Anda di halaman 1dari 114

TUGAS AKHIR

ROBOT PENGANTAR SURAT BERBASIS


MIKROKONTROLER AT89S51

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat


memperoleh gelar Sarjana Teknik pada
Program Studi Teknik Elektro
Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma

disusun oleh :
ADI SAPUTRA
NIM : 055114005

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009

i
FINAL PROJECT

POSTMAN ROBOT USING AT89S51


MICROCONTROLLER

In Partial Fullfilment of the requirements


for the degree of Sarjana Teknik
Electrical Engineering Study Program
Electrical Engineering Department
Science and Technology Faculty Sanata Dharma University

ADI SAPUTRA
NIM : 055114005

ELECTRICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM


ELECTRICAL ENGINEERING DEPARTMENT
SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
2009

ii
iii
iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Adi Saputra

NIM : 055114005

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Robot Pengantar Surat Berbasis Mikorokontroler AT89S51 (Postman Robot

Using AT89S51 Microcontroller).

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma

hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk

pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau

media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun

memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.


Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 17 Agustus 2009
Yang menyatakan

(Adi Saputra)

v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir ini tidak memuat karya

atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka

sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 17 Agustus 2009

Adi Saputra

vi
INTISARI

Dalam kehidupan sehari – hari banyak ditemui kekurangan dalam proses


penyampaian surat dalam suatu perusahaan atau universitas. Dari kekurangan tersebut maka
dibuatlah suatu robot untuk mengatasinya. Dengan mikrokontroler sebagai ”otak”-nya dan
prinsip line follower sebagai sistem pergerakkannya, dibuatlah robot pengantar surat
otomatis.
Sensor Jalur pada robot dirancang untuk mendeteksi garis (line) dan akan memberi
masukan pada mikrokontroler untuk menentukan arah gerak robot dengan cara mengubah
kecepatan gerak roda kiri dan kanan. Lengan mekanik berfungsi untuk mengambil dan
meletakkan surat. Aktuator untuk menggerakkan roda dan lengan mekanik pada robot
menggunakan motor DC. Sensor surat pada robot untuk mendeteksi ada atau tidaknya surat
di dalam loker.
Hasil pengamatan menunjukan bahwa robot bekerja cukup baik. Robot akan bekerja
semakin cepat jika lintasan yang dilalui tidak banyak tikungan. Selain itu robot juga akan
bekerja semakin baik jika menggunakan catudaya dengan kemampuan daya yang besar.

Kata kunci : Robot, mikrokontroler, Line Follower, motor DC.

vii
ABSTRACT

In daily live, there are so many weakness on letter delivering process at company or
university. From that weakness then a robot will be made to solve that problem. With
microcontroller as the “brain” and line follower’s principle as moving system then postman
robot delivery will be made.
Line sensors on robot are designed for detect the line and will give an input to
microcontroller to decide robot movement direction with changing the movement speed on
the left and right wheel. Mechanical arm’s function is to take and to put a letter. DC Motor
used as Actuator to move the wheel and the mechanical arm. Robot’s letter sensor will detect
if there is a letter or not in the locker.
Observation result show that the robot’s work was good enough. Robot’s work faster
if the circuit that it through has less turn. Beside that, the robot also will work better if the
power supply is used with big power capacity.

Keyword : Robot, Microcontroller, Line Follower, Motor DC.

viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas karunia dan bimbingan-Nya

sehingga Penulis dapat menyelesaikan perancangan Tugas Akhir “ Robot Pengantar Surat

Berbasis Mikrokontroler AT89S51” beserta penulisan laporan ini.

Tugas Akhir ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Strata 1

(S1) pada jurusan Teknik Elektro Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Berkat dukungan dari banyak pihak, Penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini

dengan baik. Dan dengan tulus hati, Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar –

besarnya kepada pihak yang telah membantu demi lancarnya penyelesaian Tugas Akhir ini :

1. Bapak Martanto, S.T., M.T., selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan arahan kepada Penulis dari awal hingga Tugas Akhir ini selesai.

2. Keluarga, yang telah memberikan dukungan moral dan ekonomi sehingga Tugas

Akhir ini dapat selesai.

3. Bapak Damar Widjaja, S.T., M.T., selaku Pembimbing Akademik yang telah

membantu dan memberi arahan dari awal hingga akhir masa kuliah.

4. Johfines Wijaya, yang telah membantu, dan mendukung hingga terselesaikannya

Tugas Akhir ini.

5. Rekan – rekan Teknik Elektro Angkatan 2005, terimakasih atas kebersamaan,

dukungan, dan bantuannya sehingga masa kuliah menjadi kenangan yang indah dan

menyenangkan.

6. Rekan – rekan satu kontrakan, Charli Liando Saputra, Silverius Yonan Saga,

Oktavianus Ardhian Nugroho, I Putu gede Surya Wibawa, Efendi Saipin, Herman

ix
Marhindi, Jansen Simatupang, terimakasih atas kebersamaannya dalam suka maupun

duka.

7. Para dosen, laboran, dan staf administrasi jurusan Teknik Elektro Universitas Sanata

Dharma dan semua pihak yang selama ini secara tidak langsung telah banyak

membantu Penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan, kekurangan, dan kelemahan yang

menjadikan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis mengharapkan adanya

kritik dan saran dari para Pembaca, dan dengan senang hati Penulis akan menerimanya.

Kiranya demikianlah beberapa hal yang ingin Penulis sampaikan, dengan harapan

semoga bermanfaat bagi Pembaca semuanya.

Yogyakarta, 10 Juli 2009

Adi Saputra

x
DAFTAR ISI
Halaman Sampul (Bahasa Indonesia) ……………………………………………... i

Halaman Sampul (Bahasa Inggris) ……………………………………………....... ii

Halaman Persetujuan …………………………………………………………........ iii

Halaman Pengesahan .................................................................................... ……... iv

Lembar Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah .......................................................... v

Pernyataan Keaslian Karya ……………………………………………………....... vi

Intisari ……………………………………………………………………………... vii

Abstract ……………………………………………………………………………. viii

Kata Pengantar ………………………………………………………………......... ix

Daftar Isi …………………………………………………………………………... xi

Daftar Gambar …………………………………………………………………….. xv

Daftar Tabel ……………………………………………………………………….. xviii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Judul …………………………………………………………………………… 1

1.2 Latar Belakang ………………………………………………………………… 1

1.3 Tujuan dan Manfaat …………………………………………………………… 2

1.4 Batasan Masalah ………………………………………………………………. 3

1.5 Metodologi Penelitian …………………………………………………………. 3

BAB II : DASAR TEORI

2.1 Robotika ……………………………………………………………….. 5

2.1.1 Sistem Robot dan Orientasi fungsinya …………………….....5

2.1.2 Sistem Kontrol Dasar Robot ………………………………… 7

2.2 Mikrokontroler AT89S51 ……………………………………………... 7


xi
2.2.1 Fitur Yang Dimiliki AT89S51 ………………………………. 8

2.2.2 Organisasi Memori AT89S51 ………………………….......... 8

2.2.2.1 Memori Data ………………………………………. 8

2.2.2.1.1 RAM Internal ……………………………. 9

2.2.2.1.2 SFR (Special Function Register) ………... 10

2.2.3 Pewaktu / Pencacah (Timer / Counter) ……………………… 13

2.2.3.1 TMOD ……………………………………………... 13

2.2.3.2 TCON ………………………………………………14

2.2.4 Mode Timer ………………………………………………….. 15

2.2.5 Rangkaian Oscillator ………………………………………... 16

2.2.6 Mekanisme Reset …………………………………………..... 16

2.3 Light – Dependent Resistor (LDR) ……………………………………. 17

2.4 Fotodioda (Photodiode) ……………………………………………….. 18

2.5 Light Emitting Diode (LED) …………………………………………... 18

2.5.1 Tegangan dan Arus LED ……………………………………. 19

2.6 Optocoupler …………………………………………………………….20

2.7 Pembagi Tegangan …………………………………………………….. 21

2.8 Saklar Batas (Limit Switch) …………………………………………….22

2.9 Konparator …………………………………………………………….. 22

2.10 Voltage buffer (Penyangga tegangan) ……………………………....... 23

2.11 Aktuator Menggunakan Motor DC …………………………………... 24

2.12 IC Driver L293 ………………………………………………………. 26

BAB III : RANCANGAN PENELITIAN

3.1 Model Sistem ………………………………………………………….. 28

xii
3.2 Alur Perancangan Sensor Jalur (Line Sensor) ……………………….... 29

3.2.1 Sensor Pendeteksi Jalur Hitam ……………………………… 30

3.2.2 Sensor Sensitivitas Cahaya Luar ……………………………..33

3.3 Alur Perancangan Lengan Mekanik ……………………………………34

3.4 Perancangan Loker Surat / Kotak Surat ……………………………….. 38

3.5 Perancangan Motor DC Sebagai Aktuator ……………………………..42

3.6 Mikrokontroler AT89S51 ……………………………………………... 43

3.7 Perancangan Daya dan Berat ………………………………………….. 45

3.7.1 Perhitungan Daya ……………………………………………. 45

3.7.2 Pengukuran Berat ……………………………………………. 48

3.8 Perangkat Lunak (Software) …………………………………………... 50

3.8.1 Diagram Alir Program Utama ………………………………..50

3.8.2 Subrutin Proses Pengambilan Surat …………………………. 53

3.8.3 Subrutin Proses Peletakan Surat …………………………….. 54

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengujian Robot ……………………………………………………….. 55

4.1.1 Uji Keberhasilan Mengambil Surat …………………………. 56

4.1.2 Uji Keberhasilan Mengantar Surat …………………………...58

4.1.3 Uji Kecepatan Robot ………………………………………… 60

4.1.4 Konsumsi Arus dan Daya …………………………………… 61

4.2 Pengujian Rangkaian Sensor Pendeteksi Jalur Hitam ............................ 63

4.3 Pengujian Rangkaian Sensor Tegangan Referensi ................................. 67

4.4 Pengujian Rangkaian Sensor Indikator Surat ......................................... 69

4.5 Pengujian PWM ...................................................................................... 70

xiii
4.6 Pembahasan Software ............................................................................. 72

4.6.1 Subrutin Proses Jalan ............................................................... 72

4.6.1 Subrutin Persimpangan ....................................................................... 73

4.6.1 Subrutin Proses Ambil Surat .............................................................. 75

4.6.1 Subrutin Proses Peletakan Surat ......................................................... 75

4.6.1 Subrutin Proses Pulang ....................................................................... 76

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 78

5.2 Saran ....................................................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... ...................... 80

LAMPIRAN ............................................................................................................. 81

xiv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Peta Memory RAM …………………………………………………………... 9

Gambar 2.2 Special functions Register (SFR) …………………………………………….. 11

Gambar 2.3 Program Status Word (PSW) …………………………………………………12

Gambar 2.4 Register – Register pada TMOD ……………………………………………... 13

Gambar 2.5 Register – Register pada TCON ……………………………………………... 14

Gambar 2.6 Rangkaian Oscillator ………………………………………………………… 16

Gambar 2.7 Rangkaian Reset ……………………………………………………………… 16

Gambar 2.8 Simbol Rangkaian LDR ……………………………………………………… 17

Gambar 2.9 Karakteristik LDR ……………………………………………………………. 17

Gambar 2.10 Simbol Rangkaian Fotodioda ……………………………………………….. 18

Gambar 2.11 Simbol LED ………………………………………………………………… 19

Gambar 2.12 Rangkaian LED …………………. ………………………………………… 19

Gambar 2.13 Rangkaian Optocoupler …………………………………………………….. 20

Gambar 2.14 Rangkaian Tiga Resistor Terhubung Seri …………………………………... 21

Gambar 2.15 Kondisi Limit Switch NO dan Kondisi Limit Switch NC ................................ 22

Gambar 2.16 Op-amp Komparator dan Karakteristik Tegangan Output (Vo) ..................... 23

Gambar 2.17 Grafik Vout dan Vin Yang Sudah Dibandingkan Dengan Vref ..................... 23

Gambar 2.18 Rangkaian Buffer Tegangan ………………………………………………… 24

Gambar 2.19 Kontrol Motor DC Menggunakan Jembatan H .............................................. 25

Gambar 2.20 Pulse-Width Modulation ……………………………………………………. 26

Gambar 2.21 IC L293D ....................................................................................................... 27

xv
Gambar 3.1 Blok Diagram Sistem Secara Umum ................................................................ 28

Gambar 3.2 Desain Jadi Robot Pengantar Surat ................................................................... 29

Gambar 3.3 Diagram Sistem Sensor Jalur Secara Umum .................................................... 30

Gambar 3.4 Desain Sensor Jalur Bagian Depan ................................................................... 31

Gambar 3.5 Rangkaian Sensor Jalur Hasil Perancangan ...................................................... 32

Gambar 3.6 Level Tegangan Fotodioda Saat Rd 3k Ohm .................................................... 33

Gambar 3.7 Rangkaian Pendeteksi Cahaya Luar / Pengatur Sensitivitas ............................. 34

Gambar 3.8 Lengan Mekanik dan Pergerakannya ................................................................ 35

Gambar 3.9 Proses Pengambilan Surat ……………………………………………………. 36

Gambar 3.10 Proses Peletakan Surat .................................................................................... 37

Gambar 3.11 Rancangan Segitiga Penahan .......................................................................... 38

Gambar 3.12 Perancangan Lintasan dan Ukuran Loker ....................................................... 39

Gambar 3.13 Skematik LED Indikator ……………………………………………………. 39

Gambar 3.14 Rancangan Skematik Rangkaian Penerima .....................................................41

Gambar 3.15 Rancangan Perangkat Keras Penerima ........................................................... 41

Gambar 3.16 Karakteristik Tegangan Keluaran LDR …………………………………….. 41

Gambar 3.17 Rangkaian Skematik Untuk Penggerak Roda Kiri dan Kanan ....................... 43

Gambar 3.18 Rangkaian Skematik Untuk Penggerak Lengan Mekanik / Slider .................. 43

Gambar 3.19 Port I/O AT89S51 dan Fungsinya .................................................................. 44

Gambar 3.20 Rangkaian Reset dan Rangkaian Oscillator .................................................... 45

Gambar 3.21 Desain 3D Berdasarkan Berat Alat ................................................................. 49

Gambar 3.22 Diagram Alir Perangkat Lunak Robot ............................................................ 50

Gambar 3.23 Diagram Alir Subrutin Proses Pengambilan Surat ..........................................53

Gambar 3.24 Diagram Alir Subrutin Proses Peletakan Surat ............................................... 54

xvi
Gambar 4.1 Robot Saat Mengambil Surat ............................................................................ 57

Gambar 4.2 Posisi Loker yang Benar (Kiri) dan Salah (Kanan) .......................................... 58

Gambar 4.3 Posisi Lengan Mekanik yang Benar (Kiri) dan Salah (Kanan) .........................58

Gambar 4.4 Robot Saat Akan Meletakkan Surat .................................................................. 59

Gambar 4.5 Lintasan yang Digunakan ..................................................................................60

Gambar 4.6 Metode Pengukuran Arus ……………………………………………………..62

Gambar 4.7 Hardware Sensor Pendeteksi Jalur Hitam ........................................................ 64

Gambar 4.8 Skematik Rangkaian Sensor Pendeteksi Jalur Hitam Satu Sisi ........................ 64

Gambar 4.9 Hardware Sensor Tegangan Referensi ............................................................. 68

Gambar 4.10 Hardware Rangkaian Sensor Indikator Surat ................................................. 69

Gambar 4.11 Subrutin Waktu Tunda ……………………………………………………… 70

Gambar 4.12 Penggalan Program untuk Menentukan Kepala Robot .....………………….. 72

Gambar 4.13 Subrutin Proses Jalan ..……………………………………………………… 72

Gambar 4.14 Subrutin Persimpangan ...…………………………………………………… 74

Gambar 4.15 Robot Melewati Loker ……………………………………………………… 74

Gambar 4.16 Robot Bergerak ke arah Loker ……………………………………………… 74

Gambar 4.17 Subrutin Proses Ambil Surat ...……………………………………………… 75

Gambar 4.18 Subrutin Proses Peletakan Surat ..…………………………………………... 75

Gambar 4.19 Robot Melakukan Proses Peletakan Surat ......……………………………… 76

Gambar 4.20 Subrutin Proses Pulang ....…………………………………………………... 76

xvii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Mode Pencacah / Waktu ………………………………………………………... 15

