Anda di halaman 1dari 2

Critical Thinking Sebagai Bekal Menghadapi Society 5.

Dalam menghadapi society 5.0 masyarakat harus siap beradaptasi dengan kemampuan berpikir
tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS). Tiga kemampuan utamanya adalah
kemampuan memecahkan masalah kompleks, kemampuan berpikir secara kritis, dan kemampuan
untuk berkreasi. Manusia dituntut untuk lebih cepat menghasilkan solusi dalam memenuhi
kebutuhannya. Hal ini berdampak pada manusia untuk terus menggali informasi, serta menciptakan
inovasi baru guna menunjang kelangsungan hidupnya. Manusia di era ini harus mampu bersikap dan
berpikir maju.

Hal yang terpenting dalam menghadapi era society 5.0 ini adalah kemampuan berpikir secara kritis
(critical thinking). Mengapa critical thinking? Karena menurut Forbes (2018) kemampuan berpikir
kritis merupakan satu dari tujuh kemampuan yang tidak akan tergantikan oleh Artificial Intelligence
(AI) dan robot sejenisnya.

Secanggih apa pun teknologi, manusia akan selalu lebih unggul dalam hal berpikir kritis. Penyebaran
informasi yang sangat bebas dan mudah diakses, mengharuskan masyarakat untuk mampu memilah
informasi yang diterima secara kritis. Hal ini agar seseorang tidak dengan mudah termakan hoax,
memperoleh informasi yang menyesatkan, dan sebagainya. Berpikir kritis juga dapat merangsang
kreativitas seseorang untuk terus berinovasi.

Apa yang dimaksud dengan critical thinking? Berpikir kritis atau critical thinking menurut Michael
Scriven, dari Claremont Graduate University, adalah proses disiplin intelektual untuk secara aktif dan
terampil membuat konsep, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan/atau mengevaluasi
informasi.

Berpikir kritis adalah sebuah proses membuat penilaian yang logis dan masuk akal. Ketika seseorang
berpikir dengan kritis, mereka tidak serta merta menerima semua argumen dan kesimpulan begitu
saja, mereka juga harus mempertanyakan validitas dari argumen dan kesimpulan tersebut.
Singkatnya, berpikir kritis adalah kemampuan berpikir jernih dan rasional tentang apa yang harus
dilakukan atau apa yang harus dipercaya.

Untuk mampu berpikir kritis, seseorang dapat mempelajari dengan cara mengidentifikasi,
membangun, dan mengevaluasi sebuah argumen terkait isu yang menarik perhatian. Misalnya
dengan mencoba memahami hubungan logis dalam setiap ide yang dikemukakan, mendeteksi
apakah ada inkonsistensi dan kesalahan umum di dalam penalaran, mencoba memecahkan masalah
secara sistematis, dan mengidentifikasi apa relevansi dan pentingnya sebuah atau beberapa ide.
Seorang pemikir kritis harus mampu mencari sumber informasi yang relevan, membuat kesimpulan
yang logis, dan menggunakan informasi tersebut untuk memecahkan masalah (problem solving).

Orang yang mampu berpikir kritis berarti dia mampu menyelesaikan masalah secara sistematis.
Pemikir kritis dapat meningkatkan keterampilan intelektual yang fleksibel, memiliki kemampuan
menganalisis informasi, dan mengintegrasi berbagai sumber pengetahuan untuk memecahkan
masalah. Hal ini sejalan dengan tantangan yang dihadapkan di era society 5.0. Era yang mengacu
pada komponen manusia itu sendiri. Manusia sebagai pusatnya (human-centered) dan berbasis
teknologi (technology based).

Dalam era society 5.0 informasi akan menyebar dengan cepat sejalan dengan mobilisasi manusia dan
pergerakan teknologi. Masyarakat harus cepat tanggap, cepat beradaptasi, dan segera
mengaplikasikan agar Indonesia tidak tertinggal dengan negara-negara lain yang teknologi dan
Sumber Daya Manusianya terus mengalami kemajuan. Namun dibalik kemajuan teknologi yang
sangat pesat itu, masyarakat harus tetap memegang teguh jati diri Bangsa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai