Anda di halaman 1dari 18

Tafsir Surat Al-Munafiqun, ayat 1-4

ُ َّ ‫سولُ ُه َو‬
ْ َ‫َّللا ي‬
‫ش َه ُد‬ ُ ‫َّللا يَ ْع َل ُم ِإ َّنكَ لَ َر‬
ُ َّ ‫َّللا َو‬
ِ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫ش َه ُد ِإ َّنكَ َل َر‬ْ ‫{ ِإذَا جَا َءكَ ا ْل ُمنَافِقُونَ قَالُوا َن‬
‫سا َء َما‬ َ ‫َّللا ِإنَّ ُه ْم‬
ِ َّ ‫س ِبي ِل‬َ ‫صدُّوا ع َْن‬ َ َ‫) اتَّ َخذُوا أَ ْي َمانَ ُه ْم ُجنَّةً ف‬1( َ‫ِإ َّن ا ْل ُمنَافِ ِقينَ لَكَا ِذبُون‬
)3( َ‫علَى قُلُوبِ ِه ْم فَ ُه ْم ََل يَ ْفقَ ُهون‬ َ ‫طبِ َع‬ ُ َ‫) ذَ ِلكَ بِأَنَّ ُه ْم آ َمنُوا ث ُ َّم َكفَ ُروا ف‬2( َ‫كَانُوا يَ ْع َملُون‬
َ‫سبُون‬َ ‫سنَّ َدةٌ يَ ْح‬
َ ‫ُب ُم‬ ٌ ‫س َم ْع ِلقَ ْو ِل ِه ْم َكأَنَّ ُه ْم ُخش‬ ْ َ‫سا ُم ُه ْم َوإِ ْن يَقُولُوا ت‬ َ ‫َوإِذَا َرأَ ْيتَ ُه ْم ت ُ ْع ِجبُكَ أَ ْج‬
} )4( َ‫َّللا أَنَّى يُ ْؤفَكُون‬ ُ َّ ‫علَ ْي ِه ْم هُ ُم ا ْلعَد ُُّو فَا ْحذَ ْرهُ ْم قَاتَلَ ُه ُم‬
َ ‫ص ْي َح ٍة‬ َ ‫ُك َّل‬
Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata, "Kami mengakui, bahwa
sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah.” Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya
kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang
munafik itu benar-benar orang pendusta. Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai
perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah
apa yang telah mereka kerjakan. Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya
mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi), lalu hati mereka dikunci mati; karena itu
mereka tidak dapat mengerti. Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka
menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata, kamu mendengarkan perkataan mereka.
Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan
yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya), maka
waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah
mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?
Allah Swt. menceritakan perihal orang-orang munafik, bahwa mereka hanya mengakui Islam
dengan mulutnya saja, bila datang kepada Nabi Saw. Adapun di dalam batin mereka adalah
kebalikannya dan tidaklah seperti apa yang dilahirkan oleh mereka. Untuk itulah maka Allah
Swt. berfirman:
}ِ‫َّللا‬
َّ ‫سو ُل‬ ْ َ‫{إِذَا جَا َءكَ ا ْل ُمنَافِقُونَ قَالُوا ن‬
ُ ‫ش َه ُد ِإنَّكَ لَ َر‬
Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata, "Kami mengakui, bahwa
sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah." (Al-Munafiqun: 1)
Yakni apabila mereka datang kepadamu dan menghadapimu dengan pengakuan tersebut,
serta menampakkan hal itu kepadamu, kenyataannya tidaklah seperti apa yang mereka
katakan. Karena itulah maka dalam ayat ini diletakkan kalimat sisipan yang memberitahukan
bahwa sesungguhnya Nabi Saw. adalah utusan Allah, yaitu:
ُ ‫َّللا يَ ْعلَ ُم إِنَّكَ لَ َر‬
}ُ‫سولُه‬ ُ َّ ‫{َّللا َو‬
ِ َّ
Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya. (Al-Munafiqun:
1)
Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya:
} َ‫ش َه ُد ِإ َّن ا ْل ُمنَافِ ِقينَ لَكَا ِذبُون‬
ْ َ‫َّللا ي‬
ُ َّ ‫{و‬
َ
dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang
pendusta. (Al-Munafiqun: 1)
Yaitu dalam pemberitaan mereka, sekalipun pada lahiriahnya mereka menampakkan hal
yang sungguhan, karena sesungguhnya mereka tidak meyakini kebenaran dari apa yang
mereka ucapkan dan tidak pula membenarkannya dalam hati mereka. Karena itulah maka
mereka didustakan berdasarkan keyakinan yang tersimpan dalam hati mereka.
Firman Allah Swt.:
}ِ‫َّللا‬
َّ ‫س ِبي ِل‬ َ َ‫{اتَّ َخذُوا أَ ْي َمانَ ُه ْم ُجنَّةً ف‬
َ ‫صدُّوا ع َْن‬
Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka
menghalangi (manusia) dari jalan Allah. (Al-Munafiqun: 2)
Artinya, mereka melindungi diri mereka dengan sumpah yang palsu lagi berdosa agar lawan
bicara mereka percaya kepada apa yang .mereka katakan, dan teperdayalah oleh mereka
orang-orang yang tidak mengetahui hakikat perkara mereka, sehingga menyangka mereka
sebagai orang-orang Islam. Adakalanya mereka dijadikan panutan dalam perbuatannya, dan
ucapannya dibenarkan, padahal sesungguhnya keadaan mereka dalam batinnya sama
sekali tidak memperhatikan kepentingan Islam dan para pemeluknya. Dengan demikian,
maka sikap mereka yang demikian itu menimpakan kemudaratan yang besar kepada
kebanyakan orang. Untuk itulah maka disebutkan oleh firman Allah Swt.:
َ ‫َّللا ِإنَّ ُه ْم‬
} َ‫سا َء َما َكانُوا يَ ْع َملُون‬ َ َ‫{ف‬
َ ‫صدُّوا ع َْن‬
ِ َّ ‫س ِبي ِل‬
lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang
telah mereka kerjakan. (Al-Munafiqun: 2)
Karena itulah maka Ad-Dahhak ibnu Muzahim membaca ayat ini dengan bacaan berikut:
‫خ‬
"ً‫"اَّتَ ُذوا إميَ َاَنُ ْم ُجنخة‬
Mereka itu menjadikan iman mereka sebagai perisai. (Al-Munafiqun: 2)
dengan membaca aimanahum menjadi Imanahum, yakni pembenaran yang mereka lahirkan
dijadikan oleh mereka sebagai perisai untuk melindungi diri agar jangan dibunuh. Tetapi
jumhur ulama membacanya aimanahum bentuk jamak dari yamin.
*******************
Firman Allah Swt.:
} َ‫علَى قُلُوبِ ِه ْم فَ ُه ْم ََل يَ ْفقَ ُهون‬ ُ َ‫{ذَ ِلكَ بِأَنَّ ُه ْم آ َمنُوا ث ُ َّم َكفَ ُروا ف‬
َ ‫طبِ َع‬
Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian
menjadi kafir (lagi), lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti. (Al-
Munafiqun: 3)
Yakni sesungguhnya ditetapkan atas mereka kemunafikan tiada lain karena mereka
menanggalkan keimanan mereka dan mengenakan kembali kekufurannya dan mengganti
hidayah dengan kesesatan.
} َ‫علَى قُلُوبِ ِه ْم فَ ُه ْم ََل يَ ْفقَ ُهون‬ ُ َ‫{ف‬
َ ‫طبِ َع‬
lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti. (Al-Munafiqun: 3) .
Artinya, petunjuk tidak akan dapat sampai ke dalam hati mereka, dan tiada kebaikan yang
dapat menggugahnya, maka hati mereka tidak dapat mengerti dan tidak dapat memperoleh
hidayah.
Firman Allah Swt.:
}‫س َم ْع ِلقَ ْو ِل ِه ْم‬ َ ‫{وإِذَا َرأَ ْيتَ ُه ْم ت ُ ْع ِجبُكَ أَ ْج‬
ْ َ‫سا ُم ُه ْم َوإِ ْن يَقُولُوا ت‬ َ
Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika
mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. (Al-Munafiqun: 4)
Mereka memiliki penampilan yang baik-baik, pandai berbicara, dan berlisan fasih. Apabila
perkataan mereka didengar, maka pendengarnya akan terpesona oleh perkataan mereka
yang berparamasastra. Padahal kenyataannya hati mereka sangat lemah, rapuh, mudah sok,
penakut, dan pengecut. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya:
}‫علَ ْي ِه ْم‬ َ ‫سبُونَ ُك َّل‬
َ ‫ص ْي َح ٍة‬ َ ‫{يَ ْح‬
Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. (Al-
Munafiqun: 4)
Yakni manakala terjadi suatu peristiwa atau suatu kejadian atau hal yang menakutkan, maka
mereka berkeyakinan bahwa hal itu akan menimpa diri mereka, hal ini disebabkan hati
mereka yang pengecut lagi penakut. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan dalam
ayat lain melalui firman Allah Swt.:
َ ‫ظ ُرونَ إِلَ ْيكَ تَدُو ُر أَ ْعيُنُ ُه ْم كَالَّذِي يُ ْغشَى‬
‫علَ ْي ِه‬ ُ ‫ف َرأَ ْيتَ ُه ْم يَ ْن‬ُ ‫علَ ْي ُك ْم فَ ِإذَا جَا َء ا ْل َخ ْو‬َ ً‫ش َّحة‬ ِ َ ‫{أ‬
َ ً‫ش َّحة‬
‫علَى ا ْل َخي ِْر أُولَئِكَ لَ ْم يُ ْؤ ِمنُوا‬ ِ َ‫سنَ ٍة ِحدَا ٍد أ‬
ِ ‫سلَقُو ُك ْم ِبأ َ ْل‬َ ‫ف‬ ُ ‫ب ا ْل َخ ْو‬َ ‫ت فَ ِإذَا ذَ َه‬ ِ ‫ِمنَ ا ْل َم ْو‬
}‫يرا‬
ً ‫س‬ ِ َّ ‫علَى‬
ِ َ‫َّللا ي‬ َ َ‫َّللا أَ ْع َمالَ ُه ْم َوكَانَ ذَ ِلك‬ ُ َّ ‫ط‬َ َ‫فَأ َ ْحب‬
Mereka bakhil terhadapmu, apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu
memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik seperti orang yang pingsan karena
akan mati; dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang
tajam, sedangkan mereka bakhil untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka
Allah menghapuskan (pahala) amalnya. Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Al-
Ahzab: 19)
Mereka adalah orang-orang yang berpenampilan saja, tetapi dalamnya kosong sama sekali.
Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:
} َ‫َّللا أَنَّى يُ ْؤفَكُون‬
ُ َّ ‫{هُ ُم ا ْلعَد ُُّو فَا ْحذَ ْرهُ ْم قَاتَلَ ُه ُم‬
Mereka itulah musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah
membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)? (Al-
Munafiqun: 4)
Yaitu bagaimanakah mereka sampai dipalingkan dari petunjuk kepada kesesatan?
‫) بْ ِن‬2( ‫ َع ْن إِ ْس َحا َق بْ ِن بَ ْك ِر‬،‫ك بْ ُن قُ َدامة اجلُ َمحي‬ ِ ِ‫ حدخثَنَا َع ْب ُد الْمل‬،‫ حدخثَنَا ي ِزي ُد‬:‫َْحَ ُد‬ ِْ ‫ال‬
َ َ َ َ ْ ‫اْل َمامُ أ‬ َ َ‫ق‬
‫صلخى‬ ِ ‫ ر‬،‫ َعن أَِِب ُهريْرَة‬،‫ َعن أَبِ ِيه‬.‫يد الْم ْق ُُِب ِي‬ ٍِ ِِ ِ
َ ‫خب‬‫ َع ِن النِ ِي‬،ُ‫اَّللُ َع ْنه‬
‫ض َي خ‬ َ ََ ْ ْ ‫ َع ْن َسعيد بْ ِن أَِِب َسع َ ي‬،‫أَِِب الْ ُف َرات‬
‫يمتُ ُه ْم‬ِ ِ ِ ٍ ِ ِ ‫ "إِ خن لِل‬:‫ال‬ َ َ‫اَّللُ َعلَ ْي ِه َو َسلخ َم ق‬
‫خ‬
َ ‫ َوغَن‬،‫ َوطَ َع ُام ُه ْم َنُبَة‬،ٌ‫ ََتيخ تُ ُه ْم ل َْعنَة‬:‫ني َع ََل َمات يُ ْع َرفُو َن ِبَا‬ َ ‫ْمنَافق‬
ُ
،‫ين ََل َيلَفون َوََل يُؤلَفون‬ ِ ِ‫ ُم ْستَك‬،‫ص ََل َة إِخَل ُدبْرا‬ ‫اج َد إِخَل ُه ْجرا َوََل ََيْتُو َن ال خ‬ِ ‫ وََل ي َقربو َن الْمس‬،‫ول‬
َ ‫ُْب‬ َ َ ُ َ َ َ ٌ ُ‫غُل‬
‫ب ِبلنهار‬ ٌ‫خ‬ ُ ‫ ُس‬:ً‫ وقال يزيد َمرة‬."‫خها ِر‬ َ ‫خب ِِبلن‬ ُ‫ص‬ُ ،‫ب ِِبللخْي ِل‬ ٌ‫ش‬ ُ ‫ُخ‬
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan
kepada kami Abdul Malik ibnu Qudamah Al-Jumahi, dari Ishaq ibnu Bukair ibnu Abul Furat,
dari Sa'id ibnu Sa'id Al-Maqbari, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a., bahwa Nabi Saw.
pernah bersabda: Sesungguhnya orang-orang munafik itu mempunyai ciri-ciri khas yang
dapat diketahui, yaitu salam penghormatan mereka berupa laknat, makanan mereka adalah
hasil rampokan, dan ganimah mereka adalah hasil penggelapan (korupsi). Mereka tidak
mendekati masjid-masjid melainkan menjauhinya, dan mereka tidak mendatangi salat kecuali
paling belakang. Mereka bersikap sombong, tidak bersikap rukun dan tidak pula bersikap
simpatik. Mereka di malam hari bagaikan kayu (yang tersandar) dan di siang hari gaduh.