Tabel 3.1 Karakteristik Fotodioda Hasil Pra Penelitian ........................................................32

Tabel 3.2 Karaktersistik LDR ……………………………………………………………... 33

Tabel 3.3 Kondisi Limit Switch .............................................................................................35

Tabel 3.4 Data Pra Penelitian Untuk Karakteristik LDR yang Ditutup Pipa ....................... 40

Tabel 3.5 Kondisi Kecepatan Roda Berdasarkan Sensor …………………………………. 42

Tabel 3.6 Besar Daya Hasil Perhitungan Teoritis .................................................................47

Tabel 3.7 Berat Masing – Masing Alat ................................................................................. 48

Tabel 4.1 Data Hasil Pengujian Kinerja Robot .....................................................................56

Tabel 4.2 Data Keberhasilan Dalam Mengambil Surat ........................................................ 57

Tabel 4.3 Data Keberhasilan Dalam Mengantarkan Surat ....................................................59

Tabel 4.4 Data Waktu Tempuh Untuk Proses Pengantaran Surat ........................................ 60

Tabel 4.5 Data Kecepatan Robot .......................................................................................... 61

Tabel 4.6 Data Arus dan Daya Total yang Diserap ……………………………………….. 62

Tabel 4.7 Perbandingan Data Hasil Pengukuran dan Data Teoritis Pada Sensor

Pendeteksi Jalur Hitam Sisi Depan ...................................................................................... 66

Tabel 4.8 Perbandingan Data Hasil Pengukuran dan Data Teoritis Pada Sensor

Pendeteksi Jalur Hitam Sisi Belakang .................................................................................. 67

Tabel 4.9 Data Perbandingan Hasil Pengukuran Dengan Hasil Perancangan

Untuk Sensor Tegangan Referensi .......................................................................................68

Tabel 4.10 Data Perbandingan Hasil Pengukuran Dengan Hasil perancangan

xviii
Sensor Indikator Surat …………………………………………………………………….. 70

Tabel 4.11 Data PWM Hasil Pengukuran ………………………………………………… 71

xix
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Judul

Robot Pengantar Surat Berbasis Mikrokontroler AT89S51 (Postman Robot Using

AT89S51 Microcontroller).

1.2.Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari – hari banyak ditemui kekurangan dalam proses

penyampaian surat pada perusahaan atau universitas, seperti jauhnya tempat loker surat dari

ruang kerja sehingga menimbulkan rasa malas bagi seorang karyawan untuk mengambilnya.

Dari kekurangan tersebut, agar surat tersebut dapat diterima oleh karyawan yang dituju tanpa

perlu mengambil sendiri ke tempat loker surat maka dibuatlah suatu robot untuk

mengatasinya.

Robot yang akan dibuat menggunakan mikrokontroler karena dengan

mikrokontroler, memungkinkan untuk dibuat sebuah piranti elektronik yang dimensi

fisiknya jauh lebih ringkas. Penerapan mikrokontroler saat ini pun sudah sangat luas dan

telah memberi sumbangan yang besar bagi teknologi yang menunjang kehidupan manusia

terbukti dari banyaknya berbagai temuan yang terus dikembangkan untuk menyelesaikan

masalah kehidupan. Salah satunya yang sekarang mulai terkenal dan sering dilombakan

adalah Line Follower ( pengikut garis). Sesuai namanya, Line Follower adalah robot yang

akan bergerak mengikuti jalur yang sudah ditentukan. Dengan mikrokontroler sebagai

”otak”-nya dan prinsip line follower sebagai sistem pergerakkannya dibuatlah robot

pengantar surat otomatis.


2

Saat diberi catu daya, robot akan berjalan di samping loker. Di depan setiap loker

terdapat persimpangan, dan robot akan mendeteksi persimpangan tersebut. Jika sampai pada

persimpangan, robot akan berhenti dan akan mendeteksi cahaya dari arah loker. Jika robot

mendeteksi cahaya, maka lengan mekanik akan bergerak masuk ke loker dan mengambil

surat di dalam. Setelah surat terambil, robot akan berbelok di persimpangan dan akan

berjalan mengikuti jalur sampai di tempat tujuan, lengan mekanik akan meletakan surat. Jika

pada saat berhenti di persimpangan robot tidak mendeteksi cahaya selama 5 detik, robot

akan menganggap bahwa loker kosong dan akan bergerak lurus melewati persimpangan dan

berhenti di persimpangan berikutnya, begitu seterusnya sampai jalur habis. Jika robot sudah

sampai pada akhir jalur maka robot akan bergerak mundur sampai posisi awal dan akan

mengulangi proses yang sama.

1.3.Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penelitian ini yaitu membuat robot yang dapat mengirim surat secara

otomatis.

Selama penelitian dalam merancang robot pengantar surat ini, diharapkan dapat diambil

manfaatnya antara lain :

a. Sebagai salah satu contoh penerapan Mikrokontroler dalam perancangan robot.

b. Sebagai acuan untuk perkembangan sistem pengiriman surat agar lebih efisien.

c. Sebagai acuan untuk dapat lebih memahami fungsi dan karakteristik komponen -

kompenen elektronik maupun mekanik yang digunakan dalam perancangan sehingga

memperdalam ilmu pengetahuan.


3

1.4.Batasan Masalah

Agar perancangan sistem dan pembahasan laporan tentang robot pengantar surat

berdasarkan line follower berbasis mikrokontroller ini menjadi lebih spesifik maka diberikan

beberapa batasan sebagai berikut:

a. Motor penggerak roda adalah motor DC

b. Sensor cahaya menggunakan LED inframerah, fotodioda, dan LDR (Light Dependent

Resistor) yang kepekaan resistornya dapat diatur melalui resistor variable

(potensiometer).

c. Letak loker harus dekat dengan garis jalur pertama agar robot dapat mendeteksi dan

mengambil surat. Demikian juga lintasan yang akan digunakan tidak ada penghalang dan

panjang lintasan 2 meter.

d. Rangkaian lengan mekanik menggunakan sistem mekanik pada CD-ROM bekas untuk

pergerakan maju – mundur dan untuk sistem ini tidak dibahas dalam laporan

perancangan ini.

e. Jalur yang digunakan berwarna hitam.

f. Surat yang akan diantar berukuran 11 cm x 23 cm.

g. Digunakan rangkaian mikrokontroler Atmel AT89S51 untuk mengendalikan semua

proses yang berlangsung pada robot pengantar surat ini.

I.5.Metodologi Penelitian

Penulisan skripsi ini menggunakan metode :

1. Studi pustaka, menggunakan buku – buku referensi dan jurnal – jurnal.

2. Perhitungan dan analisa dalam menentukan tegangan referensi untuk kepekaan sensor

jalur, sensor cahaya (pendeteksi surat).


4

3. Perancangan alat yang didasari oleh dasar teori

4. Implementasi hasil perancangan ke bentuk perangkat keras (hardware).

5. Pengujian alat dan mengambil data hasil pengujian dengan menggunakan alat ukur. Hal

– hal yang akan dikur atau diuji adalah:

• Keberhasilan mekanisme pengambil pada lengan robot

• Daya tahan robot

• Kecerdasan robot dalam memilih tempat tujuan

• Kemampuan robot dalam membawa surat

• Kecepatan robot dalam mengirim surat

6. Analisis data yang didapat dari pengujian alat.

7. Memberi kesimpulan yang didasari hasil analisis.


5

BAB II

DASAR TEORI

2.1.Robotika

Keunggulan dalam teknologi robotik tak dapat dipungkiri telah lama dijadikan ikon

kebanggaan negara – negara maju di dunia. Kecanggihan teknologi yang dimiliki, gedung–

gedung tinggi yang mencakar langit, tingkat kesejahteraan rakyatnya yang tinggi, kota-

kotanya yang modern, belumlah terasa lengkap tanpa popularitas kepiawaian dalam dunia

robotika.

Kata robot yang berasal dari bahasa Czech, robota, yang berarti pekerja, mulai

popular ketika seorang penulis berbangsa Czech (Ceko), Karl Capek, membuat pertunjukan

dari lakon komedi yang ditulisnya pada tahun 1921 yang berjudul RUR (Rossum’s Universal

Robot).[1]

2.1.1.Sistem Robot dan Orientasi Fungsinya

1. Sistem kontroler

Adalah rangkaian elektronik yang setidak-tidaknya terdiri dari rangkaian prosesor (CPU,

Memori, komponen interface Input/Output), signal conditioning untuk sensor (analog

dan atau digital), dan driver untuk aktuator. Bila diperlukan bisa dilengkapi dengan

sistem monitor seperti seven segment, LCD (liquid crystal display) ataupun CRT

(cathode ray-tube).
6

2. Mekanik robot

Adalah sistem mekanik yang dapat terdiri dari setidak-tidaknya sebuah fungsi gerak.

Jumlah fungsi gerak disebut sebagai derajat kebebasan atau degree of freedom (DOF).

Sebuah sendi yang diwakili oleh sebuah aktuator disebut sebagai satu DOF, sedangkan

derajat kebebasan pada struktur roda dan kaki diukur berdasarkan fungsi holonomic atau

non-holonomic.

3. Sensor

Adalah perangkat atau komponen yang bertugas mendeteksi (hasil) gerakan atau

fenomena lingkungan yang diperlukan oleh sistem kontroler. Dapat dibuat dari sistem

yang paling sederhana seperti sensor ON/OFF menggunakan limit switch, sistem analog,

sistem bus parallel, sistem bus serial, hingga sistem mata kamera.

4. Aktuator

Adalah perangkat elektronik yang menghasilkan daya gerakan. Dapat dibuat dari sistem

motor listrik (Motor DC (permanent magnet, brushless, shunt dan series), motor DC

servo, motor stepper, ultrasonic motor, linear motor, torque motor, solenoid, dsb),

Sistem pneumatik (perangkat kompresi berbasis udara atau gas nitrogen) dan perangkat

hidrolik (berbasis bahan cair seperti oli). Untuk meningkatkan tenaga mekanik aktuator

atau torsi gerakan dapat dipasang sistem gearbox, baik sistem direct-gear (sistem lurus,

sistem ohmic/worm-gear, planetary gear, dsb), sprochet-chain (gir-rantai, gir-belt,

ataupun sistem wire-roller, dsb).

5. Sistem Roda

Adalah sistem mekanik yang dapat menggerakkan robot untuk berpindah posisi. Dapat

terdiri dari sedikitnya sebuah roda penggerak (drive dan steer), dua roda differential
7

(kiri-kanan independen ataupun sistem belt seperti tank), tiga roda (synchro drive atau

sistem holonomic), empat roda (Ackermann model/car like mobile robot ataupun sistem

mecanum wheels) ataupun lebih.[1]

2.1.2.Sstem Kontrol Dasar Robotika

Sistem kontrol ON/OFF, kadangkala disebut juga sebagai “bang-bang control”,

adalah kontrol yang paling dasar dalam robotika. Input sensor dan sinyal output pada

aktuator dinyatakan hanya dalam dua keadaan yaitu ON/OFF atau logika 1 atau 0. Dalam

berbagai aplikasi dasar cara ini sudah cukup memadai karena mampu mengontrol robot

untuk mencapai target yang dikehendaki. Teori kinematik apalagi dinamik robot belum

diperhitungkan dalam disain keseluruhan. Kestabilan gerak yang diperoleh hanya

berdasarkan pada rule sederhana tetapi mampu menjaga robot dari gerakan yang

menyebabkan tracking error (TE) menjadi membesar. Dalam hal ini pemasangan posisi

sensor, aktuator dan struktur mekanik robot sangat berperan. Meski kebanyakan belum

dihitung secara matematis, namun bagi mereka yang berpengalaman dalam mekanik dan

elektronik praktis, rancangan struktur mekanik, konfigurasi sensor-aktuator dan cara

pemasangannya bahkan seringkali cukup ‘diperkirakan’ saja. Sebagai contoh, robot-robot

yang dibuat untuk keperluan kontes seperti pada Kontes Robot Indonesia (KRI).[1]

2.2.Mikrokontroler AT89S51

AT89S51 adalah mikrokontroler 8 bit yang dibuat dengan teknologi non-volatile

memori oleh Atmel, sebuah perusahaan yang menguasai teknologi flash memory sehingga

mikrokontroler ini juga dilengkapi dengan 4 Kbyte flash PEROM (Programmable and

Eraseable Read Only Memory)


8

Teknologi flash memory ini memungkinkan untuk menyimpan program dalam media

penyimpan internal, membaca program yang telah disimpan, menghapus maupun

memprogram kembali dengan lebih mudah dan cepat. Dengan kemampuan hapus / tulis

sebanyak lebih kurang 1000 kali, membuat mikrokontroler ini fleksibel untuk digunakan

dalam berbagai sistem terutama sistem yang akan terus dikembangkan. Mikrokontroler ini

merupakan anggota keluarga MCS – 51, sebuah keluarga mikrokontroler yang dipelopori

oleh perusahaan intel dengan memproduksi mikrokontroler 8051. [2]

2.2.1.Fitur Yang Dimiliki AT89S51

Fasilitas yang dimilki mikrokontroler ini antara lain 4 Kbyte ROM, 128 Byte RAM,

4 buah I/O Port masing – masing 8 bit, 2 buah timer 16 bit, Serial interface, 64 Kbyte

External Data Memory Spaces, Boolean processor (pada operasi bit), dan 210 lokasi yang

dapat dialamati per bit. Diagram blok bagian – bagian mikrokontroler AT89S51 dan

hubungan antar bagian tersebut secara lebih jelas dapat dilihat pada lampiran data sheet.[3]

2.2.2.Organisasi Memori AT89S51

Mikrokontroler AT89S51 memiliki memory data dan memory program yang terpisah

penyimpanannya. Data akan tersimpan di RAM (Random Access Memory) sedangkan

program disimpan di Flash PEROM. Secara umum mikrokontoler keluarga MCS51

mempunyai struktur memory yang terdiri atas memory data dan memory program.[2][3]

2.2.2.1.Memori Data

Memory data yaitu memory yang digunakan untuk menyimpan data sementara ketika

program dijalankan. Memory ini bersifat sementara karena data akan hilang jika catu daya
9

dimatikan (non-volatile). Memory ini dibagi menjadi dua yaitu RAM internal dan SFR

(Special Function Register).[3]

2.2.2.1.1.RAM Internal

RAM internal berfungsi sebagai penyimpan variable data yang bersifat sementara

(Volatile). RAM internal terdiri atas Register Bank, Bit Addressable RAM, General

Purphose RAM. RAM internal digunakan untuk memory data. Sifat dari RAM ini yaitu data

yang disimpan di dalamnya akan hilang ketika catu daya dimatikan (non – volatile). Gambar

2.1 mengilustrasikan peta memory RAM [3]

Gambar 2.1 Peta Memory RAM

a) Register Banks

Mikrokontroler MCS51 memiliki 4 buah Bank, setiap bank mempunyai 8 buah

register (R0 . . . R7).

