakuan aset sedemikian rupa sehingga aset menjadi nampak
lebih besar dibandingkan yang seharusnya.
 Menerapkan metode pangakuan liabilitas sedemikian rupa sehingga liabiliats menjadi
nampak lebih kecil dibandingkan yang seharusnya.

3. Korupsi (Corruption) , ACFE membagi jenis tindakan korupsi menjadi 2 kelompok,


yaitu:

 Konflik kepentingan (conflict of interest), Saya mengalami kesulitan mencari kalimat


yang paling tepat untuk mendeskripsikan. Contoh sederhananya begini: Seseorang atau
kelompok orang di dalam perusahaan/lembaga (biasanya manajemen level) memiliki
‘hubungan istimewa’ dengan pihak luar (entah itu orang atau badan usaha). Dikatakan
memiliki ‘hubungan istimewa’ karena memiliki kepentingan tertentu (misal: punya
saham, anggota keluarga, sahabat dekat, dll). Ketika perusahaan/lembaga bertransaksi
dengan pihak luar ini, apabila seorang manajer/eksekutif mengambil keputusan tertentu
untuk melindungi kepentingannya itu, sehingga mengakibatkan kerugian bagi
perusahaan/lembaga, maka ini termasuk tindakan fraud. Kita di Indonesia menyebut ini
dengan istilah: kolusi dan nepotisme.
 Menyuap atau Menerima Suap, Imbal-Balik (briberies and excoriation) – Suap,
apapun jenisnya dan kepada siapapun, adalah tindakan fraud. Menyupa dan menerima
suap, merupakan tindakan fraud. Tindakan lain yang masuk dalam kelompok fraud ini
adalah: menerima komisi, membocorkan rahasia perusahaan/lembaga (baik berupa data
atau dokumen) apapun bentuknya, kolusi dalam tender tertentu.
BAB III
PEMBAHASAN

III.1 Gambaran Kasus PT Asabri (Persero) Malang

III.2 Kronologi Kasus PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk


Kasus ini bermula ketika Direktur Utama, Direktur Investasi, dan Direktur Keuangan
serta Kadiv Investasi Asabri bersepakat dengan pihak luar yang bukan merupakan konsultan
investasi ataupun manajer investasi untuk membeli atau menukar saham dalam portofolio PT
Asabri (Persero) pada rentang tahun 2012-2019. Mereka menukar saham dalam portofolio PT
Asabri (Persero) dengan saham-saham milik Heru Hidayat, Benny Tjokrosaputro dan Lukman
dengan harga yang telah dimanipulasi menjadi tinggi. Manipulasi harga tersebut bertujuan agar
kinerja portofolio PT Asabri (Persero) terlihat seolah-olah baik. Setelah saham-saham tersebut
menjadi milik PT Asabri (Persero) kemudian saham tersebut ditransaksikan atau dikendalikan
oleh Heru, Benny, dan Lukman berdasarkan kesepakatan bersama dengan direksi PT Asabri
(Persero), sehingga saham tersebut seolah-olah bernilai tinggi dan likuid. Padahal transaksi
tersebut hanya transaksi semu untuk menguntungkan Heru, Benny, dan Lukman serta merugikan
investasi PT Asabri (Persero).

Hal tersebut dikarenakan PT Asabri (Persero) menjual saham-saham dalam portofolionya


dengan harga di bawah harga perolehan saham tersebut. Untuk menghindari kerugian PT Asabri
(Persero) menjual kembali saham tersebut dengan Nomine Heru, Benny, dan Lukman, serta
dibeli lagi oleh PT Asabri (Persero) oleh manajer investasi yang dikendalikan Heru dan Benny.
Atas perbuatannya para terdakwa diancam dengan pidana Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 18 UU No.
31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan
UU No. 20 Tahun 2001 jo Pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUHP.

