Anda di halaman 1dari 16

PENGGUNAAN STRAIN GAUGE SEBAGAI

KENDALI KURSI RODA


1
Imelda U. V. Simanjuntak, 2Agus D. Rochendi, 3Lukman M. Silalahi, 4Ketty S. Salamah
1,3,4
Fakultas Teknik Elektro Universitas Mercu Buana, 2Departemen Oseanografi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 DKI Jakarta
1
imelda.simanjuntak@mercubuana.ac.id, 2agus.dendi.rochendi@lipi.go.id,
3
lukman.medriavin@mercubuana.ac.id, 4kettysitisalamah@mercubuana.ac.id

Abstrak
Perkembangan teknologi yang cukup pesat mendorong semua proses manual pada
zaman sekarang ini menjadi proses otomatis. Tidak terkecuali dalam hal alat bantu berjalan
seperti kursi roda. Oleh karena itu, penelitian merancang alat kursi roda elektrik cukup hangat
untuk di bahas. Kursi roda elektrik yang pergerakannya dikontrol langsung oleh pengguna,
menggabungkan perangkat keras dan perangkat lunak. Penelitian ini menggunakan motor
penggerak yang sepenuhnya dikontrol oleh sensor strain gauge. Kemudian dipasang dengan
tombol gerak pada jari pengguna kursi roda sebagai pengontrol utama. Beberapa parameter
yang digunakan dalam menentukan tombol maju, mndur, kiri, kanan dan stop adalah nilai
sensitivitas, linearitas, respon time, dan kalibrasi yang sesuai referensi ideal sensor. Hasil
penelitian ini memberikan nilai hambatan rata – rata rentang 344.65 - 354.65 (ohm),
Sensitivitas tegangan sebesar 0.0612 - 0.0617 (volt), sensitivitas tegangan terhadap indek tekuk
dengan grafik yang linear, dan respon time tiap 1 (satu) detik didapatkan rata-rata perubahan
voltase dari -0.0054 sampai dengan 0.3574 volt. Dan hasil ini merupakan nilai yang baik dalam
rentang referensi sensor ideal. Sehingga dapat selanjutnya digunakan untuk nilai pemetaan
jari-jari yang digunakan untuk mengontrol arah pada program mikrokontroler kursi roda
dielektriknya.

Kata Kunci: kontrol, respon time, sensor, sensitivitas, strain gauge

Abstract
The rapid development of technology has pushed all manual processes in today's era
into automated processes. No exception in terms of walking aids such as wheelchairs.
Therefore, research on the design of electric wheelchairs is hot enough to be discussed. An
electric wheelchair whose movement is controlled directly by the user, combining hardware and
software. This study uses a motor that is fully controlled by a strain gauge sensor. Then it is
installed with the motion button on the wheelchair user's finger as the main controller. Some of
the parameters used in determining the forward, backward, left, right and stop buttons are
sensitivity, linearity, response time, and calibration values according to the ideal sensor
reference. The results of this study provide an average resistance value of 344.65 - 354.65
(ohms), stress sensitivity of 0.0612 - 0.0617 (volts), stress sensitivity to bending index with a
linear graph, and response time every 1 ( one) second obtained the average voltage change
from -0.0054 to 0.3574 volts. And this result is a good value in the ideal sensor reference range.
So that it can then be used for mapping the radius value which is used to control the direction of
the dielectric wheelchair microcontroller program.