Bank 0 pada alamat 00h – 07h; merupakan bank default

Bank 1 pada alamat 08h – 0Fh;

Bank 2 pada alamat 10h – 17h; optional


10

Bank 3 pada alamat 18h – 1Fh;

b) Bit Addressable RAM

Area RAM pada alamat 20h – 2Fh dapat diakses secara bit (bit addressable),

sehingga dengan sebuah instruksi setiap bit dalam area ini dapat dilakukan pengaksesan

(setb, clear dll). Dengan adanya pengaksesan bit pada area ini kita dapat melakukan

manipulasi bit dengan hanya 1 instruksi.

c) General purpose RAM

Area memory ini berawal pada alamat 30h – 7Fh. Dapat diakses dengan

pengalamatan langsung dan tak langsung, memory ini berfungsi sebagai tempat

penulisan sementara yang kemudian dapat diambil jika dibutuhkan. [3]

2.2.2.1.2.SFR (Special Function Register)

Special functions register / SFR seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.2 yaitu

register dengan fungsi khusus yang disediakan sebagai fasilitas pada keluarga MCS51

seperti timer/counters, port I/O, accumulator, PSW, DPTR, Interupt, serial communication

dan lain – lain. Mikrokontroler AT89S51 memilki 12 SFR yang terletak pada alamat 80h –

FFh yang sebagian dapat dialamati per-bit dan sebagian lain tidak bisa. [3]

SFR dipakai untuk mengatur perilaku mikrokontroler yang berisi register dasar,

register data input/output dan status register. Register data untuk menulis program, register

data input/output untuk menyimpan data pada port tertentu, register status berguna untuk

mengatur kerja timer (TCON), serial control (SCON), dan interupt (IE dan IP).
11

Gambar 2.2 Special Functions Register (SFR)

Register dasar memiliki beberapa register diantaranya Program Counter

(PC), Accumulator (A), Stack Pointer (SP), Program Status Word (PSW). Pada keluarga

MCS51 memilik register B dan data Pointer Register (DPTR).

1. Program Counter (PC) yaitu register 16 bit yang berisi alamat yang akan dikerjakan,

saat reset PC bernilai $0000. Nilai PC akan bertambah 1 setelah prosesor mengambil

instruksi 1 Byte.

2. Accumulator (A) yaitu register untuk menampung data. Register ini mempunyai

fungsi yang sangat luas unruk operasi aritmatik maupun logika dan bisa diakses

perbit (bit addressable).


12

3. Stack Pointer (SP) yaitu register yang digunakan untuk menyimpan sementara dari

nilai PC sebelum subroutine dijalankan. Saat selesai mengerjakan subroutine nilai

PC akan dikembalikan dengan cara mengambil stack pointer.

4. Program Status Word (PSW) pada gambar 2.3 yaitu register 8 bit yang terdiri atas

bit CY, AC, F0, RS0, RS1, OV, dan O. Register ini digunakan untuk menyimpan

informasi status prosesor, dan bit ke 1 tak digunakan.

Gambar 2.3 Program Status Word (PSW)

fungsi – fungsi bit pada PSW yaitu:

CY : carry setelah operasi aritmatika

AC : auxiliary carry setelah operasi aritmatika

FO : flag yang berfungsi umum

RS1, RS2 : untuk memilih bank register

OV : Overflow setelah operasi aritmatika

P : Parity

5. Register B digunakan untuk membantu accumulator

6. Data Pointer Register (DPTR) yaitu register 16 bit yang terletak pada alamat 82h

dan 83h yang digunakan untuk mengakses kode operasi (Op-code) dari memory

eksternal dan sebagai operasi tabel tengok (Look Up table). Register ini dibagi

menjadi data pointer high byte (DPH) dan data pointer low byte (DPL) yang masing

– masing 8 bit.
13

2.2.3.Pewaktu / Pencacah (Timer / Counter)

Pada mikrokontroler AT89S51 mempunyai dua buah pewaktu/pencacah 16 bit yang

berguna untuk mengukur interval waktu, lebar pulsa, penghitung kejadian dan sumber

interupsi.

Pada konfigurasi dari pewaktu (timer) maka isi register pewaktu ditambah ssatu

setiap siklus mesin, dan pada konfigurasi sebagai pencacah (counter) isi register pencacah

ditambah satu setiap ada transisi 0 ke 1 pada pin input eksternal. Dalam mikrokontroler ini

terdapat dua buah register pewaktu dan pencacah yaitu TMOD (timer mode control) dan

TCON (timer control). AT89S51 mempunyai dua buah timer yaitu timer 0 dan timer 1

keduanya dapat berfungsi sebagai timer ataupun counter. Sebetulnya secara fisik rangkaian

timer juga merupakan rangkaian flip – flop yang dapat diaktifkan atau dinonaktifkan setiap

saat. Perbedaan dari timer dan counter yaitu timer mempunyai sumber clock dengan

frekuensi tertentu yang sudah pasti sedangkan counter mendapat sumber clock dari pulsa

yang hendak dihitung jumlahnya. Untuk mengatur timer AT89S51 mempunyai 6 buah

Special Function Register (SFR). [2]

2.2.3.1.TMOD

Register TMOD mempunyai dua register kembar 4 bit yang terletak pada alamat
89h. Untuk lebih jelas perhatikan gambar 2.4.

Gambar 2.4 Register – Register pada TMOD.

Fungsi setiap bit-nya yaitu :


14

1. Gate : timer akan berjalan jika bit ini diset dan INT0 (untuk

timer 0) atau INT1 (untuk timer 1) berkondisi high.

2. C/T : jika diberi logika 1 sebagai counter dan diberi logika

0 sebagai timer

3. M0 dan M1 : untuk memilih mode timer. [2]

2.2.3.2.TCON

Gambar 2.5 Register – Register pada TCON.

Perhatikan gambar 2.5. Register ini hanya mempunyai 4 bit saja dari 8 bit TCON,

yaitu TCON.4, TCON.5, TCON.6, TCON.7. keempat bit tersebut berhubungan dengan

fungsi timer. Register ini bersifat bit addressable, sehingga tiap bit TCON dapat

dimanipulasi sesuai dengan fungsinya masing – masing.

1. TCON.7 (TF1) : sebagai timer 1 overflow yang akan diset jika hitungan timer

overflow.

2. TCON.6 (TR1) : jika set (1) berfungsi mengaktifkan timer 1, jika clear (0) berfungsi

mematikan timer 1.

3. TCON.5 (TF0) : sebagai timer 0 overflow flag yang akan diset jika hitungan timer

overflow.

4. TCON.4 (TR0) : jika set (1) berfungsi mengaktifkan timer 0, jika clear (0) berfungsi

mematikan timer 0.

5. TCON.3 sampai TCON.4 sebagai register interupsi. [3]


15

2.2.4.Mode Timer

Mode timer pada mikrokontroler ini mempunyai empat jenis yaitu :

1. Mode 0 yaitu merupakan pencacah atau pewaktu dengan menggunakan praskala.

Register TH0/TH1 bekerja sebagai pencacah 8 bit dan register TL0 dan TL1 sebagai

pencacah 5 bit.

2. Mode 1 yaitu mode dimana register TH0-TL0 dan TH1-TL1 digunakan sebagai

pencacah 16 bit.

3. Mode 2 yaitu pencacah atau pewaktu auto-reload. Register TL1/TL0 bekerja sebagai

pencacah 8 bit dan TH0/TH1 digunakan untuk menahan nilai tertentu yang akan

disimpan di TL1/TL0 pada setiap TL1/TL0 terjadi overflow karena berguling dari FF

ke 00 dan dibangkitkan pulsa untuk pengiriman dan penerimaan data pada port serial.

4. Mode 3 yaitu untuk pencacah 1, pengubahan ke mode 3 akan menghentikan pencacah

satu yang merupakan cara lain penggunaan TR1 untuk menghentikan dan

menjalankan pencacah 1. Untuk pencacah 0, TH0 sebagai pencacah 8 bit yang

diaktifkan oleh TR1 dan jika terjadi overflow bit TF1 akan diset. Sedangkan TF1

tidak dapat digunakan untuk mengendalikan pencacah 1. TL0 sebagai pencacah 8 bit

dikendalikan oleh GATE 0, C/T 0, TR0 dan TF0. [2]

Tabel 2.1 Mode Pencacah / Waktu

M1 M0 MODE
0 0 0
0 1 1
1 0 2
1 1 3
16

2.2.5.Rangkaian Oscillator

Pada mikrokontroler AT89S51 mempunyai oscillator internal (on-chip oscillator)

yang digunakan sebagai sumber clock CPU. Untuk dapat menggunakannya perlu

ditambahkan sebuah rangkaian sederhana menggunakan sebuah Kristal dan dua buah

kapasitor (C1 dan C2) seperti pada gambar 2.6. [2]

Gambar 2.6 Rangkaian Oscillator.

2.2.6.Mekanisme Reset

Reset bisa dikendalikan secara manual dan automatic, saat reset maka nilai default

register SFR dapat dilihat pada tabrl. Reset terjadi karena logika 1 selama 2 cycle ( 2 µdetik )

pada kaki reset. Setelah pin reset kembali low maka mikrokontroler akan memulai

menjalankan program dari alamat 0000h pada PC, namun kondisi RAM tidak berubah dari

kondisi terakhir walaupun sistem reset.

Gambar 2.7 Rangkaian Reset.


17

Pada gambar 2.7, R1 digunakan untuk membuang muatan pada kapasitor ( C ) sesaat

setelah tombol reset tertekan sehingga diperoleh tunda level high sekitar 2µdetik untuk

mereset mikrokrontroler. [2]

2.3.Light-Dependent Resistor (LDR)

LDR adalah sebuah resistor yang nilai resistansinya dapat berubah – ubah tergantung

dari cahaya yang mengenainya. LDR terbuat dari kadmium sulfida. Unsur kimia yang

disebut kadmium sulfida memiliki sifat yang khas dimana resistansi listriknya akan

berkurang bila ada cahaya yang jatuh di atasnya. Efek ini dimanfaatkan dengan

menempatkan lapisan kimia ini pada kotak logam yang ditutup oleh jendela tembus

pandang. Dibandingkan dengan jenis optical transducer lainnya, tanggapan LDR sangat

lambat (dalam seperseratus detik). [4]

Untuk simbol rangkaian dan karakteristik resistansi LDR terhadap intensitas cahaya

dapat dilihat pada gambar 2.8 dan 2.9.

Gambar 2.8 Simbol Rangkaian LDR

Gambar 2.9 Karakteristik LDR


18

2.4.Fotodioda (Photodiode)

Fotodioda adalah salah satu alat yang dibuat untuk berfungsi paling baik berdasarkan

kepekaannya terhadap cahaya. Pada dioda ini, sebuah jendela memungkinkan cahaya masuk

melalui pembungkus dan mengenai persambungan pn. Silikon, yaitu bahan material di mana

transistor dan rangkaian terintegrasi dibuat, akan mengalami perubahan resistansi listrik saat

dikenai cahaya. Fotodioda sebenarnya tidak berbeda dari dioda biasa yang ditempatkan di

dalam material transparan, sehingga memungkinkan cahaya mengenainya (sedangkan pada

dioda biasa, kotaknya berupa logam atau plastik). Pada saat dihubungkan dengan rangkaian

listrik, fotodioda dapat digunakan untuk menghasilkan sinyal listrik yang besarnya

tergantung pada jumlah cahaya yang mengenainya. [4]

Gambar 2.10 menunjukan lambang skematis fotodioda. Panah yang mengarah ke

dalam melambangkan cahaya yang datang. Sumber dan tahanan seri memberikan

prategangan balik pada fotodioda. Bila cahaya makin cerah, arus balik naik. Dalam

fotodioda yang lazim, arus balik tersebut besarnya sedikit puluhan mikroamper.[4]

Gambar 2.10 Simbol Rangkaian Fotodioda

2.5.Light Emiting Diode (LED)

LED adalah dioda berprategangan maju, dimana elektron bebas melintasi sambungan

dan jatuh ke dalam lubang (hole). Ketika elektron jatuh dari tingkat energi tinggi ke rendah,
19

elektron akan mengeluarkan energi. Pada diode biasa, energi dikeluarkan dalam bentuk

panas. Tetapi pada LED, energi dikeluarkan dalam bentuk sinar. Dengan menggunakan

elemen seperti gallium, arsenik, dan fosfor, pabrik dapat memproduksi LED berwarna

merah, hijau, kuning, biru, orange / jingga, dan inframerah / infrared (tak terlihat). Gambar

2.11 menunjukkan simbol LED. [4]

Gambar 2.11. Simbol LED

2.5.1.Tegangan dan Arus LED

LED mempunyai penurunan tegangan lazimnya dari 1,5 V sampai 2,5 V untuk arus

di antara 10 sampai 150 mA. Penurunan tegangan yang tepat tergantung dari arus LED,

warna, kelonggaran, dan sebagainya. Kecermelangan LED tergantung dari arusnya.

Idealnya, cara terbaik untuk mengendalikan kecermelangan ialah dengan menjalankan LED

dengan sumber arus. Berikut rangkaian LED pada gambar 2.12. [4][5]

Gambar 2.12 Rangkaian LED

  

 
(2.1)

Dimana : VLED = Penurunan tegangan LED (Volt)


20

Vs = Tegangan sumber (volt)

Rs = Resistor yang tersusun seri dengan LED (Ohm)

I = Arus (Ampere)

Makin besar tegangan sumber, makin kecil pengaruh VLED. Dengan kata lain Vs yang besar

menghilangkan pengaruh perubahan tegangan VLED. Biasanya, arus LED ada di antara 10

mA sampai 50 mA karena daerah ini memberikan cahaya yang cukup untuk banyak

pemakai.[4][5]

2.6.Optocoupler

Optocoupler disebut juga optoisolator adalah komponen yang terdiri dari dioda

pemancar radiasi sinar infra merah (LED inframerah) dan fotodioda atau fototransistor

sebagai penerima dalam satu kemasan. Dengan LED pada sisi masukan dan fotodioda pada

sisi keluaran. Perhatikan gambar 2.13, tegangan sumber V1 dan tahanan seri R1

menghasilkan arus melalui LED. Sebagai gantinya, cahaya dari led mengenai fotodioda, dan

ini menyebabkan timbulnya arus balik I2. Dengan menambahkan tegangan – tegangan

melingkari simpal keluaran, diperoleh

Gambar 2.13 Rangkaian Optocoupler

       0 (2.2)
21

Atau

      (2.3)

Perhatikan bahwa tegangan keluaran tergantung pada arus I2. Bila tegangan masukan

V1 berubah, intensitas cahayanya juga berubah. Ini berarti bahwa tegangan keluar berubah

sejalan dengan tegangan masuk. Itulah sebabnya mengapa gabungan LED dan fotodioda

disebut Optocoupler.[4]

Keuntungan utama optocoupler ialah pemisahan secara listrik antara rangkaian

masuk dan rangkaian keluarnya. Dengan optocoupler, hubungan yang ada antara masukan

dan keluaran hanya seberkas cahaya. Karena hal ini, kita dapat memperoleh resistansi

penyekatan di antara dua rangkaian itu dalam ribuan megaohm. [4]

2.7. Pembagi Tegangan

Seperangkat resistor terhubung seri seperti gambar 2.14 disebut pembagi tegangan

(voltage – divider). Konsep ini berlaku bukan saja untuk resistor tetapi juga berlaku untuk

impedansi yang terhubung seri. [6]

Gambar 2.14 Rangkaian Tiga Resistor Terhubung Seri

Karena V1 = I R1 dan V = I (R1 + R2 + R3), maka


22


       
 (2.4)

2.8.Saklar Batas (Limit Switch)

Saklar batas atau lebih dikenal dengan Limit switch merupakan salah satu jenis

kontak yaitu komponen yang berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan arus. Sifat

dari limit switch ini yaitu kontak yang terputus atau tersambung saat ditekan dan akan

kembali ke keadaan semula saat tidak ditekan (momentary contact). Pada limit switch

terdapat tiga terminal yaitu common (COM), terminal normally open (NO) dan terminal

normally closed (NC).

Terminal NO merupakan terminal yang pada kondisi normal berupa kontak terputus

atau tidak tersambung dengan COM sedangkan terminal NC berupa kontak pada kondisi

normal tersambung dengan COM. Setiap titik sambungan pada limit switch terbuat dari

bahan yang tahan busur api (arc) yang disebabkan saat arus terputus atau tersambung.

Simbol keadaan limit switch ada pada gambar 2.15. [7]

Gambar 2.15 Kondisi Limit Switch NO dan Kondisi Limit Switch NC.

