Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KIMIA MEDISINAL

HUBUNGAN KUALITATIF-KUANTITATIF STRUKTUR DENGAN


AKTIVITAS BIOLOGIS OBAT

DOSEN PENGAMPU:
Dr. apt. Yasinta Rakanita., S.farm.,M.M

DISUSUN OLEH:
Kelompok 6 :
Fana Enjelita Sumual Khalik Alamsya
Janet Claudia Putri Natalia L
Nur Uslatofani Taufik Hidayat

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI (STIFA)


PELITA MAS PALU
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa, yang telah berkenan
memberi petunjuk dan kekuatan kepada saya sehingga makalah ini dapat di
selesaikan.
Makalah ini di susun dan di buat dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang di
berikan serta agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan dari mahasiswa.
Sehingga mahasiswa dapat memahami nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam
berpikir dan bertindak.
Mudah-mudahan dengan mempelajari makalah ini, para mahasiswa akan
mampu menghadapi masalah-masalah atau kesulitan-kesulitan yang timbul dalam
belajar. Dan dengan harapan semoga mahasiswa mampu berinovasi dan berkreasi
dengan potensi yang dimiliki dan menjadi sangat bermanfaat.

Palu, September 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2

1.3 Tujuan................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3

2.1 Pengertian...........................................................................................................3

2.2 Metode yang Digunakan Dalam Kajian HKSA..................................................4

2.3 Teori Obat-Reseptor...........................................................................................7

2.4 Hubungan Aktivitas Obat...................................................................................8

2.5 Hubungan struktur kimia dan aktivitas bologis obat pada tempat aksi sama....12

2.6 Aktivitas campuran isomer optis dibanding aktivitas satu isomer murni..........13

2.7 Pengukuran kuantitatif aktivitas biologis..........................................................13

2.8 Hubungan Struktur-Aktivitas Obat Antihistamin.............................................13

BAB III PENUTUP........................................................................................................10

3.1 Kesimpulan......................................................................................................10

3.2 Saran................................................................................................................10

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan kimia komputasi menawarkan sebuah solusi dalam desain
senyawa obat baru. Salah satu metode kimia komputasi yang populer dalam
desainobat adalah Hubungaan Kuantitatif Struktur-Aktivitas (HKSA).
Hubungan kuantitatif struktur dan aktivitas biologis obat (HKSA) merupakan
bagian penting rancangan obat, dalam usaha mendapatkan suatu obat baru
dengan aktivitas yang lebih besar, keselektifan yang lebih tinggi, toksisitas
atau efek samping sekecil mungkin dan kenyamanan yang lebih besar. Selain
itu dengan menggunakan model HKSA, akan lebih banyak menghemat biaya
atau lebih ekonomis, karena untuk mendapatkan obat baru dengan aktivitas
yang dikehendaki, faktor coba-coba ditekan sekecil mungkin sehingga jalur
sintesis menjadi lebih pendek.
Dalam mempelajari aktivitas suatu obat dengan metode Quantitative
Structure Activity Relationship (QSAR) atau Hubungan Kuantitatif Struktur
Aktivitas (HKSA), diperlukan parameter-parameter fisika kimia tertentu yang
berkaitan, sehingga dapat digunakan untuk memprediksi molekul obat baru
yang lebih potensial. Ada tiga macam parameter fisika kimia, yaitu parameter
hidrofobik, efek elektronik, dan efeksterik.
Sampai saat ini, hubungan kuantitatif antara aktivitas biologis dan
parameter yang menggambarkan perubahan sifat kimia fisika, yaitu parameter
hidrofobik, elektronik dan sterik, pada suatu seri molekul, mulai
dikembangkan secara lebihintensif. Pengembangan atau adanya
Hubungan Kuantitatif Struktur-Aktivitas(HKSA) ini dapat menunjang
interaksi obat-reseptor dan meramalkan jalur sintesisobat yang lebih
menguntungkan.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka perumusan masalah dalam
makalahini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari Quantitative Structure Activity Relationship (QSAR)
atau Hubungan Kuantitatif Struktur Aktivitas (HKSA) ?
2. Apa saja metode yang digunakan dalam kajian HKSA ?
3. Bagaimana pendekatan dalam model HKSA ?
4. Bagaimana analisis statistik menggunakan HKSA ?
5. Bagaimana Hubungan struktur-aktivitas?
6. Bagaimana hubungan struktur kimia dan aktivitas bologis obat dengan
tempat aksi yang sama?
7. Bagaimana aktivitas campuran isomer optis dibanding aktivitas satu
isomer murni?
8. Bagaimana pengukuran kuantitatif aktivitas biologis?

