“Waw, ternyata seperti ini tempat yang kuimpikan sejak dulu. Aku sungguh
tidak percaya telah pergi sejauh ini,” ucap Nindi setelah sampai di Kota Padang,
Sumatera Barat.
Desir angin tanah Sumatera yang menyejukkan. Keindahan Kota Padang yang
tak kalah dengan Ibu kota Jakarta. Berbagai tempat wisata yang mengagumkan.
Membuat Nindi kembali mengingat kekayaan alam Indonesia yang sangat melimpah.
“Kira-kira aku pergi kemana dulu ya?” Ucap Nindi dalam hati.
“Waalaikumsalam, aku Najwa Zahira, panggil saja aku Najwa. Aku asli orang
Padang, kebetulan aku juga akan berkeliling. Apa kau mau ikut denganku?” Tawar
Najwa.
“Apa ada yang bisa memberikan tempat rekomendasi yang bisa kita kunjungi
sekarang?”
“Bagaimana kalau Pantai Air Manis? Apa kalian pernah dengar?” Usul Najwa
yang lebih tahu Kota Padang.
“Maksudmu pantai yang terkenal dengan legenda Malin Kundang itu?” Tanya
Nindi memastikan.
“Ah iyaa, aku sangat ingin pergi ke sana. Aku ingin melihat patung Malin
Kundang secara langsung,” sahut Afu.
“Baiklah, ayo kita ke sana, kebetulan jaraknya tidak begitu jauh,” jawab Najwa
semangat.
“Apa kalian tahu? Aku sangat menyukai semua lagu kebangsaan Indonesia, tapi
yang paling kusukai adalah lagu ‘Tanah Air’. Bahkan aku pernah menangis saat
menyanyikannya di sekolah dulu,” cerita Nindi.
“Apa iya? Hahaha betul juga sih, kalau didengar, aku juga sedikit terbawa
suasana, apalagi sambil melihat kekayaan negeri ini yang beragam.”
“Di sini terkenal dengan ombaknya yang kecil jadi bisa berenang di pinggir
pantai,” ucap Najwa.
Setelah 1 jam berada di pantai itu, akhirnya mereka kelelahan dan pulang, Najwa
kembali ke rumahnya yang tak begitu jauh, sedangkan Nindi dan Afu kembali ke hotel
atau penginapan masing-masing.
Malamnya, Najwa menghubungi Nindi dan Afu. Najwa meminta mereka untuk
datang ke rumahnya karena hotel mereka dekat dengan rumahnya.
“Tidak apa-apa, lagipula aku tidak ada kegiatan di penginapan,” jawab Afu.
“Aku tiga hari lagi, karena aku sudah di sini selama satu pecan,” jawab Afu.
Di musyawarah itu Najwa menaruh kesepakatan pada Nindi dan Afu yang
datang dari luar pulau. Namun Nindi dan Afu berselisih. Nindi lebih menyukai hutan,
sedangkan Afu ingin pergi ke museum sejarah. Mereka belum bisa membuat
kesepakatan sekarang. Akhirnya Najwa menengahi.
“Tidak bisa, lusa aku ada upacara adat yang mendadak di Jawa. Jadi harus
kembali secepatnya,” jawab Nindi.
“Begitukah?”
Najwa pun kebingungan karena mereka juga tidak mungkin bisa pergi ke hutan
dan museum hanya dalam satu hari. Waktunya terlalu pendek dan pasti melelahkan.
“Apa sebegitu pentingnya upacara adat itu?” Tanya Afu mulai menyinggung
Nindi.
“Lalu bagaimana sikapmu jika kamu memiliki jadwal seperti aku?” Tanya Nindi
balik.
Afu pun paham dan sadar bahwa ia telah salah. Afu masih memiliki waktu
sekitar tiga hari di Kota Padang, sedangkan Nindi hanya memiliki waktu satu hari.
“Nindi sudah menempuh jarak yang cukup jauh untuk kemari. Lalu jika dia
tidak bisa pergi ke tempat yang sangat ingin ia kunjungi, mungkin dia akan menyesal.
Kita semua juga tidak tahu kapan dia bisa mengunjungi kota ini lagi. Sedangkan aku
bisa pergi ke museum di hari berikutnya,” pikir Afu.
Esoknya pun mereka pergi ke hutan bersama. Lalu mengantar Nindi ke bandara
untuk kembali ke Jawa.
“Jika ada waktu, datanglah kesini lagi ya..kita main lagi,” ucap Najwa.
“Pasti, kita juga harus bertemu lagi ya, Afu,” Ucap Nindi sambil melirik Afu.
Dua hari kemudia Afu pergi ke museum bersama Najwa. Satu minggu
kemudian, Nindi mendengar berita bahwa Kota Padang sedang dilanda banjir dan tanah
longsor. Tepatnya di dekat rumah Najwa. Nindi yang khawatir pun menghubungi
Najwa. Najwa mengatakan bahwa dia baik-baik saja. Tapi Najwa juga bercerita bahwa
korban lainnya cukup banyak.
“Syukurlah kamu baik-baik saja. Aku berjanji dengan Afu akan ke Kota Padang
lusa untuk memberikan bantuan, baik berupa barang maupun uang secara langsung,”
kata Nindi.
Lusa pun Nindi dan Afu datang ke Kota Padang dengan bantuan yang telah
mereka kumpulkan.
“Nindi! Afu! Aku rindu kalian!” Sapa Najwa sambil berlari menuju Nindi lalu
memeluknya erat.
Andhini Kusuma
Siswa SMPN 9 Mojokerto, suka menulis dan membaca, Juara 3 Lomba Menulis Cerpen
UFEST 2022.