Anda di halaman 1dari 6

Teori bunga dapat dibedakan menjadi 3 kelompok :

( 1 ) Non moneter , menekankan kekuatan-kekuatan riil jangka panjang sebagai faktor yang
menentukan tingkat bunga (akhir Merkantilisme - tahun 1930) .

( 2 ) Moneter , menekankan pada faktor moneter sebagai penentu tingkat bunga yaitu "
loanable funds theory " dan "liquidity preference theory" .

( 3 ) Post Keynesian , yang mensintesekan kedua pendekatan yang disebutkan di atas,


dikembangkan oleh J.R . Hicks

1. Teori bunga non-moneter

Menurut teori ini besarnya tingkat bunga tergantung pada besarnya hasil (rate o f return )
dari pada investasi . Kekuatan moneter dalam jangka pendek dapat mengubah tingkat
bunga , tetapi dalam jangka panjang besarnya tingkat ' bunga ditentukan oleh produktivitas
modal . Penambahan jumlah uang hanya , menaikkan harga umum dan menurunkan nilai
uang . Pandangan tersebut berasal dari teori Klasik bahwa ada dichotomi dalam
penentuan harga di sektor riil dan moneter. Menurut Klasik uang tidak berpengaruh
pada pasar barang, karena uang hanya sebagai "veil" (tabir) atau dengan kata lain
uang bersifat netral. Sejak Adam Smith sampai timbulnya teori produktivitas
marginal, bunga belum terpisah dari keuntungan. Baru dengan perkembangan teori
produktivitas marginal ahli ekonomi dengan hati-hati memisahkan antara keun•
tungan dan bunga; perkembangan teori modal dan bunga dirnulai sejak tahun 1890.
Ahli-ahli seperti Schumpeter, Fisher dan Knight adalah yang secara filosofis
menjelaskan sifat modal dan bunga. Menurut Adam Smith (1723-1790) keuntungan
merupakan pembayaran kepada kapitalis karena melakukan fungsi sosial yang
berguna, menyediakan buruh, material dan mesin dalam proses produksi. Oleh

karena itu keuntungan terdiri dari 2 bagian yaitu: a pure interest return dan a return
risk.° Adam Smith mengemukakan bahwa tingkat keuntungan cenderung turun
dalam jangka panjang karena 3 hal yaitu: adanya persaingan di pasar tenaga kerja,
persaingan di pasar barang dan persaingan di pasar investasi. Teori turunnya
keuntungan ini oleh Karl Marx digunakan sebagai argumentasi bagi hancurnya
kapitalisme. Ricardo (1772-1823) juga tidak memisahkan antara keuntungan dan
bunga karena pada waktu itu antara penyedia modal dan pengusaha masih
menjadi satu. Baik Ricardo maupun Adam Smith tidak mengupas lebih lanjut
tentang keuntungan karena terikat pada teori nilainya yaitu labor theory of value.

Sumbangan yang sangat penting tentang keuntungan dan teori nilai pada
awal pos Ricardian adalah oleh Nassau Senior yang pertama kali mengembangkan
abstinence theory of interest. Senior dalam teori nilainya memberi tekanan yang lebih
besar pada kegunaan (utility) segi permintaan diban• ding Ricardo; pada segi
penawaran ia menekankan ketidakgunaan (disutility) sebagai ongkos produksi riil.
Kemudian ia hanya mengembangkan bagian dari teori bunga (akhir abad 19) dengan
memegang asumsi Klasik yang menekan• kan pada segi penawaran, menyelidiki
faktor-faktor yang menentukan pena• waran tabungan. Ia mengatakan bahwa
penawaran tabungan adalah elastis sempurna, dan mengemukakan bahwa akibat
menabung dapat disamakan dengan penderitaan yang dirasakan oleh orang miskin.
Oleh karena itu menabung perlu mendapat ganti rugi berupa bunga

1.1 Teori bunga dari Bohm Bawerk

Ia adalah pengikut Menger dan Wieser yang mengupas masalah modal dan bunga.
Bukunya "Capital and Interest, A Critical History of Economical Theory" yang terbit
di Jerman pada tahun 1884 mengkiritik teori bunga se• belumnya yang mengatakan
bahwa bunga adalah balas jasa dari modal. Pada tahun 1888 ia menulis "The Positive
Theory of Capital" antara lain menge• mukakan:

Present goods are as rule worth more than future goods of like kind and number.°

Pemyataan tersebut terkenal dengan teori agio. Ia mempertahankan pendapat


bahwa sebab adanya bunga tidak terdapat pada struktur lembaga masyarakat, tetapi
pada pertimbangan teknologi dan ekonomi yang tidak ter• gantung pada bentuk
masyarakatnya.

Bohm Bawerk mengemukakan 3 alasan mengapa barang-barang seka• rang nilainya


lebih besar dari waktu yang akan datang, dan faktor inilah yang menentukan/menciptakan
bunga.

(i) Perbedaan penilaian barang sekarang dan yang akan datang karena per•

bedaan keadaan, keinginan.


(ii) Karena kurang tepatnya perkiraan (under estimate) tentang keinginan yang akan
datang.

(iii) Karena barang-barang sekarang secara teknis lebih baik dari pada yang
aka n datang (the technical supperior of present goods over future
goods).

2.2. Teori bunga Fisher

Walapun Fisher menggunakan dasar dari Bohm Bawerk namun berbeda. la menulis buku
"The Theory of the Rate of Interest" (1907) kemudian diper• baiki dengan terbitnya "The
Theory of Interest" (I 930). Fisher setuju de• ngan klasifikasi: upah, sewa tanah,
keuntungan dan bunga. la mengatakan bahwa bunga bukan bagian pendapatan yang
diterima oleh modal, tetapi se• bagian dari aliran pendapatan. Semua faktor produksi
menghasilkan aliran pendapatan setiap waktu. Apabila balas jasa tanah yang berupa sewa
tanah dikapitalisasikan terhadap nilai tanah hasilnya adalah bunga. Fisher berkesimpulan
"interest is not part, but the whole of income

Tingkat bunga untuk mengukur harga, di mana individu lebih meng• hargai
penerimaan pendapatan sekarang dari pada waktu yang akan datang. Menurut Fisher,
pada perekonomian pasar ada 2 kekuatan yang menentukan tingkat bunga: (i). Subjective
forces, yaitu preferensi individu terhadap barang, (ii). Objective forces, tergangung pada
kesempatan investasi dan produktivitas faktor produksi untuk menghasilkan barang akhir.
Tingkat keuntungan investasi yang diharapkan oleh Fisher disebutnya margina l rate of
return over cost adalah sama dengan konsep Keynes tentang marginal efficiency of capital.

2. Teori bunga moneter

Pada bagian ini akan diuraikan 2 teori masing-masing:

2.1. Loanable funds theory.'

Sifat dari pada pendekatan ini adalah menekankan pada aliran uang dan surat-surat
berharga. Apabila persediaan (stock) uang dan obligasi berubah atau apabila harapan
berubah maka rencana untuk memegang aktiva (asset) akan menjadi tidak konsisten
dengan persediaan yang ada. Maka transaksi baru akan terjadi dan harga obligasi akan
berubah sampai keseimbangan persediaan baru tercapai. Dengan adanya perubahan
keseimbangan tersebut, beberapa orang menawarkan uang dan yang lain memerlukan
uang. Terjadilah aliran clana pinjaman (loanable funds) dari "lender" kepada
"borrowers". Tingkat bunga keseimbangan akan terjadi pada waktu penawaran dan
permin• taan "loanable funds" sama besar.

Komponen dari penawaran dan permintaan "loanable funds" dapat diklasifikasikan


sebagai beriku t:

Sumber penawaran: tabungan kotor rumah tangga, tabungan kotor per• usahaan,
"dishoarding", dan perubahan neto penawaran uang. Sumber per• mintaan: investasi neto
perusahaan, penggantian modal tetap clan investasi (reinvestment) modal kerja,
"dissaving", dan kenaikan uang kas (idle balance) oleh para peminjam.

2.2. Liquidity preference theory

Keynes membedakan 3 motif orang memegang uang yaitu: motif transaksi, berjaga-jaga
dan spekulasi.

Permintaan uang untuk transaksi. Rumah tangga, perusahaan, pemerin• tahan


memegang uang kas apabila antara penerimaan dan pengeluarannya tidak sinkron. Makin
lama tenggang waktu antara penerimaan dan pengeluar• an penclapatan uang, makin besar
jumlah uang yang dipegang. Oleh karena itu dapat diasumsikan bahwa dalam jangka
pendek memegang uang untuk transaksi adalah fungsi dari pendapatan atau M, = L,
(Y).Permintaan uang untuk berjaga-jaga. Orang menyimpan uang untuk berjaga-jaga
karena adanya ketidakpastian tentang penerimaan dan pengeluaran yang akan datang.
Permintaan uang ini mirip dengan motif transaksi yaitu turun apabila arus penerimaan
pendapatan berlangsung lebih sering. Apabila penclapatan naik, uang yang disediakan naik
selama tingkat konsumsi naik. Sebagaimana pada motif transaksi, motif memegang
uang dalam jangka pendek untuk keperluan berjaga-jaga adalah stabil dan dapat
dinyatakan M = L,(Y)

Permintaan uang untuk spekulasi. Ahli ekonorni Klasik mengemukakan motif transaksi
dan berjaga-jaga sebagai alasan yang rasional untuk memegang uang. Keynes
mengemukakan motif spekulasi sebagai tambahan alasan yang rasional untuk memegang
uang. Selanjutnya ia mengatakan bahwa motif tersebut bergantung pada hubungan
antara tingkat bunga sekarang dan yang akan datang. Dan mungkin lebih baik sebagai
alat menyimpan kekayaan (store of value) dari pada obligasi dan surat berharga lainnya.
Menyimpan obligasi ada kemungkinan menderita kerugian {capital lost) apabila
tingkat bunga naik dan obligasi dijual sebelum waktunya. Di pihak lain memegang
obligasi tidak hanya memperoleh bunga, tetapi juga kemungkinan memperoleh
keuntungan karena naiknya harga obligasi (capital gain).

Apabila para investor berharap atau menduga pada waktu obligasi dijual
akan menderita kerugian lebih besar dari tingkat bunga, orang akan lebih suka
memegang uang atau menyimpannya di Bank. Apabila kerugian yang diduga akan
sarna dengan tingkat bunga orang dalam keadaan "indifferent", apakah memegang
uang atau obligasi sama saja. Jadi permintaan uang untuk spekulasi tergantung
pada tingkat bunga sekarang dan pendapat• nya tentang tingkat bunga yang akan
datang.

3. Teori bunga -Post Keynesian

Teori ini merupakan sintese pendekatan moneter dan non moneter yang
dikembangkan J .R. Hicks. Dalam teori ini digunakan analisis keseimbangan
simultan antara pasar uang dan pasar barang, bahwa kesimbangan terjadi di
kedua pasar pada pendapatan dan tingkat bunga yang sama.

Teori penentuan tingkat suku bunga Keynes dikenal dengan teori liquidity prefence.Keynes
mengatakan bahwa tingkat bunga semata-mata merupakan fenomena moneter yang mana
pembentukannya terjadi di pasar uang.  Artinya tingkat suku bunga ditentukan oleh
penawaran dan permintaan akan uang. Dalam Konsep Keynes, alternatif penyimpangan
kekayaan terdiri dari surat berharga (bonds) dan uang tunai. Asumsi Teori Keynes adalah
dasar pemilikan bentuk penyimpangan kekayaan adalah perilaku masyarakat yang selalu
menghindari resiko dan ingin memaksimumkan keuntungan. Keynes tidak sependapat dengan
pandangan ahli-ahli ekonomi klasik yang mengatakan bahwa tingkat tabungan maupun
tingkat investasi sepenuhnya ditentukan oleh tingkat bunga, dan perubahan-perubahan dalam
tingkat bunga akan menyebabkan tabungan yang tercipta pada tingkat penggunaan tenaga
kerja penuh akan selalu sama dengan investasi yang dilakukan oleh para pengusaha. Menurut
Keynes, besarnya tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga bukan tergantung dari tinggi
rendahnya tingkat bunga.  Ia terutama tergantung dari besar kecilnya tingkat pendapatan
rumah tangga itu.  Makin besar jumlah pendapatan yang diterima oleh suatu rumah tangga,
semakin besar pula jumlah tabungan yang akan diperolehnya. Apabila jumlah pendapatan
rumah tangga itu tidak mengalami kenaikan atau penurunan, peubahan yang cukup besar
dalam tingkat bunga tidak akan menimbulkan pengaruh yang berarti keatas jumlah tabungan
yang akan dilakukan oleh rumah tangga dan bukannya tingkat bunga.

Teori permintaan uang Keynes menekankan kepada berapa besar proporsi kekayaan yang
dipegang dalam bentuk uang. Berbeda dengan teori klasik, teori Keynes mengasumsikan
bahwa perekonomian belum mencapai tingkat full employment.Oleh karena itu, produksi
masih dapat ditingkatkan tanpa mengubah tingkat upah maupun tingkat harga-harga.Dengan
menurunkan tingkat suku bunga, investasi dapat dirangsang untuk meningkatkan produksi
nasional.  Dengan demikian, setidaknya untuk jangka pendek, kebijaksanaan moneter dalam
teori Keynes, berperan untuk meningkatkan produksi nasional.  Setelah perekonomian berada
dalam keadaan full employment, barulah kebijaksanaan moneter tidak dapat lagi berperan
untuk meningkatkan produksi nasional.  Dengan demikian jelaslah bahwa teori Keynes
adalah teori ekonomi jangka pendek sebelum mencapai full employment.

Dalam teori Keynes dikenal tiga motif yang mendasari permintaan uang masyarakat, yaitu :

 Keperluan Transaksi (Transaction Motive). Yaitu motif memegang uang untuk


keperluan transaksi sehari-hari. Besarnya uang untuk keperluan ini tergantung kepada
besarnya pendapatan.
 Keperluan Berjaga-jaga. Yaitu motif memegang uang karena adanya ketidakpastian
mengenai masa datang. Motif transaksi dan motif  berjaga-jaga merupakan fungsi
positif dari tingkat pendapatan.
 Keperluan Spekulasi. Yaitu motif memegang uang untuk keperluan spekulasi dan
mencari keuntungan sebagaimana motif berjaga-jaga, motif permintaan uang untuk
spekulasi ini timbul akibat adanya ketidakpastian di masa yang akan datang.  Keynes
mengatakan bahwa motif ini berdasarkan kepada keinginan untuk mendapatkan
keuntungan dengan mengetahui apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai