Anda di halaman 1dari 3

Semangat Sumpah Pemuda Yudi yang Membara

Pagi ini, matahari menyapa Yudi dengan sinarnya. Kulitnya terasa hangat
seolah-olah cahaya sedang memeluknya. Menyelamatkan dari dinginnya pagi.
Dikerahkannya harapan untuk menepis kabut kelam dan diucapkannya “Semangat
pagi para pemuda, aku siap untuk melaksanakan aktivitasku”. Yudi merupakan
pemuda dengan penuh semangat nasionalisme, salah satu murid SMP ternama di
Jember. Dia anak yang rajin dan baik, bahkan dia menjadi sorotan diantara teman-
temannya karena betapa tinggi rasa cintanya terhadap tanah airnya.
Bendera merah putih yang sedang dipandangnya masih berkibar di depan
rumah, sisa dari acara 17 agustus kemarin. Rasa nasionalisme ini tampak
menakutkan oleh semangatnya saat melihat bendera pusaka. Merah darah juga
putih tulang manusia. Kemanusiaan itu seperti terang pagi ini.
Akan tetapi, beberapa orang telah memuat bendera merah putih mereka
usai perayaan 17 Agustus kemarin. Apa-apaan ini? Apa salahnya jika ia berkibar
setiap hari? Apakah bendera itu menutup rumahmu yang cantik itu? Mengapa rasa
nasionalisme mereka seperti itu? Apa yang mereka rasakan jika memiliki sifat
nasionalisme? Entahlah.
Namun, Yudi tetap mengayuh sepedanya dengan semangat menuju
sekolahnya.Yudi yang tidak sabar ingin segera berlatih perannya bersama teman-
teman teaternya yang akan ditampilkan pada hari peringatan sumpah pemuda di
sekolah besok. Apakah mereka berseni dengan rasa nasionalisme atau berseni
karena sentuhan hari sumpah pemuda besok? Saya tidak tahu, berlatih saya tidak
sabar ingin melihat mereka.
Setelah 30 menit perjalanan, Yudi akhirnya tiba disekolah tercintanya.
Dengan bersenandung Yudi memarkirkan sepedanya dengan rapi dan berjalan
dengan riang menuju lapangan untuk mendengarkan pemgumuman dari kepala
sekolah sebelum Yudi menuju ke sanggar tempat mereka berlatih.
Pada hari ini, di sekolah sedang mengadakan acara “Gebyar Semangat
Sumpah Pemuda”. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah menghibur sekaligus
menumbuhkan semangat siswa-siswi untuk memperingati hari sumpah pemuda
ini. Untuk menjelaskan tatanan acaranya, Kepala Sekolahku menjelaskan di
hadapan semua siswa yang sedang berkumpul di lapangan sekolah.
“Anak-anakku sekalian, Mari kita tingkatkan semangat kalian! Mari kita
sambut hari sumpah pemuda ini dengan penuh semangat, kegembiaraan dan suka
cita. Dengan diadakannya gebyar semangat sumpah pemuda ini, Bapak dan Ibu
guru berharap besar agar kalian bisa merayakannya dengan penuh hikmat. Gebyar
ini berupa upacara peringatan sumpah pemuda yang dilaksanakan di lapangan
sekolah dan penampilan teater bertema “Berkobarlah Jiwa para Pemuda
Indonesia”.
“Selamat pagi semuanya!” Ucap Yudi dengan semangat.
“Selamat pagi” Jawab para anggota teater dengan senyuman pagi yang
masih matang.
Tiba-tiba selembar kertas terbang ke arah Yudi, jatuh tepat di depan kakinya.Lalu
diraihnya ketas itu dan dibacanya. Kertas itu lengkap dengan tulisan yang berisi
teks sumpah pemuda. Seorang siswa berlari menghampirinya.
“Maaf kak itu kertas saya yang terjatuh”, kata seorang siswa junior di grup
teater.
“Apakah kamu sedang menghafalnya?”
“Iya kak, untuk upacara memperingati hari sumpah pemuda besok”
“Apakah kamu hanya menghafalnya tetapi tidak melakukannya?”
“Sekarang Indonesia sudah merdeka, jadi tidak perlu dikhawatirkan kita
harus mengikuti langkah pemuda zaman dahulu bukan?”
“mengikuti mungkin, tapi pemuda sekarang sepertinya lebih
mengagungkan negara lain. Seperti halnya aku profil gamr apapun pasti
ada orang Indonesia yang mengubah bendera akun mereka menjadi
bendera asing. Benar tidak? Mereka rasa bahwa lebih keren bendera asing
daripada bendera negeri kita sendiri. Atau penggunaan bahasa gaul ke
barat-baratan, padahal bahasa kita sendiri tidak kalah indah dan luar biasa”
Siswa junior itu menganggu dan meresapi apa yang dituturkan oleh Yudi.
“Sampai kapan pun tidak ada yang namanya kebebasan. Kamu akan terus
terjajah oleh bangsamu dan diri sendiri. Dahulu kita dijajah Negara lain atas nama
kolonial, setelah meredeka kita masih bisa dijajah. menjajah sendiri atas obsesi
dan kehendak berkedok nafsu demi eksistensi yang membawamu ke arah yang
sesat. Apa yang tidak kita sadari bahwa Anda tidak merawat jiwa nasionalisme
dan melupakan bagianmu yang rapuh?” Tutur Yudi.
“Saya bersedia kak. Saya akan mencintai tanah air dan menjadi pemuda
berkarakter tinggi. Saya akan mengajak teman yang lain untuk menghayati
sumpah pemuda ini.”
Keesokan harinya pada tanggal 28 Oktober Gebyar Semangat Sumpah
Pemuda pun dilaksanakan dengan antusias dari para warga sekolah. Siswa junior
itu membacakan sumpah pemuda dengan semangat nasionalisme. Yudi mengerti,
dia membacakan sumpah pemuda itu dengan hati yang membara. Tatapan
matanya yang tajam menandakan bahwa sumpah pemuda yang disuarakannya itu
bukan sumpah main-main. Merinding membuat semua siswa ikut membacakan
sumpah pemuda itu secara serentak dan kuat. Bayangkan jika semangat ini
diterapkan ke semua pemuda yang ada di Indonesia. Indonesia takkan terkalahkan
dengan sumpah pemuda yang membara dalam hati para pemuda nasionalisme.

Anda mungkin juga menyukai