Kasus PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Persero)


atau Asabri mendengung sejak 3 Februari 2017, ketika hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan
keluar. Hitungan awal auditor negara menaksir potensi kerugian investasi Asabri, yang
mengalihkan investasinya dari deposito ke penempatan saham langsung dan reksa dana sejak
2013, bisa mencapai Rp 16 triliun. Pernyataan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan
Keamanan Mahfud Md, Jumat, 10 Januari 2020, menguatkan rumor tersebut. Mahfud mengaku
telah mendapat informasi tentang masalah di tubuh Asabri. Dalam audit BPK, Asabri kedapatan
membeli saham bodong senilai Rp 802 miliar. Perseroan juga tercatat membeli dua saham
gorengan, yakni milik PT Eureka Prima Jakarta Tbk (LCGP) senilai Rp 203,9 miliar dan PT
Sugih Energy Tbk (SUGI) sebesar Rp 452 miliar. Ada juga pelepasan dua belas saham non-blue
chip senilai Rp 1,062 triliun, sebelumnya dibeli dengan harga Rp 987 miliar ke reksa dana
afiliasi yang diduga bertujuan mengerek keuntungan akhir tahun. Selain itu, BPK menyoroti
pembelian ribuan kaveling tanpa sertifikat senilai Rp732M
Pada 2017, penempatan dana Asabri di portofolio saham mencapai Rp 5,34 triliun dan
reksa dana Rp 3,35 triliun. Sisa investasi mereka di deposito, yang paling likuid ketika
dibutuhkan, tinggal Rp 2,02 triliun. Belum ada informasi terbaru tentang sebaran investasi
Asabri karena tidak ada publikasi laporan keuangan dari perusahaan sejak 2018. Pada 8
September 2015, Benny Tjokrosaputro, pemilik Hanson International, menyurati Direktur Utama
Asabri saat itu, Mayor Jenderal Tentara Nasional Indonesia Purnawirawan Adam Damiri, untuk
menawarkan kepemilikan 18 persen saham PT Harvest Time, yang dimiliki anak usaha Hanson
yang lain, yaitu PT Wiracipta Senasatria, senilai Rp 1,2 triliun.Masalah muncul karena Wiracipta
tidak pernah memiliki 18 persen saham Harvest yang diklaim Benny. Wiracipta hanya
mengempit 13 persen, itu pun telah dijual ke PT BW Plantation. Manajemen Asabri mengaku
baru mengetahuinya setelah ada pemeriksaan BPK. Saat pemeriksaan, direksi Asabri mengaku
pembelian saham tanpa melalui proses uji tuntas dan studi kelayakan.

Setelah kena semprit BPK, Asabri di bawah direktur utama yang baru, Letnan Jenderal
Purnawirawan Sonny Widjaja, pada 3 Juni 2016, menyurati Wiracipta agar persekot sebesar Rp
802 miliar itu dikembalikan. Asabri juga menambahkan kewajiban bunga berjalan sebesar 7
persen per tahun—jauh di bawah bunga pinjaman bank komersial—terhitung sejak 14 Januari
2016 selama tiga tahun. Ditambah bunga, kewajiban Wiracipta menjadi Rp 832 miliar. Benny
menyanggupi, tapi mengajukan skema pelunasan sendiri. Benny hanya mau mengembalikan
tunai Rp 100 miliar. Sisanya dipenuhi dalam bentuk aset kaveling siap bangun di Serpong
Kencana yang dikembangkan Blessindo Terang Jaya, juga anak usaha Hanson. Benny awalnya
menawarkan 2.033 kaveling seluas 146.400 meter persegi. Pada 23-29 Juni 2016, Wiracipta
membayar Rp 100 miliar kepada Asabri. Perusahaan itu masih menunggak Rp 732 miliar. Rapat
direksi Asabri pada 13 Juli 2016 baru menyetujui usul Benny—kendati Benny sudah menyetor
uang muka pengembalian—tapi dengan sedikit modifikasi. Benny wajib membeli kembali
kaveling yang menjadi pengganti saham dan menjualnya, lalu hasil dan keuntungannya
diberikan kepada Asabri satu tahun kemudian.