Keywords: control, response time, sensitivity, sensor, strain gauge

154 Jurnal Ilmiah Teknologi dan Rekayasa Volume 26 No. 2 Agustus 2021
PENDAHULUAN dibutuhkan rangkaian Penguat sehingga
sensor starin gauge dapat menjadi actuator.
Pasien penyakit lumpuh membutuhkan Untuk mendukung pembaharuan produk dalam
kursi roda untuk memudahkan aktivitas negeri dengan harga terjangkau, penelitian ini
sehari-hari. Selama ini pengunaan kursi roda merancang kursi roda elektrik dengan kontrol
dengan proses manual belum menjadi solusi gerakan tubuh menggunakan strain gauge.
terutama pada orang lumpuh pada kondisi Sensor tubuh ditemukan memiliki fungsi yang
berat. Menurut Pradita dkk. (2018) bahwa sangat baik dalam membantu postur dan
sektor kesehatan merupakan salah satu dari 10 rehabilitasi pengguna[3].
(sepuluh) prioritas nasional. Inpres No. 6 Beberapa penelitian serupa juga di-
tahun 2016. Tercatat kursi roda yang beredar lakukan oleha Naresh dkk. (2019) mendesain
didominasi oleh produk import dari China. kursi roda bentuk joystick kecil, dan
Sampai bulan November 2018 teridentifikasi menguraikan gerakan untuk roda bergerak ke
9.935 standar dalam semua sektor, 189 SNI arah yang diinginkan[4]. Akan tetapi me-
terkait alat kesehatan. Namun tidak ada yang miliki kelemahan untuk penderita yang tidak
diberlakukan secara wajib. Salah satunya SNI memiliki tenaga kuat dalam menggerakkan
09-4663-1998 tentang kursi roda yang telah joystick. Kemudian Mohammad U. dkk.
berusia 20 tahun tanpa ada pembaruan[1]. (2015) mendesain kendali kursi roda dengan
Oleh karena itu, teknologi sensor ikut me- gerakan mata yang terdeteksi oleh kamera,
ramaikan pengembangan penelitian kontrol kemudian ditangkap oleh sinyal yang disebut
kursi roda otomatis pada jari tangan manusia. sinyal electro oculo graphic (EOG). Sinyal
Dengan cara menggerakan salah satu anggota EOG diproses dan dihubungkan dengan
badan (tangan) dipasang sensor strain gauge mikrokontoller secara seri untuk mengendalikan
dan di sambungkan dengan mekanik motor gerakan kursi roda. Komunikasi serial antara
elektrik yang terdapat kursi roda. matlab scropt dan mikrokontroler dilakukan
Strain gauge adalah pita tipis melalui port rs232. LCD dapat ditempatkan di
konduktor yang akan naik tahanan listriknya papan sirkuit untuk menampilkan respone
bila meregang (positive strain/ tension stress) gerak sesuai dengan gerakan retina[5].
dan turun bila mengerut (negative strain/ Akmeliawati R. dkk. (2011) mendesain
compressive stress)[2]. Strain gauge adalah kontrol kursi roda mengunakan sarung tangan.
sensor strain yang mengubah regangan men- Mikrokontroler arduino yang dihubungkan
jadi hambatan kemudian dengan rangkaian secara seri dengan rangkaian sensor ke setiap
Jembatan Wheatstone dikonversi menjadi jari pada sarung tangan sebagai kendali gerak
Tegangan namun karena tegangan yang yang terhubung ke langsung rangkaian
dihasilkan sangatlah kecil (skala mili Volt) pengerak roda di bawah kursi[6].

Simanjuntak, dkk, Penggunaan Strain, ... 155


https://doi.org/10.35760/tr.2021.v26i2.4442
Gambar 1. Research road map

Berdasarkan penjelasan singkat be- jurnal, catatan data dan sumber-sumber


berapa penelitian serupa di atas, penelitian ini informasi lainnya.
juga menawarkan pengendali roda meng- b. Observasi
gunakan sensor strain gauge sebagai pilihan Tahap dilakukan teknik pengumpulan sumber
baru untuk menggerakkan jari tangan data primer dan data sekunder yang berupa
pengguna kursi untuk mengendalikan operasi angka, tulisan, gambar atau grafik melalui
gerak ke depan, belakang, kiri, kanan dan pengamatan, kajian pustaka dan ditunjang
diam/rem melalui pengukuran nilai hambatan, melalui sumber-sumber lain dari internet
respon time minimum, sensititivitas, dan terhadap obyek penelitian yang berkompeten.
linaritas untuk setiap sensornya. Sehingga c. Studi Pustaka
pengguna kursi roda tidak membutuhkan Penentuaan parameter, metode dan teori
waktu dan tenaga yang lama untuk flesibilitas pendukung, dan teknik pengukuran yang
geraknya. Dengan sensor tersebut diharapkan diperoleh dari buku, ebook, paper, maupun
lebih efisien, sehingga tidak banyak komponen data online di internet.
yang dipakai dan mudah dalam penggunaan d. Diskusi
perancangannya. Dilakukan juga diskusi dengan partner
peneliti yang berkompeten penelitiannya di
METODE PENELITIAN bidang sensor mengenai pemecahan masalah
atau solusi, kajian teori penunjang,
Metode yang digunakan dalam penyelesaian pengukuran, implementasi perancangan dan
penelitian ini adalah : perbaikannya.
a. Studi Literatur e. Perancangan
Tahap pertama dilakukan studi literatur Selanjutnya tahap perancangan dengan
dengan mencari referensi yang relevan mendesain blok diagram kontrol strain gauge
dengan objek penelitian dari sumber dengan integrasi jembatan wheatstone, op-
informasi yaitu buku, hasil penelitian atau amp dan alat pengukuran tekuknya.