2.9.Komparator

Rangkaian dengan op-amp dapat digunakan sebagai pembanding tegangan yang akan

membandingkan tegangan masukan (Vin) dengan tegangan referensi (Vref). Tegangan


23

keluaran (Vo) tergantung besarnya Vin apakah lebih besar daripada Vref atau lebih kecil dari

Vref

Gambar 2.16 Op-amp Komparator dan Karakteristik Tegangan Output (Vo)

Pada gambar 2.16 jika tegangan masukan (Vin) lebih besar daripada tegangan

referensi (Vref) maka tegangan keluaran (Vout) adalah positif jenuh tegangan V+ atau

(+Vsat). Sebaliknya jika tegangan masukan (Vin) lebih kecil daripada tegangan referensi

(Vref) maka nilai tegangan keluaran (Vout) adalah negatif jenuh tegangan V- atau (-Vsat).

Jadi Vout mempunyai nilai yang besarnya +Vsat dan –Vsat dan dapat pula bernilai 0V

tergantung pemberian catu pada kaki V+ dan V-. Gambar 2.17 menunjukan grafik antara Vin,

Vout, dan Vref. [8]

Gambar 2.17. Grafik Vout dan Vin yang Sudah Dibandingkan Dengan Vref
24

2.10.Voltage Buffer (Penyangga Tegangan)

Buffer (penyangga) adalah rangkaian op-amp yang digunakan untuk mencegah

terjadinya drop tegangan. Buffer tegangan (voltage buffer) berarti mengisolasi sebuah sinyal

masukan dari sebuah beban dengan menggunakan rangkaian yang memiliki unity voltage

gain, dengan tanpa pembalikkan fasa atau polaritas, dan bekerja sebagai rangkaian ideal

dengan impedansi masukan yang sangat tinggi dan impedansi keluaran yang rendah. Gambar

2.18 menunjukkan koneksi op-amp yang menunjukan operasi buffer amplifier. Tegangan

keluaran pada buffer akan sama dengan tegangan masukannya.[8]

Gambar 2.18. Rangkaian Buffer Tegangan

2.11.Aktuator Menggunakan Motor DC

Motor DC merupakan salah satu penggerak (actuator) pada sistem kontrol yang

mudah diatur arah putar dan kecepatannya. Motor DC ada bermacam – macam dan pada

dasarnya dibedakan adalah voltase-nya dan jenis arah putarnya. Arah putar motor DC ada

dua yaitu CW (clock wise / searah jarum jam) dan CCW (Counter clock wise / berlawanan

arah jarum jam).

Pengaturan arah putar motor DC dilakukan dengan mengubah polaritas tegangannya

pada terminal motor DC. Untuk mengubah polaritas tegangan pada terminal motor DC
25

dilakukan dengan saklar, rangkaian control relay maupun rangkaian pensaklaran elektronik

dengan jembatan H.

Gambar 2.19 merupakan jembatan H yang digunakan untuk mengubah arah putar

motor DC.

Gambar 2.19. Kontrol Motor DC Menggunakan Jembatan H

Pada dasarnya motor akan berputar jika kondisi SW1 dan SW2 saling berlawanan

yaitu SW1 ON dan SW2 OFF atau SW1 OFF dan SW2 ON. Ketika SW1 ON dan SW2

OFF maka arus (I1) mengalir dari a melewati motor kemudian masuk d dan ke ground

sehingga motor akan berputar CW, begitu juga jika SW1 OFF dan SW2 ON maka arus (I2)

mengalir dari b melalui motor masuk ke c dan ke ground sehingga motor akan berputar

CCW.

Ketika SW1 dan SW2 pada kondisi ON pada saat yang bersamaan maka tidak ada

arus sampai ke ground sehingga motor tidak akan berputar. Hal serupa akan sama jika SW1

dan SW2 pada kondisi OFF pada saat yang sama maka tidak ada arus yang melewati motor

yang mengakibatkan motor tidak akan berputar.


26

Untuk mengontrol kecepatan motor saklar penghubung antara catu daya dengan

motor dibuka dan ditutup, waktu saklar ditutup atau dibuka berbeda – beda yang bertujuan

untuk memberikan rata – rata tegangan ke motor berbeda – beda pula. Teknik ini dinamakan

dengan pulse-width modulation seperti yang diilustrasikan pada gambar 2.20. V adalah

tegangan catu yang diberikan ke motor dan t adalah waktu. Kecepatan motor DC dapat

diatur dengan mengubah rasio pulse-width : [9]

)*
  !"#$% &'"( 
+,-./0,
(2.5)

Gambar 2.20 Pulse-Width Modulation

2.12.IC Driver L293

IC ini merupakan IC driver tegangan tinggi (high voltage) hingga mencapai 36 V.

keempat saluran driver berarus tinggi (600mA per-saluran dan 1,2A puncak arus keluaran

(non repetitive) persaluran) dirancang untuk level logika TTL atau DTL dan men-drive

beban induktif (seperti relay, solenoid, motor DC dan motor stepper) dan switching

transistor daya.
27

Untuk memudahkan maka digunakan sebagai dua jembatan (bridge), setiap pasang

saluran (channel) dilengkapi dengan masukan enable. Di dalam IC ini juga sudah terdapat

dioda pengaman yang terdiri dari 4 buah. IC ini bisa digunakan untuk aplikasi switching

pada frekuensi sampai 5kHz. Masukan untuk supply terpisah agar mudah digunakan untuk

bekerja pada tegangan yang rendah. Gambar 2.21 merupakan gambar blok diagram dan pin

connections dari IC L293D.[10]

Gambar 2.21. IC L293D


28

BAB III

RANCANGAN PENELITIAN

3.1.Model Sistem

Gambar 3.1 berikut adalah diagram sistem secara umum yang akan digunakan pada

penelitian. Sensor jalur akan mendeteksi garis (line) dan akan memberi masukan pada

mikrokontroler untuk menentukan arah gerak robot dengan cara merubah kecepatan gerak

roda kiri dan kanan. Sensor surat akan mendeteksi cahaya LED yang akan dipancarkan dari

loker surat sebagai penanda adanya surat pada loker tersebut. Sensor surat akan memberi

masukan pada mikrokontroler dan mikrokontroler akan menjalankan motor DC penggerak

lengan untuk mengambil surat tersebut. Jika surat sudah diantarkan di tempat tujuan, lengan

mekanik akan diputar 90o berlawanan dengan arah jarum jam dan meletakkan surat dari

lengan dan diputar 900 lagi searah dengan jarum jam untuk kembali ke posisi semula.

Gambar 3.1 Blok Diagram Sistem Secara Umum


29

Gambar 3.2 berikut merupakan desain jadi dari robot pengantar surat

Gambar 3.2. Desain Jadi Robot Pengantar Surat

3.2.Alur Perancangan Sensor Jalur (Line Sensor)

Terdapat dua bagian dasar pada sensor jalur, yaitu sensor pendeteksi cahaya luar dan

sensor pendeteksi jalur hitam. Sensor pendeteksi cahaya luar berfungsi sebagai penentu

tegangan referensi pada masukan komparator dan agar cahaya luar tidak mempengaruhi

kinerja sensor pendeteksi jalur. Sensor jalur menggunakan LED inframerah yang digabung
30

dengan fotodioda dengan prinsip kerja seperti optocoupler. Keluaran sensor pendeteksi jalur

dan sensor sensivisitas cahaya luar sebagai masukan untuk komparator. Keluaran

komparator berupa sinyal digital berlogika 1 atau 0 dan akan menjadi masukan untuk

mikrokontroler. Gambar 3.3 merupakan diagram sistem secara umum

Gambar 3.3 Diagram Sistem Sensor Jalur Secara Umum

3.2.1Sensor Pendeteksi Garis Hitam

Sensor pendeteksi jalur hitam ini terdiri atas LED inframerah sebagai sumber cahaya

dan fotodioda sebagai penerimanya sehingga bekerja seperti optocoupler. Sensor ini

berfungsi untuk mendeteksi apakah ada jalur atau tidak. Jika terdeteksi jalur hitam maka

keluaran sensor akan berlogika 0, dan jika tidak ada jalur yang terdeteksi maka keluaran

sensor akan berlogika 1. Sensor ini terdapat lima buah dipasang dibagian paling depan pada

badan robot dan lima buah di bagian paling belakang badan robot. Keluaran komparator

akan langsung masuk ke port p1.0 – p1.4 pada AT89s51 untuk sensor bagian depan, dan ke

port p2.0 – p2.4 untuk sensor bagian belakang. Sensor jalur bagian depan robot dan bagian

belakang akan dibuat identik. Gambar 3.4 mengilustrasikan desain sensor jalur untuk bagian

depan.
31

Gambar 3.4 Desain Sensor Jalur Bagian Depan

Penjelasan berikut adalah penjelasan untuk salah satu sensor pendeteksi jalur hitam

karena kesepuluh sensor akan dibuat identik. Berdasarkan dasar teori di atas, arus maximum

LED adalah 150 mA dan VLED adalah 1,5 Volt. Dengan Vcc (catu daya) 5 Volt, maka dapat

dicari Rs maximum dan Rs minimum dengan persamaan 2.2 sebagai berikut :



 5
1,5

    23 Ω
 150 



 5
1,5

    350 Ω
 10 

Resistor yang digunakan dalam perancangan adalah 330 Ω dikarenakan terdapat di pasaran

dan agar mendapat nilai arus yang kecil namun masih termasuk dalam nilai optimum (10m

A – 150mA), yaitu :



 5
1,5

   10,6 
 330

Berdasarkan perhitungan di atas didapat arus 10,6m A. Pengurangan arus bertujuan agar

intensitas cahaya yang dikeluarkan LED inframerah tidak terlalu besar sehingga jika

dipantulkan oleh benda berwarna hitam tidak akan mengaktifkan fotodioda.

Rind dapat dicari dengan menggunakan persamaan yang sama dengan Rs sehingga

memiliki besar resistansi yang sama dengan Rs. Rind merupakan resistor pengaman untuk

LED indikator (LED berwarna merah). LED indikator akan menyala (on) jika keluaran

komparator berlogika 0 (0 volt / Ground) dan akan mati (off) jika keluaran komparator
32

berlogika 1 (5 volt / Vcc). Rd merupakan resistansi yang akan menentukan tegangan keluaran

fotodioda. Tabel 3.1 merupakan tabel data pra penelitian untuk mengetahui karakteristik

fotodioda dan Gambar 3.5 merupakan gambar rangkaian secara skematik.

Gambar 3.5 Rangkaian Sensor Jalur Hasil Perancangan

Tabel 3.1 Karakteristik Fotodioda Hasil Pra Penelitian

RD Kondisi Ruang VIR VD VD terpantul putih VD terpantul


(k Ohm) hitam
1 Terbuka (terang) 1,194 V 5,48 V 4,23 V 5,5 V
Tertutup (gelap) 1,194 V 5,54 V 4,10 V 5,37 V
2 Terbuka (terang) 1,194 V 4,9 V 2,68 V 5,48 V
Tertutup (gelap) 1,194 V 5,38 V 3,57 V 5,5 V
3 Terbuka (terang) 1,194 V 4,78 V 1,70 V 4,78 V
Tertutup (gelap) 1,194 V 5,33 V 1,50 V 5,24 V
4 Terbuka (terang) 1,194 V 133,2 mV 97,5 mV 133,2 mV
Tertutup (gelap) 1,194 V 160 mV 100,5 mV 160 mV

Dari tabel 3.1, pada resistor RD = 3k Ohm memiliki beda tegangan ON – OFF yang cukup

tinggi saat cahaya inframerah terpantul benda berwarna putih dengan jarak pantul 1 cm,

yaitu:




  4,78
1,7
 3,08

Sehingga yang digunakan untuk RD adalah resistor 3 kΩ.


33

3.2.2.Sensor Sensitivitas Cahaya Luar

Sensor ini berfungsi untuk penghasil tegangan referensi untuk masukan komparator.

Alat yang digunakan adalah LDR sebagai pendeteksi cahaya luar. Letak sensor ini dibagian

body robot yang mudah terkena cahaya lingkungan. Op-amp digunakan sebagai buffer dan

keluaran buffer akan dihubungkan ke sepuluh komparator (5 buah untuk tegangan referensi

sensor bagian depan dan 5 buah untuk tegangan referensi sensor bagian belakang).

Rpot untuk mengatur tegangan yang akan masuk ke buffer dengan prinsip pembagi

tegangan. Dari data percobaan yang dilakukan sendiri, diketahui karakteristik LDR sebagai

berikut :

Tabel 3.2 Karaktersistik LDR

Kondisi ruang Resistansi LDR (k Ohm) Intensitas cahaya (lux)

Terang 7,69 375

Gelap 15,5 55

Tertutup (sangat gelap) 105 5

Keterangan : Terang : kondisi ruang dengan lampu menyala dan terkena cahaya matahari.

Gelap : kondisi ruang tertutup dengan lampu tanpa cahaya matahari

Tertutup : keadaan ditutup sehingga tidak terkena cahaya lampu maupun matahari

Dengan nilai keluaran (Vref) yang diharapkan sebesar 3,2V atau nilai tengah antara

tegangan fotodioda saat OFF dan saat ON seperti gambar 3.6 berikut

Gambar 3.6 Level Tegangan Fotodioda Saat Rd 3k Ohm


34

Sehingga dapat dicari nilai Resistansi pada potensiometer saat tegangan keluaran 3,2V

adalah:

 &

#$%  +
,,
 & ' ()*

7,69.
3,2
 +5

7,69. ' ()*

7,69. 100 + 5 3,2 + 7,69. 100


()*   4,325625 . 12
3,2

Potensiometer yang digunakan adalah 10k Ohm tujuannya adalah agar dapat diatur

kesensitifitas rangkaian sensor terhadap cahaya luar. Berikut gambar 3.7 adalah rangkaian

secara skematik :

Gambar 3.7 Rangkaian Pendeteksi Cahaya Luar / Pengatur Sensitivitas

3.3.Alur Perancangan Lengan Mekanik

Lengan mekanik diambil dari CD-ROM yang sudah tidak terpakai dan yang

dimanfaatkan adalah motor DC beserta mekaniknya yang berfungsi untuk membuka dan

menutup tempat CD. Untuk prinsip pergerakkannya dapat dilihat gambar 3.8.
35

Gambar 3.8 Lengan Mekanik dan Pergerakannya.

LS merupakan limit switch yang akan mengendalikan motor DC pengendali putaran lengan.

Berikut tabel kondisi yang terjadi saat logika LS1, LS2 , LS3 berubah.

Tabel 3.3 Kondisi Limit Switch

LS1 LS2 LS3 Kondisi

1 0 1 Kondisi awal, tidak mempengaruhi / mengendalikan apapun

Kondisi saat lengan membuka. Lengan membuka jika robot


sudah berada didepan loker, ditandai dengan habisnya jalur.
1 0 0
Setelah membuka penuh, sensor belakang akan aktif dan
sensor depan akan off.

Kondisi ini terjadi saat lengan mekanik sedang berputar 90o.


0 0 0 Lengan mulai berputar saat jalur yang menuju tempat tujuan
habis.

Kondisi ini terjadi saat lengan sudah beputar 90o. badan


0 1 0 lengan akan menekan LS2 sehingga akan berlogika 1. Jika
LS2 sudah berlogika 1 maka lengan akan menutup.

Kondisi terjadi saat lengan mekanik sudah tertutup penuh dan


menekan LS3 menjadi 1. Jika LS3 berlogika 1 maka motor
0 1 1
pemutar lengan akan berputar 900 menuju kondisi semula
dimana sensor belakang akan off dan sensor depan akan on.
36

Di ujung lengan yang bergerak untuk mengambil surat terdapat dua buah landasan

berbentuk segitiga, hal ini bertujuan untuk proses pengangkatan dan peletakan surat. Untuk

proses pengangkatan surat dapat dilihat gambar 3.9.