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo menyebutkan
memang terdapat kerugian di portofolio dari sisi saham milik PT Asabri (Persero) namun belum
diketahui terkait jumlah kerugian tersebut. Kartika masih belum tahu waktu pasti dimulainya
terdapat kerugian pada saham Asabri sebab masih dilakukan investigasi bersama Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK). Namun, sekitar dua pertiga saham milik PT Asabri kini harganya
di bawah harga saat penawaran umum perdana (IPO). Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia
per 13 Januari 2020, dari saham yang dimiliki Asabri di atas lima persen, sebanyak 8 dari 13
saham tersebut lebih rendah dari harga saat IPO. Dari delapan saham tersebut, empat di
antaranya termasuk dalam saham "gocap" alias saham yang mentok di harga terendah di bursa
yaitu Rp50 per saham. Empat saham gocap tersebut antara lain, Sidomulyo Selaras Tbk (SDMU)
di mana harga IPO Rp225 per saham, Inti Agri Resources Tbk (IIKP) harga IPO Rp450 per
saham,SMR Utama Tbk (SMRU) harga IPO Rp600 per saham, dan Hanson Internasional Tbk
(MYRX) harga IPO bahkan mencapaiRp9.900/saham

Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (P2PK) Kementerian Keuangan (Kemkeu) akan


memberikan sanksi tegas pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terbukti melakukan audit dan
memberikan opini tidak sesuai dengan kode etik atau standar pemeriksaan pada laporan
keuangan PT Asabri (persero).Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan Hadiyanto
mengatakan, Asabri biasanya diaudit oleh KAP yang terdaftar. Sanksi yang akan diberikan,
lanjutnya, disesuai dengan tingkat kesalahan KAP yang bersangkutan. “Bisa bersifat teguran
maupun pembebasan sementara dari praktik sebagai akuntan publik,” tutur Hadiyanto.
Berdasarkan laporan keuangan, di tahun 2014 laba Asabri tercatat mencapai Rp 245 miliar
dengan Opini Audit Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Saat itu KAP yang tercatat melakukan
audit adalah Heliantono & Rekan. Kemudian di tahun 2015, dengan auditor yang sama, laba
Asabri tercatat menjadi Rp 347 miliar dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

Selanjutnya, pada tahun 2016, masih dengan auditor yang sama, laba Asabri tercatat
sebesar Rp 116 miliar dengan opini audit Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Sedangkan, pada
tahun 2017 laba Asabri kemudian tercatat melonjak menjadi Rp 943 miliar, naik 7 kali lipat dari
tahun sebelumnya, dengan opini audit Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Di periode ini PwC
juga yang bertindak sebagai auditornya. Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga
mengharapkan pihak-pihak yang berutang seperti Heru Hidayat dan Benny Tjokrosaputro bisa
memenuhi tanggung jawab atas utang-utangnya, supaya juga bisa membantu Asabri dalam
pembenahan

III. 2 Pembahasan tentang kasus PT. Asabri

Kapuspenkum Kejaksaan Agung Leonard Eben Ezer Simanjuntak (kiri) bersama Dir Tipikor
Bareskrim Polri, Brigjen Pol Djoko Poerwanto (kanan) berbincang saat memberikan keterangan
pers usai menggelar gelar perkara penanganan kasus dugaan korupsi pada PT Asabri (Persero) di
Kejaksaan Agung, Jakarta, Rabu (30/12/2020). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/rwa.

Kasus dugaan korupsi Asabri ini merugikan keuangan negara sebesar Rp23,7 triliun

Jakarta (ANTARA) - Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung Leonard Eben Ezer
Simanjuntak menjelaskan kronologi kasus dugaan korupsi dalam pengelolaan keuangan dan
dana investasi oleh PT. Asuransi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Asabri).

Dalam penjelasan di Jakarta, Senin (1/2) malam, ia menyebutkan pada tahun 2012 hingga 2019,
Direktur Utama, Direktur Investasi dan Keuangan serta Kadiv Investasi Asabri bersepakat
dengan pihak di luar Asabri yang bukan merupakan konsultan investasi ataupun manajer
investasi yaitu Heru Hidayat, Benny Tjokrosaputro dan Lukman Purnomosidi untuk membeli
atau menukar saham dalam portofolio Asabri dengan saham-saham milik Heru Hidayat, Benny
Tjokrosaputro dan Lukman dengan harga yang telah dimanipulasi menjadi tinggi dengan tujuan
agar kinerja portofolio Asabri terlihat seolah-olah baik.
Setelah saham-saham tersebut menjadi milik Asabri, kemudian saham-saham tersebut
ditransaksikan atau dikendalikan oleh Heru, Benny dan Lukman berdasarkan kesepakatan
bersama dengan Direksi Asabri sehingga seolah-olah saham tersebut bernilai tinggi dan likuid,
padahal transaksi-transaksi yang dilakukan hanya transaksi semu dan menguntungkan Heru,
Benny dan Lukman serta merugikan investasi Asabri, karena Asabri menjual saham-saham
dalam portofolionya dengan harga dibawah harga perolehan saham-saham tersebut.

Untuk menghindari kerugian investasi Asabri, maka saham-saham yang telah dijual di bawah
harga perolehan, dibeli kembali dengan nomine Heru, Benny dan Lukman serta dibeli lagi oleh
Asabri melalui underlying reksadana yang dikelola oleh manajer investasi yang dikendalikan
oleh Heru dan Benny.

Seluruh kegiatan investasi Asabri pada 2012 sampai 2019 tidak dikendalikan oleh Asabri,
namun seluruhnya dikendalikan oleh Heru, Benny dan Lukman.

Leonard menyebut kasus dugaan korupsi Asabri ini merugikan keuangan negara sebesar Rp23,7
triliun.

Pada Senin, jaksa penyidik Jampidsus Kejaksaan Agung menetapkan delapan tersangka dalam
penyidikan kasus dugaan korupsi dalam pengelolaan keuangan dan dana investasi oleh PT.
Asuransi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Asabri).

"Delapan orang tersangka adalah inisial ARD, SW, HS, BE, IWS, LP, BT dan HH," kata
Leonard.

Delapan tersangka tersebut adalah mantan Direktur Utama PT Asabri periode tahun 2011 -
Maret 2016 (Purn) Mayjen Adam Rachmat Damiri, mantan Direktur Utama PT Asabri periode
Maret 2016 - Juli 2020 (Purn) Letjen Sonny Widjaja, eks Direktur Keuangan PT Asabri periode
Oktober 2008-Juni 2014 Bachtiar Effendi, mantan Direktur Asabri periode 2013 - 2014 dan
2015 - 2019 Hari Setiono, Kepala Divisi Investasi PT Asabri Juli 2012 - Januari 2017 Ilham W.
Siregar dan Direktur Utama PT Prima Jaringan Lukman Purnomosidi.

Kemudian Dirut PT Hanson International Tbk Benny Tjokrosaputro dan Komisaris PT Trada
Alam Minera Heru Hidayat. Baik Benny maupun Heru merupakan tersangka dalam kasus
korupsi di PT Asuransi Jiwasraya.

Direktur Utama (Dirut) PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia atau Asabri
(Persero), R Wahyu Suparyono, membeberkan penyebab lain korupsi di perusahaan itu.

"Buruknya pengelolaan perusahaan, juga korupsi lantaran adanya penunjukan staf ahli yang
asal-asalan," kata Wahyu, saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR, di
Jakarta, Rabu (9/6/2021).

Dia mengungkapkan, buruknya pengelolaan perusahaan itu, terungkap seminggu setelah dia
menjalani tugas sebagai Dirut Asabri, setelah ditunjuk Menteri Badan Usaha Milik Negara
(BUMN), Erick Thohir.

