SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
i
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
Cara Mengutip:
Tim Kolaboratif Penyelamatan Macan Tutul Jawa. 2017. Kajian Habitat, Populasi
dan Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Sebagai Dasar Pengelolaan
Populasi dan Mitigasi Konflik Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas)
di Gunung Sawal, Ciamis, Jawa Barat. Tidak diterbitkan.
ii
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
iii
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
RINGKASAN EKSEKUTIF
A. Habitat
1. Kawasan hutan Gunung Sawal memiliki luas total 10.515,56 Ha yang
terbagi dalam Suaka Margasatwa 5.583,38 Ha atau 53%, Hutan Produksi
Terbatas (HPT) 3.308,93 Ha, Hutan Produksi (HP) 714,34 Ha dan Hutan
Pangonan 908,91 Ha. Kawasan hutan Gunung Sawal secara keseluruhan
merupakan satu kesatuan ekosistem lanskap hutan yang dikelilingi oleh 7
(tujuh) kecamatan yaitu: Panjalu, Kawali, Cipaku, Cikoneng, Cihaurbeuti,
Sadananya dan Panumbangan.
2. Suaka Margasatwa memiliki tutupan vegetasi hutan alam primer dan
sekunder, sedangkan kawasan hutan produksi terbatas, hutan produksi
dan hutan pangonan memiliki tutupan utama hutan tanaman pinus (Pinus
merkusii), rasamala (Altingia excelsa) dan damar (Agathis borneensis).
3. Berdasarkan interpretasi citra satelit tahun 2014, terdeteksi adanya
penggarapan lahan oleh masyarakat di hutan produksi terbatas, hutan
produksi dan hutan pangonan. Setelah dicek ke lapangan, penggarapan
tersebut merupakan program PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama
Masyarakat) Perum Perhutani KPH Ciamis dengan tanaman budidaya
kopi.
4. Tutupan vegetasi hutan di HPT, HP dan Hutan Pangonan mengalami
penurunan yang linear dengan penambahan luas garapan masyarakat.
Pada tahun 2006, HPT, HP dan Hutan Pangonan yang digarap
masayarakat seluas 1.978,18 Ha meningkat menjadi 2.094.67 Ha pada
tahun 2014.
iv
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
v
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
vi
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
diduga kuat, macan tutul jantan muda tersebut keluar dari habitat
induknya karena kalah berebut teritori sehingga terusir dan harus
mencari teritori baru, karena daya tampumg (ruang) teritori di dalam
Suaka Margasatwa Gunung Sawal sudah tidak mencukupi.
15. Macan tutul yang tertangkap masyarakat atau petugas rata-rata dalam
kondisi sehat, berat badan normal, tidak kurus dan tidak seperti
kelaparan. Hal ini memunculkan dugaan penyebab lain, mengapa macan
tutul keluar dari habitatnya.
16. Kasus macan tutul keluar habitatnya atau tertangkap oleh masyarakat,
tidak membentuk pola tertentu dan tidak berkorelasi dengan musim
kemarau. Kasus terbanyak justru terjadi pada bulan Januari dan Februari.
Hal ini menggunggurkan hipotesis “macan tutul keluar untuk mencari
makan karena di dalam hutan tidak ada makanan”
17. Fenomena keluarnya macan tutul dari habitatnya yang sering terjadi
akhir-akhir ini merupakan perilaku teritorial yang normal dilakukan oleh
satwa teritorial, yaitu perebutan wilayah jelajah dan yang kalah harus
keluar dari habitatnya. Ketika mencari habitat baru¸macan tutul yang
kalah terjebak atau terperangkap di areal kebun atau pemukiman,
sebelum sampai ke habitat yang menjadi tujuannya.
18. Fenomena keluarnya macan tutul dari habitatnya menandakan proses
perkembangbiakan di alam cukup bagus karena populasi terus bertambah
setiap tahun, namun luas habitatnya tidak bertambah tetapi sebaliknya
malah berkurang.
19. Dengan bertambahnya populasi macan tutul di alam, maka memerlukan
tambahan luasan habitat. Tetapi yang terjadi justru pengurangan habitat
karena hutan produksi terbatas, hutan produksi dan hutan pangonan di
sekitarnya yang selama ini menjadi habitat tambahan, kini telah hilang
karena ditebang dan digarap oleh masyaralat untuk kebun kopi.
Akibatnya, daya dukung dan daya tampung habitat menjadi tidak
mencukupi atau telah terlampaui, sehingga macan tutul keluar dari
habitatnya.
vii
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
E. Rekomendasi
24. Perlu penguatan kembali komitmen para pihak yang memiliki
kepentingan dan kewenangan pengelolaan kawasan Gunung Sawal,
bahwa kawasan hutan Gunung Sawal merupakan satu kesatuan bentang
alam (lanskap) ekosistam hutan yang secara ekologis tidak mengenal
batas-batas administratif dan batas fungsi kawasan. Oleh karena itu,
pengelolaan kawasan ini harus terintegrasi antara kawasan suaka alam
(SM), kawasan lindung (HL), kawasan budidaya hutan (HPT, HP, Hutan
Pangonan) dan kawasan budidaya non hutan seperti hutan rakyat dan
perkebunan.
25. Kawasan hutan Suka Margasatwa Gunung Sawal perlu didukung oleh
kawasan hutan sekitarnya agar dapat tetap menampung macan tutul yang
menjadi target konservasi kawasan suaka margasatwa ini. Oleh karena
itu, diperlukan sinergi dan koordinasi yang kuat antara pengelola suaka
margasatwa dengan pengelola hutan produksi, hutan lindung dan
pengelola wilayah di sekitarnya.
viii
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
26. Kawasan hutan produksi yang digarap melalui program PHBM di Gunung
Sawal perlu direvitalisasi dengan pengendalian komposisi tanaman
kehutanan yang lebih dominan dibandingkan tanaman kopi. Kawasan
yang telah terdegradasi akibat penggarapan perlu direstorasi untuk
memulihkan kembali fungsi ekologis dan hidrologis hutan.