156 Jurnal Ilmiah Teknologi dan Rekayasa Volume 26 No. 2 Agustus 2021
f. Tahap Pengukuran, analisa dan adalah secara berutut tertuang pada gambar 2
Kesimpulan (dua) dibawah ini.
Tahap akhirnya adalah dilakukan pengukuran Pada Gambar 2 ditunjukkan diagram
respon hambatan tiap strain gauge setelah di alir sistem yang menjelaskan metode
integrasikan dengan jembatan wheatstone dan penelitian tentang alur kerja kontrol sensor
op-amp. Analisa dan kesimpulan dilakukan gerak yang akan di petakan di program
melalui pengukuran sensitivitas, kualitas dan mikrokontollernya. Sensor kendali membaca
reliabilitas jaringan, serta unjuk kerja sistem tekanan yang masuk ke setiap strain gauge
secara keseluruhan. sebagai perintah untuk kendali geraknya.
Diagram alir metode penelitian ini

mulai

Data Primer
1.Studi Literatur Pendahuluan
2. Observasi

Desain dan
Spesifikasi

Desain Awal

Simulasi

Tidak
Hasil

Ya

Pabrikasi

Analisa dan
Pengukuran

kesimpulan

selesai

Gambar 2. Diagram alir penelitian

Simanjuntak, dkk, Penggunaan Strain, ... 157


https://doi.org/10.35760/tr.2021.v26i2.4442
Diagram Blok Kontrol keluaran hambatan dari strain gauge sangatlah
Hasil nilai sensor sangat kecil kecil. Berikut penjelasan komponen
sehingga diperlukan penguat yaitu modul op- perangkat keras yang digunakan, yaitu :
amp HX711. Defenisi HX711 adalah modul 1) BF350 Pressure Sensor Timbangan
timbangan dengan mengkonversi nilai perubahan Resistance Strain Gauge High Precision
yang terukur dari hambatan ke dalam besaran yang ditunjukkan pada Gambar 4 adalah
tegangan[7]. Kemudian diproses disesuai komponen elektronika yang dipakai untuk
dengan pengelompokan motornya ke roda. mengukur tekanan (deformasi atau strain).
Melalui perubahan hambatan pada setiap Perubahan tahanan listrik yang terjadi
strain gauge pada saat tertekan menjadi acuan akibat perbedaan tekanan dimasukkan ke
untuk membuat kendali gerak kursi roda. dalam rangkaian Jembatan Wheatstone[8].
Perangkat keras yang terdapat pada Sensor ini biasa digunakan di timbangan
Gambar 3 adalah strain gauge dengan formasi kecil / timbangan emas. Bisa sistem
jembatan wheatstone. Diintegrasikan dengan single cell (misal dengan op amp LM358)
Op-amp strain gauge HX711 sebagai penguat atau sistem Full Bridge dengan op-amp
agar keluaran nilai hambatan yang dikeluarkan HX711. Untuk formasi full bridge di
dapat terbaca di alat ukur. Hal ini karena hasil butuhkan minimal 4 (empat) buah.

Gambar 3. Blok diagram komponen kendali gerak strain gauge

Gambar 4. strain gauge BF350

158 Jurnal Ilmiah Teknologi dan Rekayasa Volume 26 No. 2 Agustus 2021
2) Strain Gauge Bending Sensor Module Y3 mengkonversi perubahan yang terukur
Weighing Amplifier Module VER 2 yang dalam perubahan resistansi dan meng-
ditunjukkan pada Gambar 5 adalah modul konversinya ke dalam besaran tegangan.
driver untuk om-amp HX711.
3) HX711 Dual-Channel Weighing Sensor Desain Diagram Skematik
Dedicated AD Module AI99 yang Perancangan merupakan rangkaian
ditunjukkan Gambar 6 adalah modul kegiatan untuk menciptakan prototype yang
timbangan, yang memiliki prinsip kerja akan dirancang.