Dari penelusuran manajemen, kemudian ada enam orang staf ahli yang dipecat, menyusul
mantan Dirut Asabri. Sebab, penunjukan staf ahli tersebut tanpa persetujuan dewan direksi.

“Jadi direktur utama (sebelumnya) tanda tangan sendiri penunjukan keenam staf ahli tanpa
persetujuan dewan direksi. Ini berbahaya karena internal control installationnya jadi kolektif
kolegial, padahal seharusnya staf ahlinya profesional karena penting sekali untuk industri
keuangan,” ujar Wahyu.

Untuk memperbaiki kinerja perusahan, Wahyu mengungkapkan, kunci utama yang harus
dilakukan adalah menyelesaikan perkara integritas para pejabat perusahaan.
Meskipun para petinggi BUMN sudah dinyatakan lulus ujian dari Otoritas Jasa Keuangan
(OJK). Dia menilai, uji kelayakan tersebut tidak menjamin dilakukan tindak pidana korupsi di
internal BUMN.

Manajemen pun berharap, pihak seperti Polri, Kementerian BUMN, Kementerian Keuangan dan
Kejaksaan Agung tetap memperketat proses pengawasan bagi Asabri. Upaya ini agar tindak
pidana korupsi tidak kembali terulang.

“Jadi saya kira untuk membereskan PT Asabri itu integritas dulu diselesaikan, setelah itu yang
nyolong-nyolong pasti sudah selesai,” ujar Wahyu

Atas perbuatannya, para tersangka dikenakan pasal sangkaan primer yakni Pasal 2 ayat (1) jo.
Pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana
telah diubah dan ditambah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU No. 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP
serta subsidair Pasal 3 jo. Pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak pidana Korupsi jo. Pasal
55 ayat (1) ke 1 KUHP, demikian Leonard Eben Ezer Simanjuntak.

TINDAK PIDANA PARA PELAKU:

Jaksa Penuntut Umum Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) telah membacakan tuntutan
kepada para tujuh terdakwa kasus korupsi PT Asabri (Persero).

Ketujuh terdakwa tersebut antara lain, Lukman Purnomosidi, Jimmy Sutopo, Bachtiar Effendi,
Hari Setianto, Adam Damiri, Heru Hidayat dan Sonny Widjaja.

Para terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melanggar Pasal 2 ayat (1) Undang-
undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dan ditambah dengan Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Akibat perbuatan para
terdakwa, PT Asabri (Persero) mengalami kerugian senilai Rp 22,7 triliun.
1.Terdakwa Lukman Purnomosidi

• Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melanggar Pasal 2 ayat (1) Undang-
undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dan ditambah dengan Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP;

• pidana penjara selama 13 (tiga belas) tahun dikurangi selama Terdakwa ditahan;

• pidana denda sebesar Rp. 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah) subsidiair pidana
kurungan selama 6 (enam) bulan;

• membayar uang pengganti sebesar Rp. 1.341.718.048.900 (satu triliun tiga ratus empat puluh
satu milyar tujuh ratus delapan belas juta empat puluh delapan ribu sembilan ratus rupiah )
dengan ketentuan jika Terpidana tidak membayar uang pengganti paling lama dalam waktu 1
bulan sesudah putusan berkekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh Jaksa
dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut, dan jika Terpidana tidak mempunyai harta
benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti tersebut maka di pidana penjara selama
6 (enam) tahun 6 (enam) bulan.

2.Terdakwa Jimmy Sutopo

• Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melanggar Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dan ditambah dengan Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP dan Pasal 3
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang.

• pidana penjara selama 15 (lima belas) tahun dikurangi selama Terdakwa ditahan;
• pidana denda sebesar Rp. 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah) subsidiair pidana
kurungan selama 6 (enam) bulan;

• membayar uang pengganti sebesar Rp. 314.868.567.350 (tiga ratus empat belas milyar delapan
ratus enam puluh delapan juta lima ratus enam puluh tujuh tiga ratus lima puluh rupiah) dengan
ketentuan jika Terpidana tidak membayar uang pengganti paling lama dalam waktu 1 bulan
sesudah putusan berkekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh Jaksa dan
dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut, dan jika Terpidana tidak mempunyai harta
benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti tersebut maka di pidana penjara selama
7 (tujuh) tahun 6 (enam) bulan.

3.Terdakwa Bachtiar Effendi

• Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melanggar Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dan ditambah dengan Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP;

• pidana penjara selama 12 (dua belas) tahun dikurangi selama Terdakwa ditahan;

• pidana denda sebesar Rp. 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah) subsidiair pidana
kurungan selama 6 (enam) bulan;

• membayar uang pengganti sebesar Rp. 453.783.950 (empat ratus lima puluh tiga juta tujuh
ratus delapan puluh tiga ribu sembilan ratus lima puluh rupiah) dengan ketentuan jika Terpidana
tidak membayar uang pengganti paling lama dalam waktu 1 bulan sesudah putusan berkekuatan
hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh Jaksa dan dilelang untuk menutupi uang
pengganti tersebut, dan jika Terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk
membayar uang pengganti tersebut maka di pidana penjara selama 6 (enam) tahun.

4.Terdakwa Hari Setianto


• Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melanggar Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dan ditambah dengan Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP;

• pidana penjara selama 14 (empat belas) tahun dikurangi selama Terdakwa ditahan;

• pidana denda sebesar Rp. 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah) subsidiair pidana
kurungan selama 6 (enam) bulan;

• membayar uang pengganti sebesar Rp. 873.883.500 (delapan ratus tujuh puluh tiga juta
delapan ratus delapan puluh tiga ribu lima ratus rupiah) dengan ketentuan jika Terpidana tidak
membayar uang pengganti paling lama dalam waktu 1 bulan sesudah putusan berkekuatan
hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh Jaksa dan dilelang untuk menutupi uang
pengganti tersebut, dan jika Terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk
membayar uang pengganti tersebut maka di pidana penjara selama 7 (tujuh) tahun.

5.Terdakwa Adam Damiri

• Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melanggar Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dan ditambah dengan Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP;

• pidana penjara selama 10 (sepuluh) tahun dikurangi selama Terdakwa ditahan;

• pidana denda sebesar Rp. 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah) subsidiair pidana
kurungan selama 6 (enam) bulan;

• membayar uang pengganti sebesar Rp. 17.972.600.000 (tujuh belas milyar sembilan ratus tujuh
puluh dua juta enam ratus ribu rupiah) dengan ketentuan jika Terpidana tidak membayar uang
pengganti paling lama dalam waktu 1 bulan sesudah putusan berkekuatan hukum tetap, maka
harta bendanya dapat disita oleh Jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut, dan
jika Terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti
tersebut maka di pidana penjara selama 5 (lima) tahun.

6.Terdakwa Sonny Widjaja

• Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melanggar Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dan ditambah dengan Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP;

• pidana penjara selama 10 (sepuluh) tahun;

• pidana denda sebesar Rp 750 juta subsider 6 bulan kurungan;

• membayar uang pengganti senilai Rp 64,5 miliar. Jika tidak dibayar, diganti penjara selama 5
tahun.

7.Terdakwa Heru Hidayat

• Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melanggar Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dan ditambah dengan Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP dan kedua
primair Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang.

• Menghukum terdakwa dengan pidana mati;

• Membayar uang pengganti sebesar Rp 12.643.400.946.226 dengan ketentuan jika terdakwa


tidak membayar uang pengganti paling lama dalam waktu 1 bulan sesudah putusan berkekuatan
hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh Jaksa dan dilelang untuk menutupi uang
pengganti tersebut.
Selain kasus Asabri, Heru Hidayat juga sebelumnya dituntut pidana penjara seumur hidup di
kasus korupsi PT Asuransi Jiwasraya (Persero) dan diharuskan mengembalikan uang pengganti
kerugian negara senilai Rp 10,72 triliun.

Anda mungkin juga menyukai