27. Untuk meningkatkan kembali populasi mangsa macan tutul, konsep
restorasi ekosistem dapat diimplementasikan untuk memulihkan
ekosistem Gunung Sawal yang telah rusak. Konsep PHBM juga dapat
tetap dilaksanakan dengan mengatur kembali komposisi jumlah pohon
dan proporsi ruang yang lebih bersifat hutan daripada kebun monokultur.
28. Untuk menjaga kelestarian macan tutul dalam metapoplasi yang
mencakup lanskap yang luas dan terfragmentasi oleh areal penggunaan
lahan selain hutan (APL), maka perlu dibuat dan dipertahankan koridor
penghubung antar kantong hutan. Hutan produksi, hutan lindung
maupun kawasan lindung yang berfungsi sebagai koridor satwa perlu
dikelola bersama secara terintegrasi lintas sektor.
29. Penanganan dan mitigasi konflik macan tutul dengan manusia perlu
dilakukan secara terpadu lintas sektor dan antar pemangku kepentingan.
Pendekatan mekanisme insentif dan penegakan hukum secara bersamaan
perlu diimplementasikan untuk mitigasi konflik di masa mendatang.
30. Perlu dilakukan pemantauan (monitoring) jangka panjang terhadap
macan tutul jawa dengan menggunakan camera trap di kawasan SM
Gunung Sawal untuk memastikan kondisi dan keberadaan macan tutul
jawa yang telah teridentifikasi.
31. Terhadap macan tutul yang keluar dari Gunung Sawal dan saat ini berada
di lembaga konservasi, jika dari segi medis layak dilepasliarkan kembali
maka perlu dicarikan lokasi pelepasliaran yang sesuai. Suaka Margasatwa
Gunung Sawal masih memungkinkan menerima kembali macan tutul dari
Gunung Sawal yang telah direhabilitasi, namun perlu ditentukan di areal
yang belum menjadi teritori macan tutul yang ada. Disamping itu juga
perlu didukung dengan tetap menjaga kondisi hutan produksi terbatas,
hutan produksi dan hutan pangonan di sekitar suaka margasatwa yang
digarap menjadi PHBM kopi agar dapat tetap memberikan fungsi ekologis
sebagai habitat.
32. Perlunya penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat sekitar Gunung
Sawal tentang pentingnya menjaga hutan Gunung Sawal sebagai sistem
penyangga kehidupan yang vital bagi generasi sekarang dan yang akan
datang.
ix
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunianya,
Kajian Habitat, Populasi dan Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Sebagai Dasar
Pengelolaan Populasi dan Mitigasi Konflik Macan Tutul Jawa (Panthera pardus
melas) di Gunung Sawal, Ciamis, Jawa Barat, dapat diselesaikan dengan lancar
dan baik. Kami selaku pelaksana kegiatan tersebut juga menyampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dan membantu pelaksanaan di
lapangan, serta kepada pihak-pihak yang mendukung secara finansial kegiatan
kajian yang sangat penting ini.
Kajian ini merupakan salah satu implementasi program yang telah
diamanatkan dalam dokumen Strategi dan Rencana Aksi Konservasi (SRAK)
Macan Tutul Jawa yang telah di tetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (LHK) dengan Surat Keputusan Nomor P.56/Menlhk/Kum.1/2016
tanggal 11 Juli 2016. Kajian ini juga sangat penting dalam rangka program
prioritas konservasi 25 spesies satwa nasional, yang salah satunya adalah macan
tutul jawa.
Secara aktual, kegiatan ini juga merupakan respon dan upaya
penyelesaian secara langsung dan nyata terhadap masalah konflik ruang antara
macan tutul dan manusia yang semakin meningkat di kawasan hutan Gunung
Sawal dan sekitarnya dalam satu dekade terakhir. Kajian ini juga dapat menjadi
model atau pilot upaya mitigasi konflik satwa dan manusia di tempat lain.
Akhirnya, semoga hasil kajian ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-
baiknya dalam upaya penyelesaian dan mitigasi konflik macan tutul dengan
manusia di sekitar Gunung Sawal.
x
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
DAFTAR ISI
Halaman
xi
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
xii
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
Gambar 1. Peta SM Gunung Sawal dan sekitarnya. 4
Gambar 2. Tim habitat dan populasi sebelum berangkat ke 5
lapangan.
Gambar 3. Tim sosek sedang wawancara dengan penduduk 6
sekitar Gunung Sawal.
Gambar 4. Advisor sedang berdiskusi dengan tokoh masyarakat 6
untuk melengkapi hasil wawancara.
Gambar 5. Tim populasi sedang merancang distribusi camera 7
trap.
Gambar 6. Tim populasi sedang memasang camera trap. 8
Gambar 7. Peta distribusi camera trap di SM Gunung Sawal. 8
Gambar 8. Tim populasi sedang memeriksa hasil camera trap. 9
Gambar 9. Populasi macan tutul yang sudah teridentifikasi di 10
Jawa Barat dan Banten.
Gambar 10. Distribusi populasi teridentifikasi menurut tipe 12
metapopulasinya.
Gambar 11. Peta kerawanan habitat terhadap konflik macan tutul 13
dengan manusia.
Gambar 12. Persentase tingkat keamanan dari 26 populasi macan 14
tutul yang telah teridentifikasi.
Gambar 13. Luas habitat dari 26 populasi macan tutul 15
teridentifikasi.
Gambar 14. Komposisi fungsi kawasan hutan di Gunung Sawal. 18
Gambar 15. Penurunan luas tutupan hutan di Gunung Sawal. 18
Gambar 16. Perkembangan luas lahan garapan di Gunung Sawal. 19
Gambar 17. Penurunan luas tutupan hutan tanaman keseluruhan 19
di Gunung Sawal.
Gambar 18. Penyusutan luas hutan tanaman di hutan produksi 20
Gunung Sawal.
Gambar 19. Pertambahan luas kawasan yang digarap masyarakat 20
di Gunung Sawal.
Gambar 20. Perbandingan komposisi tutupan lahan Gunung 20
Sawal antara tahun 2006 dan tahun 2014.
xiii
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
xiv
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
xv
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
xvi
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Macan tutul jawa (Panthera pardus melas) merupakan salah satu dari
sembilan anak jenis (sub species) macan tutul yang hidup di dunia. Macan tutul
jawa hanya hidup di pulau Jawa dan beberapa pulau disekitarnya yaitu Pulau
Kangean, Pulau Nusakambangan dan dilaporkan ditemukan di Pulau Sempu.
