Anda di halaman 1dari 2

Menorehkan Prestasi

“Nia, selamat, ya. Kau hebat. Bisa membawa pulang medali emas. Bagaimana perasaan kau sekarang?”
Tigor menyerbu masuk ke rumah Nia, teman sekelasnya sejak masih SD dulu.

Nia senyum-senyum, bangga dan senang. Keterbatasan tidak menjadi penghalang untuk maju dan
menorehkan prestasi. Dia mewakili provinsi tempat tinggalnya untuk maju dalam Pekan Paralympic
Pelajar Nasional di cabang olahraga tenis meja. Peparpenas ini merupakan kompetisi olahraga bagi para
pelajar penyandang disabilitas Indonesia yang digelar setiap dua tahun sekali.

Terima kasih, ya, Gor. Kamu sahabatku yang paling baik. Berkat dukunganmu, aku bisa jadi seperti
sekarang ini,” jawab Nia bersemangat. “Aku senang sekali bisa mempersembahkan medali emas buat
provinsi kita. Tahu tidak, Gor? Setelah pengalungan medali, diputar lagu Bagimu Negeri. Aku merinding
dan menangis. Begitu mendengar lagu itu, aku punya keinginan kuat mengharumkan bangsa. Aku akan
berlatih lebih keras untuk bisa lolos seleksi atlet kejuaraan pesta olahraga difabel se-Asia
Tenggara.”Tigor mengacungkan jempolnya. “Sebuah lagu bisa menimbulkan semangat cinta dan bangga
pada negara, ya, Nia.”Nia mengangguk-angguk setuju. “Iya. Lagu itu sekarang jadi lagu favoritku, lho.
Tiap aku menggumamkannya, makin bulat tekadku maju di ASEAN Paralympic.

“Aku siap mendukung!” Tigor mengepalkan tangan menyemangati.

Eh, ngomong-ngomong soal lagu, kamu suka lagu nasional yang mana?” tanya Nia kemudian.

Tigor mengingat-ingat. “Banyak. Hampir semua lagu nasional aku bisa. Kau tahu kan, keluarga kami
suka menyanyi. Lagu apa saja kami nyanyikan. Tapi saat ini aku suka lagu Indonesia Pusaka.”

Tigor bercerita, ketika papanya bertugas di negara kanguru selama dua tahun, beliau rindu sekali dengan
Indonesia. Untuk mengobati kerinduannya itu, papa Tigor selalu menyanyikan lagu Indonesia Pusaka.
Lagu itu membuat beliau makin mencintai Indonesia. Sekarang Tigor juga suka menyanyikannya dan
makin bangga pada Indonesia.

“Para pencipta lagu-lagu itu hebat, ya. Mereka bisa membuat kita makin cinta dan bangga pada negara
sendiri,” puji Nia.

“Mungkin itu yang disebut nasionalisme, ya,” tambah Tigor. “Wujud nasionalisme terhadap negara bisa
juga lewat lagu, musik, seni apa pun juga. Seperti penggubah lagu Indonesia Pusaka, Bapak Ismail
Marzuki, keren sekali. Aku juga mau menciptakan lagu pop yang akan disukai anak muda masa kini.
Lagu yang bisa membuat mereka makin mencintai tanah air dan bangsa Indonesia.”

“Pasti kamu bisa, Gor. Kamu kan pintar nyanyi dan main musik. Kalau aku, mencintai negara lewat tenis
meja,” ujar Nia memberikan dukungannya.

Setelah membaca teks, peserta didik diminta untuk menjawab pertanyaan berikut ini. Peserta didik boleh
mencari informasi dari sumber lain untuk melengkapi jawaban seperti buku paket, perpustakaan, atau
internet. Peserta didik diminta menyerahkan tugas kepada guru tepat waktu.
1. Manakah hal-hal di bawah ini yang menjadi topik pembicaraan antara tokoh Tigor dan Nia?

a. cinta tanah air dan bangsa

b. olahraga bagi penyandang disabilitas

c. tokoh nasionalisme dari bidang seni

d. Taman Ismail Marzuki

2. Di sana tempat lahir beta, dibuai dibesarkan Bunda, tempat berlindung di hari tua, sampai akhir
menutup mata. Itu adalah kutipan lagu Indonesia Pusaka yang digubah oleh Ismail Marzuki. Tebaklah
pesan yang ingin disampaikan beliau kepada generasi muda saat ini melalui syair tersebut!

3. Beri tanda centang (✓) pada tokoh yang sesuai dengan pernyataan berikut!

Anda mungkin juga menyukai