Gambar 5. modul driver strain gauge

Gambar 6. Op-amp strain gauge HX711

Gambar 7. Diagram skematik perancangan

Simanjuntak, dkk, Penggunaan Strain, ... 159


https://doi.org/10.35760/tr.2021.v26i2.4442
Diagram skematik pada Gambar 7 hambatan (R) di setiap strain gauge dalam 3
diatas berisikan 4 (empat) buah strain gauge kali pengambilan data.
dalam formasi jembatan wheatstone yang di Tahap 1 : Pengambilan data nilai
integrakasikan dengan modul op-amp dan hambatan strain gauge.
modul drivernya. Dalam pemakaian praktis, Tahap 2 : Pengambilan data nilai
perubahan resistansi strain gauge jarang sensivitas strain gauge.
diukur, namun lebih kepada pengukuran efek Masing-masing percobaan di
perubahannya pada besaran fisik yang ingin lakukan sebanyak 100 x
diukur. Prinsip kerja pengukuran gaya seperti percobaan dengan perubahan
di atas dapat diukur dengan memakai indeks tekuk sebesar 0,01
jembatan Wheatstone[9]. Jika rangkaian mm
jembatan Wheatstone diberi beban, maka nilai Tahap 3 : Pengukuran sensitifitas
R pada rangkaian akan berubah tidak dalam sensor dimaksudkan untuk
kondisi yang seimbang dan membuat beda mendapatkan nilai optimal
potensial[10]. Kemudian dihubungkan dengan dari sensing sensor terhadap
modul HX711. Prinsip kerja dari HX711 obyek. Hasil sensitivitasnya
adalah mengkonversi perubahan yang terukur apakah menunjukkan grafik
dalam perubahan resistansi dan meng- linearitas atau tidak[12].
konversinya ke dalam besaran tegangan Tahap 4 : Pengambilan data nilai
melalui rangkaian yang ada. Strain gauge respon time setiap 1 detik terhadap voltase
memerlukan arus atau tegangan eksitasi dan yang dihasilkan
rentan terhadap suhu drift, regangan, dan
aksial regangan lentur, hal ini dapat Kesemua pengukuran di atas di-
memberikan pembacaan palsu jika tanpa gunakan sebagai bahan analisa uji kelayakan
menggunakan tambahan strain gauge bahwa dengan komponen sederhana dan
resistif[11]. terjangkau, teknologi ini bisa digunakan
untuk teknologi serupa untuk kebutuhan
Tahap pengukuran strain gauge otomasi kendali gerak kursi roda meng-
Sesuai teori Sharon and William gunakan strain gauge. Adapun skenario
(1982) bahwa karakteristik sensor yang baik pengukurannya ialah melihat besaran voltase
adalah yang memiliki sensitivitas, linearitas, yang dihasilkan sesuai perubahan indeks
respon time, dan kalibrasi yang sesuai tekuk yang di lakukan untuk memastikan
referensi. Oleh karena itu, tahap paramater uji bahwa telah berjalan sesuai dengan yang
yang dilakukan adalah untuk mencari nilai diinginkan.

160 Jurnal Ilmiah Teknologi dan Rekayasa Volume 26 No. 2 Agustus 2021
Pengukuran Strain Gauge full bridge strain gauge.
Pengukuran strain gauge untuk ke Setelah mendapat respon tekuk di
empat parameter yang diuji seperti pada dapatkan dan nilainya yang kecil di berikan
Gambar 8 adalah sebagai berikut: penguatan agar nilai yang muncul di layar
Pada Gambar 9, kemudian diletakkan pengukuran berupa jarum bisa bergerak dan
di pcb pengukuran yang terhubung ke jarum terbaca nilainya (Gambar 10), sebagai
display hasil pengukuran dan alat uji tekuk berikut:

Gambar 8. Strain gauge dihubungkan dengan modul hx711 dengan prinsip jembatan wheatsone

Gambar 9. Input berubah respon tekuk yang diberikan pada strain gauge, kemudian diukur pada
alat tekuk

Gambar 10. Hasil pengukuran terlihat pada jarum ukur di atas

Simanjuntak, dkk, Penggunaan Strain, ... 161


https://doi.org/10.35760/tr.2021.v26i2.4442
Pada Gambar 8,9,dan 10 di atas ter- nol, sehingga penguatan dapat digunakan
lihat proses pengukuran strain gauge dengan untuk memperbesar level sinyal (guna
prinsip jembatan wheatsone, pengukuran meningkatkan sensitivitas terhadap perubahan
yang di lakukan terhadap ke lima strain gauge impedansi).
untuk mendapatkan nilai respon pada 4 Hambatan yang terjadi berbanding
(empat) parameter yaitu nilai hambatan, lurus dengan regangan induksi beban. Gaya
sensitivitas, linearitas dan respon time rata- yang dihasilkan pada tahap uji menunjukkan
rata. Pengukuran sebanyak dilakukan 100 fakta bahwasanya resistansi dari perubahan
(seratus) kali, untuk men-dapatkan rata-rata yang terjadi pada kawat logam strain gauge
yang bisa dikatakan mewakili. berfungsi untuk menunjukkan nilai tegangan
apakah meningkat menurun dengan adanya
HASIL DAN PEMBAHASAN gaya. Sehingga setiap strain gauge nya bisa di
pisahkan berdasarkan hambatan yang menjadi
Pengukuran Hambatan Setiap Strain ciri khas nya untuk membedakan nilai kendali
Gauge kiri, kanan, atas, bawah dan rem (berhenti).
Pengukuran perubahan hambatan Dari grafik hasil pengukuran yang ter-
yang dihasilkan sangat kecil. Oleh karena itu, lihat pada Gambar 11 di dapatkan nilai radius
untuk pengukuran strain sebuah jembatan tekuk dari -1 (minus satu) sampai dengan 1
wheatsone untuk mengkonversi perubahan (positif satu) dengan dan nilai hambatan ter-
impedansi menjadi perubahan tegangan, ukur dari 344.65 - 354.65 (ohm). Dari kelima
terutama untuk fraksi perubahan yang kecil. strain gauge, di dapatkan hasil pengukuran
Keluarannya dapat dibuat berubah di sekitar hambatan rata –rata dengan sebagai berikut.