1.3 Tujuan
Dalam penulisan makalah ini terdapat beberapa tujuan yang ingin didapat,
antaralain:
1. Mengetahui pengertian dari Quantitative Structure Activity Relationship
(QSAR) atau Hubungan Kuantitatif Struktur Aktivitas (HKSA)
2. Mengetahui metode yang digunakan dalam kajian HKSA
3. Mengetahui pendekatan dalam model HKSA
4. Mengetahui analisis statistik menggunakan HKSA
5. Mengetahui Hubungan struktur-aktivitas
6. Mengetahui Hubungan struktur kimia dan aktivitas bologis obat dengan
tempat aksi yang sama
7. Mengetahui Aktivitas campuran isomer optis dibanding aktivitas satu
isomer murni
8. Mengetahui Pengukuran kuantitatif aktivitas biologis

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Quantitative Structure Activity Relationship (QSAR) atau Hubungan
Kuantitatif Struktur Aktivitas (HKSA), merupakan salah satu bidang kajian
kimia yang menghubungkan sifat struktur dengan aktivitas obat suatu
senyawa. Kimia komputasi dapat digunakan sebagai data prediktor teoritis
seperti muatan atom, dipol danspektra senyawa untuk digunakan sebagai
masukan dalam menghasilkan persamaan HKSA. Jika persamaan HKSA
telah dihasilkan, maka dapat didesain suatu senyawa dengan aktivitas tertentu
dan memberikan prediksi tersebut kepada ilmuwan sintesis untuk mensintesis
senyawa tersebut.

Berikut beberapa pengertian HKSA menurut beberapa ahli:

a. Menurut Crum, Brown dan Fraser (1869)


HKSA adalah aktivitas biologis alkaloida alam, seperti striknin, brusin,
tebain, kodein, morfin dan nikotin akan menurun atau hilang bila
direaksikan dengan matil iodide, efek biologis suatu senyawa merupakan
fungsi dari struktur kimianya.
b. Menurut Overton (1897) dan Mayer (1899)
HKSA adalah efek narcosis senyawa-senyawa yang mempunyai struktur
kimia bervariasi berhubungan dengan nilai koefisien partisi lemak/air
c. Ferguson
HKSA adalah aktivitas bakteriasid turunan fenol mempunyai hubungan
linier dengan kelarutan

2.2 Metode yang Digunakan Dalam Kajian HKSA


Konsep bahwa aktivitas biologis suatu senyawa berhubungan dengan
struktur kimia, pertama kali dikemukakan oleh Crum, Brown Dan Fraser
(1869). Mereka menunjukkan bahwa aktivitas biologis beberapa alkaloida
alam seperti striknin, brusin, tebain, kodein, morfin dan nikotin yang
mengandung gugus ammonium tersier akan menurun atau hilang bila

3
direaksikan dengan metyl iodide, melalui reaksi metilasi membentuk
ammonium kuarter. Mereka juga memberikan postulat bahwa efek biologis
suatu senyawa merupakan fungsi dari struktur kimianya.

Ada beberapa model pendekatan hubungan kuantitatif struktuf aktivitas


antara lain adalah pendekatan HKSA Free-Wilson, pendekatan HKSA
Hansch, pendekatan mekanika kuantum dan pendekatan konektivitas
molekul.

A. Molekul Pendekatan HKSA Free-Wilson


Free dan Wilson (1964), mengembangkan suatu konsep hubungan
struktur dan aktivitas biologis obat, yang dinamakan model de novo atau
model matematikFree-Wilson. Mereka mengemukakan bahwa
respons biologismerupakan sumbangan aktivitas dari gugus-gugus
substituent terhadap aktivitas biologis senyawa induk yang dinyatakan
melalui persamaan berikut :

Log 1/C = Σ S + µ
Log 1/C : logaritma aktivitas
ΣS : total sumbangan substituent terhadap aktivitas biologis
senyawa Induk
M : aktivitas biologis senyawa induk
Pada subtitusi bermacam-macam gugus pada daerah atau zona yang
berbeda dalam struktur senyawa induk, maka:
Log 1/C = Σ An . Bn + µ
Σ A n . Bn : total sumbangan aktivitas dari n subtituen dalam n zona
terhadap aktivitas senyawa induk
B. Model Pendekatan HKSA Hansch
Metode HKSA pertama dan yang paling terkenal adalah model
yang diusulkan oleh Hansch yang menyatakan hubungan lipofilitas
relatif dengan potensi biologi yang digabungkan dengan hubungan
energi bebas linier (LFER) untuk model persamaan umum HKSA dalam

4
konteks biologi. Lebih jauh,Hansch menyatakan bahwa hubungan
struktur kimia dengan aktivitas biologis(log 1/C) suatu turunan senyawa
dapat dinyatakan secara kuantitatif melalui parameter-parameter sifat
fisika kimia dari substituen yaitu parameter hidrofofobik (π),
elektronik (σ), dan sterik (Es) yang terdapat pada molekul.
Hansch (1963), mengemukakan suatu konsep bahwa hubungan
struktur kimia dengan aktivitas biologis (Log 1/C) suatu turunan
senyawa dapat dinyatakan secara kuantitatif melalui parameter-
parameter sifat kimia fisika dari substituen yaitu parameter hidrofobik
(π), elektronik (σ) dan sterik (Es).Model pendekatan ini di sebut pula
model hubungan energy bebas linier (LinierFree Energy Relationship
= LFER) atau pendekatan ekstra termodinamik. Pendekatan ini
menggunakan dasar persamaan Hammett yang didapat dari kecepatan
hidrolisis turunan asam benzoate, sebagai berikut:
Log 1/C = a Σ π + b Σ σ + c Σ Es + d

C : kadar untuk respons biologis baku

Σ π, Σ σ dan Σ Es : sumbangan sifat-sifat lipofilik, elektronik dan

sterik dari gugus-gugu terhadap sifat-sifat

senyawa induk yang berhubungan dengan

aktivitas biologis

a, b, c, dan d : bilangan (tetapan) yang di dapat dari


perhitungan analisis regresi linier
Dalam HKSA model Hansch lebih berkembang dan lebih banyak
digunakan dibanding model de novo Free-Wilson, karena lebih
sederhana serta konsepnya secara langsung berhubungan prinsip-prinsip
kimia fisika organic yang sudah ada, dapat untuk hubungan linier dan
non-linier, data parameter sifatkimia fisika substituent sudah banyak
tersedia dalam banyak tabel, model Hansch telah banyak di gunakan
untuk menjelaskan hubungan struktur aktivitas turunan obat.

5
Model de novo ini kurang berkembang, karena :
1. Tidak dapat digunakan bila efek substituent tidak bersifat linier
2. Bila tidak interaksi antar substituent
3. Memerlukan banyak senyawa dengan kombinasi substituent bervariasi
untuk menarik kesimpulan yang berat
Keuntungannya :
1. Dengan menguji HKSA turunan senyawa dengan bermacam-macam gugus
substitusi pada berbagai zona.
2. Digunakan bila tidak ada data tetapan kimia fisikadari senyawa dan uji
aktivitas lebih lambat dibanding sengan sintesis turunan senyawa. Dalam
HKSA, model Hansch lebih berkembang dan lebih banyak digunakan
dibanding model de novo Free-Wilson, oleh karena :
1. Lebih sederhana
2. Konsepnya secara langsung berhubungan prinsip-prinsip kimia
fisikaorganik yang sudah ada
3. Dapat untuk hubungan linier dan non-linier
4. Data parameter sifat kimia fisika substituen sudah banyak tersedia
dalamtabel-tabel.
5. Model Hansch telah banyak digunakan untuk menjelaskan
hubunganstruktur aktivitas turunan
C. Metode HKSA-3D
Analisis HKSA tiga dimensi (3D) dikembangkan sebagai antisipasi
permasalahan yang terdapat pada analisis Hansch, yaitu senyawa-senyawa
enantiomer yang memiliki kuantitas kimia fisika sama tetapi aktivitas biologi
berbeda. Ternyata diketahui bahwa efek stereo kimia memegang peranan
penting pada harga aktivitas biologis. Metode HKSA 3D menggunakan
analisis perbandingan medan molekular atau Comprative Molecular Field
Analysis (CoMFA). CoMFA dikembangkan sebagai pendekatan lain yang
memasukkan bentuk deskriptordalam HKSA. Metode ini berusaha menyusun

6
suatu hubungan antara aktivitasbiologi dan sifat sterik dan atau elektrostatik
dari suatu seri senyawa.
Metode CoMFA berdasarkan pada congeneric suatu seri
molekul.Molekul-molekul tersebut terhampar sehingga strukturnya tumpang
tindih danberada pada konformasi dengan aktivitas optimum. Medan
molekular masing-masing molekul kemudian dihitung dengan
menempatkan molekul yang tumpang tindih dalam bentuk tiga dimensi.