Tafsir Surat Al-Munafiqun, ayat 5-8


- October 25, 2015

‫صدُّونَ َوهُ ْم‬ ُ َ‫س ُه ْم َو َرأَ ْيتَ ُه ْم ي‬


َ ‫َّللا لَ َّو ْوا ُر ُءو‬ِ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫ستَ ْغ ِف ْر لَ ُك ْم َر‬ ْ َ‫{و ِإذَا قِي َل لَ ُه ْم تَعَالَ ْوا ي‬
َ
ُ َّ ‫ستَ ْغ ِف ْر لَ ُه ْم لَ ْن يَ ْغ ِف َر‬
‫َّللا لَ ُه ْم ِإ َّن‬ َ
ْ َ‫ستَ ْغفَ ْرتَ لَ ُه ْم أ ْم لَ ْم ت‬ َ َ
ْ ‫علَ ْي ِه ْم أأ‬
َ ‫س َوا ٌء‬ َ )5( َ‫ستَ ْك ِب ُرون‬ ْ ‫ُم‬
‫َّللا‬
ِ َّ ‫سو ِل‬ ُ ‫علَى َم ْن ِع ْن َد َر‬ َ ‫) ُه ُم الَّ ِذينَ يَقُولُونَ َل ت ُ ْن ِفقُوا‬6( َ‫س ِقين‬ ِ ‫َّللا ََل يَ ْهدِي ا ْلقَ ْو َم ا ْلفَا‬
َ َّ
َ‫) يَقُولُون‬7( َ‫ض َولَ ِك َّن ا ْل ُمنَافِ ِقينَ ََل يَ ْفقَ ُهون‬ ِ ‫األر‬ْ ‫ت َو‬ ِ ‫اوا‬ َّ ‫ّلِل َخ َزائِ ُن ال‬
َ ‫س َم‬ ِ َّ ِ ‫َحتَّى يَ ْنفَضُّوا َو‬
َ‫سو ِل ِه َو ِل ْل ُم ْؤ ِمنِين‬ ِ َّ ِ ‫لَئِ ْن َر َج ْعنَا ِإلَى ا ْل َمدِينَ ِة لَيُ ْخ ِر َج َّن األع َُّز ِم ْنهَا األذَ َّل َو‬
ُ ‫ّلِل ا ْل ِع َّزةُ َو ِل َر‬
} )8( َ‫َولَ ِك َّن ا ْل ُمنَا ِف ِقينَ ََل َي ْعلَ ُمون‬
Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Marilah (beriman), agar Rasulullah memintakan
ampunan bagimu, " mereka membuang muka mereka dan kamu lihat mereka berpaling,
sedangkan mereka menyombongkan diri. Sama saja bagi mereka, kamu mintakan ampunan
atau tidak kamu mintakan ampunan bagi mereka. Allah tidak akan mengampuni mereka;
sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. Mereka orang-
orang yang mengatakan (kepada orang-orang Ansar), "Janganlah kamu memberikan
perbelanjaan kepada orang-orang (Muhajirin) yang ada di sisi Rasulullah supaya mereka
bubar (meninggalkan Rasulullah).” Padahal kepunyaan Allah-lah perbendaharaan langit dan
bumi, tetapi orang-orang munafik itu tidak memahami. Mereka berkata, "Sesungguhnya jika
kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang
yang lemah daripadanya.” Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan
bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.

Allah Swt. berfirman, menceritakan perihal orang-orang munafik —semoga laknat Allah
tertimpakan kepada mereka— bahwa mereka itu:

َ ‫َّللا لَ َّو ْوا ُر ُءو‬


}‫س ُه ْم‬ ِ َّ ‫سو ُل‬ ْ َ‫{و ِإذَا قِي َل لَ ُه ْم تَعَالَ ْوا ي‬
ُ ‫ستَ ْغ ِف ْر لَ ُك ْم َر‬ َ
apabila dikatakan kepada mereka, "Marilah (beriman), agar Rasulullah memintakan
ampunan bagimu, " mereka membuang muka mereka. (Al-Munafiqun: 5)

Yakni mereka menghalang-halangi dan berpaling dari apa yang dikatakan kepada mereka
dengan perasaan sombong dan menghina. Karena itulah maka disebutkan dalam firman
berikutnya:

} َ‫ستَ ْك ِب ُرون‬ ُ َ‫{و َرأَ ْيتَ ُه ْم ي‬


ْ ‫صدُّونَ َوهُ ْم ُم‬ َ
dan kamu lihat mereka berpaling, sedangkan mereka menyombongkan diri. (Al-Munafiqun:
5)

Kemudian mereka diberi pembalasan atas sikapnya itu. Maka Allah Swt. berfirman:
‫َّللا ََل يَ ْه ِدي ا ْلقَ ْو َم‬ ْ َ‫ستَ ْغفَ ْرتَ لَ ُه ْم أَ ْم لَ ْم ت‬
ُ َّ ‫ستَ ْغ ِف ْر لَ ُه ْم لَ ْن يَ ْغ ِف َر‬
َ َّ ‫َّللا لَ ُه ْم إِ َّن‬ ْ َ‫علَ ْي ِه ْم أ‬
َ ‫س َوا ٌء‬
َ {
ِ ‫ا ْلفَا‬
} َ‫س ِقين‬
Sama saja bagi mereka, kamu mintakan ampunan atau tidak kamu mintakan ampunan bagi
mereka, Allah tidak akan mengampuni mereka; sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang fasik. (Al-Munafiqun: 6)

Sama halnya dengan apa yang disebutkan di dalam surat At-Taubah yang telah diterangkan
jauh sebelum ini dan juga telah disebutkan pula padanya hadis-hadis yang diriwayatkan
mengenainya.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan
kepada kami Ibnu Abu Umar Al-Adani yang mengatakan bahwa Sufyan telah mengatakan
sehubungan dengan makna firman-Nya: mereka membuang muka mereka. (Al-Munafiqun:
5) Ibnu Abu Umar mengatakan bahwa Sufyan memalingkan mukanya ke arah kanan seraya
melirikkan pandangan matanya dengan pandangan yang sinis, lalu berkata bahwa seperti
inilah sikap mereka.

Telah disebutkan dari bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf, bahwa konteks
semua ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul, seperti yang
akan kami terangkan berikut ini.

Muhammad ibnu Ishaq telah mengatakan di dalam kitab As-Sirah-nya, bahwa ketika
Rasulullah Saw. tiba di Madinah sekembalinya dari Perang Uhud. Sedangkan Abdullah ibnu
Ubay ibnu Salul, menurut keterangan yang kuperoleh dari Ibnu Syihab Az-Zuhri, merupakan
seorang yang mempunyai kedudukan di kalangan kaumnya. Setiap orang mengakui
kedudukannya yang terhormat; dia dihormati di kalangan kaumnya. ApabilaNabi Saw. duduk
dalam khotbahnya di hari Jumat, maka Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul berdiri, lalu
mengatakan, "Hai manusia, ini adalah utusan Allah berada di antara kalian, Allah telah
memuliakan kalian dengan melaluinya dan menjadikan kalian berjaya karenanya. Untuk itu
maka tolonglah dia, dukunglah dia, dan tunduk patuhlah kalian kepadanya." Setelah itu ia
duduk kembali.

Ketika dia melakukan apa yang dilakukannya dalam Perang Uhud, yakni dia kembali ke
Madinah dengan sepertiga pasukan, lalu pasukan kaum muslim kembali, maka berdirilah ia
dan melakukan kebiasaan yang sebelumnya. Maka kaum muslim memegangi bajunya dari
semua sisinya, dan mereka mengatakan, "Duduklah, hai musuh Allah, kamu tidak pantas
melakukan hal ini setelah apa yang engkau lakukan dalam Perang Uhud." Lalu ia keluar
dengan melangkahi leher banyak orang seraya berkata, "Demi Allah, seakan-akan aku
mengatakan ucapan yang tidak pantas, padahal aku berdiri untuk memperkuat urusannya."

Di dekat pintu masjid ia bersua dengan sejumlah orang Ansar. Mereka mengatakan,
"Celakalah kamu, mengapa kamu ini?" Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul menjawab, "Aku berdiri
untuk mendukung urusannya, lalu sejumlah orang dari sahabatnya menarikku dan bersikap
kasar terhadapku, seakan-akan aku mengatakan hal yang tidak pantas, padahal sebenarnya
aku bermaksud untuk mendukungnya." Mereka berkata, "Celakalah kamu ini, sekarang
kembalilah kamu kepada Rasulullah Saw., beliau akan memohonkan ampunan bagimu." Ibnu
Salul menjawab, "Demi Allah, aku tidak ingin dia memohonkan ampunan bagiku."

Qatadah dan As-Saddi mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abdullah
ibnu Ubay ibnu Salul. Demikian itu karena ada seorang pemuda dari kalangan kerabatnya
melapor kepada Rasulullah Saw. dan menceritakan kepada beliau tentang kata-kata yang
dikeluarkan oleh Ibnu Salul mengenai diri Rasulullah Saw., yakni mencaci maki beliau Saw.
Maka Rasulullah Saw. memanggilnya, tetapi ternyata dia bersumpah dengan menyebut
nama Allah bahwa dirinya tidak mengatakannya dan berlepas diri dari hal tersebut. Akhirnya
orang-orang Ansar mendatangi pemuda tersebut dan mencacinya serta mengisolirnya. Lalu
Allah menurunkan firman-Nya mengenai peristiwa ini, sebagaimana yang kalian dengar.
Kemudian dikatakan kepada musuh Allah itu, "Sebaiknya kamu datang menghadap kepada
Rasulullah Saw.," tetapi dia memalingkan mukanya, dengan maksud bahwa dia tidak
melakukan apa yang dituduhkan kepadanya.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan
kepada kami Abur Rabi' Az-Zahrani, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Zaid,
telah menceritakan kepada kami Ayyub, dari Sa'id ibnu Jubair, bahwa Rasulullah Saw.
apabila turun istirahat di suatu tempat tidak pernah meninggalkannya sebelum melakukan
salat padanya. Dan ketika Perang Tabuk, ada suatu berita yang sampai kepada beliau,
bahwa Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul mengatakan, "Benar-benar orang yang kuat akan
mengusir orang-orang yang lemah daripadanya (Madinah)." Maka Rasulullah Saw. langsung
kembali ke Madinah sebelum siang hari berakhir (tanpa salat terlebih dahulu). Lalu dikatakan
kepada Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul, "Datanglah kamu kepada Nabi Saw. agar beliau
memohonkan ampunan bagimu," dan Allah menurunkan firman-Nya: Apabila orang-orang
munafik datang kepadamu. (Al-Munafiqun: 1) sampai dengan firman-Nya: Dan apabila
dikatakan kepada mereka, "Marilah (beriman), agar Rasulullah memintakan ampunan
bagimu, " mereka membuang muka mereka. (Al-Munafiqun: 5)

Sanad hadis ini sahih sampai kepada Sa'id ibnu Jubair. Tetapi perkataannya bahwa
sesungguhnya hal tersebut terjadi dalam Perang Tabuk, masih perlu diteliti kembali. Bahkan
kalimat tersebut tidaklah tepat, karena sesungguhnya Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul bukan
termasuk orang yang keluar menuju medan Tabuk, bahkan dia kembali ke Madinah bersama
sekelompok pasukan. Dan sesungguhnya menurut pendapat yang terkenal di kalangan para
pemilik kitab Magazi dan Sirah, peristiwa ini terjadi dalam Perang Al-Muraisi', yaitu perang
melawan Banil Mustaliq.

Yunus ibnu Bukair telah meriwayatkan dari Ibnu Ishaq, bahwa telah menceritakan kepadaku
Muhammad ibnu Yahya ibnu Hibban dan Abdullah ibnu Abu Bakar dan Asim ibnu Umar ibnu
Qatadah dalam kisah Banil Mustaliq, bahwa ketika Rasulullah Saw. berada di tempat Banil
Mustaliq, Jahjah ibnu Sa'id Al-Gifari seorang pekerja Umar ibnul Khattab berkelahi dengan
Sinan ibnu Yazid, karena memperebutkan air.

Ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Yahya ibnu Hibban,
bahwa keduanya berdesakan untuk memperebutkan air dari suatu mata air, lalu keduanya
berkelahi. Akhirnya Sinan berkata, "Hai orang-orang Ansar," sedangkan Al-Jahjah berkata,
"Hai orang-orang Muhajir." Saat itu Zaid ibnu Arqam dan segolongan kaum Ansar berada
bersama Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul. Ketika Abdullah ibnu Ubay mendengar hal tersebut,
maka ia memberikan komentarnya, "Sesungguhnya mereka telah berani mengadakan
pemberontakan di negeri kita. Demi Allah, perumpamaan kita dan sempalan orang-orang
Quraisy ini (yakni Muhajirin) sama dengan peribahasa yang mengatakan 'gemukkanlah
anjingmu, maka ia akan memakanmu'. Demi Allah, sungguh jika kita kembali ke Madinah,
orang-orang yang kuat benar-benar akan mengusir orang-orang yang lemah daripadanya."
Kemudian dia menghadap kepada orang-orang yang ada di dekatnya dari kalangan
kaumnya, lalu berkata kepada mereka, "Inilah akibat dari perbuatan kalian, kalian telah
mengizinkan mereka menempati negeri kalian, dan kalian telah merelakan harta kalian
berbagi dengan mereka. Ingatlah, demi Allah, sekiranya kalian menghindari mereka, niscaya
mereka akan berpindah dari kalian menuju ke negeri lain."
Kemudian perkataan Abdullah ibnu Ubay itu terdengar oleh Zaid ibnu Arqam r.a., maka ia
melaporkannya kepada Rasulullah Saw. yang pada saat itu Zaid ibnu Arqam masih berusia
remaja. Ketika ia sampai kepada Rasulullah Saw., di sisi beliau terdapat Umar ibnul Khattab
r.a., lalu ia menceritakan kepada beliau apa yang telah dikatakan oleh Abdullah ibnu Ubay
tadi. Maka Umar r.a. berkata, "Wahai Rasulullah, perintahkanlah kepada Abbad ibnu Bisyar
agar memenggal kepala Ibnu Salul." Rasulullah Saw. menjawab: Hai Umar, bagaimanakah
jawabanmu apabila orang-orang mengatakan bahwa Muhammad telah membunuh
temannya sendiri. Tidak, tetapi serukanlah, hai Umar, kepada orang-orang untuk segera
berangkat (pulang).

Ketika hal itu sampai kepada Abdullah ibnu Ubay, maka ia mendatangi Rasulullah Saw. dan
meminta maaf kepadanya serta bersumpah bahwa dia tidak mengatakannya, yakni tidak
mengatakan seperti apa yang dilaporkan oleh Zaid ibnu Arqam. Sedangkan Abdullah ibnu
Ubay adalah seorang lelaki yang mempunyai kedudukan yang tinggi di kalangan kaumnya,
maka mereka mengatakan, "Wahai Rasulullah, barangkali anak remaja ini (yakni Zaid ibnu
Arqam) hanya berilusi dan masih belum dapat menangkap pembicaraan yang dikatakan oleh
seorang yang telah dewasa." Tetapi Rasulullah Saw. pergi di tengah hari, yaitu di saat yang
pada kebiasaannya beliau tidak pernah memerintahkan untuk berangkat. Lalu Usaid ibnu
Hudair r.a. datang menjumpai beliau Saw. dan mengucapkan salam penghormatan kenabian
kepada beliau Saw. Kemudian Usaid berkata, "Demi Allah, engkau memerintahkan
berangkat di saat yang tidak disukai dan yang belum pernah* engkau lakukan sebelumnya."
Maka Rasulullah Saw. bersabda: Tidakkah engkau mendengar apa yang telah dikatakan
oleh temanmu. Ibnu Ubay. Dia mengira bahwa apabila aku sampai di Madinah, maka orang
yang kuat akan mengusir orang yang lemah daripadanya.

Usaid ibnu Hudair r.a. berkata, "Wahai Rasulullah, engkaulah orang yang kuat dan dia adalah
orang yang hina (kalah)." Kemudian Usaid berkata pula, "Wahai Rasulullah, kasihanilah dia.
Demi Allah, sesungguhnya ketika Allah mendatangkan engkau, sesungguhnya kami benar-
benar telah menguntai manikam guna memahkotainya (menjadi pemimpin kami). Dan
sesungguhnya dia memandang bahwa engkau telah merebut kerajaan itu dari tangannya."
Kemudian Rasulullah Saw. membawa pasukan kaum muslim berjalan hingga petang hari
dan dilanjutkan pada malam harinya hingga pada pagi hari dan matahari meninggi hingga
panasnya mulai terasa. Setelah itu beliau Saw. memerintahkan kepada pasukan kaum
muslim untuk turun istirahat,aguna mengalihkan perhatian mereka dari topik pembicaraan
yang sedang menghangat di kalangan mereka. Maka begitu orang-orang menyentuh tanah,
mereka langsung tidur karena kecapaian, dan di tempat itulah diturunkan surat Al-Munafiqun.

Al-Hafiz Abu Bakar Al-Baihaqi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah
Al-Hafiz, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada
kami Bisyr ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Al-Humaidi, telah menceritakan
kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Dinar bahwa ia pernah
mendengar Jabir ibnu Abdullah mengatakan, "Ketika kami bersama Rasulullah Saw. dalam
suatu peperangan, maka ada seorang lelaki dari kalangan Muhajirin mendorong seorang
lelaki dari kalangan Ansar (karena memperebutkan sesuatu). Maka orang Ansar
mengatakan, 'Hai orang-orang Ansar!' Sedangkan orang Muhajirin mengatakan, 'Hai orang-
orang Muhajirin!' Yakni meminta bantuan kepada temannya masing-masing. Maka
Rasulullah Saw. bersabda: 'Mengapa seruan jahiliah itu muncul lagi?Tinggalkanlah oleh
kalian, karena sesungguhnya seruan jahiliah itu sudah usang (busuk)'."

Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul berkata, "Ternyata mereka melakukan seruan jahiliah itu. Demi
Allah, sesungguhnya jika kita kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan
mengusir orang-orang yang lemah daripadanya."

Jabir melanjutkan bahwa jumlah orang-orang Ansar di Madinah jauh lebih banyak daripada
orang-orang Muhajirin di saat Rasulullah Saw. baru tiba di Madinah, kemudian lama-
kelamaan sesudah itu jumlah kaum Muhajirin bertambah banyak. Maka Umar berkata,
"Biarkanlah aku memenggal batang leher si munafik ini." Tetapi Rasulullah Saw.
bersabda: Biarkanlah dia, agar orang-orang tidak membicarakan bahwa Muhammad
membunuh temannya sendiri.

Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini dari Husain ibnu Muhammad Al-Marwazi, dari Sufyan
ibnu Uyaynah. Imam Bukhari meriwayatkannya pula dari Al-Humaidi, Imam Muslim
meriwayatkannya dari Abu Bakar ibnu Abu Syaibah dan lain-lainnya, dari Sufyan dengan
sanad dan lafaz yang semisal.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah
menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Al-Hakam, dari Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi,
dari Zaid ibnu Arqam yang mengatakan bahwa aku bersama Rasulullah Saw. dalam Perang
Tabuk, maka Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul mengatakan, "Sesungguhnya jika kita kembali
ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang yang lemah daripadanya."
Zaid ibnu Arqam melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia menceritakan hal itu kepada Nabi Saw

Maka Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul bersumpah bahwa dirinya tidak mengatakan hal
tersebut. Akhirnya kaum Zaid ibnu Arqam mencela dirinya, dan mereka mengatakan,
"Apakah tujuanmu dengan hal tersebut? Zaid ibnu Arqam pergi, lalu tidur dalam keadaan
bersedih hati. Tidak lama kemudian Rasulullah Saw. memanggilku dan bersabda
kepadaku: Sesungguhnya Allah telah menurunkan wahyu yang memaafkanmu dan
membenarkanmu. Zaid ibnu Arqam mengatakan bahwa ayat ini diturunkan, yaitu firman-
Nya: Mereka orang-orang yang mengatakan (kepada orang-orang Ansar), "Janganlah kamu
memberikan perbelanjaan kepada orang-orang (Muhajirin) yang ada di sisi Rasulullah
supaya mereka bubar (meninggalkan Rasulullah).”(Al-Munafiqun: 7) Sampai dengan firman-
Nya: Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan
mengusir orang-orang yang lemah daripadanya. (Al-Munafiqun: 8)

Imam Bukhari meriwayatkan hadis ini dalam tafsir ayat ini melalui Adam ibnu Abu Iyas, dari
Syu'bah. Kemudian ia mengatakan bahwa Ibnu Abu Zaidah telah meriwayatkan dari Al-
A'masy, dari Amr, dari Ibnu Abu Laila, dari Zaid, dari Nabi Saw. Dan Imam Turmuzi serta
Imam Nasai meriwayatkan hadis ini sehubungan dengan tafsir ayat ini melalui hadis Syu'bah
dengan sanad yang sama.