Gambar 11. Grafik hasil pengukuran hambatan pada strain gauge

162 Jurnal Ilmiah Teknologi dan Rekayasa Volume 26 No. 2 Agustus 2021
Tabel 1. Pengukuran hambatan berdasarkan radius tekuk
Radius Press Resistor
(Ohm)
-1 344.65
-0.8 345.65
-0.6 346.65
-0.4 347.65
-0.2 348.65
0 349,65
0.2 350.65
0.4 351.65
0.6 352.65
0.8 353.65
1 354.65

Berdasarkan hasil pengkuran di atas radius tekuk atau input tekanan pada strain
di dapatkan rata-rata hambatan dari 344,65 gauge juga semakin sensitif. Sehingga dari
sampai 354,65 ohm yang selanjutnya dijadikan nilai-nilai yang di hasilkan kita bisa
parameter penentukan gerak gaya yang di menyimpulkan bahwa sesitivitasnya bekerja
inginkan untuk kelima strain gauge.yang di dengan tegangan sebesar 0.0612 - 0.0617
ukur pada pemrograman kalibrasinya. (volt). Dengan raduis tekuk sebesar -1 sampai
dengan 1.
Pengukuran Sensitivitas Grafik pada Gambar 12 menunjukkan
Penelitian tegangan dengan metode Strain bahwa dengan bertambahnya voltase atau
gage dilakukan Asep Saefurrohman (2007) bertambahnya gaya tekan pada radius tekuk
pada plat dimana sensitivitas tegangan memberikan rekaman nilai tegangan keluaran
tergantung letak beban, Erinofiardi (2007) . jembatan Weatstone yang juga bertambah
Menguji koefisien gesek material rem dengan besar tingkat konfiden sebesar R² = 0,9995
strain gage serta Abdullah M (2010) menguji hal ini berarti keyakinan terhadap persamaan
tegangan pada batang selindris menggunakan tersebut sebesar 0,9995 % atau dengan kata
strain gage Rossette Delta[13]. lain tingkat kesalahan dari persamaan tersebut
Dengan teori pendukung diatas, adalah hanya sebesar 0,05 % saja. Grafik
pengukuran sensitivitas tegangan pada strain diatas juga menunjukan bahwa tingkat
gauge menunjukkan posisi beban, oleh karena sensitifitas pembacaan dari peralatan
itu pengukuran selanjutnya adalah menguji pengukuran tegangan terhadap radius tekuk
sensitivitas tegangannya pada radius tekuk. strain gauge cukup besar yaitu sebesar 0,01
Hasil pengukuran sensitivitas terhadap radius V/mm. Hal ini menunjukkan bahwa setiap
tekuk yang terlihat pada gambar 12 dibawah radius tekuk 0,01 mm perubahan tegangan
ini, yang menunjukkan bahwa semakin besar sebesar 0,0612 V. Apabila dari hasil

Simanjuntak, dkk, Penggunaan Strain, ... 163


https://doi.org/10.35760/tr.2021.v26i2.4442
pengukuran diketahui tegangan keluaran didapatkan besaran tegangans sebesar 0,0612
sensor naik untuk setiap 0.001V/mm, maka volt. Percobaan selanjutnya dengan indeks
sensor telah bekerja dengan baik[14]. tekuk 0,2 – 0,39 mm dan besaran tegangan
Selanjutnya, data inilah yang akan 0,0613 volt. Percobaan 41-60 dengan indeks
dimasukkan ke dalam program sebagai kalibrasi tekuk sebesar 0,4 – 0,59 mm didapatkan
untuk mengukur tegangan eksperimental dalam tegangan sebesar 0,0615 volt. Percobaan 61-
perancangan peralatan pengukur tegangan 70 dengan indeks tekuk 0.6 – 0.69 mm
untuk menunjukkan bahwa tingkat sensitifitas besaran tegangan 0,0616 volt. Terkahir
strain gauge untuk setiap perubahan voltase percobaan ke 71-100 dengan indeks tekuk
keluaran jembatan Wheatstone sebesar. 0,7-1 mm didapatkan besaran tegangan
Pada Tabel 2 di dapatkan hasil sebesar 0,0617 volt. Hasil sensitivitas pada
perubahan dari sentifitas tegangan dengan percobaan di atas menunjukkan hasil yang
percobaan 1-20 dan indeks tekuk 0 – 0,9 mm cukup linier (bagus).

Gambar 12. Sensitivitas tegangan terhadap radius tekuk strain gauge

Tabel 2. Sensitivitas tegangan terhadap radius tekuk strain gauge


No Indeks Tekuk Tegangan
(Volt)
1 – 20 0-0.19 0.0612
21 – 40 0.2-0.39 0.0613
41 – 60 0.4-0.59 0.0615
61 – 70 0.6-0.69 0.0616
71 - 100 0.7-01 0.0617

164 Jurnal Ilmiah Teknologi dan Rekayasa Volume 26 No. 2 Agustus 2021
Pengukuran Linearitas Pada Gambar 13 berikut ditunjukkan lineritas
Sensitivitas menunjukan seberapa hasil pengukurannya.
jauh kepekaan sensor terhadap kuantitas yang Semakin linearitas respon strain
diukur dengan “satu volt per derajat”, yang gauge, maka penggunanya tidak mem-
berarti perubahan indeks tekuk satu mm butuhkan tenaga yang lebih besar untuk
(milimeter) pada masukan akan menghasilkan memberikan perintah kecepatan pada setiap
perubahan beda potensial beberapa volt pada strain gauge nya, apabila ingin mempercepat
keluarannya. Apabila tanggapannya linier, jalannya kendali roda.
maka sensitivitasnya juga akan sama untuk Pengukuran Respon Time
jangkauan pengukuran keseluruhan. Persyaratan yang sering digunakan
Linearitas dalam hal ini dimaksudkan untuk menguji kelayakan system strain gage
hubungan antara besaran input yang dideteksi untuk aplikasi tertentu dimana konstanta
menghasilkan besaran output dengan hubungan kalibrasi strain gage harus stabil, artinya tidak
berbanding lurus dan dapat digambarkan berubah terhadap waktu dan faktor
secara grafik membentuk garis lurus. Biasa- lingkungan lain. Ketelitian pengukuran
nya dapat diketahui secara tepat bagaimana voltase strain gage harus cukup cepat untuk
perubahan keluaran dibandingkan dengan bisa mengindera indeks tekuk dan voltase
masukannya berupa sebuah grafik. Oleh yang dibutuhkan. Sistem strain gage harus
karena itu pada pengukuran ketiga yaitu mudah dipasang dan dioperasikan.
linearitas. Didapatkan kan nilai sensitifitas Pada pengukuran parameter “respon
antara indeks tekuk dan besaran voltase yang time” strain gage dapat dilihat pad Gambar 14
keluar dari strain gauge yang diberi beban. di bawah ini:

Gambar 13. Sensitivitas tegangan terhadap radius tekuk strain gauge

Simanjuntak, dkk, Penggunaan Strain, ... 165


https://doi.org/10.35760/tr.2021.v26i2.4442
Gambar 14. Grafik respon time tegangan terhadap radius tekuk strain gauge

Pengukuran pertama kali di lakukan untuk digunakan sebagai parameter kendali


pada jam 12:03:32 AM sampai dengan gerak roda pada kursi roda.
12:14:10 AM dengan banyaknya percobaan Strain gauge pada rangkaian
sebanyak 1082 dengan perubahan waktu se- Jembatan Wheatstone dikonversi menjadi
besar 1 detik, didapatkan rata-rata perubahan tegangan namun karena tegangan yang
voltas dari -0.0054 sampai dengan 0.3574 dihasilkan sangatlah kecil (skala mili Volt)
volt. Karena data pengukuran begitu banyak, dibutuhkan rangkaian Penguat sehingga
secara garis besar dapat kita lihat pada sensor starin gauge dapat menjadi actuator.
gambar 14 rata-rata respon time berada si Penguatan berkurang karena terkena pengaruh
0.05 volt. Pada menit ke 11 (sebelas) dan 14 dari ketidak idealan op-amp. Perhitungan
(empat belas) terdapat perbedaan nilai respon berbeda dengan hasil pengukuran disebabkan
time yang signifikan dibandingkan yang karena toleransi resistor dan perubahan nilai
lainnya, bisa di”ignore” sebagai kecacatan resistor karena pengaruh panas pada saat
pada saat pengukuran. Jadi setiap 1 detik di disolder. Untuk memperoleh tegangan output
set sebagai respon time minimum untuk 5V maka diperlukan penguatan sebesar 877
mencapi nilai 0,05 volt. kali. Kemudian untuk dilakukan uji parameter
yaitu besaran hambatan, sensitivitas, linearitas
Analisis dan respon time pengaruh beban atau indeks
Sesuai dengan judul penelitian ini tekuk terhadap keluanran voltasenya. Dengan
yaitu penggunaan strain gauge pada aplikasi indeks tekuk dari -1 (minus satu) sampai
pengendali kursi roda, maka percobaan hanya dengan 1 (positif satu) dengan perubahan
sampai pada nilai kalibrasi yang bisa disetting sebesar 0,01 mm.
pada sistem pemrograman selanjutnya. Pada pengukuran pertama didapatkan
Angka-angka hasil pengukuran yang se- hasil nilai hambatan terukur dari 344.65 -
lanjutnya diolah pada sistem mikrokontroler 354.65 (ohm). Hal ini berarti hambatan

