Dosen Pengampu:
I Wayan Supriana , S.Si., M.Cs
Disusun Oleh:
I Komang Dwiprayoga (2208561117)
Eugenio Darrin (2208561123)
I Kadek Agus Candra Widnyana (2208561129)
Pembahasan
o Enkoder 4 ke 2
Encoder 4 ke 2 ini terdiri dari 4 input Y3, Y2, Y1 dan Y0 dan dua output A1 dan A0.
Di mana setiap salah satu dari input mendapat logic 1 maka akan menghasilkan
kondisi kedua output tertentu. Maka:
Didapatkan fungsi boolean sebagai berikut:
A1 = Y3 + Y2
A0 = Y3 + Y1
Jika diimplementasikan ke dalam rangkaian logika menggunakan 2 gerbang OR,
maka:
b. Decoder
Decoder Merupakan rangkaian kombinasi yang memiliki jalur input ‘n’ dan
maksimum jalur output 2n. Salah satu dari output ini akan menjadi "Aktif Tinggi"
berdasarkan kombinasi dari input yang ada ketika decoder diaktifkan.
Sehingga decoder adalah rangkaian yang mampu mendeteksi kode tertentu. Output
dari decoder tidak lain adalah syarat minimum dari baris variabel input ‘n’, ketika
diaktifkan.
o Decoder 2 x 4
o Decoder 3 X 8
o Decoder 4 x 16
Salah satu dari empat output ini akan menjadi '1' untuk setiap kombinasi input saat
diaktifkan, E adalah '1'. Sehingga didapatkan tabel kebenaran:
Oleh karena itu, output dari decoder adalah "min terms" dari dua variabel input A1 &
A0, ketika aktif, E adalah 1. Jika tidak diaktifkan, E adalah nol, maka semua output
decoder adalah sama dengan nol.
c. Multiplexer
MUX disebut juga sebagai rangkaian data selector, merupakan rangkaian yang berfungsi
memilih data digital yang ada pada input dan disalurkan menjadi output dengan bantuan
sinyal kontrol.Multiplexer adalah rangkaian logika kombinasional yang dirancang khusus
untuk mengalihkan salah satu dari beberapa jalur INPUT (masukan) ke satu jalur OUTPUT
(keluaran). Jalur Input yang terpilih menentukan input mana yang akan terhubung ke output.
Multiplexer yang juga sering disingkat menjadi MUX atau MPX ini pada dasarnya berupa
rangkaian digital yang dibuat dari gerbang logika berkecepatan tinggi yang digunakan untuk
beralih data digital atau biner atau dapat berupa tipe analog yang menggunakan komponen
transistor, MOSFET atau relay untuk mengalihkan salah satu input ke output. Yaitu dengan
memilih input yang akan diteruskan ke output dan pemilihan input mana yang akan
diteruskan akan ditentukan oleh sinyal kendali/(SELECT).
● 2-1 multiplexer (1 baris)
● 4-1 multiplexer (2 baris)
● 8-1 multiplexer (3 baris)
● 16-1 multiplexer (4 baris)
Contoh:
d. Demultiplexer
Demultiplexer ini merupakan kebalikan dari MUX. Sinyal pada bagian input akan
disalurkan ke bagisan output(CHANNEL) tergantung dari kendali pada bagian
SELECT.DEMUX sering disebut sebagai rangkaian data distributor, yang merupakan
rangkaian yang berfungsi mendistribusikan data digital yang ada pada inputnya ke salah satu
dari beberapa output yang tersedia.
Contoh:
● 1-ke-2 Demultiplexer
● 1-ke-4 Demultiplexer
● 1 ke 8 Demultiplexer
● 1-ke-16 Demultiplexer
Contoh:
2. Dalam membuat sirkuit ini, gerbang logika yang digunakan yaitu XOR, AND,
dan OR. Dari persoalan di atas kami menggunakan rangkaian Full-Adder
(penjumlahan biner) sebagai rangkaian yang utama. Berdasarkan hal tersebut,
maka rangkaian ini hanya bisa melakukan penjumlahan biner. Untuk
melakukan operasi pengurangan, kami melakukan satu metode untuk
mengakalinya.
A. Konsep pengurangan dan penjumlahan biner
Desima Biner
l
1 0001
2 0010
3 0011
4 0100
5 0101
6 0110
7 0111
8 1000
9 1001
10 1010
11 1011
12 1100
13 1101
14 1110
15 1111
➢ Berdasarkan tabel di atas, Kode biner angka 8 – 15 adalah perulangan dari desimal 0
sampai 7 dengan beda digit biner paling depan merupakan komplemennya.
Contoh : Angka 1 dan 9
1 -> 0001
9 -> 1001
Contoh :
4 - 3 = 1 (0001)
4 + 5 = 9 (1001)
Contoh :
~ Angka 3 dan 4
3 -> 0011
4 -> 0100
B. sirkuit
Sirkuit rangkaian ini awalnya adalah sirkuit Full-Adder yang kami modifikasi dengan
menambahan selektor dan 4 buah gerbang XOR. Hal ini bertujuan supaya bisa
menggunakan sirkuit penjumlahan 4 bit sebagai sirkuit pengurangan sekaligus.