Gambar 3.9 Proses Pengambilan Surat

Terdapat empat kondisi yang akan dijelaskan. kondisi pertama merupakan kondisi

saat slider / lengan pengambil sedang bergerak mengambil surat. kondisi kedua adalah

kondisi saat surat dan lengan mulai kontak. Karena adanya segitiga di ujung maka surat akan

terangkat mengikuti landasan segitiga. Surat tidak akan jatuh ke belakang karena adanya

penahan di kedua sisi surat yang berada di dalam loker. Kondisi ketiga merupakan kondisi

dimana posisi segitiga sudah melebihi bagian tengah surat. Karena sisi depan lebih berat

daripada sisi belakang surat, maka surat akan jatuh ke arah lengan. Kondisi keempat

merupakan kondisi saat lengan sudah membuka penuh, diharapkan surat sudah berada di atas

lengan. Limit switch 1 akan terhubung ke port 3.5, limit switch 2 akan terhubung ke port

3.6, limit switch 3 akan terhubung ke port 3.7 pada AT89S51. Input motor pemutar body

lengan dikendalikan oleh AT89s51 melalui port 3.3 dan 3.4. Sedangkan input motor DC

pengendali slider dikendalikan oleh port 3.1 dan 3.2.


37

Untuk proses peletakan surat dapat dilihat pada gambar 3.10 berikut ini

Gambar 3.10 Proses Peletakan Surat

Terdapat tiga kondisi yang terjadi selama proses. Kondisi pertama terjadi saat surat

sedang diantar dari loker ke tempat tujuan. Kondisi kedua terjadi saat Slider / lengan

pengambil mulai masuk ke body lengan. Body lengan bagian depan diberi penahan yang

terbuat dari akrelik untuk menahan surat sehingga tidak ikut masuk bersamaan dengan

slider. Surat akan terangkat ke atas mengikuti landasan segitiga seperti prinsip pengambilan

surat. Kondisi ketiga adalah kondisi terakhir dimana bila sisi depan surat sudah lebih berat

dari sisi belakang (posisi segitiga sudah berada lebih dari titik tengah surat) maka surat akan

jatuh mengikuti landasan segitiga sisi depan.

Perhatikan gambar 3.11, segitiga sisi depan lebih landai bila dibandingkan dengan

sisi belakang. Tujuannya adalah agar saat robot bergerak saat membawa surat, surat tidak

mudah jatuh terkena gaya tolak dari gerakan robot. Dengan kata lain, sisi belakang segitiga

berfungsi juga sebagai penahan surat saat bergerak


38

Gambar 3.11 Rancangan Segitiga Penahan

Panjang body lengan adalah 20,2cm, lebar 14cm, dan tinggi 3,6cm. Panjang slider /

lengan pengambil 20cm, lebar 12,8cm, tinggi 1cm. Terdapat dua segitiga dengan masing –

masing Panjang segitiga penahan 1,5cm, lebar 1cm, dan tinggi 1cm.

3.4.Perancangan Loker Surat / Kotak Surat

Jumlah loker / kotak surat terdapat lima buah yang tersusun berjajar. Setiap kotak

berukuran 30 cm x 30 cm, terbuat dari papan triplek. Panjang lintasan/garis minimal 2 meter.

Gambar 3.12 merupakan desain jalur yang akan dilalui robot untuk mengantar surat.
39

Gambar 3.12 Perancangan Lintasan dan Ukuran Loker

Didalam loker terdapat LED berwarna putih sebagai pendeteksi adanya surat atau

tidak. Jika terdapat surat, maka LED indikator akan aktif (ON). Gambar 3.13 adalah

rangkaian skematik untuk LED indikator.

Gambar 3.13 Skematik LED Indikator

Untuk penangkap cahaya dari indikator surat tersebut menggunakan LDR yang terpasang

pada body robot. Gambar 3.14 merupakan rancangan skematik untuk rangkaian penerima

(receiver) dan gambar 3.15 merupakan rancangan perangkat keras untuk penerima. LDR
40

ditutupi dengan pipa agar tidak terpengaruh cahaya dari lingkungan. Jika terdapat surat,

maka surat akan menekan limit switch yang terdapat di dalam loker dan akan menyalakan

LED indikator. Tinggi posisi LED pada kotak surat disesuaikan dengan tinggi posisi

penerima pada robot. Dari pra penelitian didapat data mengenai resistansi LDR saat ditutup

dengan pipa adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4 Data Pra Penelitian Untuk Karakteristik LDR yang Ditutup Pipa

kondisi Resistansi LDR


Tidak menerima cahaya dari LED putih Tak terhingga
Menerima cahaya dari LED putih 16kΩ

Berdasarkan resistansi terendah dari LDR maka ditentukan Rp = 16 kΩ sehingga nilai

terendah yang dapat dicapai dengan prinsip pembagi tegangan adalah :

16 + 100

*$#$34  + 5
567  2,5
567
16 + 100 ' 16 + 100

Sedangkan untuk nilai tertinggi yang dapat dicapai adalah :



*$#*88  + 5
567  5
567 
::
16 + 100 ' ∞

Dari nilai terendah dan tertinggi dapat dicari nilai tegangan referensi untuk masukan

komparator, yaitu :


*$#*88
*$#$34

#$%  '
*$#$34
2

5
567 2,5
567

#$%  ' 2,5
567  1,25
567 ' 2,5
567  3,75
567
2
Sehingga ditentukan tegangan referensi sebesar 3,75 Volt.
41

Gambar 3.14 Rancangan Skematik Rangkaian Penerima.

Gambar 3.15 Rancangan Perangkat Keras Penerima

Gambar 3.16 merupakan ilustrasi dari karakteristik tegangan keluaran LDR dan

tegangan referensi.

Gambar 3.16 Karakteristik Tegangan Keluaran LDR


42

3.5.Perancangan Motor DC Sebagai Aktuator

Motor DC dipilih sebagai aktuator karena motor DC mudah diubah arah putarnya

yaitu hanya mengubah polaritas tegangan dan mudah dalam mengatur kecepatannya. Motor

DC yang digunakan dalam perancangan robot ini terdapat empat buah, dua buah untuk roda

kiri dan kanan, satu buah untuk pemutar body lengan, dan satu buah lagi untuk

mengeluarkan/memasukan lengan (slider). Masing – masing motor memerlukan driver yang

digunakan untuk menguatkan arus keluaran mikrokontroler. Driver motor yang digunakan

adalah IC driver, yaitu L293.

Untuk pengaturan kecepatan menggunakan prinsip PWM (Pulse Width modulation)

yang akan dihasilkan dari keluaran mikrokontroler. Masukan untuk motor DC pengendali

roda kiri dihubungkan ke port 1.6 dan port 2.6. Sedangkan untuk pengendali roda kanan

dihubungkan ke port 1.7 dan port 2.7. Gambar 3.17 merupakan rangkaian skematik untuk

penggerak roda kiri dan kanan. Tabel 3.5 berikut merupakan tabel kecepatan motor DC

untuk roda kiri dan roda kanan

Tabel 3.5 Kondisi Kecepatan Roda Berdasarkan Sensor

Kondisi Sensor Jalur Kecepatan roda kanan (%) Kecepatan roda kiri (%)
1 1 1 1 1 0 (diam) 0 (diam)
1 1 0 1 1 100% 100%
1 0 0 1 1 100% 75%
0 0 1 1 1 100% 50%
1 1 0 0 1 75% 100%
1 1 1 0 0 50% 100%
43

Gambar 3.17 Rangkaian Skematik Untuk Penggerak Roda Kiri dan Kanan

Pada motor penggerak lengan tidak dirancang dengan variasi kecepatan, hanya

dirancang untuk bergerak maju dan mundur untuk slider dan bergerak CW dan CCW untuk

pemutar body lengan. Gambar 3.18 merupakan rangkaian skematik untuk penggerak lengan

mekanik / slider.

Gambar 3.18 Rangkaian skematik untuk penggerak lengan mekanik / slider.

3.6.Mikrokontroller AT89S51

Semua program untuk sistem kendali robot ini dikendalikan oleh mikrokontroler

AT89S51. Gambar 3.19 mengilustrasikan fungsi masing – masing port pada AT89S51.
44

Gambar 3.19 Port I/O AT89S51 dan Fungsinya

Pada gambar 3.20, untuk rangkaian oscillator menggunakan kristal 12 MHz dan dua

buah kapasitor 33 pF sehingga frekuensi clock pada CPU 12 MHz. Pin EA/VPP diberi

logika tinggi (dihubungkan ke VCC) karena program hanya disimpan di dalam memory

internal saja dan tidak membutuhkan memory eksternal. Untuk rangkaian reset

menggunakan R1 = 100Ω dan R2 = 10 kΩ. Saat tombol ditekan maka tegangan pada pin

reset (Vrst) yaitu:

;

#*  +
::
; ' <

10 + 100

#*  + 5
567  4,95
567
10 + 100 ' 100

Tegangan 4,95 Volt merupakan logika tinggi yang selama 2 siklus akan mereset sistem
45

Gambar 3.20 Rangkaian Reset dan Rangkaian Oscillator

3.7.Perancangan Daya dan Berat

Perancangan daya berfungsi untuk menentukan jenis baterai yang akan digunakan,

sedangkan pengukuran berat untuk menentukan letak rangkaian/desain agar robot tidak berat

hanya di salah satu sisi.

3.7.1.Perhitungan Daya Pada Rangkaian Sensor dan Mikrokontroller

Daya saat satu sensor jalur aktif :


::
= 5
0,7

)*)3)3    1,43 
3 3000 12

Vj adalah penurunan tegangan yang disebabkan sambungan pn dengan bahan silikon (dasar

teori). Diketahui dari perancangan, arus yang melewati LED inframerah sama dengan arus
46

yang melewati LED indikator yaitu 10,6m A. Sehingga arus total untuk satu sensor jalur

adalah

*)*>    ?& ' )*)3)3 '   3  10,6  ' 1,43  ' 10,6  22,63 

Sehingga daya yang dikonsumsi untuk satu sensor jalur adalah

@$)# 
AA + *)*>  5
+ 22,63   113,15 B

Daya rangkaian sensitivitas cahaya / penghasil tegangan referensi :


AA 5

$*C*    0,407 
 & ' ()* 7,96. 12 ' 4,325. 12

@$*C* 
AA + $*C*  5
+ 0,407   2,035 B

Perhitungan daya rangkaian sensitivitas menggunakan resistansi LDR saat kondisi terang

dan resistansi potensio sebesar 4,325k Ohm (sesuai hasil perhitungan teoritis). Karena

dihubungkan ke-sepuluh komparator maka daya total rangkaian sensitivitas cahaya adalah:

@$*C* *)*>  10 + @$*C*  20,35 B

Daya rangkaian penerima :


:: 5

(D* E    0,15625 
( '  & 16. 12 ' 16. 12


:: 5

(D* F    1,25 
1. 12 ' 3. 12 1. 12 ' 3. 12

*)*>  (D* E ' (D* F  0,15625  ' 1,25   1,40625 

Sehingga daya yang dikonsumsi oleh rangkaian penerima saat menerima sinyal dari loker

adalah:
47

@($$# 
AA ' *)*>  5
+ 1,40625   7,03125 B

Perhitungan daya rangkaian penerima menggunakan resistansi LDR saat menerima cahaya

dari indikator pada loker yaitu 16k Ohm

Daya mikrokontroller:

@G#)  AA +
AA  25  + 5
 125 B

Icc didapat dari datasheet (terlampir), yaitu arus saat kondisi aktif pada frekuensi 12MHz.

Daya pada satu motor saat aktif:

@)*)# 
AA + )*)#  5
+ 105   525 B

Dengan Imotor adalah arus yang diserap beban saat berbeban = 105m A (datasheet). Pada

sistem kerja robot, hanya dua motor yang dimungkinkan aktif bersamaan sehingga daya

yang akan diserap adalah

@<)*)#  2 + @)*)#  2 + 525 B  1050 B

Tabel 3.6 adalah tabel nilai daya hasil perhitungan teoritis secara keseluruhan.

Tabel 3.6 Besar Daya Hasil Perhitungan Teoritis

Rangkaian Daya hasil perhitungan

Sensor Jalur 113,15m W

Penghasil tegangan referensi 20,35m W

Penerima 7,03m W

Mikrokontroller 125m W

2 Motor 1050m W
48

Dari hasil perhitungan daya pada tabel 3.6 maka baterai yang akan digunakan untuk

rangkaian sensor jalur, penghasil tegangan referensi, penerima, dan mikrokontroler harus

memiliki kemampuan daya diatas 265,53m W. Sedangkan baterai untuk catu daya motor

harus memiliki kemampuan daya diatas 1050m W.

3.7.2.Pengukuran Berat

Dari hasil pengukuran berat diketahui berat masing – masing rangkaian / alat sebagai berikut

pada tabel 3.7.

Tabel 3.7 Berat Masing – Masing Alat

Alat/Rangkaian Berat (ons)


1 Motor DC 0,25
Lengan mekanik 3
Pemutar lengan mekanik 1
Rangkaian Sensor dan Mikrokontroler 0,5
Rechargeable baterry 5

Berdasarkan tabel 3.7 diatas, maka lengan mekanik dan pemutar lengan mekanik akan

ditempatkan di tengah – tengah badan robot sehingga terjaga keseimbangannya. Untuk

motor roda kiri dan kanan juga diletakkan di tengah badan robot, selain untuk menjaga

keseimbangan juga agar saat berbelok ke depan maupun ke belakang tidak berbeda jarak.

Untuk rangkaian mikrokontroller dan rangkaian elektronik lainnya diletakkan di bagian

tengah agak belakang sebagai penyeimbang saat slider membawa surat. Baterai diletakan di

tengah bagian bawah badan robot karena cukup berat, jika diletakkan di depan atau belakang

dikhawatirkan robot tidak seimbang. Dengan mempertimbangkan berat masing – masing alat

atau rangkaian, maka desain robot akan menjadi seperti yang ditunjukkan oleh gambar 3.21.
49

Gambar 3.21 Desain 3D Berdasarkan Berat Alat


50

3.8.Perangkat Lunak

3.8.1.Diagram Alir Program Utama

Start

L=0

Inisialisasi

L = sensor surat

N = jumlah persimpangan

Sensor depan aktif, dan


maju ke persimpangan

Deteksi persimpangan
dan berhenti ± 5 detik

N = N+1

Ada surat? N = 5?

Belok ke arah loker sampai N=0


jalur habis / didepan loker
Sensor belakang aktif dan maju
sampai garis habis dengan
Proses ambil surat mengabaikan semua persimpangan

A
End L = 1?

Gambar 3.22 Diagram Alir Perangkat Lunak Robot


51

Sensor belakang aktif dan


sensor depan non-aktif

Persimpangan pertama
diabaikan (jalan lurus)

Jalan sampai
jalur habis

Proses peletakan surat

Sensor depan aktif dan sensor


belakang dinon-aktifkan

Jalan sampai
persimpangan

Belok kearah
N = 5?
titik finish

Sensor depan dinonaktifkan


Belok kearah
dan sensor belakang aktif
loker berikutnya

D
C

Gambar 3.22 Diagram alir perangkat lunak robot (Lanjutan)


52

Gambar 3.22 menunjukkan diagram alir umum perangkat lunak robot yang tiap –

tiap bagian akan dijelaskan. Untuk start awal, robot berada pada titik start (lihat gambar

3.11 pada perancangan loker). Jika start = 1 maka sensor depan akan aktif dan robot akan

bergerak maju mengikuti jalur. Saat sampai pada persimpangan loker pertama, robot akan

berhenti selama 5 detik untuk mendeteksi ada surat atau tidak pada loker. Jika terdapat surat

maka robot akan berbelok kearah surat dan mendekati loker (berhenti jika sudah didepan

loker yang ditandai dengan habisnya jalur). Saat berhenti, lengan robot (slider) akan

bergerak maju mengambil surat. Setelah surat terambil maka sensor depan akan diabaikan

(non-aktif) dan sensor belakang akan dibaca (aktif). Saat menemui persimpangan pertama,

robot akan mengabaikan dan bergerak maju sehingga masuk ke jalur tujuan peletakan surat.

Jika jalur habis maka robot akan berhenti dan akan melakukan proses peletakan surat.