Macan tutul jawa mengalami melanisme sehingga memiliki variasi warna hitam
yang disebut macan kumbang dan macan tutul yang berwarna kuning dengan
pola tutul berbentuk rossete.
Di Indonesia, macan tutul jawa termasuk satwa dilindungi (UU No.5 tahun
1990 dan PP. No.7 tahun 1999). Termasuk dalam Redlist IUCN (International
Union for Conservation of Nature and Natural Resources) dengan kategori
Critically Endangered (Ario et al., 2008) dan termasuk dalam Appendix I CITES
(Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and
Flora) (Soehartono dan Mardiastuti, 2002).
Penyebaran macan tutul jawa hampir merata dari ujung barat Pulau Jawa
(TN. Ujung Kulon) hingga ujung timur Pulau Jawa (TN. Alas Purwo). Mereka
hidup di hutan-hutan kawasan konservasi seperti Taman Nasional (TN), Cagar
Alam (CA) dan Suaka Margasatwa (SM) yang dikelola oleh Direktorat Jenderal
Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, serta kawasan Hutan Produksi
(HP) yang dikelola oleh Perum Perhutani dan Hutan Lindung (HL) yang dikelola
oleh Pemerintah Daerah (Dinas Kehutanan Provinsi).
Di Jawa bagian barat, macan tutul jawa ditemukan di Taman Nasional
Ujung Kulon, TN Gunung Halimun Salak, HL Gunung Karang-Akasari, TN Gunung
Gede Pangrango, TN Gunung Ciremai, CA Talaga Warna, CA Gunung Simpang, CA
Gunung Tilu, CA Gunung Tangkuban Perahu, CA Gunung Burangrang, CA Gunung
Papandayan, CA Gunung Guntur/Kawah Kamojang, CA Talaga Bodas, SM Gunung
Sawal, SM Cekepuh, TB Kareumbi-Masigit, HL Gunung Masigit, HL Gunung
Malabar, HL Gunung Wayang-Windu, HL. Gunung Limbung, HL Gunung Cikuray
(Ario,2010).
1
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
2
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
terus terjadi dan tidak ada tanda-tanda menurun. Hal ini menarik perhatian
pemerintah c.q. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan para
stakeholders untuk melakukan kajian guna mendapatkan jawaban atas penyebab
kasus tersebut.
Tim penelitian yang dikoordinasi oleh Balai Besar Konservasi Sumber
Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat, terdiri dari Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hutan (P3H), Taman Safari Indonesia (TSI), Forum Konservasi
Macan Tutul Jawa (FORMATA), Conservation International (CI), Bidang Wilayah
KSDA Ciamis, Pemerintah Daerah Ciamis, dan Kader Konservasi Ciamis dengan
dukungan pendanaan dari ZIGAP, TSI dan KASI, melakukan kajian komprehensif
terhadap habitat, populasi dan sosial ekonomi masyarakat sektarnya atas konflik
macan tutul di sekitar Gunung Sawal.
3
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
METODOLOGI
4
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
C. Metode
Untuk pengumpulan data vegetasi habitat dilakukan Analisis vegetasi
dengan metode kombinasi jalur dan garis berpetak (Kusmana, 1997). Analisis
vegetasi dilakukan di empat tipikal habitat yang mencakup hutan suaka
margasatwa, Hutan Produksi Terbatas, hutan produksi yang baru dibuka dan
hutan produksi yang sudah ada tanaman kopi.
5
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
setiap desa kajian. Ada 12 desa yang disurvei, sehingga total responden sekitar
360 orang. Diskusi juga dilakukan denga tokoh masyarakat sekitar hutan
Gunung Sawal.
Gambar 3.
Tim sosek sedang
wawancara dengan
penduduk sekitar
Gunung Sawal.
Gambar 4.
Advisor sedang
berdiskusi dengan
tokoh masyarakat
untuk melengkapi
hasil wawancara.
6
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
Gambar 5.
Tim populasi sedang
merancang distribusi
camera trap.
7
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
Gambar 6.
Tim populasi sedang
memasang camera
trap.
8
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
kotoran, garukan di tanah, bau urine ditanah atau pangkal pohon, serta cakaran
di pohon.
Kamera diperiksa setiap 20 hari untuk mengetahui kondisi kamera dan
capaian hasil sementara. Pengisian data yang didapat dilakukan setiap peristiwa
pendataan (sampling occation) pada lembar isian data yang telah disiapkan. Satu
kali peristiwa pendataan adalah 20 hari selama periode pemasangan kamera.
Setelah 20 hari, kartu dalam kamera diambil untuk melihat hasil foto yang
terrekam.
Gambar 8.
Tim populasi sedang
memeriksa hasil
camera trap.
Hasil foto-foto macan tutul jawa maupun satwa lain yang terrekam
kamera, diidentifikasi setiap foto. Khusus untuk macan tutul jawa diidentifikasi
setiap indiividu berdasarkan hasil foto dari kanan dan kiri tubuh. Oleh karena
kamera dipasang hanya satu dan tidak berpasangan pada setiap lokasi.
Identifikasi tubuh kanan dan kiri sangat penting dilakukan untuk mengetahui
individu-individu macan tutul yang terekam kamera.
Pada saat pengecekan pertama terhadap 20 unit camera yang telah
terpasang, diketahui terdapat 5 unit camera yang mengalami kehilangan yaitu di
lokasi G3-1, G3-7, G1-1, G1-2, dan G2-6. Satu camera trap yang mengalami
kehilangan memory card adalah lokasi G2-2. Kehilangan camera trap tersebut
mengakibatkan pengoperasian camera trap tidak lagi sejumlah 20 unit, namun
14 unit.
9
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
A. Habitat
1. Kondisi habitat macan tutul jawa di lanskap hutan Jawa Barat dan
Banten
Macan tutul jawa merupakan apex predator atau pemangsa puncak dalam
rantai makanan sehingga memiliki daerah jelajah yang luas untuk berburu
mangsa memenuhi kebutuhan makannya. Untuk mendapatkan gambaran yang
komprehensif maka perlu membahas sebaran habitat dalam skala lanskap. Hal
ini karena macan tutul tersebar dalam metapopulasi yang mencakup lanskap
yang sangat luas, hingga lintas wilayah aadministarsi kabupaten dan bahkan
provinsi. Oleh karena itu, akan dibahas gambaran habitat dari berbagai tipe
metapopulasi macan tutul jawa di Provinsi Jawa Barat dan Banten (Gunawan et
al, 2016).