166 Jurnal Ilmiah Teknologi dan Rekayasa Volume 26 No. 2 Agustus 2021
minimum sebesar dari 344.65 ohm dan sebanyak 100 (seratus) kali percobaan di
maksimum 354.65 ohm berbanding lurus daptkan grafik yang linear.
dengan regangan induksi beban gaya. Gaya Tanggapan waktu (respon time) pada
yang dihasilkan berfungsi untuk menunjukkan sensor menunjukkan seberapa cepat tanggapan-
nilai tegangannya yang bisa di pisahkan atau nya terhadap perubahan masukan. Pada
di kuantisasi untuk membedakan nilai kendali percobaan keempat dilakukan pengukuran
kiri, kanan, atas, bawah dan rem (berhenti) respon time dan keluaran voltasenya. Pada
pada syntax pemrograman di mikro- jam 12:03:32 AM sampai dengan 12:14:10
kontrolernya. AM dengan banyaknya percobaan sebanyak
Selanjutnya pengukuran sensitivitas 1082 dengan perubahan waktu sebesar 1
yang bertujuan untuk menunjukan seberapa detik, didapatkan rata-rata perubahan voltase
jauh kepekaan sensor terhadap kuantitas yang dari -0.0054 sampai dengan 0.3574 volt.
diukur, semakin tinggi sensitivitas maka Secara garis besar dapat kita lihat pada
semakin bagus kepekaannya terhadap respon gambar 14 rata-rata respon time berada si
beban/gayanya yang di berikan oleh peng- 0.05 volt. Pada menit ke 11 (sebelas) dan 14
guna. Hasil pengukuran sensitivitas terhadap (empat belas) terdapat perbedaan nilai respon
radius tekuk yang terlihat pada gambar 12 time yang signifikan dibandingkan yang
diatas menunjukkan bahwa semakin besar lainnya, bisa di”ignore” sebagai kecacatan
radius tekuk atau input tekanan pada strain pada saat pengukuran. Jadi setiap 1 detik di
gauge juga semakin sensitif. Besar sensitivitas set sebagai respon time minimum untuk
rata-rata pada strain gauge yaitu pada mencapi nilai 0,05 volt. Analisa sementara,
tegangan 0.0612 - 0.0617 (volt). Hasilnya hasil pengukuran keempat paramater, cukup
bagus sesuai dengan yang diharapkan. memberikan nilai yang bagus untuk di
Pengukuran sensitivitas ini dilakukan dengan persiapkan selanjutnya dalam pemrograman
perubahan indeks tekuk sebesar 0,01 mm kontrol kendali kursi roda.
sebanyak 100 (seratus) kali percobaan.
Linearitas adalah hubungan antara SIMPULAN DAN SARAN
besaran input yang dideteksi menghasilkan
besaran output dengan hubungan berbanding Berdasarkan hasil pengukuran indeks
lurus dan dapat digambarkan secara grafik tekuk dari -1 (minus satu) sampai dengan 1
membentuk garis lurus. Besar sensitivitas (positif satu) dengan perubahan sebesar 0,01
rata-rata pada strain gauge yaitu pada dengan percobaan sebanyak 100 (seratus) kali
tegangan 0.0612 - 0.0617 (volt) pada indeks percobaan didapatkan kesimpulan nilai
tekuk sebesar -1 sampai dengan 1 dengan hambatan rata – rata rentang 344.65 - 354.65
perubahan indeks tekuk sebesar 0,01 (ohm), Sensitivitas tegangan sebesar 0.0612 -