Setelah proses selesai maka sensor depan akan dibaca lagi sedangkan sensor belakang akan

diabaikan dan robot akan bergerak mengikuti jalur (pulang) hingga menemui persimpangan

lagi. Jika jumlah persimpangan yang dilalui sudah lima maka robot akan berbelok kearah

jalur habis (finish) dan akan kembali ke titik start namun jika belum, robot akan berbelok

kearah loker berikutnya dan akan melakukan proses pendeteksian, proses pengambilan,

proses peletakan, dan proses pulang hingga persimpangan terakhir (kelima). Saat robot

mencapai titik start, jika selama proses pertama terdapat surat yang diantar maka robot akan

melakukan proses pengecekan surat sekali lagi. Namun jika selama pengecekan pertama di

kelima loker tidak ada surat maka robot akan berhenti (tidak bergerak lagi).
53

3.8.2.Subrutin Proses Pengambilan Surat

Untuk diagram alir proses pengambilan surat dapat dilihat pada gambar 3.23

Pengambilan Surat

L=1

Slider bergerak maju dan


mengambil surat dalam loker
/ slider dijalankan ± 5 detik /
sampai maksimal

Return

Gambar 3.23 Diagram Alir Subrutin Proses Pengambilan Surat

Pada saat proses pengambilan surat, robot berhenti didepan loker (ditandai dengan

habisnya jalur). Mikro akan menggerakan motor DC pengendali slider untuk bergerak maju

ke arah loker sehingga kedua segitiga yang berada pada ujung slider akan mengangkat surat.

Setelah surat berada sepenuhnya di atas slider (diperkirakan waktu yang dibutuhkan adalah 5

detik), mikro akan menghentikan pergerakan slider dan akan mengaktifkan sensor belakang

pada robot. Dan untuk selanjutnya adalah proses pengantaran yang sudah dijelaskan pada

diagram alir gambar 3.22.


54

3.8.3.Subrutin Proses Peletakan Surat

Proses peletakan surat dapat dilihat pada gambar 3.24

Peletakan Surat

Putar body lengan sampai menyentuh


limit switch 2 / putar ± 90o

slider akan bergerak mundur / masuk


hingga menekan limit switch 3

Putar body lengan sampai


menyentuh limit switch 1
/ kembali ke posisi awal

Return

Gambar 3.24 Diagram Alir Subrutin Proses Peletakan Surat

Pada proses peletakan surat, setelah robot berhenti maka mikro akan menggerakan

motor DC penggerak body lengan agar berputar ccw 90o. Perputaran akan berhenti setelah

menekan limit switch 2 yang dipasang di samping body robot. Setelah limit switch 2 tertekan

maka mikro akan menggerakan slider untuk masuk ke body (bergerak masuk) sehingga surat

akan jatuh karena efek kedua segitiga yang berada diujung slider. Setelah slider masuk

sepenuhnya maka limit switch 3 akan tertekan dan mikro akan menggerakkan motor DC

penggerak body lengan untuk berputar cw untuk kembali ke posisi semula (sampai limit

switch 1 tertekan). Dan untuk selanjutnya adalah proses pulang yang sudah dijelaskan pada

diagram alir gambar 3.22.


55

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk menganalisis rancangan rangkaian robot pengantar surat berbasis

mikrokontroler AT89S51, dilakukan pengujian dari tiap-tiap unit bagian rangkaian pada

pengukuran masukan dan keluaran rangkaian untuk mendapatkan hasil apakah alat yang

dirancang sesuai dengan yang diharapkan. Pengujian rangkaian yang utama adalah

Pengujian Robot yang terdiri dari :

1. Uji Keberhasilan Mengambil Surat

2. Uji keberhasilan Mengantar Surat

3. Uji kecepatan Robot

4. Konsumsi arus dan daya.

Selain pengujian utama, untuk mendukung kebenaran data – data yang diperoleh

dilakukan pengujian sebagai berikut : pengujian rangkaian sensor pendeteksi jalur hitam,

pengujian rangkaian sensor tegangan referensi, pengujian rangkaian sensor penerima

indikator surat, pengujian PWM, dan pembahasan software.

4.1 Pengujian Robot

Pengujian dilakukan dengan menggunakan surat dengan bobot sebesar 200 gr, catu

daya baterai Ni-Cd 9,6V/700mAh untuk rangkaian sensor dan modul mikrokontroler,

adaptor 9V/1200mA untuk driver motor, dan robot dijalankan di atas kain nafa. Untuk

pengujian kinerja robot secara keseluruhan, dari posisi awal, pengecekan loker, pengambilan

surat hingga meletakkan surat didapat data seperti pada tabel 4.1.
56

Tabel 4.1 Data Hasil Pengujian Kinerja Robot

Percoba Jumlah Keterangan (Hasil)


Letak Surat
an Surat Cek Surat Proses Ambil Proses Antar Restart

1 1 Loker 1 Berhasil Berhasil Berhasil Ya

2 1 Loker 3 Berhasil Berhasil Berhasil Ya


3 1 Loker 4 Berhasil Berhasil Berhasil Ya
Gagal pada loker Gagal di
Loker 2, 4,
4 3 Berhasil 4 karena posisi lintasan 2 Ya
5
loker tidak benar karena roda slip

Gagal pada loker Gagal di


Loker 1, 2, lintasan 1
5 3 Berhasil 1 karena posisi karena sensor Ya
3
slider tidak benar jalur loss

Loker 1, 3,
6 3 Berhasil Berhasil Berhasil Ya
5
Gagal pada loker Gagal di
7 5 Semua loker Berhasil 1 karena posisi lintasan 1 Ya
slider tidak benar karena roda slip

8 5 Semua loker Berhasil Berhasil Berhasil Ya

9 5 Semua loker Berhasil Berhasil Berhasil Ya

10 0 N/A Berhasil N/A N/A Tidak

4.1.1 Uji Keberhasilan Mengambil Surat

Untuk mengetahui besar persentase keberhasilan robot dalam mengambil surat dalam

loker maka dilakukan pengujian sebanyak 5 (lima) kali pada setiap loker. Data tingkat

keberhasilan robot dalam mengambil surat akan ditunjukkan oleh tabel 4.2 sedangkan

gambar 4.1 Menunjukan robot saat mengambil surat.


57

Gambar 4.1 Robot Saat Mengambil Surat

Tabel 4.2 Data Keberhasilan dalam Mengambil Surat.

Percobaan Loker 1 Loker 2 Loker 3 Loker 4 Loker 5


1 O x X O O
2 O O O x O
3 O O O X O
4 X O O O O
5 O O O O O
Total Persentase Berhasil 80 %
Total Persentase Gagal 20 %
Ket : O = Berhasil
X = Gagal karena surat tersangkut loker
x = Gagal karena posisi lengan mekanik tidak benar

Dari hasil pengujian pada tabel 4.2, diketahui bahwa keberhasilan robot dalam

mengambil surat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

a. Posisi loker. Posisi loker yang benar adalah loker searah dengan robot yang akan

berhenti di depan loker. Posisi yang salah dapat menyebabkan surat tersangkut saat

ditarik keluar. Gambar 4.2 menunjukkan posisi yang loker yang benar dan yang

salah.
58

Gambar 4.2 Posisi Loker yang Benar (Kiri) dan Salah (Kanan)

b. Posisi lengan mekanik pada robot. Saat robot bergerak menuju loker, ada

kemungkinan posisi lengan mekanik juga bergerak (berputar). Bila lengan berputar

cukup jauh dari posisi semula maka saat mengambil surat, slider tidak akan masuk ke

lubang dalam loker, melainkan akan mendorong loker. Gambar 4.3 menunjukkan

posisi lengan mekanik yang benar dan yang salah.

Gambar 4.3 Posisi Lengan Mekanik yang Benar (Kiri) dan Salah (Kanan)

4.1.2 Uji Keberhasilan Mengantar Surat

Untuk mengetahui besar persentase keberhasilan robot dalam mengantarkan surat ke

tempat tujuan maka dilakukan pengujian sebanyak 5 (lima) kali pada setiap loker. Data

keberhasilan robot dalam mengantarkan surat disetiap jalur, dimulai saat robot berada di
59

depan loker sampai robot meletakkan surat di tempat tujuan akan ditunjukkan oleh tabel 4.3,

sedangkan gambar 4.4 menunjukkan saat robot akan meletakkan surat.

Gambar 4.4 Robot Saat Akan Meletakkan Surat

Tabel 4.3 Data Keberhasilan Dalam Mengantarkan Surat.

Percobaan Jalur 1 Jalur 2 Jalur 3 Jalur 4 Jalur 5


1 O O O O O
2 O O O O x
3 O O O O X
4 O O O O O
5 x O O O O
Persentase Keberhasilan Total 88 %
Persentase Kegagalan Total 12 %
Ket = O = Berhasil
x = Gagal karena roda slip
X = Gagal karena sensor jalur loss

Dari tabel 4.3, secara keseluruhan dapat dinyatakan bahwa robot dapat mengantar

surat meskipun keberhasilannya tidak mencapai 100%. Adanya kegagalan yang terjadi

disebabkan oleh :

a. Mati-nya (loss) sensor pendeteksi jalur secara tiba – tiba, dibuktikan dengan LED

indikator pada sensor jalur yang mati pada kondisi yang seharusnya menyala. Hal ini

menyebabkan pergerakkan robot menjadi tidak terkendali karena mikrokontroller

tidak mendapat masukan atau ”perintah” dari sensor jalur.

b. Seringnya terjadi slip pada roda sehingga memperlambat kecepatan gerak robot.
60

Jika robot keluar jalur (loss) maka robot akan melakukan gerakan sebelum loss.

Misal, jika saat belok kiri robot keluar jalur, maka robot akan bergerak belok kiri, dan jika

robot keluar jalur saat bergerak lurus maka robot akan bergerak lurus.

4.1.3 Uji Kecepatan Robot

Untuk mengetahui kecepatan kerja robot dalam mengantar surat maka dilakukan

pengujian sebanyak 5 (lima) kali untuk mengetahui waktu tempuh yang diperlukan. Tabel

4.4 merupakan data pengujian robot yang dilakukan selama 5 kali untuk waktu yang

diperlukan untuk proses pengantaran surat sedangkan gambar 4.5 menunjukkan bentuk

lintasan yang digunakan.

Tabel 4.4 Data Waktu Tempuh Untuk Proses Pengantaran Surat

Waktu Tempuh (s) Panjang


No. Loker Lintasan
1 2 3 4 5 Rata - Rata
1 97 103 95 97 95 97,4 277 cm
2 55 61 60 57 55 57,6 235 cm
3 43 40 37 39 39 39,6 230 cm
4 58 57 58 58 56 57,4 234 cm
5 91 95 93 93 95 93,4 278 cm

Gambar 4.5 Lintasan yang Digunakan


61

Perbedaan waktu tempuh tempuh disetiap percobaan disebabkan karena sering terjadi slip

pada roda saat robot bergerak. Dari tabel 4.4 dapat diketahui data kecepatan robot

menggunakan persamaan

 
 


   

Sehingga didapat data seperti pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Data Kecepatan Robot

Kecepatan / V (cm/s)
No. Loker
1 2 3 4 5 Rata - Rata
1 2,86 2,69 2,92 2,86 2,92 2,85
2 4,27 3,85 3,92 4,12 4,27 4,086
3 5,35 5,75 6,22 5,9 5,9 5,824
4 4,03 4,11 4,03 4,03 4,18 4,076
5 3,05 2,93 2,99 2,99 2,93 2,978

Dari tabel 4.5 dapat dinyatakan bahwa robot dapat mengantarkan surat lebih cepat

jika berjalan pada lintasan yang lurus daripada berjalan pada lintasan yang banyak tikungan.

Semakin banyak tikungan pada lintasan maka kecepatan robot akan semakin lambat, hal ini

dibuktikan dengan kecepatan robot pada lintasan 1 lebih lambat daripada kecepatan robot

pada lintasan 2, sedangkan kecepatan robot pada lintasan 2 lebih lambat daripada kecepatan

robot pada lintasan 3.

4.1.4 Konsumsi Arus dan Daya

Tabel 4.6 merupakan hasil pengukuran konsumsi arus yang dibutuhkan untuk sistem

elektronik robot menggunakan multimeter digital. Arus yang diukur merupakan arus

konsumsi total untuk rangkaian sensor, modul mikrokontroller dan rangkaian driver motor.

Metode pengukuran arus dapat dilihat pada gambar 4.6.


62

Gambar 4.6 Metode pengukuran arus

Dari hasil pengukuran arus total maka dapat diketahui daya total yang diserap dari

sumber tegangan dengan persamaan

     

Tabel 4.6 Data Arus dan Daya Total yang Diserap

No Kondisi Pengukuran Arus pengukuran Vcc terukur Pterukur Pteoritis


1 Rangkaian sensor 130m A 5,07 V 659,1m W 700m W
2 Rangkaian mikrokontroller 11,4 m A 5,15 V 58,71m W 125m W
3 2 Motor DC 199m A 5,04 V 1003m W 1025m W

Dari tabel 4.6 terlihat bahwa perbedaan daya pada rangkaian sensor dan rangkaian

mikrokontroller memiliki perbedaan yang cukup besar. Pada rangkaian sensor, secara teoritis

besar daya yang diserap oleh rangkaian sensor adalah 700m W dan besar daya yang diserap

oleh rangkaian mikrokontroler sebesar 125m W (lihat bab 3 sub-bab 3.7). Penyebab

perbedaan daya total hasil pengukuran dengan teoritis adalah :

1. Nilai tegangan LED Inframerah pada perancangan menggunakan 1,5 V sesuai

dengan dasar teori, sedangkan pada pengukuran, nilai tegangan LED inframerah 1,33

V. hal ini mempengaruhi besar arus yang mengalir ke LED inframerah.

2. Perbedaan besar sumber tegangan. Pada perancangan, semua nilai Vcc adalah 5 V.

pada hasil pengukuran, nilai Vcc berbeda – beda di setiap sumber meskipun tidak

terlalu jauh perbedaannya (terjadi drop tegangan).


63

3. Adanya toleransi resistor. Perubahan nilai resistor juga mempengaruhi besar arus

yang melewatinya.

4. Daya total secara teoritis teracu pada datasheet dimana nilai besaran yang digunakan

merupakan data secara rata – rata (typical) sehingga kemungkinan besar berbeda

dengan hasil pengukuran.

Pada rangkaian mikrokontroller, perhitungan perancangan mengacu pada datasheet

untuk arus maksimal (Icc = 25m A), sedangkan pada pengukuran, kondisi mikrokontroller

tidak aktif secara maksimal ,sebagai salah satu contohnya yaitu port 0 pada port I/O

mikrokntroller tidak digunakan dalam perancangan robot pengantar surat sehingga

menimbulkan perbedaan yang cukup besar antara perhitungan daya secara teoritis dengan

daya yang terukur.

Pada rangkaian driver motor, secara teoritis (datasheet) arus max yang diserap oleh

motor sebesar 102,5m A sehingga untuk 2 motor maka arus total yang diserap sebesar 205m

A. Jika catu daya secara teoritis sebesar 5 V maka daya total yang diserap kedua motor

sebesar 1025m W. Sedangkan pada pengukuran daya total yang diserap sebesar 1003m W

dengan catu daya terukur 5,04 V, sehingga untuk satu motor menyerap arus sebesar 99,5m

A. Perbedaan 3m A ini disebabkan karena data pada datasheet merupakan data secara rata –

rata (typical) dan bukan data yang pasti.

Sehingga dengan menggunakan baterai 9,6V/700mAh sebagai catu daya rangkaian

sensor dan modul mikrokontroler maka dapat bertahan hingga 9 jam 21 menit. Dan sebagai

catu daya rangkaian driver motor dapat bertahan hingga 6 jam 42 menit.