Berdasarkan identifikasi populasi, Gunawan et al. (2016)
mengelompokkan populasi macan tutul di Jawa Barat dan Banten ke dalam 26
metapopulasi sebagaimana disajikan pada Gambar 9.
Gambar 9.
Populasi
macan tutul
yang sudah
teridentifikasi
di Jawa Barat
dan Banten.
10
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
11
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
Gambar 10.
Distribusi populasi
teridentifikasi menurut tipe
metapopulasinya.
12
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
Gambar 11. Peta kerawanan habitat terhadap konflik macan tutul dengan manusia.
Ada 11 populasi dengan tingkat keamanan kurang dari 50% yang berarti
rawan terhadap ancaman kepunahan dan konflik sehingga perlu mendapat
perhatian pengelola, agar dapat dlakukan mitigasi konflik dan pencegahan
kepunahan lokal.
13
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
Gambar 12. Persentase tingkat keamanan dari 26 populasi macan tutul yang telah
teridentifikasi.
14
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
agar tidak sampai menyusut atau terfragmentasi agar terhindar dari konflik dan
ancaman kepunahan lokal.
Habitat dengan luas kurang dari 1.000 Ha, diperkirakan sudah tidak
dihuni oleh macan tutul lagi, atau sudah punah secara lokal. Hal ini karena
secara biologis sulit bereproduksi, jika daya tampung hanya dua ekor dan
keduanya memiliki jenis kelamin yang sama, sementara tidak memiliki
kesempatan untuk mengakses populasi lain di sekitarnya, maka tidak akan dapat
berkembang biak.
Habitat-habitat dengan luasan yang besar umumnya merupakan
Mainland- Islands population. Gunung-gunung dengan tutupan hutan yang luas
merupakan mainland atau populasi sumber (source) untuk kolonisasi habitat-
habitat kosong (islands) di sekitarnya (sink). Populasi-populasi besar dalam
mainland yang luasnya lebih dari 10.000 Ha diperkirakan akan tetap bertahan
dalam beberapa dekade mendatang. Sementara populasi dengan luasan habitat
kurang dari 5.000 Ha, lebih mudah terancam oleh berbagai faktor seperti
15
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
16
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
Luas
Tipe Meta Sub Tipe Vegetasi Potensi sebagai
No ID Populasi Habitat
Populasi Populasi Utama Lokasi Release
(Ha)
17 G. Calancang - G. Terisolasi 3 Hutan Alam tropis 5142.749 96.59 Aman
Masigit Kareumbi, pegunungan
Sumedang
3.41 Risiko
tinggi
18 G. Tampomas, Terisolasi 3 Hutan Alam tropis 2598.675 98.02 Aman
Sumedang dataran rendah dan 1.98 Risiko
pegununga tinggi
19 Leuweung Sancang, Non 3 Hutan Alam tropis 16209.992 44.57 Aman
Sukabumi Equilibrium dataran rendah, 55.43 Risiko
hutan tanaman jati tinggi
20 G. Cikuray , KPH Garut Terisolasi 2 Hutan Alam tropis 4871.115 64.95 Aman
pegunungan 35.05 Risiko
tinggi
21 Cikepuh, Sukabumi Non 3 Hutan Alam tropis 3446.126 44.41 Aman
Equilibrium dataran rendah 55.59 Risiko
tinggi
22 SM G. Sawal, Ciamis Terisolasi 3 Hutan Alam tropis 6002.11 99.82 Aman
pegunungan 0.18 Risiko
tinggi
23 G. Gede – G. Pangrango, Mainland - 3 Hutan Alam tropis 9146.456 89.53 Aman
Bogor, Cianjur, Islands dataran rendah dan 10.47 Risiko
Sukabumi pegunungan tinggi
24 G. Halimun – G. Salak, Mainland - 3 Hutan Alam tropis 85050.027 94.91 Aman
Bogor, Sukabumi, Islands dataran rendah dan 5.09 Risiko
Lebak pegunungan tinggi
25 G. Ciremai, Kuningan- Patchy 3 Hutan Alam tropis 7992.863 88.63 Aman
Majalengka pegunungan 11.37 Risiko
tinggi
26 Ujung Kulon Patchy 2 Hutan Alam tropis 15823.356 26.75 Aman
dataran rendah, 73.25 Risiko
Hutan pantai dan tinggi
mangrove
Jumlah Sub Populasi 72 Total Luas Habitat 412820.807
Sumber : Gunawan et al. (2016c)
Dari Tabel 1 juga dapat dilihat tipe-tipe habitat utama macan tutul di Jawa
Barat dan Banten yaitu: hutan alam dataran rendah, hutan alam pegunungan,
hutan tanaman jati, hutan tanaman pinus, hutan tanaman mahoni, hutan
tanaman rimba campuran (rasamala dan puspa), serta hutan pantai dan
mangrove.
17
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
Gambar 14.
Komposisi fungsi
kawasan hutan di
Gunung Sawal.
Gambar 15.
Penurunan luas
tutupan hutan di
Gunung Sawal.
18
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
Gambar 17. Penurunan luas tutupan hutan tanaman keseluruhan di Gunung Sawal.
19
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
Gambar 18.
Penyusutan luas hutan
tanaman di hutan
produksi Gunung
Sawal.
Gambar 19.Pertambahan
luas kawasan yang
digarap masyarakat di
Gunung Sawal.
Gambar 20. Perbandingan komposisi tutupan lahan Gunung Sawal antara tahun 2006
dan tahun 2014.
20
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
Gambar 21.
Hutan
produksi yang
ditanami kopi pola
PHBM dengan latar
belakang hutan
tanaman pinus yang
masih utuh.
Gambar 22.
Cara penggarapan
dengan metode
tebang habis dan
diganti dengan
tanaman kopi
menyebabkan
hilangnya habitat
satwa.
21
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
Gambar 23.