Sehingga tanpa adanya selektor dan 4 sirkuit XOR, sirkuit ini akan tetap
menjalankan operasi penjumlahan 4 bit karena awalnya sirkuit ini berasal dari
sirkuit penjumlahan.
0 0 1 1 (3)
0 0 1 0 (2)
------- +
0 1 0 1 (5)
A0 = 1, A1=1, A2=0
B0 = 0, B1=1, B2=0
S0=1 C1=0
S1=0 C2=1
S2=1 C3=0
Tapi kenapa harus dikomplemenkan ? Hal ini dijawab pada penjelasan konsep
pengurangan diatas. Jika ingin mengurangkan dengan menjumlahkan, kita
harus mencari komplemen dari angka B (sebagai pengurang).
3 + x = 9, x = 6
111
1 (1)
0 0 1 1 (3)
0 1 0 1 (5)
------ +
A0 = 1, A1 =1, A2 =0
S0=1 C1=0
S1=0 C2=1
S2=1 C3=0
Memang yang di dapat adalah angka 9, tetapi kita bisa mengabaikan bit paling
kanan sehingga kita menganggapnya sebagai angka 1.
Perhitungan bit :
Rangkaian di atas merupakan rangkaian kombinasi yang merubah 3 bit inputan biner
menjadi suatu bilangan dengan keluaran hasil yang besarnya adalah pangkat dua dari
bilangan yang dimasukkan ditambah dua. Sebagai contoh, kami mengalirkan nilai V1,
V2. Hal itu akan serupa dengan (101) dimana (101) dalam desimal adalah 4. Angka 4
jika dikuadratkan akan menjadi 16, dan jika ditambah 2 akan menjadi 18. Pada
rangkaian, terlihat Logic Display yang hidup bernilai (10010) dimana (10010) dalam
desimal merupakan 18. Angka 18 merupakan angka genap, maka lampu ganjil/genap
tetap tidak menyala.
4. Dalam membuat sirkuit ini gerbang logika XOR,NOR digunakan sekaligus bersama
comparator dan adder.
Pada Sirkuit ini dapat dianggap bahwa A merupakan bilangan pertama dan juga B merupakan
bilangan kedua. Sirkuit dimulai dengan memasukan kedua bilangan pada komparator dan
akan didapatkan hasil yang dikeluarkan pada setiap output. Bilangan dapat dilihat memiliki
hasil ganjil atau genap pada posisi L0 dimana indikator akan menyala apabila bilangan ganjil.
Keadaan 1: Bilangan Pertama lebih kecil (A<B) dari Bilangan Kedua
Bilangan pertama lebih kecil dari Bilangan Kedua oleh karena itu akan diinginkan sebuah
penjumlahan, maka CIN akan membutuhkan 0 sehingga pada komparator ditambahkan
dengan NOR sehingga hasilnya akan sebaliknya.
1→0
hal ini kemudian dilanjutkan dengan aturan XOR pada bilangan kedua dengan aturan sebagai
berikut untuk merubahnya menjadi biner positif atau negatif bergantungan sesuai keperluan:
(1) 0 0 = 0
(2) 0 1 = 1
(3) 1 1 = 0
dengan kebenaran sebagai berikut akan didapatkan hasil bilangan kedua yang sama dengan
dasarnya, dilanjutkan dengan adder biner diantara keduanya dan hasil akan menunjukan
dengan simpan sebagai biner ke 5.
Sebagai contoh:
Bilangan 1 = 0101
Bilangan 2 = 1001
dapat dilihat bahwa hasil akhir genap karena L0 merupakan indikator bernilai “1” sehingga
saat tidak menyala dapat dianggap bahwa bilangan hasil penjumlahan genap
Keadaan 2: Bilangan Pertama sama dengan (A=B), atau lebih besar (A>B) dari Bilangan
Kedua
Pada keadaan kedua melalui tahapan tahapan pada keadaan pertama akan tetapi, dikarenakan
hasil komparator tidak dilalui NOR akan tetap sebagai 1, sehingga pada adder akan
ditambahkan satu diakhirannya yaitu pada c input dan juga bilangan bilangan akan menjadi
bentuk negasinya, setelah itu baru ditambah.
Sebagai contoh:
Bilangan 1 = 0011
Bilangan 2 = 0011
bilangan 2 akan dilalui gerbang XOR dan menjadi 1100
dengan adanya bilangan 2 baru setelah gerbang XOR, bilangan 1 akan dijumlahkan dengan
bilangan baru tersebut sehingga menjadi 1111, dilanjutkan dengan penambahan dari c input
bernilai 1 akan menghasilkan nilai yang berjumlah 1 0000 dengan 1 disimpan pada posisi
bilangan kelima dan tidak dianggap karena pengurangan. hasilnya maka merupakan 0000
atau 0, dengan indikator tidak menyala dapat juga diketahui tanpa menghitung bahwa
nilainya merupakan genap.