4.2 Pengujian Rangkaian Sensor Pendeteksi Jalur Hitam

Dalam pengujian rangkaian sensor pendeteksi jalur hitam, alat ukur yang digunakan

untuk mengukur besaran tegangan menggunakan Multimeter digital. Ini dilakukan untuk
64

mengetahui apakah rangkaian sensor pendeteksi jalur hitam dapat menghasilkan tegangan

sesuai yang diharapkan, yaitu sebesar 5 V saat terpantul benda hitam / tidak terpantul dan 1,5

V saat terpantul benda berwarna putih. Gambar 4.7 merupakan gambar rangkaian yang

sudah dibuat (hardware)

Gambar 4.7 Hardware Sensor Pendeteksi Jalur Hitam

Perhatikan gambar 4.8 yang merupakan rancangan skematik sensor pendeteksi jalur

hitam untuk satu sisi, karena sensor di kedua sisi (depan dan belakang) dibuat identik.

Gambar 4.8 Skematik Rangkaian Sensor Pendeteksi Jalur Hitam Satu Sisi

Pada gambar 4.8, untuk pengujian sensor pendeteksi jalur hitam pada bagian sisi

depan robot, dilakukan pengujian pada titik VA, VB, VC, VD, VE, VF, VG, VH, VI, VJ, dan VK.

Secara teori atau perancangan, tegangan pada titik A (VA) memiliki besar yang sama dengan
65

VCC yaitu 5 V. Sedangkan tegangan pada titik VB, VC, VD, VE, VF sebesar 1,5 V yang

merupakan tegangan jatuh LED inframerah dan tegangan pada titik VG, VH, VI, VJ, VK

merupakan tegangan keluaran dari fotodioda yang bernilai 5 V saat terpantul benda hitam /

tidak terpantul dan 1,5 V saat terpantul benda berwarna putih.

Secara pengukuran didapat tegangan pada masing – masing titik. Tegangan pada titik

A sebesar 4,79 V sama dengan tegangan pada Vcc, tegangan rata - rata pada titik VB, VC,

VD, VE, VF sebesar 1,33 V, dan tegangan rata – rata pada titik VG, VH, VI, VJ, VK sebesar 4,6

V saat terpantul benda hitam / tidak terpantul dan 1,7 V saat terpantul benda berwarna putih .

Besar Vcc terukur adalah 4,86 V.

Dari hasil pengukuran, dapat diketahui persentase galat (error) dengan menggunakan

persamaan :

 

"
#  
% !   100%
 

"

Untuk pengujian sensor pendeteksi jalur hitam bagian sisi belakang robot dilakukan

cara yang sama dengan pengujian sisi depan. Sehingga didapat hasil perbandingan data

seperti pada tabel 4.7 untuk sisi depan dan tabel 4.8 untuk sisi belakang.

Dari tabel 4.7 dan 4.8, diketahui bahwa keluaran komparator LM324 saat high /

berlogika 1 adalah 3,5 V sesuai datasheet LM324. Meskipun kurang dari nilai tegangan

logika tinggi pada umunya (5 V) tetapi hal ini tidak mempengaruhi keberhasilan alat, karena

mikrokontroller AT89S51 masih bisa membaca bahwa keluaran komparator berlogika

tinggi. Mikrokontroller AT89S51 membaca logika tinggi dengan jangkauan tegangan antara

2,8 V sampai 5,5 V (datasheet). Begitu juga saat kondisi low / rendah, meskipun keluaran

komparator LM324 bertegangan 0,6 V (pada datasheet LM324 saat logika rendah adalah 5
66

mV dan pada umumnya 0 V/ground) namun mikrokontroller AT89S51 masih bisa membaca

bahwa keluaran komparator berlogika rendah. Mikrokontroller AT89S51 membaca logika

rendah dengan jangkauan tegangan antara -0,5 V sampai 1,1 V (datasheet)

Tabel 4.7 Perbandingan Data Hasil Pengukuran dan Data Teoritis Pada Sensor
Pendeteksi Jalur Hitam Sisi Depan

Titik Ukur Hasil Data Teoritis (V) % Error (%)


Pengukuran (V)
Vcc 4,79 5 4,2
VA 4,79 5 4,2
Rangkaian pemancar / LED IR (titik ukur VB, VC, VD, VE, VF)
VB 1,33 1,5 11,33
VC 1,34 1,5 10,67
VD 1,34 1,5 10,67
VE 1,33 1,5 11,33
VF 1,33 1,5 11,33
Rangkaian penerima / fotodioda (titik ukur VG, VH, VI, VJ, VK)
High Low High Low High Low
VG 4,64 1,71 5 1,5 7,2 14,0
VH 4,64 1,71 5 1,71 7,6 14,0
VI 4,61 1,70 5 1,5 7,8 13,3
VJ 4,64 1,72 5 1,5 7,2 14,6
VK 4,63 1,70 5 1,5 7,4 13,3
Keluaran komparator high 3,54 3,5 1,14%
Keluaran komparator low 0,6 0 -
67

Tabel 4.8 Perbandingan Data Hasil Pengukuran dan Data Teoritis Pada Sensor
Pendeteksi Jalur Hitam Sisi Belakang

Titik Ukur Hasil Data Teoritis (V) % Error (%)


Pengukuran (V)
Vcc 4,82 5 3,6
VA 4,82 5 3,6
Rangkaian pemancar / LED IR (titik ukur VB, VC, VD, VE, VF)
VB 1,34 1,5 10,67
VC 1,33 1,5 11,33
VD 1,34 1,5 10,67
VE 1,34 1,5 10,67
VF 1,34 1,5 10,67
Rangkaian penerima / fotodioda (titik ukur VG, VH, VI, VJ, VK)
High Low High Low High Low
VG 4,68 1,54 5 1,5 6,4 2,67
VH 4,67 1,56 5 1,5 6,6 4,00
VI 4,6 1,56 5 1,5 8,0 4,00
VJ 4,6 1,60 5 1,5 8,0 6,67
VK 4,62 1,63 5 1,5 7,6 8,67
Keluaran Komparator high 3,57 3,5 2%
Keluaran Komparator low 0,6 0 -

4.3 Pengujian Rangkaian Sensor Tegangan Referensi

Dalam pengujian rangkaian sensor tegangan referensi, alat ukur yang digunakan

untuk mengukur besaran tegangan menggunakan Multimeter digital. Ini dilakukan untuk

mengetahui apakah rangkaian sensor tegangan referensi dapat menghasilkan tegangan sesuai

yang diharapkan, yaitu sebesar 3,2 V dengan resistansi Potensiometer sebesar 4,33k Ohm
68

dan resistansi LDR sebesar 7,69k Ohm. Gambar 4.9 merupakan gambar rangkaian yang

sudah dibuat (hardware)

Gambar 4.9 Hardware sensor tegangan referensi

Secara pengukuran didapat nilai tegangan referensi yang dihasilkan yaitu 3,75 V

dengan nilai resistansi potensiometer 4,2k Ohm, nilai resistansi LDR 12,2k Ohm dan dengan

Vcc terukur sebesar 4,92 V. Maka didapat data perbandingan hasil pengukuran dengan hasil

perancangan seperti pada tabel 4.9

Tabel 4.9 Data Perbandingan Hasil Pengukuran Dengan Hasil Perancangan Untuk Sensor
Tegangan Referensi

Titik Ukur Hasil pengukuran Hasil perancangan


RPotensiometer (Ohm) 4,2 x 103 4,33 x 103
RLDR (Ohm) 12,2 x 103 7,69 x 103
Tegangan Keluaran (V) 3,75 V 3,2 V

Dari tabel 4.9 tampak sekali perbedaan nilai tegangan keluaran yang dihasilkan

antara hasil perancangan dengan hasil pengukuran. Hal ini disebabkan karena tegangan

keluaran yang dihasilkan sangat tergantung dari nilai resistansi LDR dan nilai resistansi

LDR sangat tergantung dari intensitas cahaya pada ruangan tersebut. Semakin tinggi nilai

resistansinya maka tegangan keluarannya akan semakin mendekati Vcc, sebaliknya jika

semakin kecil nilai resistansi LDR maka tegangan keluarannya akan mendekati 0 (ground).
69

Nilai resistansi Potensiometer sebenarnya juga dapat mempengaruhi nilai tegangan keluaran,

namun karena nilai 4,33k Ohm pada perancangan sudah dianggap nilai konstan maka tidak

diubah – ubah lagi nilai resistansinya, sedangkan nilai pada pengukuran adalah 4,2k Ohm

karena susah sekali untuk meng-set nilai potensiometer agar menjadi 4,33k Ohm (sangat

peka). Besar nilai tegangan keluaran masih diperbolehkan selama pada jangkauan yaitu

antara 1,6 V untuk terendah dan 4,9 V untuk tertinggi.

4.4 Pengujian Rangkaian Sensor Indikator Surat

Dalam pengujian rangkaian sensor indikator surat, alat ukur yang digunakan untuk

mengukur besaran tegangan menggunakan Multimeter digital. Ini dilakukan untuk

mengetahui apakah rangkaian sensor indikator surat dapat menghasilkan tegangan sesuai

yang diharapkan, yaitu sebesar 3,75 V untuk tegangan referensi, keluaran komparator

bernilai Vcc (5 V) untuk kondisi menerima sinyal indikator surat (logika tinggi) dan ground

(0 V) saat tidak menerima sinyal indikator surat (logika rendah). Gambar 4.10 merupakan

gambar rangkaian yang sudah dibuat (hardware)

Gambar 4.10 Hardware Rangkaian Sensor Indikator Surat

Secara pengukuran didapat nilai tegangan referensi yang dihasilkan yaitu 3,71 V,

besar tegangan keluaran komparator saat LDR menerima cahaya dari indikator surat adalah

3,5 V, besar tegangan keluaran komparator saat LDR tidak menerima cahaya dari indikator
70

surat adalah 0 V, dengan tegangan Vcc terukur 4,89 V. Maka didapat data perbandingan

hasil pengukuran dengan hasil perancangan seperti pada tabel 4.10.

Tabel 4.10 Data Perbandingan Hasil Pengukuran Dengan Hasil perancangan Sensor
Indikator Surat

Titik Ukur Hasil Pengukuran Hasil Perancangan % Error


Tegangan Referensi 3,71 V 3,75 V 1,07 %
Keluaran komparator high 3,5 V 3,5 V 0%
Keluaran komparator Low 0V 0V 0%
Vcc 4,89 V 5V 2,2 %

Sama seperti pada pengujian sensor pendeteksi jalur hitam, tegangan saat logika

tinggi kurang dari tegangan logika tinggi pada umumnya (5 V) namun hal ini tidak menjadi

masalah bagi keberhasilan alat, karena mikrokontroller masih bisa membaca bahwa keluaran

komparator berlogika tinggi

4.5 Pengujian PWM

Subrutin seperti pada gambar 4.11 merupakan program untuk waktu tunda dan juga

untuk menghasilkan PWM.

Gambar 4.11 Subrutin Waktu Tunda


71

Terdapat tiga subrutin waktu tunda yang paling utama dan yang digunakan untuk

menghasilkan PWM. PWM yang digunakan terdapat dua variasi, yaitu 50% dan 25%. Yang

dimaksud 50% adalah tegangan yang dihasilkan berkurang hingga setengah dari tegangan

keluaran yang seharusnya, sama halnya dengan 25% yaitu tegangan yang dihasilkan

berkurang hingga 25% dari tegangan keluaran yang seharusnya. Dengan frekuensi saklar

yang ditentukan sebesar 1000 Hz (periode pulsa sebesar 1 ms), maka waktu ON dan OFF

untuk PWM 50% sebesar 0,5 ms, dan untuk PWM 25% , waktu ON sebesar 0,25 ms dan

waktu OFF sebesar 0,75 ms.

Untuk mengetahui keberhasilan subrutin PWM, maka dilakukan pengukuran dengan

menggunakan multimeter digital. Catu daya (Vcc) modul mikrokrontroler yang terukur

sebesar 5,15 V. Berdasarkan datasheet, keluaran port1, 2, 3 pada mikrokontroller AT89S51

sebesar 4,5 V saat berlogika tinggi. Sehingga didapat data seperti pada tabel 4.11

Tabel 4.11 Data PWM Hasil Pengukuran

Besar PWM PWM Pengukuran Hasil Pengukuran Teoritis %Error tegangan


100% 100% 4,4 V 4,5 V 2%
50% 46,67% 2,1 V 2,25 V 6,67 %
25% 26,67% 1,2 V 1,125 V 6,67 %

Dari tabel 4.11 diketahui program subrutin untuk menghasilkan PWM dan hardware-

nya sudah benar. PWM yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan dengan persentase

error terbesar adalah 6,67%.


72

4.6 Pembahasan Software

4.6.1 Subrutin Proses Jalan

Gambar 4.12 Penggalan Program untuk Menentukan Kepala Robot

Gambar 4.13 Subrutin Proses Jalan (bagian sensor jalur depan)

Subrutin ini digunakan saat robot berjalan dengan sensor jalur sebagai pendeteksi

jalur hitam. Subrutin untuk berjalan dengan sensor jalur bagian depan sebagai kepalanya

sama dengan subrutin untuk berjalan dengan sensor jalur bagian belakang. Untuk

membedakannya, digunakan port 1.5 dan port 2.5 sebagai acuan sensor bagian mana yang

bekerja. Port 1.5 dan port 2.5 diprogram untuk tidak berlogika 1 atau 0 secara bersama –
73

sama untuk menghindari error. Gambar 4.12 merupakan penggalan program untuk

menentukan sensor mana yang dipakai dan gambar 4.13 merupakan penggalan subrutin

untuk proses jalan sensor jalur depan.

4.6.2 Subrutin Persimpangan

Subrutin ini digunakan saat sensor jalur mendeteksi adanya persimpangan. Untuk

tiap – tiap persimpangan memiliki arti tersendiri. Gambar 4.14 merupakan penggalan

subrutin saat menghadapi persimpangan. Persimpangan pertama (case 0) robot akan diam

sejenak untuk mendeteksi apakah loker mengirim sinyal indicator surat atau tidak, jika ya

maka robot akan bergerak ke arah loker , jika tidak robot akan berjalan lurus ke loker

berikutnya. Persimpangan kedua (case 1) kondisi jika robot menuju loker untuk proses ambil

surat. Persimpangan ketiga (case 2) kondisi saat robot mau mengantar surat ke tempat

tujuan. Persimpangan keempat (case 3) kondisi saat robot melakukan proses peletakan surat.

Persimpangan kelima (case 4) kondisi saat robot bergerak menuju jalur utama untuk

pengecekan loker berikutnya (setelah robot melakukan peletakan surat). Gambar 4.15

Menunjukkan robot saat maju melewati persimpangan karena tidak ada surat pada loker dan

gambar 4.16 Menunjukkan robot saat berbelok ke arah loker karena menerima sinyal dari

loker saat berhenti di persimpangan depan loker.


74

Gambar 4.14 Subrutin Persimpangan

Gambar 4.15 Robot Melewati Loker Gambar 4.16 Robot Bergerak ke Arah Loker
75

4.6.3 Subrutin Proses Ambil Surat

Subrutin ini digunakan saat robot akan mengambil surat dari loker. Gambar 4.17

merupakan penggalan subrutin proses ambil surat ini.

Gambar 4.17 Subrutin Proses Ambil Surat

4.6.4 Subrutin Proses Peletakan Surat

Subrutin ini digunakan saat robot akan meletakanl surat ke tempat tujuan. Gambar

4.18 merupakan penggalan subrutin proses peletakan surat ini dan gambar 4.19

menunjukkan robot (hardware) sedang melakukan proses peletakan surat.

Gambar 4.18 Subrutin Proses Peletakan Surat


76

Gambar 4.19 Robot Melakukan Proses Peletakan Surat

4.6.5 Subrutin Proses Pulang

Gambar 4.20 Subrutin Proses Pulang


77

Subrutin ini digunakan saat robot telah mengecek kelima loker (baik ada atau tidak

ada surat). Jika terdapat surat yang diantar di salah satu loker maka setelah kembali ke posisi

start / awal, robot akan berjalan lagi untuk melakukan pengecekan loker. Namun jika tidak

ada surat di kelima loker maka robot akan kembali ke posisi awal dan diam / mati, dan

diperlukan untuk menekan tombol reset untuk mengaktifkan kembali. Gambar 4.20

merupakan penggalan program proses pulang.