Kondisi hutan
suaka
margasatwa yang
masih baik.
Ketika masih memiliki luasan yang cukup dan kualitas habitat yang baik,
habitat-habitat terfragmentasi masih dapat melestarikan populasi macan tutul
dalam jumlah yang cukup untuk berkembang seara wajar, namun ketika
luasanya berkurang dan kualitasnya terdegradasi, maka akan menjadi rawan
konflik antara macan tutul dan manusia. Hal ini karena populasi macan tutul
berkembang tetapi luasan dan kualitas habitatnya menurun sehingga tidak dapat
mendukung populasi yang ada. Akibatnya, individu-individu baru yang lemah
atau individu tua yang sakit dan kalah berkompetisi akan keluar dan memasuki
lahan budidaya atau pemukiman untuk mencari makan atau memperluas daerah
jelajah dan mencari teritori baru. Hal seperti ini sering terjadi pada individu
jantan muda yang baru disapih oleh induknya dan kalah berebut teritori dengan
jantan dewasa karena masih lemah.
Tipe habitat yang rawan konflik biasanya merupakan hutan tanaman
monokultur atau hutan sekunder yang terganggu oleh perambahan atau
penggarapan, baik melalui program PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama
Masyarakat) maupun bukan. Tipe habitat seperti ini umumnya kualitasnya
rendah karena miskin akan satwa mangsa akibat kurangnya hijauan pakan satwa
herbivora. Hal ini karena kawasan hutan yang digarap biasanya tidak memiliki
tumbuhan bawah pakan satwa dan jenis-tanamannya monokultur atau hanya
satu jenis dan bukan merupakan pakan maupun habitat satwa, seperti tanaman
kopi dan palawija. Disamping itu, pola PHBM banyak yang sudah tidak ditaati
komposisi tanamannya, dimana tanaman peranian cenderung lebih
22
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
Gambar 24.
Sumber air
yang melimpah dari
Gunung Sawal banyak
dimanfaatkan untuk
perikanan di
pekarangan oleh
penduduk sekitar.
Gambar 25.
Air dari Gunung Sawal
juga disalurkan untuk
irigasi pertanian dan
kebutuhan rumah
tangga di daerah
bawahnya.
23
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
Gambar 26.
Kondisi kawasan yang digarap
untuk PHBM tanaman kopi.
Tumbuhan bawah dibersihkan.
24
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
Gambar 27.
Kondisi tumbuhan bawah di
antara tanaman kopi yang
dibersihkan dalam rangka
pemeliharaan tanaman
kopi. Pancang, tiang dan
pohon pun jarang bahkan
tidak ada.
25
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
Gambar 29. Kondisi hutan rakyat dan tumbuhan bawahnya yang lebih baik
dibandingkan kawasan hutan produksi yang digarap, sehingga banyak
satwa mencari makan di hutan rakyat.
26
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
B. Populasi
1. Capaian Operasional Perangkap Kamera (camera trap)
Selama periode penelitian dari tanggal 21 Oktober 2016 hingga 2
Februari 2017, Jumlah periode pendataan (sampling) sebanyak 4 peristiwa
pendataan (sampling occation) yang masing-masing pendataan dilakukan selama
20 hari pendataan. Total waktu pemasangan kamera adalah 1.400 hari rekam
(trap days). Total foto satwa yang dihasilkan selama pemasangan sebanyak 718
foto dengan independent event tercatat 613 foto.
Tercatat 19 jenis mamalia dan 4 jenis burung selama periode pemasangan
perangkap kamera. Jumlah foto satwa tertinggi adalah foto musang luwak
sebanyak 198 foto (32,30%), sedangkan yang terendah adalah musang leher
kuning, lutung budeng, dan ciung mungkal jawa, masing masing satu foto
(masing-masing 0,16%). Jumlah hari yang diperlukan untuk mendapatkan satu
foto macan tutul jawa (Relative Abundance Indices/RAI-1) adalah 66,6 hari
rekam, sedangkan jumlah foto macan tutul jawa yang diperoleh untuk setiap 100
hari rekam (Relative Abundance Indices/RAI-2) adalah sebanyak 1,5 foto
(Tabel 3).
27
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
Tabel 3. Daftar jenis satwa yang terfoto selama periode pemasangan perangkap
kamera.
Total IDP RAI-
No Nama lokal Spesies % RAI-1
foto Foto 2
1 Macan tutul jawa Panthera pardus melas 35 21 3.42 66.66 1.5
2 Kucing hutan Prionailurus bengalensis 23 24 3.91 58.33 1.714
3 Musang luwak Paradoxurus hermaproditus 220 198 32.30 7.07 14.14
4 Lingsang Prionodon linsang 20 14 2.28 100 1
5 Sigung Mydaus javanensis 25 18 2.93 77.77 1.28
6 Garangan jawa Hervestes javanicus 15 8 1.30 175 0.57
7 Biul Melogale orientalis 24 14 2.28 100 1
8 Musang Rase Viverricula indica 20 16 2.61 87.5 1.14
Musang leher
9 kuning Martes flavigula 1 1 0.16 1400 0.07
10 Anjing kampung Canis familiaris 20 17 2.77 82.35 1.21
11 Surili Presbytis comate 15 11 1.79 127.27 0.78
12 Lutung budeng Trachypitecus auratus 5 1 0.16 1400 0.07
13 Kijang Muntiacus muntjac 23 20 3.75 60.86 1.64
14 Babi celeng Sus scrofa 40 40 6.52 35 2.85
15 Trenggiling Manis javanica 15 9 1.46 155.55 0.64
16 Landak jawa Hystric javanica 9 7 1.14 200 0.5
17 Tikus belukar Ratus tiomanicus 117 116 18.92 12.06 8.28
18 Tupai kekes Tupaia javanica 23 15 2.44 93.33 1.07
Bajing Tanah
19 Bergaris Tiga Lariscus insignis 6 4 0.65 350 0.28
20 Paok pancawarna Pitta guajana 15 13 2.12 107.69 0.92
Puyuh Gonggong
21 Jawa Arborophila javanica 45 40 6.52 35 2.85
22 Delumukan zamrud Chalcophaps indica 4 2 0.32 700 0.14
23 Ciung mungkal jawa Cochoa azurea 1 1 0.16 1400 0.07
TOTAL 718 613 100
28
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
1 Macan tutul
jawa * * * * * * * *
2 Kucing hutan * * * * * * *
3 Musang luwak * * * * * * * * * * * * *
4 Lingsang * * * * * *
5 Sigung * * * * * * * *
6 Garangan jawa * * *
7 Biul * * * * * * *
8 Musang Rase * *
9 Musang leher
kuning *
10 Anjing kampung * * * * *
11 Surili * *
12 Lutung budeng *
13 Kijang * * * * * * *
14 Babi celeng * * * * *
15 Trenggiling * * * *
16 Landak jawa * * *
17 Tikus belukar * * * * * * * * *
18 Tupai kekes * * * * * * * *
19 Bajing Tanah
Bergaris Tiga * *
20 Paok
pancawarna * * * * * *
21 Puyuh
Gonggong Jawa * * * *
22 Delumukan
zamrud *
23 Ciung mungkal
jawa *
TOTAL 12 9 7 13 9 10 10 7 2 6 12 5 7 3
Setiap lokasi pemasangan kamera terdapat hasil foto manusia, baik foto
pemasang kamera, maupun masyarakat sekitar yang kebetulan melintas di
depan kamera. Foto masyarakat sekitar yang diperoleh relatif besar. Hal ini
menandakan akses masyarakat sekitar ke dalam kawasan SM Gunung Sawal
relatif tinggi frekuensinya. Diantara foto satwa yang diperoleh, terdapat foto
anjing di hampir semua lokasi pemasangan kamera. Anjing tersebut merupakan
anjing biasa (Canis familiaris) yang dipelihara manusia. Anjing biasa digunakan
dalam perburuan satwa liar, sehingga keberadaan anjing di dalam kawasan
suaka margasatwa dapat diduga mengindikasikan adanya aktifitas perburuan.