Jalur lain dari Zaid ibnu Arqam. Imam Ahmad rahimahullah mengatakan bahwa telah
menceritakan kepada kami Yahya ibnu Adam dan Yahya ibnu Abu Bukair. Keduanya
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu Ishaq, bahwa ia pernah
mendengar Zaid ibnu Arqam. Dan Abu Bukair telah meriwayatkan dari Zaid ibnu Arqam.
Disebutkan bahwa aku (Zaid ibnu Arqam) berangkat bersama pamanku di suatu peperangan,
lalu aku mendengar Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul mengatakan kepada teman-temannya,
"Janganlah kamu membelanjakan hartamu kepada orang-orang yang ada di sisi Rasulullah
Saw. Dan sesungguhnya j ika kita kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan
mengusir orang-orang yang lemah daripadanya." Kemudian aku ceritakan hal itu kepada
pamanku, dan pamanku melaporkannya kepada Rasulullah Saw. Maka Rasulullah Saw.
memanggilku dan aku ceritakan hal tersebut kepadanya. Lalu Rasulullah Saw. memanggil
Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul dan teman-temannya, tetapi mereka bersumpah dengan nama
Allah bahwa mereka tidak mengatakannya. Akhirnya Rasulullah Saw. tidak mempercayaiku
dan membenarkan Ibnu Ubay, maka hal itu merupakan suatu pukulan yang berat bagiku
yang tidak pernah kualami sebelumnya, hingga aku terpaksa menetap di dalam rumah, dan
pamanku berkata, "Tiada yang engkau hasilkan selain dari ketidakpercayaan Rasulullah
Saw. kepadamu dan kemarahan beliau kepadamu." Lalu Allah Swt. menurunkan firman-
Nya: Apabila orang-orang munafik datang kepadamu. (Al-Munafiqun: 1) hingga akhir surat,
lalu Rasulullah Saw. memanggilku dan membacakan surat Al-Munafiqun kepadaku,
kemudian beliau Saw. bersabda: Sesungguhnya Allah telah membenarkanmu.

Kemudian Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Hasan ibnu
Musa, telah menceritakan kepada kami Zuhair, telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq,
bahwa ia pernah mendengar Zaid ibnu Arqam mengatakan bahwa kami berangkat bersama
Rasulullah Saw. dalam suatu perjalanan, dan dalam perjalanan itu orang-orang mengalami
keadaan yang genting. Maka Abdullah ibnu Ubay berkata kepada teman-temannya,
"Janganlah kamu membelanjakan harta kepada orang-orang yang ada di sisi Rasulullah
supaya mereka bubar meninggalkannya." Dan Ibnu Ubay mengatakan pula, bahwa
sesungguhnya jika kita kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir
orang-orang yang lemah daripadanya. Maka aku datang kepada Nabi Saw. dan
menceritakan hal itu kepadanya, lalu beliau memanggil Abdullah ibnu Ubay dan
menanyainya, tetapi Abdullah ibnu Ubay menyangkalnya dengan sumpah yang sekuatnya
bahwa dia tidak mengatakan hal itu. Dan mereka berkata, "Si Zaid itu dusta, wahai
Rasulullah." Maka hatiku berduka cita karena ucapan mereka itu, dan Allah Swt. menurunkan
wahyu yang membenarkan diriku, yaitu: Apabila orang-orang munafik datang kepadamu. (Al-
Munafiqun: 1) Kemudian Rasulullah Saw. memanggil mereka untuk memintakan ampunan
kepada Allah bagi mereka, tetapi mereka memalingkan mukanya (menolak).

Firman Allah Swt.:

}ٌ‫سنَّ َدة‬ ٌ ‫{ َكأَنَّ ُه ْم ُخش‬


َ ‫ُب ُم‬
Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. (Al-Munafiqun: 4)

Bahwa mereka adalah orang-orang yang berpenampilan sangat baik.

Pendapat ini telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Imam Muslim, dan Imam Nasai melalui
hadis Zuhair.
Imam Bukhari telah meriwayatkannya pula, begitu juga Imam Turmuzi melalui hadis Israil,
keduanya dari Abu Ishaq alias Amr ibnu Abdullah As-Subai'i Al-Hamdani Al-Kufi, dari Zaid
dengan sanad yang sama.

Jalur lain dari Zaid. Abu Isa At-Turmuzi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdu
ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Musa, dari Israil, dari As-
Saddi, dari Abu Sa'd Al-Azdi, bahwa telah menceritakan kepada kami Zaid ibnu Arqam yang
mengatakan bahwa kami ikut bersama Rasulullah Saw. dalam suatu peperangan. Bersama
kami terdapat sejumlah orang Arab Badui, kami berebutan mengambil air dari mata air, dan
orang-orang Badui itu mendahului kami menuju air mata air tersebut. Salah seorang dari Arab
Badui itu mendahului teman-temannya untuk membuat kolam dan memenuhinya dengan air,
serta menambak sekeliling kolam dengan batu, lalu memasang kuda-kuda untuk tempat
timba di atasnya sambil menunggu kedatangan teman-temannya. Kemudian datanglah
seorang lelaki dari kalangan Ansar ke tempat lelaki Badui itu, dan orang Ansar itu langsung
menundukkan tali kendali unta kendaraannya dengan maksud agar untanya dapat minum
dari air kolam tersebut. Akan tetapi, lelaki Badui itu menolaknya. Maka orang Ansar itu
merasa jengkel, lalu ia membedah salah satu batu penahan kolam itu hingga airnya mengalir
ke luar. Maka orang Badui itu mengangkat batang kayu miliknya dan memukulkannya ke
kepala orang Ansar itu hingga membuatnya berdarah dan luka. Kemudian lelaki Ansar itu
mendatangi Abdulllah ibnu Ubay dan menceritakan hal tersebut kepadanya, sedangkan dia
adalah salah seorang dari teman Abdullah ibnu Ubay. Maka Abdullah ibnu Ubay marah dan
berkata, "Janganlah kamu membelanjakan hartamu kepada orang-orang yang ada di sisi
Rasulullah Saw. supaya mereka bubar meninggalkannya," Yang dia maksudkan adalah
orang-orang Badui yang membantu Rasulullah Saw. Merekalah yang menyediakan makanan
buat Rasulullah Saw. Abdullah ibnu Ubay berkata kepada teman-temannya, bahwa apabila
mereka bubar dari sisi Rasulullah, maka datanglah kalian kepada Muhammad dengan
membawa makanan, agar dia dan sahabat-sahabatnya makan. Kemudian Abdullah ibnu
Ubay mengatakan pula, bahwa sesungguhnya jika kamu kembali ke Madinah, benar-benar
orang yang kuat akan mengusir orang yang lemah daripadanya. Zaid ibnu Arqam
mengatakan bahwa saat itu ia membonceng pamannya. Dan ia mendengar apa yang telah
dikatakan oleh Abdullah ibnu Ubay kepada teman-temannya itu, lalu ia menceritakan hal itu
kepada pamannya. Maka pamannya berangkat dan menceritakan hal itu kepada Rasulullah
Saw., lalu Rasulullah Saw. memanggil Abdullah ibnu Ubay, tetapi Abdullah ibnu Ubay
mengingkari perkataannya dan bersumpah bahwa dia tidak mengatakannya. Rasulullah
Saw. membenarkan dia dan mendustakan aku. Pamanku datang, lalu berkata kepadaku,
"Tiada lain yang kamu hasilkan selain kemurkaan Rasulullah Saw. Beliau mendustakanmu
dan juga kaum muslim." Hal itu membuat diriku merasa berduka cita yang sangat mendalam
dan belum pernah kurasakan hal sesedih itu. Dan ketika aku sedang berjalan bersama
Rasulullah Saw. dalam suatu perjalanan, sedangkan kepalaku masih pusing disebabkan
kesusahan itu, tiba-tiba Rasulullah Saw. datang mendekatiku dan menjewer telingaku seraya
tersenyum memandang wajahku. Hal tersebut membuat diriku meledak gembira, dan ingin
rasanya kebahagiaan ini kekal dalam kehidupan duniaku. Kemudian sahabat Abu Bakar
menyusulku dan mengatakan, "Apakah yang dikatakan oleh Rasulullah Saw. kepadamu?"
Aku menjawab, "Beliau tidak mengatakan apa pun kepadaku, hanya beliau menjewer
telingaku dan tersenyum seraya memandang wajahku." Maka Abu Bakar berkata,
"Bergembiralah kamu." Lalu Umar menyusulku dan menanyaiku, maka kukatakan
kepadanya seperti apa yang kukatakan kepada Abu Bakar. Dan pada pagi harinya Rasulullah
Saw. membacakan kepada kami surat Al-Munafiqun.

Imam Turmuzi mengetengahkan hadis ini secara munfarid, dan ia mengatakan bahwa hadis
ini hasan sahih.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Al-Hafrz Imam Baihaqi, dari Al-Hakim, dari Ubaidillah
ibnu Musa dengan sanad yang sama. Tetapi dalam riwayatnya disebutkan sesudah kata-
kata Zaid ibnu Arqam, bahwa lalu Rasulullah Saw. membacakan surat Al-Munafiqun kepada
kami, yaitu firman-Nya: Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata,
"Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah.” (Al-Munafiqun: 1)
sampai dengan firman-Nya: Mereka orang-orang yang mengatakan (kepada orang-orang
Ansar), "Janganlah kamu memberikan perbelanjaan kepada orang-orang (Muhajirin) yang
ada di sisi Rasulullah supaya mereka bubar (meninggalkan Rasulullah).”(Al-Munafiqun: 7)
hingga firman-Nya: benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah
daripadanya. (Al-Munafiqun: 8)

Abdullah ibnu Lahi'ah telah meriwayatkan dari Abul Aswad ibnu Urwah ibnuz Zubair di dalam
kitab Al-Magazi, dan juga Musa ibnu Uqbah di dalam kitab Magazi-nya kisah ini dengan
konteks yang sama. Tetapi keduanya menceritakan bahwa yang menyampaikan ucapan
Abdullah ibnu Ubay kepada Rasulullah Saw. adalah Aus ibnu Aqram dari kalangan Banil
Haris ibnul Khazraj. Barangkali dia adalah penyampai yang lain, atau kekeliruan dari pihak
pendengar (hadis); hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Aziz Al-Aili,
telah menceritakan kepadaku Salam, telah menceritakan kepadaku Aqil, telah menceritakan
kepadaku Muhammad ibnu Muslim, bahwa Urwah ibnuz Zubair dan Umar ibnu Sabit Al-
Ansari pernah menceritakan kepadanya bahwa Rasulullah Saw. berangkat ke medan perang
Al-Muraisi', yang dalam perang itu Rasulullah Saw. menghancurkan berhala Manat yang
terletak di antara Musyallal dan pantai. Rasulullah Saw. mengirimkan Khalid ibnul Walid, lalu
Khalid menghancurkan berhala Manat tersebut.

Dalam perang tersebut yang Rasulullah Saw. ikut di dalamnya, terjadi suatu perselisihan
antara dua orang; salah seorangnya dari kalangan Muhajirin, sedangkan yang lainnya dari
Bani Bahzyang merupakan teman sepakta orang-orang Ansar. Ternyata dalam perkelahian
itu orang dari Muhajirin dapat mengalahkan orang dari Bani Bahz, maka lelaki yang dari Bani
Bahz mengatakan, "Hai orang-orang Ansar, tolonglah aku," maka beberapa orang dari
kalangan Ansar membantunya. Akhirnya lelaki Muhajirin itu berkata pula, "Hai orang-orang
Muhajirin, tolonglah aku," maka beberapa orang Muhajirin membantunya, hingga terjadilah
perang kecil di antara sekelompok orang-orang Ansar dan orang-orang Muhajirin. Tetapi
pada akhirnya mereka dapat dipisahkan dan bisa dilerai.

Kemudian tiap orang munafik atau orang yang ada penyakit dalam hatinya pulang melapor
kepada Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul, lalu dilaporkan kepadanya, "Dahulu engkau
merupakan harapan dan tempat untuk berlindung bagi kami, tetapi kini engkau tidak dapat
membuat mudarat dan tidak pula manfaat. Sesungguhnya para imigran itu telah bersatu
menentang kami." Mereka menyebut kaum Muhajirin dengan istilah pira imigran. Maka
Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul mengatakan, "Demi Allah, sesungguhnya jika kita kembali ke
Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah
daripadanya." Kemudian Malik ibnud Dukhsyun mengatakan (dia adalah salah seorang
munafik), "Bukankah telah kukatakan bahwa janganlah kalian membelanjakan harta kepada
orang-orang yang ada di sisi Rasulullah, supaya mereka bubar meninggalkannya."

Umar ibnul Khattab mendengar perkataan tersebut, lalu ia datang dengan jalan kaki
menghadap kepada Rasulullah Saw. dan berkata, "Wahai Rasulullah, izinkanlah kepadaku
terhadap lelaki yang telah menghasut banyak orang ini, aku akan memenggal batang
lehernya." Umar bermaksud Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul. Maka Rasulullah Saw. bertanya,
"Apakah engkau benar akan membunuhnya jika kuperintahkan kepadamu untuk
membunuhnya?" Umar menjawab, "Ya, jika engkau perintahkan kepadaku untuk
membunuhnya, niscaya kupenggal kepalanya." Rasulullah Saw. bersabda, "Sekarang
duduklah kamu (bersabarlah)."

Kemudian datanglah Usaid ibnu Hudair, salah seorang pemimpin orang Ansar dari kalangan
Bani Abdul Asyhal, dan ia menghadap kepada Rasulullah Saw., lalu berkata, "Wahai
Rasulullah, izinkanlah kepadaku terhadap lelaki ini yang telah menghasut banyak orang, aku
akan memenggal batang lehernya." Rasulullah Saw. bertanya, "Apakah engkau akan
membunuhnya jika aku perintahkan kamu membunuhnya?" Usaid menjawab, "Jika engkau
perintahkan aku untuk membunuhnya, niscaya aku benar-benar akan memenggal batang
lehernya dengan pedang ini." Rasulullah Saw. bersabda, "Duduklah kamu."

Selanjutnya Rasulullah Saw. bersabda, "Perintahkanlah kepada orang-orang agar segera


berangkat." Maka Rasulullah Saw. berangkat membawa pasukan kaum muslim di tengah
hari. Perjalanan itu terus berlanjut sampai malam hari hingga keesokan harinya di saat
matahari mulai meninggi, setelah itu beliau perintahkan kepada orang-orang untuk turun
istirahat. Kemudian beliau Saw. membawa mereka berangkat meneruskan perjalanan di
siang harinya saat matahari sedang terik-teriknya, perjalanan ditempuhnya sama dengan
masa yang sebelumnya, hingga pagi hari sampai di Madinah. Jarak perjalanan ditempuh
dalam waktu tiga hari dari Al-Musyallal.

Setelah sampai di Madinah, Rasulullah Saw. memanggil Umar, lalu bersabda kepadanya,
"Hai Umar, apakah engkau akan membunuhnya jika kuperintahkan untuk membunuhnya?"
Umar menjawab, "Ya." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Demi Allah, seandainya engkau
membunuhnya saat itu, niscaya akan banyak kaum lelaki yang terhina olehmu. Seandainya
aku perintahkan pada hari itu untuk membunuhnya, niscaya mereka akan membunuhnya,
maka orang-orang akan membicarakan bahwa aku telah menganiaya sahabat-sahabatku
sendiri dan membunuh mereka dalam keadaan tidak berdaya. Dan Allah Swt. menurunkan
firman-Nya: Mereka orang-orang yang mengatakan (kepada orang-orang
Ansar), "Janganlah kamu memberikan perbelanjaan kepada orang-orang (Muhajirin) yang
ada di sisi Rasulullah supaya mereka bubar (meninggalkan Rasulullah).” (Al-Munafiqun: 7)
sampai dengan firman-Nya: Mereka berkata, "Sesungguhnya jika kita telah kembali ke
Madinah.” (Al-Munafiqun: 8), hingga akhir ayat.

Konteks riwayat ini garib (aneh), tetapi di dalamnya terkandung banyak hal yang berharga
berupa informasi yang tidak dijumpai dalam riwayat lainnya.
Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar mengatakan, telah menceritakan kepadaku Asim ibnu
Umar ibnu Qatadah, bahwa anak Abdullah Ibnu Ubay ibnu Salul (yaitu Abdullah) ketika
mendengar berita tentang ayahnya, lalu ia datang menghadap kepada Rasulullah Saw. dan
berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya telah sampai suatu berita kepadaku bahwa
engkau hendak membunuh Abdullah ibnu Ubay karena ucapannya terhadap dirimu. Jika
engkau hendak melaksanakannya, maka perintahkanlah kepadaku untuk mengeksekusinya,
dan akulah yang akan membawakan kepalanya ke hadapanmu. Demi Allah, semua orang
Khazraj telah mengetahui bahwa tiada seorang pun yang iebih berbakti kepada orang tuanya
selain aku. Sesungguhnya aku merasa khawatir j ika engkau perintahkan orang lain untuk
mengeksekusinya, maka aku tidak dapat menahan diri melihat pembunuh ayahku berjalan
bebas di tengah orang banyak, dan aku membunuhnya, sehingga kesimpulannya berarti aku
membunuh seorang mukmin karena dia membunuh seorang yang kafir, dan akhirnya akan
menjerumuskan diriku ke dalam neraka." Maka Rasulullah Saw. menjawab: Tidak, bahkan
kami berbelaskasihan terhadapnya dan tetap berhubungan baik dengannya selama dia tetap
bersama kami.

Ikrimah dan Ibnu Zaid serta selain keduanya mengatakan bahwa ketika orang-orang
(pasukan kaum muslim) kembali ke Madinah, maka Abdullah ibnu Abdullah ibnu Ubay ibnu
Salul berdiri di depan pintu gerbang kota Madinah seraya menghunus pedangnya, dan orang-
orang pun melewatinya. Tetapi ketika ayahnya (yaitu Abdullah ibnu Ubay) datang, maka ia
berkata kepadanya, "Mundurlah, hai ayah!" Ayahnya bertanya, "Celakalah kamu, mengapa
kamu bersikap seperti itu."

Abdullah ibnu Abdullah ibnu Ubay berkata, "Demi Allah, engkau tidak boleh melewati pintu
gerbang ini sebelum Rasulullah Saw. mengizinkan dirimu masuk, karena sesungguhnya
dialah orang yang menang dan engkau adalah orang yang kalah." Ketika Rasulullah Saw.
datang karena beliau berada di barisan belakang sebagai penggiring pasukan, maka
Abdullah ibnu Ubay mengadu kepada beliau tentang perlakuan putranya. Dan Abdullah
putranya berkata, "Demi Allah, wahai Rasulullah, dia tidak boleh masuk sebelum engkau
mengizinkannya masuk." Maka Rasulullah Saw. mengizinkannya untuk memasuki Madinah.
Dan putranya berkata, "Sekarang Rasulullah telah memberimu izin untuk masuk, maka
silakan masuk."

Abu Bakar alias Abdullah ibnuz Zubair Al-Humaidi telah mengatakan di dalam kitab
musnadnya, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah, telah menceritakan
kepada kami Abu Harun Al-Madani, bahwa Abdullah berkata kepada ayahnya, "Demi Allah,
engkau tidak boleh masuk Madinah sebelum engkau katakan bahwa Rasulullah Saw. adalah
orang yang kuat dan aku adalah orang yang kalah."

Dan Abdullah datang menghadap kepada Rasulullah Saw., lalu bertanya, "Wahai Rasulullah,
sesungguhnya telah sampai kepadaku suatu berita yang mengatakan bahwa engkau hendak
membunuh ayahku. Maka demi Tuhan yang telah mengutusmu dengan hak, aku belum
pernah menatap wajah ayahku karena segan kepadanya. Tetapi sesungguhnya jika engkau
menghendaki agar aku mendatangkan kepalanya ke hadapanmu, aku sanggup
membawakannya ke hadapanmu (dalam keadaan telah terpenggal). Karena sesungguhnya
aku tidak suka melihat orang lain membunuh ayahku."

Anda mungkin juga menyukai