Simanjuntak, dkk, Penggunaan Strain, ... 167


https://doi.org/10.35760/tr.2021.v26i2.4442
0.0617 (volt). Nilai sensitivitas tegangan Things,” J. EECCIS, vol. 14, no. 2,
terhadap indek tekuk dengan grafik yang hal. 68–72, 2020.
linear. Dengan nilai linear menunjukkan [3] M. H. Iqbal, A. Aydin, O.
bahwa strain gauge yang di gunakan sudah Brunckhorst, P. Dasgupta, and K.
cukup memberikan hasil yang bagus, Ahmed, “A review of wearable
sehingga tidak macet saat digunakan. Nilai technology in medicine,” vol. 109, no.
respon time tiap 1 (satu) detik didapatkan 10, pp. 372–380, 2016, doi:
rata-rata perubahan voltase dari -0.0054 10.1177/0141076816663560.
sampai dengan 0.3574 volt. [4] S. Naresh, R. Arunkumar, I. Suriya,
Berdasarkan hasil pengukuran strain and T. Vinodh,“Design Of Powered
gauge pada percobaan yang telah di lakukan Wheelchair For A Differently Abled
diatas, dapat disimpulkan bahwa prototype Person,” Proceeding of International
yang telah dirancang dapat diaplikasikan dan Conference on Systems Computation
memberik nilai yang baik dalam rentang Automation and Networking 2019
referensi ideal sensor. Selanjutnya dipetakan IEEE Int. Conf. Syst. Comput.
dalam program mikrokontoller (perangkat Autom. Netw., pp. 1–13, 2019.
lunak) yang akan dikonversi ke fungsi arah [5] U. Mohammad, “Design of a Lo ow
kontrol kursi roda dielektrik sebagai aplikasi cost DIY moving whe eel chair using
kontrol jari pada pengguna kursi roda itu ATmega1 1284P based on Retina
sendiri. movement m for the Perso ons
disabled with Quadrip,” pp. 3–6,
DAFTAR PUSTAKA 2015.
[6] R. Akmeliawati, F. S. B. Tis, and U.
[1] M. Ayundyahrini, F. Fahma, W. J. Wani, “Design and Development of
Soetopo, and E. Pujiyanto, “Analisis a Hand-glove Controlled Wheel
Kebutuhan Teknis Stakeholder Pada Chair,” no. May, pp. 17–19, 2011.
Produk Kursi Roda Manual [7] P. M. N. Manege, E. K. Allo, dan J.
Menggunakan Zachman T. Elektro-ft, “Rancang Bangun
Framework,” 2018, doi: Timbangan Digital Dengan
10.23917/jiti.v18i1.7771. Kapasitas 20Kg Berbasis
[2] F. A. Rahman, J. R. Simanjuntak, dan Microcontroller,” vol. 6, no. 1, hal.
E. Simanjuntak, “Sistem Otomatisasi 57–62, 2017.
Pengisian Beras dan Air pada [8] R. H. Hendaryati, T. Sewoyo, dan A.
Penanak Nasi Berbasis Internet of Malik, “Design of Stress
Measurement System using Arduino

168 Jurnal Ilmiah Teknologi dan Rekayasa Volume 26 No. 2 Agustus 2021
Uno Microcontroller,” hal. 9–10, Pengendali Plc”, ISSN : 2086 ‐ 9479
2019. Jurnal Teknologi Elektro , Universitas
[9] D. N. Bagenda, “Timbangan Mercu Buana,” vol. 8, no. 1, pp. 54–
menggunakan Strain Gauge Rangkaian 57, 2017.
Full Bridge dengan IC HX711,” J. [13] J. T. Mesin, F. Teknik, and U.
Komput. BISNIS - LPKIA, vol. 11, no. Tadulako, “Penggunaan Strain Ga Ge
1, hal. 1–7, 2018. ( Load Cell ) Untuk Analisa,” vol. 2,
[10] J. R. Ferry Oliver Sinaga, Khairul no. 1, pp. 138–146, 2011.
Amdani, “EINSTEIN (e-Journal),” [14] Gunardhi,Y. “Jurnal Teknologi
EINSTEIN (e-Journal), hal. 15–21, Elektro, Universitas Mercu ISSN :
2019. 2086 ‐ 9479 “Perancangan Kontrol
[11] R. Syam, Dasar Dasar Teknik Sensor. Otomatis Temperatur Rumah Kaca
Makassar: Fakultas Teknik Mesin Berbasis Mikrokontroller At89s51,”
Universitas Hasanuddin, 2013. vol. 4, no. 3, pp. 122–130, 2013.
[12] A. Saputra, A. Wahyu, and F.
Rahman, “Sistem Koreksi Otomatis
Pada Mesin Packaging Dengan

Simanjuntak, dkk, Penggunaan Strain, ... 169


https://doi.org/10.35760/tr.2021.v26i2.4442

Anda mungkin juga menyukai