29
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
Gambar 31. Peta lokasi foto macan tutul jawa di SM Gunung Sawal.
Individu macan tutul yang terdeteksi tidak hanya di satu lokasi namun di
dua hingga lima lokasi. Artinya individu yang terfoto pada beberapa lokasi
tersebut merupakan individu yang sama. Ada juga diketahui dalam satu titik
lokasi perangkap kamera terdeteksi dua individu macan tutul jawa pada waktu
yang berbeda. Hal ini menandakan bahwa lokasi tersebut cenderung sering
dimanfaatkan oleh macan tutul jawa dalam beraktivitas seperti dalam hal
perburuan mangsa. Karakteristik lokasi tersebut berupa pertemuan antara
beberapa punggung bukit sehingga cenderung sering digunakan dalam lintasan
30
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
jelajah yang relatif aman dari gangguan. Sebaran macan tutul jawa di SM.
Gunung Sawal lebih banyak terdeteksi di wilayah bagian timur (Gambar 32).
Setiap individu macan tutul jawa dapat dibedakan satu sama lain
berdasarkan ukuran tubuh, jenis kelamin dan pola tutul di tubuh masing-masing
individu. Berdasarkan hasil identifikasi setiap individu, diketahui terdeteksi 5
individu macan tutul jawa di lokasi penelitian yang terdiri dari 2 individu jantan
dewasa, dan 3 individu betina dewasa (Gambar 32). Membedakan pola tutul
merupakan cara efektif untuk mengetahui setiap individu macan tutul jawa,
karena pada umumnya setiap individu tidak memiliki pola yang sama. Jenis
kelamin, selain dari ukuran tubuh juga diketahui dengan pasti dari tanda genital
individu berdasarkan dari hasil foto penampakan dari samping dan belakang.
Berdasarkan uji populasi tertutup Capture Mark Recapture (CMR),
terhadap 5 unik individu macan tutul jawa di SM Gunung Sawal, pada uji dengan
Model Mo, perkiraan peluang tangkap (p-hat) 0.5000, estimasi populasi dengan
tingkat kepercayaan 95% diperoleh 4-6 individu (SE 0.6030), dengan koefisen
variasi (CV) sebesar 15%. Sedangkan dengan uji Model Mh, perkiraan peluang
31
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
32
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
persentasi satwa mangsa utama dari ketiga jenis mamalia tersebut, dapat
dikatakan bahwa ketersediaan satwa mangsa di lokasi penelitian masih masih
mendukung keberlangsungan hidup macan tutul jawa. Lokasi sebaran ketiga
satwa mangsa utama yaitu musang luwak tersebar di 13 lokasi camera trap, babi
hutan tersebar di 5 lokasi camera trap sedangkan kijang tersebar di 7 lokasi
camera trap. Sebaran ketiga satwa mangsa utama tersebut tersaji pada Gambar
34.
Macan tutul memangsa buruannya dari yang berukuran kecil hingga
sedang seperti kijang, monyet ekor panjang, babi hutan, kancil dan owa jawa
(Santiapillai dan Ramono,1992). Menurut Seidensticker dan Suyono (1980), di
Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur, satwa mangsa macan tutul antara lain
babi hutan (65%), kancil (5,9%), trenggiling (5,9%), musang (3,9%), landak
(3,9%), kelelawar (3,9%), tando (3,9%), tupai (3,9%) dan kijang (2%).
Sedangkan menurut Sakaguchi et al. (2003), terdapat 10 jenis satwa mangsa
macan tutul di Taman Nasional Gunung Halimun berdasarkan analisa kotoran
(fecal analysis) diantaranya adalah kijang, babi hutan, landak jawa, surili dan
lutung hitam. Untuk jenis satwa mangsa yang mendominansi kelimpahan relatif
satwa mangsa macan tutul jawa di Bodogol Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango antara lain babi hutan (Sus scrofa), kancil (Tragulus javanicus) dan
musang luwak (Paradoxurus hermaphroditus) (Ario, 2006).
Gambar 33. Diagram indeks kelimpahan relatif macan tutul jawa dan mangsa.
33
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
Gambar 34. Sebaran satwa mangsa musang luwak, kijang dan babi hutan di SM
Gunung Sawal.
Gambar 35.
Musang luwak (Paradoxurus
hermaphroditus).
Gambar 36.
Kijang (Muntiacus muntjak).
34
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
Gambar 37.
Babi hutan (Sus scrofa).
Gambar 38.
Lutung budeng
(Trachypitecus auratus).
35
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
Dalam kurun waktu 2001-2016 telah terjadi 51 kasus konflik macan tutul
dengan manusia di sekitar Gunung Sawal. Ada 20 desa di sekitar Gunung Sawal
yang pernah didatangi oleh macan tutul dari Gunung Sawal. Umumnya bentuk
konfliknya adalah pemangsaan ternak oleh macan tutul dan macan tutul
ditangkap atau dibunuh oleh masyarakat. Desa yang paling sering didatangi oleh
macan tutul Gunung Sawal adalah Kertamandala dan Cikupa. Kedua desa
tersebut berbatasan langsung dengan hutan.
Gambar 40. Sebaran konflik macan tutul – manusia menurut kabupaten di Jawa Barat
dan Banten.
36
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
Gambar 41. Jumlah dan sebaran kasus konflik macan tutul dengan manusia di
desa-desa sekitar Gunung Sawal.
Lokasi konflik macan tutul dengan manusia sebagian besar (76%) terjadi
di desa-desa yang berbatasan dengan hutan produksi, sedangkan sisanya terjadi
di desa berbatasan dengan suaka margasatwa (SM) (18%) dan desa yang tidak
berbatasan dengan hutan (6%) (Gunawan et al., 2016).
Gambar 42
Persentase lokasi kasus konflik
macan tutul dengan manusia di
sekitar Gunung Sawal.
37
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
Gambar 43.
Bentuk konflik macan tutul
– manusia di Jawa Barat
dan Baten.
Gambar 44.
Seekor macan tutul jantan
muda yang ditangkap
warga Desa Cikupa
menggunakan perangkap
besi di sekitar Gunung
Sawal pada 7 Oktober
2016.
Gambar 45.
Kondisi macan tutul yang
ditangkap warga Desa
Cikupa setelah tiga minggu
direhabilitasi di sanctuary
Taman Safari Indonesia
(24 Oktober 2016).
38
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
39
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
40
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
merupakan maskot atau satwa identitas Provinsi Jawa Barat. Meskipun 51,98%
responden menyatakan macan tutul merupakan satwa yang menakutkan namun
25,67% menyatakan satwa tersebut perlu dilestarikan. Masih ada 13,87%
responden yang menganggap macan tutul merupakan satwa keramat yang ada
hubungannya dengan legenda Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran.
Sebagian besar (64,44%) responden belum pernah mendapatkan
penyuluhan tentang konservasi macan tutul. Meskipun demikian, sebagian besar
responden (75,33%) menyadari bahwa Gunung Sawal memberikan banyak
manfat bagi kehidupan masyarakat di sekitarnya. Sebagian responden (21,22%)
menyatakan bahwa keberadaan hutan Gunung Sawal mencegah banjir dan tanah
longsor dan 40,12% responden menyatakan bahwa hutan Gunung Sawal
merupakan sumber air bagi wilayah di sekitarnya, yang dimanfaatkan untuk air
rumah tangga, PDAM, irigasi pertanian dan budidaya ikan air tawar.
Dari Gambar 48 dapat dilihat bahwa masih ada masyarakat yang
menganggap kawasan hutan menyediakan lahan garapan, sumber kayu
pertukangan dan kayu bakar, pakan ternak dan memberikan lapangan
pekerjaan. Hal ini mengindikasikan adanya ketergantungan langsung
masyarakat terhadap keberadaan hutan.
Ketika ditanya perihal penyebab macan tutul keluar dari hutan, kemudian
masuk ke pemukiman dan memangsa ternak, secara umum masyarakat telah
memahami konsep daya dukung dan kerusakan habitat. Hal ini terlihat dari
jawaban-jawaban mereka seperti disajikan pada Gambar 49.
41
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
Gambar 49.
Penyebab keluarnya macan
tutul dari hutan menurut
responden sekitar Gunung
Sawal.
Gangguan atau konflik yang terus terjadi perlu diatasi dengan melibatkan
semua pihak terkait antara lain BKSDA Ciamis, Pemerintah Kabupaten,
Pemerintah Desa, Perum Perhutani, LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan),
masyarakat penggarap PHBM, masyarakat sekitar hutan, LSM lokal, POLRI, TNI,
penyuluh, dan sektor lain yang berkentingan dengan air dari Gunung Sawal
seperti Dinas Pertanian, Dinas Perikanan, Dinas Pariwisata, dan PDAM.
Perlu upaya penyuluhan untuk peningkatan kesadaran dan pengetahuan
tentang pentingnya konservasi hutan Gunung Sawal, bukan saja untuk
keanekaragaman hayati tetapi juga untuk air yang menjadi sumber kehidupan
masyarakat sekitarnya. Di samping itu, perlu dibuat protokol atau prosedur
tetap penanganan konflik jika terjadi kasus macan tutul masuk pemukiman,
memangsa ternak atau jika terjadi penangkapan macan tutul oleh masyarakat.
Secara perlahan, upaya penegakan hukum bagi yang sengaja menangkap
macan tutul tanpa berkordinasi dengan pihak KSDA juga perlu diterapkan,
sehingga tidak menjadi lagi masyarakat menangkap macan tutul untuk
dipertontonkan guna mendapat bayaran atau meminta tebusan kepada pihak
KSDA. Sejalan dengan itu, pemberian insentif bagi masyarakat yang
berpartisipasi mengamankan hutan Gunung Sawal dan melestarikan macan tutul
juga perlu diimplementasikan.
Pemanfaaatan jasa lingkungan air sangat potensial dikembangkan untuk
industri berbahan baku air. Sementara wisata alam berbasis keunikan
keanekaragaman hayati dan kultur lokal juga potensial dikembangkan di Gunung
Sawal. Perpaduan antara alam (keanekaragaman hayati) dengan budaya lokal
dan kebijakan pemerintah seperti hari cinta puspa dan satwa, hari lingkungan
hidup, hari hutan, hari konservasi alam, hari air, hari menanam pohon dan hari
lahir Kota Ciamis dapat dijadikan agenda tahunan yang menginspirasi
konservasi, misalnya dikemas dalam bentuk “Festival Gunung Sawal”.
42
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
A. Kesimpulan
1. Habitat
(a) Kawasan hutan Gunung Sawal memiliki luas total 10.515,56 Ha yang
terbagi dalam Suaka Margasatwa 5.583,38 Ha atau 53%, Hutan Produksi
Terbatas (HPT) 3.308,93 Ha, Hutan Produksi (HP) 714,34 Ha dan Hutan
Pangonan 908,91 Ha. Kawasan hutan Gunung Sawal (SM, HL, HPT, HPT)
secara keseluruhan merupakan satu kesatuan ekosistem lanskap hutan.
(b) Suaka Margasatwa memiliki tutupan vegetasi hutan alam primer dan
sekunder, sedangkan kawasan hutan produksi terbatas, hutan produksi
dan hutan pangonan memiliki tutupan utama hutan tanaman pinus (Pinus
merkusii), rasamala (Altingia excelsa) dan damar (Agathis borneensis).
43
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
(b) Hasill camera trap juga menemukan beberapa jenis satwa mangsa macan
tutul seperti musang luwak, babi hutan dan kijang, mendominasi dan
tersebar merata hamper di seluruh kawasan dengan frekuensi
perjumpaan relative berturut-turut sebesar 32,3%; 6,52% dan 3,75% dan
indeks kelimpahan relative berturut-turut 14,14; 2,85, dan 1,64. Selain
satwa tersebut juga tertangkap kamera trap jenis sigung, lingsang,
garangan, biul, musang rase, kucing hutan, musang leher kuning, surili,
lutung budeng, trenggiling dan landak jawa yang potensial menjadi
mangsa macan tutul. Dengan demikian dapat dikatakan kondisi hutan SM
Gunung Sawal masih baik untuk habitat macan tutul.
44
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
(a) Kasus keluarnya macan tutul jawa dari kawasan hutan Gunung Sawal
telah terjadi sejak tahun 2001 dan cenderung terus terjadi hingga akhir
tahun 2016 yang secara kumulatif sudah terjadi 51 kasus di 20 desa
sekitar kawasan hutan Gunung Sawal. Kasus terbanyak terjadi tahun
2011 dan desa paling sering didatangi macan tutul adalah Desa
Kertamandala (10) dan Cikupa (8) yang berbatasan langsung dengan
hutan.
(b) Keluarnya macan tutul dari kawasan hutan tidak selalu menimbulkan
konflik. Konflik terjadi ketika ada pihak yang dirugikan, baik manusia
maupun macan tutul. Dari 51 kasus di sekitar Gunung Sawal, 75%
diantaranya merupakan konflik (memangsa ternak 67%; macan tutul
ditangkap/dibunuh 8%), sementara 25% bukan merupakan konflik.
(c) Kasus kasus konflik macan tutul-manusia di Gunung Sawal 76% terjadi di
desa-desa yang berbatasan dengan hutan produksi, 18% terjadi di desa
yang berbatasan dengan Suaka Margasatwa, 6 % terjadi di desa yang
tidak berbatasan dengan hutan.
(d) Macan tutul yang keluar dan tertangkap oleh masyarakat atau petugas,
hampir seluruhnya berjenis kelamin jantan dan berusia muda (2,5 -3
tahun) yaitu pada masa-masa penyapihan oleh induknya. Hal ini dapat
diduga kuat, macan tutul jantan muda tersebut keluar dari habitat
induknya karena kalah berebut teritori sehingga terusir dan harus
mencari teritori baru, karena daya tampung (ruang) teritori di dalam
Suaka Margasatwa Gunung Sawal sudah tidak mencukupi.
(e) Macan tutul yang tertangkap masyarakat atau petugas rata-rata dalam
kondisi sehat, berat badan normal, tidak kurus dan tidak seperti
45
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
(f) Kasus macan tutul keluar habitatnya atau tertangkap oleh masyarakat,
tidak membentuk pola tertentu dan tidak berkorelasi dengan musim
kemarau. Kasus terbanyak justru terjadi pada bulan Januari dan Februari.
Hal ini menggugurkan hipotesis “macan tutul keluar untuk mencari
makan karena di dalam hutan tidak ada makanan”
46
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
B. Rekomendasi
1. Perlu penguatan kembali komitmen para pihak yang memiliki
kepentingan dan kewenangan pengelolaan kawasan Gunung Sawal,
bahwa kawasan hutan Gunung Sawal merupakan satu kesatuan bentang
alam (lanskap) ekosistam hutan yang secara ekologis tidak mengenal
batas-batas administratif dan batas fungsi kawasan. Oleh karena itu,
pengelolaan kawasan ini harus terintegrasi antara kawasan suaka alam
(SM), kawasan lindung (HL), kawasan budidaya hutan (HPT, HP, Hutan
Pangonan) dan kawasan budidaya non hutan seperti hutan rakyat dan
perkebunan.
47
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
8. Terhadap macan tutul yang keluar dari Gunung Sawal dan saat ini berada
di lembaga konservasi, jika dari segi medis layak dilepasliarkan kembali
maka perlu dicarikan lokasi pelepasliaran yang sesuai. Suaka Margasatwa
Gunung Sawal masih memungkinkan menerima kembali macan tutul dari
Gunung Sawal yang telah direhabilitasi, namun perlu ditentukan di areal
yang belum menjadi teritori macan tutul yang ada. Disamping itu juga
perlu didukung dengan tetap menjaga kondisi hutan produksi terbatas,
hutan produksi dan hutan pangonan di sekitar suaka margasatwa untuk
tidak digarap menjadi PHBM kopi.
48
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
DAFTAR PUSTAKA
49
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
50
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
51
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
52
KAJIAN HABITAT, POPULASI DAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN POPULASI DAN MITIGASI KONFLIK MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)
DI GUNUNG SAWAL, CIAMIS, JAWA BARAT
Syahrial. A.H. and Sakaguchi, 2003. Monitoring research and the javan leopard
Panthera pardus melas in Gunung Halimun National Park, Indonesia. In:
Biodiversity Conservation Project. Research on Endangered Species in
Gunung Halimun National Park, Research and Conservation of
Biodiversity in Indonesia, vol. XI. In press.
Veevers-Carter, W. 1978. Mamalia Darat Indonesia. Internusa, P.T. Jakarta.
86p.
53