78

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap hasil rancangan robot pengantar surat

otomatis, diambil beberapa kesimpulan antara lain:

a. Secara elektronis robot dapat bekerja dengan baik. Terbukti dengan nilai tegangan

dan arus rangkaian antara hasil pengukuran dengan perancangan tidak berbeda jauh.

b. Keberhasilan robot dalam suatu proses pengantaran surat sudah cukup baik. Dengan

tingkat keberhasilan mengambil surat sebesar 80% dan tingkat keberhasilan dalam

mengantar surat sebesar 88% dari 10 kali percobaan.

c. Keberhasilan robot dalam mengambil surat dari lokernya tergantung dari posisi loker

dan posisi lengan mekanik robot.

d. Keberhasilan robot dalam mengantarkan surat tergantung dari slip roda dan kinerja

sensor jalur.

e. Kecepatan robot untuk satu proses pengantaran surat tergantung kondisi lintasannya.

5.2 Saran

Dengan mengacu pada kekurangan yang dimiliki oleh robot pengantar surat ini,

disarankan kepada rekan yang lain jika akan merancang robot sejenis maupun lainnya :

a. Perlunya dipertimbangkan lagi jenis lintasan yang digunakan, misalnya apakah

kelicinannya dapat mempengaruhi kinerja robot atau tidak.


79

b. Robot sejenis dapat dikembangkan, misalnya dengan ditambahkan kemampuan

untuk menghindari halangan saat mengantarkan surat atau robot dapat mencari tahu

lokasi loker tanpa perlu mengikuti garis.


DAFTAR PUSTAKA

[1] Indra Pitowarno, ROBOTIKA : Desain, Kontrol, dan Kecerdasan Buatan,

Yogyakarta : Penerbit ANDI, 2006.

[2] Agfianto Eko putra, Belajar Mikrokontroler AT89C51/52/55 (Teori dan

Aplikasi). Edisi Pertama, Gava Media, 2002.

[3] http://www.Atmel.com (waktu akses 26/11/08)

[4] Malvino, Albert Paul, Ph.D., 1994, Prinsip – Prinsip Elektronika. Penerjemah:

Prof.M. Barmawi, Ph.D., Jakarta: Penerbit Erlangga

[5] http://optical-

components.globalspec.com/SpecSearch/Suppliers?QID=12397578&Comp=1028&n

r=1&RegEvent=new (waktu akses 26/11/08)

[6] Joseph A. Edminister. M.S.T., Ir. Sahat Pakpahan, Teori dan Soal – Soal

Rangkaian Listrik, Edisi Keempat, Erlangga.

[7] Hawkes. Nigel, 1986, Robot dan Otomasi Industri, Grolier Internasional, INC - PT

Widyadara

[8] Boylestad. Robert et al, 1996, Electronic Devices and Circuit Theory, New Jersey :

Prentice Hall.

[9] http://www.discovercircuits.com/H/hbridge.htm

[10] http://www.alldatasheet.com

80
L1

R1 330 a VCC Gnd dari out f oto depan R16 330f


1

1
R2 330b 2 R17 330g
3 ke LED IR belakang
1 14 4
5 R3 330c 2 13 5 R18 330h 1
4 3 12 2
3 4 11 3
2 R4 330d 5 10 R19 330i 4
1 6 9 5
7 8
ke LED IR depan R5 330e lm324a R20 330j

R6 3ka R21 3kf


RANGKAIAN SENSOR BAGIAN 1

R7 3kb 1 14 R22 3kg


out f oto depan 2 13 1 ke f oto belakang
3 12 2
5 5 R8 3kc 4 11 3 R23 3kh 1 1
4 4 5 10 4 2 2
3 3 6 9 5 3 3
2 2 R9 3kd 7 8 dari out f oto blkng R24 3ki 4 4
1 1 5 5
lm324b

ke f oto depan R10 3ke R25 3kj out f oto belakang


1 14
R11 330 ia 2 13 R26 330 if
3 12
4 11
R12 330 ib 5 10 R27 330 ig
6 9
7 8
5 R13 330 ic R28 330 ih 1
LM324c
4 2
5
4
3
2
1

5
4
3
2
1
3 3
2 R14 330 id out opamp ke indikator blk R29 330 ii 4
1 out opamp ke indikator dpn 5
ke indikator blk
ke indikator R15 330 ie R30 330 ij
5
4
3
2
1

5
4
3
2
1
ke mikro port 1.0 - 1.4 ke mikro port 2.0 - 2.4

Dari LDR
L2

ke opamp sensor blkng


37 18
36 P0.0/AD0 P2.0/A8 19 1
35 P0.1/AD1 P2.1/A9 20 2
34 P0.2/AD2 P2.2/A10 21 3 motor roda kiri
33 P0.3/AD3 P2.3/A11 22 4
32 P0.4/AD4 P2.4/A12 23 5 1
31 P0.5/AD5 P2.5/A13 24 2
30 P0.6/AD6 P2.6/A14 25
ke opamp sensor dpn P0.7/AD7 P2.7/A15 1 16
40 5 2 15
5 41 P1.0 P3.0/RXD 7 3 14 motor roda kanan
4 42 P1.1 P3.1/TXD 8 4 13
3 P1.2 P3.2/INTO 5 12 1
RANGKAIAN MIKROKONTROLER

1k 1k 43 9
2 44 P1.3 P3.3/INT1 10 6 11 2
1 1 P1.4 P3.4/TO 11 7 10
2 P1.5 P3.5/T1 12 8 9
33pF 3 P1.6 P3.6/WR 13 L293a
P1.7 P3.7/RD
15k 15 26
14 XTAL1 PSEN
4 XTAL2 27
RST ALE/PROG motor slider
33pF 29
EA/VPP 1 16 1
2 15 2
AT89S51/FP 3 14
LDR 3k 4 13
5 12
LS1 6 11
1 2 7 10
LS2 8 9
1

1 2 L293b
Vcc LS3
R1 1 2
1 14 100 1uF
2 13
3 12 1
4 11 2
5 10 motor pemutar
6 9 tombol reset R2
7 8
Lm324d 10k
1

Gnd
L3

1 2 1 1 2 1 1 2
3 4 2 3 4 2 LED indikator 1d
opto dpn 1 3 3
opto blkng 1
4 4
5 5 ke out opamp depan 1 2
1 2 ke LED IR dpn 1 2 ke LED IR blkng LED indikator 2d
3 4 3 4 5 1
4 2
opto dpn 2 opto blkng 2
1 3 1 2 3
2 2 4
LED indikator 3d
1 2 3 1 2 1 5
3 4 4 3 4
5 opto blkng 3 1 2 ke indikator dpn
opto dpn 3
RANGKAIAN SENSOR BAGIAN 2

ke f oto depan LED indikator 4d


1 2 1 2
3 4 3 4 1 2
opto dpn 4 opto blkng 4 LED indikator 5d
1
2
1 2 1 2 3
3 4 3 4 4
5
opto dpn 5 opto blkng 5
ke f oto blkng 1 2
LED indikator 1b

1 2
LED indikator 2b
5 1
1 4 2
ke opamp dari LDR 3 1 2 3
2 LED indikator 3b 4
Vcc Rpot 10k 1 5
3 1 ke out opamp blkng
1 1 2 ke indikator blkng
LDR LED indikator 4b
2

1 2
LED indikator 5b
1

Gnd
L4

#include <at89x51.h>
int i;int j;int n=0; int s; int b;
void timer25( ) // 0,25ms
{
TMOD = 0x10;
TH1 = 255;
TL1 = 6;
TR1 = 1;
while (!TF1)
{;}
TF1 = 0;
TR1 = 0;
}
void timer75( ) // 0,75ms
{
TMOD = 0x10;
TH1 = 253;
TL1 = 18;
TR1 = 1;
while (!TF1)
{;}
TF1 = 0;
TR1 = 0;
}
void timer50() // 0,5ms
{
TMOD = 0x10;
TH1 = 254;
TL1 = 12;
TR1 = 1;
while (!TF1)
{;}
TF1 = 0;
TR1 = 0;
}
void lurus() // Jalan lurus (depan)
{
P1_6=1;
P2_7=1;
}
void kiri1() // Belok kiri (depan)
{
timer50();
P1_6 = 0;
timer50();
P1_6 = 1;
P2_7 = 1;
}
void kiri2() // Belok sangat kiri (depan)
{
timer25();
P1_6 = 0;
timer75();
L5

P1_6 = 1;
P2_7 = 1;
}
void kanan1() // Belok kanan (depan)
{
timer50();
P2_7 = 0;
timer50();
P2_7 = 1;
P1_6 = 1;
}
void kanan2() // Belok sangat kanan (depan)
{
timer25();
P2_7 = 0;
timer75();
P2_7 = 1;
P1_6 = 1;
}
void lurusb() // Jalan lurus (belakang)
{
P2_6=1;
P1_7=1;
}
void kiri1b() // Belok kiri (belakang)
{
timer50();
P1_7 = 0;
timer50();
P1_7 = 1;
P2_6 = 1;
}
void kiri2b() // Belok sangat kiri (belakang)
{
timer25();
P1_7 = 0;
timer75();
P1_7 = 1;
P2_6 = 1;
}
void kanan1b() // Belok kanan (belakang)
{
timer50();
P2_6 = 0;
timer50();
P2_6 = 1;
P1_7 = 1;
}
void kanan2b() // Belok sangat kanan (belakang)
{
timer25();
P2_6 = 0;
timer75();
L6

P2_6 = 1;
P1_7 = 1;
}
void ambil() // Proses ambil surat
{
P1 = 0x1F;
P2_7 = 0;P2_6=0;
P3_2 = 0;
for(i=0;i<5000;i++) // Slider maju
{for(j=0;j<45;j++)
{P3_1 = 1;}}
P3_1 = 0; // Slider berhenti
P2 = 0x7B; // Sensor belakang aktif
}
void letak() // Proses peletakan surat
{
P2_6=0;P2_7=0;P1_7=0;
P3_4=0;
while(P3_6==1) // Lengan berputar sampai LS2 tersentuh
{ P3_3=1;}
P3_3=0;
P3_1=0;
while(P3_7==1) // Saat LS2=0 maka slider masuk hingga LS3=0
{ P3_2=1;}
P3_2=0;
while (P3_5==1) // Saat LS3=0; lengan diputar ke kondisi awal
{ P3_4=1;}
P3_4=0; // Atau sampai LS1=0
P2_5=0;
P1=0x7B;
}
void surat() // Saat berhenti di persimpangan 1 depan
{
switch (P3_0) // Jika loker mengeluarkan cahaya (indikator)
{
case 0 : for(i=0;i<5000;i++) // Jika tidak ada surat maka maju ke loker
{for(j=0;j<15;j++) // Berikutnya, hingga n=6 (finish)
{lurus();}}
b = 0;
break;
case 1 : for(i=0;i<5000;i++) // Jika ada surat maka berbelok ke kiri
{for(j=0;j<20;j++) // Ke arah loker
{P1_6=1;P1_7=0;P2_6=0;P2_7=0;}}
s = 1;b = 1;
break;
}
}
void Stop()
{
P1=0x00;
P2=0x00;
P3=0x00;
while (1)
L7

{;}
}
void pulang() // Program pulang saat mencapai garis finish
{
P1_5 = 0; // Sensor depan non aktif
P2_7 = 0;
P1_6 = 0;
P2 = 0x7B; // Sensor belakang aktif sebagai kepala
while (n>0)
{
switch(P2)
{
case 0x7B : lurusb(); break;
case 0X79 : kanan1b(); break;
case 0X7D : kanan1b(); break;
case 0x78 : kanan2b(); break;
case 0x7C : kanan2b(); break;
case 0x7E : kanan2b(); break;
case 0x73 : kiri1b(); break;
case 0x77 : kiri1b(); break;
case 0x63 : kiri2b(); break;
case 0x67 : kiri2b(); break;
case 0x6F : kiri2b(); break;
case 0x60 : n--;
if (n==0) // Saat sampai di garis start
{ if (s==0) // Jika sebelumnya tidak mengantar surat
{Stop();break;} // Maka robot akan berhenti
else // Jika sebelumnya pernah mengantar surat
{P1_5 = 1; // Robot akan mengecek kembali kelima loker
P2 = 0xFF; // Atau kembali ke main program
P2_5 = 0;
P3 = 0xFF;
P3_3 = 0;
P3_4= 0;
P0 = 0x00;
s = 0;break;}
}
for(i=0;i<5000;i++) // Semua persimpangan loker diabaikan
{for(j=0;j<15;j++) // Jalan lurus hingga prsimpangan start
{P2_6=1;P1_7=1;P2_7=0;P1_6=0;}} // Atau hingga n = 0 (tiap persimpangan n=n-1)
P2=0x7B;break;
default : P2=P2;break;
}
}
}

void simpang() // Saat persimpangan


{
switch (b)
{
case 0 : n++;
if (n==6) // Jika sudah ke persimpangan finish
{pulang();} // Ke program pulang
L8

for(i=0;i<5000;i++) // Berhenti sejenak untuk menerima sinyal


{for(j=0;j<25;j++) // Dari loker
{P1=0x3F;P2_7=0;}}
surat();
break;
case 1 : b = 2; ambil(); break; // Persimpangan depan loker
case 2 : b = 3;
P2_6=1;P1_7=1;P2_7=0;P1_6=0;
for(i=0;i<5000;i++) // Persimpangan 1 belakang
{for(j=0;j<15;j++)
{;}}
P2=0x7B;break;
case 3 : b = 4;letak();break; // Persimpangan tempat tujuan
case 4 : for(i=0;i<5000;i++) // Persimpangan 2 depan
{for(j=0;j<20;j++)
{P1_6=0;P1_7=0;P2_6=0;P2_7=1;}}
b = 0; // Kondisi awal
P1 = 0x7B;
P2 = 0xFF;
P2_5 = 0;
P3 = 0xFF;
P3_3 = 0;
P3_4= 0;
break;
}
}
void depan() // Program jalan sensor depan
{
P1_7 = 0;
P2_6 = 0;
switch(P1)
{
case 0x7B : lurus();break;
case 0X79 : kanan1(); break;
case 0X7D : kanan2(); break;
case 0x7A : kanan2(); break;
case 0x78 : kanan2(); break;
case 0x7C : kanan2(); break;
case 0x7E : kanan2(); break;
case 0x73 : kiri1(); break;
case 0x77 : kiri2(); break;
case 0x6B : kiri2(); break;
case 0x63 : kiri2(); break;
case 0x67 : kiri2(); break;
case 0x6F : kiri2(); break;
case 0x60 : simpang();break;
default : P1=P1;break;
}
}
void belakang() // Program jalan sensor belakang
{
P2_7 = 0;
P1_6 = 0;
L9

switch(P2)
{
case 0x7B : lurusb(); break;
case 0X79 : kanan1b(); break;
case 0X7D : kanan2b(); break;
case 0x7A : kanan2b(); break;
case 0x78 : kanan2b(); break;
case 0x7C : kanan2b(); break;
case 0x7E : kanan2b(); break;
case 0x73 : kiri1b(); break;
case 0x77 : kiri2b(); break;
case 0x6B : kiri2b(); break;
case 0x63 : kiri2b(); break;
case 0x67 : kiri2b(); break;
case 0x6F : kiri2b(); break;
case 0x60 : simpang();break;
default : P2=P2;break;
}
}
void main()
{
for (i=0;i<5000;i++)
{ for (j=0;j<30;j++)
{
P1_5 = 1;
P2 = 0xFF;
P2_5 = 0;
P3 = 0xFF;
P3_3 = 0;
P3_4= 0;
P0 = 0x00;
s = 0;
}
}
while(1)
{
while (P1_5==1)
{ depan(); }
while (P2_5==1)
{ belakang();}
}
}
L10
L11
L12
L13
L14
L15

Anda mungkin juga menyukai