2.3 Teori Obat-Reseptor


Reseptor adalah komponen sel yang bergabung dengan obat secara kimia
agar dapat menimbulkan efek, istilah reseptor menggambarkan tempat
dimana obat berinteraksi untuk menimbulkan efek.
Wujud dan kriteria reseptor antara lain :
1) Lipoprotein atau glikoprotein adalah jenis reseptor yang paling umum
keduanya biasanya terpadu kuat dalam membrane plasma atau membran
organel sel sebagai protein intrinsic. Akibatnya mereka sulit diisolasi
karena strukturnya (dan karena itu fungsinya) terkungkung oleh
membrane sekitarnya. Isolasi molekul reseptor dapat merusak bentuk
atau melumpuhkan struktur, bahkan hingga hilang sifat khasnya untuk
mengikat. Hal demikian terjadi sewaktu pertama kali dicoba mengisolasi
reseptor opiate, dalam hal ini keadaannya lebih menguntungkan seperti
misalnya dibuktikan dengan berhasilnya pengisolasian reseptor
kolinergik.
2) Lipid sendiri kadang-kadang dapat di anggap sebagai reseptor. Efek tak
khas anastetika local terhadap ionofor kolinergik dapat di kaitkan
dengan antar aksiobat amfifilik ini dengan ‘annnulus’ (cincin) lipid dari
protein ionofor. Walaupun lapisan lipid ini hanya beberapa molekul
tebalnya, dia membungkus protein dengan sempurna dan sangat
berpengaruh pada bentuk protein itu. Baru baru ini di kemukakan
adanya subunit ikatan anestetika local pada senyawa kompleks reseptor
kolinergik.

7
3) Protein murni sering berfungsi sebagai reseptor obat seperti halnya
enzim. Banyak obat menimbulkan efeknya dengan secara khusus
mempengaruhi enzim yang penting dalam reraksi biokimia, dan
dengan demikian mengubahfungsinya. Reseptor meneruskan
pesan pemberita pertama yaitu neurotransmitter, hormone, atau obat
melalui membrane sel, reseptor itu digabungkan kepada system efektor
atau molekul.
4) Asam nukleat terdiri dari atas kelompok reseptr obat yang penting dalam
arti yang luas, sejumlah antibiotic dan zat antitumor langsung
mengganggu replikasi atau transkripsi AND atau menghambat translasi
pesan genetika pada ribosom, sisi akseptor hormone steroid juga AND
dan menunjukkan kekhasan yang sangat tinggi yang tidak kita pahami
sama sekali.
2.4 Aktivitas Obat
Aktivitas senyawa bioaktif disebabkan oleh interaksi antara molekul obat
dengan bagian molekul dari obyek biologis yaitu reseptor spesifik. Untuk
dapat berinteraksi dengan reseptor spesifik dan menimbulkan aktivitas
spesifik, senyawa bioaktif harus mempunyai struktur sterik dan distribusi
muatan yang spesifik pula, ada beberapa fasa yang mempengaruhi aktivitas
obat, diantaranya fasa farmasetik, fasa farmakokinetik dan fasa
farmakodinamik.
Berikut beberapa fasa yang mempengaruhi aktifitas obat :
1) Fasa farmasetik meliputi fasa I, dimana sediaan mengalami
Berikut beberapa aktivitas obat : Aktivitas pada Fasa Farmakokinetik
Faktor penentunya diantaranya adalah :
2) Fasa farmakokinetik meliputi proses fasa II dan fasa III. Fasa II adalah
proses absorbsi molekul obat yang menghasilkan ketersediaan biologis
obat, yaitu senyawa aktif dalam cairan darah (pH=7,4) yang akan
didistribusikan kejaringan atau organ tubuh. Fasa III adalah fasa yang
melibatkan proses distribusi, metabolisme dan ekskresi obat yang

8
menentukan kadar senyawa aktif padakompartemen tempat reseptor
berada.
3) Fasa Farmakodinamik meliputi proses fasa IV dan fasa V, fasa IV adalah
tahap interaksi molekul senyawa aktif dengan tempat aksi spesifik atau
reseptor pada jaringan target, yang dipengaruhi oleh ikatan kimia yang
terlibat, seperti ikatan kovalen, ion, van der Waal's, hidrogen, hidrofob,
ion-dipol, keserasian bentuk dan ukuran molekul. Fasa V adalah induksi
rangsangan, dengan melalui proses biokimia, menyebabkan terjadinya
respon biologis. Hubungan antara rangsangan dan respons tidak
tergantung pada sifat molekul obat. Rancangan obat dapat dilakukan
pada fasa I sampai IV.
Berikut beberapa aktivitas obat :
1) Aktivitas pada Fasa Farmakokinetik
Faktor penentunya diantaranya adalah :
 Sistem kompartemen dalam cairan tubuh, seperti : cairan intrasel,
cairan ekstrasel (plasma darah, cairan interstitiel, cairan
serebrospinal) dan berbagai fasa lipofil dalam tubuh.
 Protein plasma, protein jaringan dan berbagai senyawa
biologis yang mungkin dapat mengikat obat.
 Distribusi obat dalam berbagai system kompartemen biologis,
terutama hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem
tersebut, yang sangat menentukan kinetika obat.
 Dosis dan sediaan obat, transpor antar kompartemen seperti proses
absorbsi, bioaktivasi, biodegradasi dan eksresi, yang menentukan
lama obat dalam tubuh.
2) Aktivitas yang Terjadi pada Proses Farmakokinetik Lingkungan
Farmakokinetik lingkungan mempelajari tentang interaksi antara mahluk
hidup, manusia, hewan, dan tumbuhan dengan senyawa-senyawa kimia
yangtersebar dilingkungan. Studi farmakokinetik meliputi :

9
 Ekosistem atau populasi dalam lingkungan seperti udara, tanah, air
tanah dan air permukaan, serta berbagai spesies tanaman dan
hewan atau biomasa.
 Polutan adalah tingkat akumulasi polutan atau senyawa radioaktif
perluditentukan dengan satuan unit per waktu, juga waktu paro dan
kecepatan eliminasi biologisnya.
 Senyawa anorganik
3) Aktivitas oleh Induksi dari Efek
Aktivitas biologis obat diperoleh setelah senyawa berinteraksi
denganmolekul spesifik dalam obyek biologis. kekuatan respon
biologis obat tergantung pada :
 Jumlah tempat reseptor yang diduduki.
 Rata-rata lama pendudukan, yang tergantung pada
kecepatan disosiasi kompleks obat-reseptor.
 kemampuan atau kapasitas molekul obat untuk menginduksi
perubahan bentuk konfirmasi biopolimer, yang dibutuhkan sebagai
pemicu rangsangan timbulnya respon biologis.
4) Afinitas dan Aktivitas Instrinsik
Afinitas adalah ukuran kemampuan obat untuk mengikat reseptor
sedangkan Aktivitas intrinsik adalah ukuran kemampuan obat untuk dapat
memulai timbulnya respons biologis.
5) Aktivitas pada Percobaan in vivo dan in vitro
Aktivitas biologis pada percobaan in vivo adalah satu integrasi dan
keseimbangan yang kompleks dari sifat kimia fisika senyawa yang
ditentukan oleh berbagai kondisi biologis atau biokimia dan biofisika pada
berbagai fasadari aktivitas obat. Studi obat in vitro pada percobaan dengan
menggunakkan organ yang terisolasi, pengaruh dari transpor, perubahan
kimia, metaboisme danekskresi obat menjadi minimal dan distribusi
menjadi lebih sederhana, sehingga diharapkan hubungan struktur aktivitas
menjadi lebih jelas
6) Aktivitas dari Senyawa Multipoten

10
Beberapa senyawa dalam satu turunan obat dapat menunjukkan aktivitas
biologis yang bermacam-macam. Hubungan antara komponen yang
bervariasi dalam spektrum aktivitas senyawa multipoten mempunyai
kemungkinan bervariasi, yaitu:
 Komponen yang bervariasi dalam aktivitas biologis disebabkan
oleh interaksi obat dengan tipe reseptor yang berbeda.
 Komponen yang bervariasi dalam spektrum aktivitas
kemungkinan disebabkan oleh tipe molekul yang berbeda. Molekul
obat sendiri dapat menimbulkan satu efek sedang metabolitnya
menimbulkan efek yang lain
 Komponen yang bervariasi dalam spektrum aktivitas
kemungkinan merupakan aspek yang mendasar dari satu tipe unit
aksi farmakologis. Hilangnya satu komponen aktivitas dalam
spektrum aktivitas dari turunanobat tertentu kemungkinan
disebabkan oleh perbedaan distribusi, tidak oleh pemisahan yang
mendasar dari aktivitas komponen.
7) Efek Terapetik dan Senyawa Efek Samping
Spektrum efek dari senyawa multipoten dapat dibedakan dalam efek
terapetik dan efek samping atau efek yang diinginkan dan efek yang tidak
diinginkan. Kualifikasi efek terapetik atau efek samping dapat relatif
subyektif. Untuk mencapai tujuan pengembangan obat dapat
dilakukan dengan menghilangkan salah satu komponen aktivitas dari
spektrum aktivitas obat atau memisahkan dua komponen aktivitas dari satu
obat menjadi dua senyawa yang berbeda, melalui manipulasi molekul
2.4 Hubungan struktur-aktivitas
- Hubungan sifat fisika kimia dan aktivitas
Perubahan struktur pada gugus nonkritik (bukan gugus fungsi) tidak
mengubah aktivitas obat pada uji in vitro.
Gugus yang besar dan bersifat nonpolar pada molekul obat dapat
ditoleransi asal tidak menggannggu ikatan obat-reseptor. Gugus yang besar

11
meningkatkan lipofilitas dan kemampuan senyawa membentuk ikatan
hidrofob dapat mempengaruhi potensi obat
2.5 Hubungan struktur kimia dan aktivitas bologis obat dengan tempat
aksi yang sama
1. Hubungan langsung antara struktur dengan aktivitas berdasarkan
interaksi gugus-gugus senyawa agonis pada tempat aksi yang sama.
Contoh: obat-obat agonis α-adrenergik, β-adrenergik,
parasimpatomimetik /muskarinik, perangsang ganglionik/nikotinik,
histaminergik, vitamin dan analognya, hormon.
Biokatalis seperti vitamin, hormon, efektor alosterik, sistem reseptor
AND-mARN dan senyawa neurotransmitter dapat dikategorikan sebagai
senyawa agonis
2. Hubungan struktur dengan aktivitas berdasarkan pada interaksi
senyawa antagonis dan senyawa agonis pada tempat aksi yang sama
sehingga menghasilkan hambatan kompetitif atau antagonis kompetitif.
- Contoh: senyawa pemblok α-adrenergik, antihistamin dan antikolinergik.
- Struktur senyawa agonis dan antagonis kompetitif
Hubungan kimianya dapat diperkirakan karena berinteraksi dengan
reseptor yang sama.
- Substrat dan penghambat enzim
Tempat aksi pada enzim mempunyai karakteristik tertentu yang berarti
bahwa tidak semua molekul senyawa atau substrat dapat berinteraksi
dengan tempat aksi pada enzim
2.6 Aktivitas campuran isomer optis dibanding aktivitas satu isomer
murni
Campuran dari 2 isomer optis mungkin terdiri dari campuran:
Senyawa aktif dan tidak aktif
- 2 senyawa yang berbeda aktivitas atau potensinya
- Senyawa agonis dan antagonis kompetitif
- Senyawa agonis dan parsial agonis
2.7 Pengukuran kuantitatif aktivitas biologis

12
Ada 3 tipe pengukuran kuantitatif pada efek obat terhadap hewan coba,
yaitu:
1. Efek individu, dengan mengukur dosis efektif individu
Contoh: pemberian obat hipnotik dengan dosis ditingkatkan secara
bertahap sampai terjadi efek tertidur
2. Efek bertingkat, mengukur efek obat terhadap tiap individu dengan
dosis bertingkat
Contoh: pemberian obat anabolik dengan dosis yang bervariasi dilihat
kenaikan BB
3. Efek kuantal, mengukur respon “semua atau tidak” dari suatu kelompok
dengan menentukan % respon
Contoh: menentukan ED50, LD50 suatu obat terhadap hewan coba
2.8 Hubungan Struktur-Aktivitas Obat Antihistamin
A. Histamin
Histamine adalah senyawa normal yang ada dalam jaringan tubuh,
yaitu pada jaringan sel mast dan peredaran basofil yang berperan
terhadap berbagai proses fisiologis. Histamine adalah mediator kimia
yang di keluarkan pada fenomena alergi, penderita yang sensitive
terhadap histamine atau mudah terkena alergi di sebabkan jumlah
enzim-enzim yang dapat merusak histamine ditubuh seperti histamine
dan diamino oksidase lebih rendah dari normal. Histamine tidak di
gunakan untuk pengobatan, garam fosfatnya di gunakan untuk
mengetahui berkurangnya sekresi asam lambung, untuk
diagnosis karsinoma lambung dan untuk control positif pada uji alergi
kulit
B. Mekanisme kerja
Histamine dapat menimbulkan efek bila berinteraksi dengan
reseptor histaminergik, yaitu reseptor H1, H2 dan H3. Interaksi
histamine dengan reseptor H1 menyebabkan kontraksi otot polos usus
dan bronki, meningkatkan permeabilitas vascular dan meningkatkan
sekresi mucus yang di hubungkan dengan peningkatan cGMP dalam

13
sel. Interaksi dengan reseptor H1 juga menyebabkan vasodilatasi arteri
sehingga permeable terhadap cairan dan plasmaprotein yang
menyebabkan sembab, pruritik, dermatitis dan urtikaria, efek ini diblok
oleh antagonis-H1.
Interaksi histamine dengan reseptor H2 dapat meningkatkan
sekresi asam lambung dan kecepatan kerja jantung. Produksi asam
lambung di sebabkan penurunan cGMP dalam sel dan peningkatan
cAMP. Peningkatan sekresi asam lambung dapat menyebabkan tukak
lambung. Efek ini di blok oleh antagonis-H2. Reseptor H3 adalah
reseptor histamine yang baru di ketemukan pada ta hun1987 oleh
Arrang dan kawan kawan terletak pada ujung saraf jaringan otak dan
jaringan perifer yang mengontrol sintesis dan pelepasan histamine,
mediatoralergi lain dan peradangan. Efek ini di blok oleh antagonis-
H3.
C. Antihistamin
Antihistamin adalah obat yang dapat mengurangi atau
menghilangkan kerja histamine dalam tubuh melalui mekanisme
penghambatan bersaing padasisi reseptor H1, H2 dan H3. Efek
antihistamin bukan suatu reaksi antigen-antibodi karena tidak dapat
menetralkan atau mengubah efek histamine yang sudah terjadi.
Antihistamin pada umumnya tidak dapat mencegah produksi
histamine, antihistamin bekerja terutama dengan menghambat secara
bersaing interaksi histamine dengan reseptor khas.
 Berdasarkan hambatan pada reseptor khas, antihistamin di
bagi menjaditiga kelompok yaitu antagonis-H1, antagonis-
H2, dan antagonis-H3Antagonis-H1 terutama di gunakan
untuk pengobatan gejala-gejala akibatreaksi alergi.
 Antagoni-H2 di gunakan untuk mengurangi sekresi asam
lambung pada pengobatan penderita tukak lambung.
 Antagonis-H3 sampai sekarang belum di gunakan untuk
pengobatan, masihdalam penelitian lebih lanjut dan

14
kemungkinan berguna dalam pengaturan system
kardiovaskular, pengobatan alergi dan kelainan mental

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Quantitative Structure Activity Relationship (QSAR) atau Hubungan
Kuantitatif Struktur Aktivitas (HKSA), merupakan salah satu bidang
kajian kimia yang meng-hubungkan sifat struktur dengan aktivitas obat
suatu senyawa.
2. Metode yang Digunakan Dalam Kajian HKSA yaitu model pendekatan
HKSA Free-Wilson, Model Pendekatan HKSA Hansch, dan Metode
HKSA-3D
3. Reseptor adalah komponen sel yang bergabung dengan obat secara
kimia agardapat menimbulkan efek, istilah reseptor menggambarkan
tempat dimana obatberinteraksi untuk menimbulkan efek
4. Fase yang mempengaruhi aktivitas obat, diantaranya fase farmasetik,
fase farmakokinetik dan fase farmakodinamik.
5. Hubungan struktur aktivitas obat Antihistamin

3.2 Saran
1. Perlu dilakukan analisis lebih lanjut mengenai hubungan kuantitatif dan
kualitatif struktur dan aktivitas

15
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Fakhry Ziyanulqays. 2019. Makalah Kimia Medisinal. Jakarta : Institut
Sains Dan Teknologi Nasional.

https://www.scribd.com/embeds/438931295/content?
start_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf

https://onlinelearning.uhamka.ac.id/mod/resource/view.php?id=214450

16
INDEKS

Kimia Komputasi : merupakan istilah yang digunakan jika metode


matematika disusun, agar dapat dijalankan secara otomatis oleh computer. (hal.3)

Efek Narcosis : adalah sebuah gejala kehilangan kesadaran yang terjadi


saat menyelam dikedalaman. Ini disebabkan oleh efek bius dari gas tertentu pada
tekanan tinggi (hal. 3)

Reaksi metilasi : adalah reaksi pengganti suatu atom atau molekul dengan
gugus metil (hal.4)

Parameter hidrofobik : parameter hidrofobik/hidrofilik adalah sifat yang


sangat penting dalam aplikasi biomedis. Sebagai contoh aplikasinya adalah untuk
memperkirakan distribusi obat dalam tubuh. Obat-obat yang bersifat hidrofobik
dengan koefisien partisi tinggi akan terdistribusi pada kompartemen yang bersifat
hidrofobik pula, misalnya lapisan lemak sedangkan obat yang bersifat hidrofilik
dengan koefisien partisi rendah akan terdistribusi pada kompartemen hidrofilik
misalnya serum darah. (hal. 5)

Model de novo free-wilson : respon biologis dimana merupakan sumbangan


aktivitas dari gugus-gugus subtituent terhadap aktivitas biologis senyawa induk
yang dinyatakan melalui persamaan : Metode free-wilson. Model ini didasarkan
pada perkiraan bahwa masing-masing subtituen pada struktur senyawa induk
memberikan sumbangan tetap pada aktivitas biologis. (hal. 5).

CoMFA : Merupakan metode 3D-QSAR yang menggunakan


Teknik hubungan kuantitatif antara aktivitas biologis dari sekelompok senyawa
deret homolog dengan sifat tiga dimensinya yang berkait dengan sifat elektonik
dan sterik. (hal.7)

Amfilik : senyawa amfilik memberikan kelarutan yang


buruk (hal.7)

Annulus : bagian dari sel yang berdinding tebal dan berfungsi


untuk menyebarkan spora (hal.7)

17
Reseptor Opioid : salah satu jenis golongan obat antinyeri yang dapat
berikatan secara spesifik dengan reseptor opioid ditubuh manusia. (hal.7)

Struktur sterik : gugus ukuran besar pada suatu molekul mencegah


reaksi kimia yang diamati dalam molekul terkait dengan gugus yang lebih kecil

System kompertemen : system ini digunakan untuk menggambarkan


system yang didalamnya terdapat pindahan material antara tempat-tempat tersebut
dinamakan kompartemen. (hal. 9).

Disosiasi kompleks : dalam kimia dan biokimia disosiasi adalah sesuatu proses
Ketika senyawa ionic (kompleks atau garam) terpisah menjadi partikel, ion atau
radikal yang lebih kecil dan biasanya dapat dikembalikan seperti semula. (hal. 10)

Menggunakan organ terisolasi : dapat digunakan untuk menganalisa hubungan


dosis dan respon suatu senyawa obat dengan menggunakan metode ini dapat
diketahui secara pasti konsentrasi agonis dan antagonis reseptor pada tingkat
jaringan. (hal. 10)

Senyawa multipoten : Senyawa yang mempunyai kemampuan untuk


menyebabkan dua atau lebih tipe aktivitas yang berbeda, melalui mekanisme yang
berbeda berbeda pula reseptornya. (hal. 11)

Ikatan hidrofob : Ikatan hidrofob merupakan salah satu kekuatan penting


pada proses penggabungan daerah non polar molekul obat dengan daerah non
polar reseptor biologis. (hal. 12)

Neurotransmitter : Neurotransmitter adalah senyawa kimiawi dalam tubuh


yang bertugas untuk menyampaikan pesan antara satu sel saraf (neuron) ke sel
saraf (hal.12)

Diamino oksidase : Diamino oksidase disebut juga histaminase yaitu enzim


yang berfungsi agar histamin tidak aktif lagi. (hal.13)

18
Reseptor : Adalah satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya
yang berfungsi mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari
dalam tubuh. (hal.13)

Interaksi histamin : Antihistamin yang menarget reseptor histamin H1


digunakan untuk mengobati reaksi alergi di hidung (misalnya, gatal, pilek, dan
bersin) serta untuk insomnia. (hal.14)

Reseptor histamin : menunjukkan aktivitas konstitutif, sehingga antihistamin


dapat berfungsi baik sebagai antagonis reseptor netral atau agonis terbalik pada
reseptor histamin (hal. 14)

19

Anda mungkin juga menyukai