Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

JALAN KERETA API


WESEL JALAN KERETA API

Disusun Oleh :

1. Rakhmah Willy Arianti (1810503073)


2. Nurul Indazah (1810503074)
3. Ami Mutia Hestiwi (1810503084)

Dosen Pengampu :
Yusfita Chrisnawati, S.Pd.T., M. Sc.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TIDAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah Jalan Kereta Api pada
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Tidar dan disusun bedasarkan
literatur-literatur yang menjadi referensi penyusun.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Yusfita
Chrisnawati, S.Pd.T., M. Sc. selaku dosen pengasuh mata kuliah Jalan Kereta Api.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan dimasa
yang akan datang.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Magelang, 10 Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2. 1 Wesel Jalan Kereta Api................................................................................3
BAB III PENUTUP..............................................................................................13
3. 1 Kesimpulan.................................................................................................13
3. 2 Saran...........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jalan rel kereta api atau biasa disebut dengan rel kereta api, merupakan prasarana
utama dalam perkereta apian dan menjadi ciri khas moda transportasi kereta api. Pada
jalur rel terdapat jalur yang dilakukan melalui peralayan khusus yang dikenal sebagai
wesel.

1.2 Rumusan Masalah


1.1.1. Apa itu wesel jalan kereta api?
1.1.2. Apa saja jenis jenis wesel pada jalan kereta api?
1.1.3. Apa saja komponen yang terdapat pada wesel?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1. Dapat mengidentifikasi mengenai wesel jalan kereta api
1.3.2 Dapat mengidentifikasi jenis –jenis wesel jalan kereta api
1.3.3 Dapat mengidentifikasi bagian dari wesel

1.4 Metode Penulisan

Metode yang dipakai dalam penulisan makalah ini adalah berdasarkan studi
literatur yang berhubungan dengan pembahasan dalam makalah ini.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Wesel pada Jalan Rel


Wesel dalah konstruksi rel kereta api yang bercabang (bersimpangan) tempat
memindahkan jurusan jalan kereta api. Wesel terdiri dari sepasang rel yang ujungnya
diruncingkan sehingga dapat melancarkan perpindahan kereta api dari jalur yang satu ke
jalur yang lain dengan menggeser bagian rel yang runcing.
Kereta api berjalan mengikuti rel, sehingga apabila relnya digeser maka kereta api
juga mengikutinya. Untuk memindahkan rel, digunakan wesel yang digerakkan secara
manual ataupun dengan menggunakan motor listrik.Pada kereta api kecepatan
tinggi dibutuhkan transisi yang lebih panjang sehingga dibutuhkan lidah yang lebih
panjang daripada lintasan untuk kereta api kecepatan rendah.
Wesel terdiri dari empat jenis, yaitu :
a. Wesel biasa
Wesel biasa terdiri atas sepur lurus dan sepur belok yang membentuk sudut terhadap
sepur lurs. Menurut arah belok sepur beloknya terdapat dua jenis wesel biasayaitu
wesel biasa kanan dan wesel biasa kiri.
b. Wesel dalam lengkung
Pada dasarnya ialah seperti wesel biasa, tetapi sepur lurusnya berbentuk lengkung,
sehingga dapat dikatakan bahwa wesel dalam lengkung terdiri atas sepur lengkung dan
sepur belok yang membentuk sudut terhadap sepur lengkung. Berdasarkan arah sepur
beloknya , terdapat tiga jenis wesel dalam lengkung, yaitu:
1. Wesel searah lengkung
2. Wesel berlawanan arah lengkung
3. Wesel simetris

c. Wesel tiga jalan


Wesel tiga jalan terdiri atas tiga sepur. Berdasar atas arah dan letak sepurnya terdapat
empat jenisc wesel tiga jalan, yaitu:
1. wesel tiga jalan searah
2. wesel tiga jalan berlawanan arah
3. wesel tiga jalan tergeser
4. wesel tiga jalan berlawanan arah tergeser
2.2 komponen pada wesel
Selain jenis-jenis wesel, wesel juga memiliki beberapa komponen yang terdiri atas
lidah, jarum beserta sayap, rel lantak, rel paksa, dan penggerak wesel.
1. Lidah

Wesel mempunyai komponen yang dapat bergerak yang disebut dengan lidah. Lidah
mempunyai bagian pangkal disebut Akar Lidah. Terdapat dua jenis lidah, yaitu:
a.  Lidah berputar. Pada jenis ini lidah mempunyai engsel di akar lidahnya.
b.  Lidah berpegas. Pada jenis ini akar lidah dijepit sehingga dapat melentur.

    Lidah berputar dibuat dari rel tudung, termasuk konstruksi lama tetapi sekarang
sudah tidak dibuat lagi. Konstruksi baru sekarang memakai lidah berpegas. Kalau pada
konstruksi lama lidahnya berputar terhadap sebuah pusat berupa sebuah baut pada akar
lidahnya, lidah berpegas dijepit kuat-kuat pada akarnya. Supaya tidak terlalu kaku, kaki
rel lidah berpegas di muka akar dihilangkan. Rel lidah bergesr di atas pelat-pelat geser.
Jadi, jelas bahwa rel lidah itu hanya dijepit pada akarnya dan tidak ditambat pada pelat
gesernya dan mudah bergerak ke arah horizontal. Untuk menghindari bergeraknya rel
itu jika diinjak kereta api, dipasang besi-besi penahan diantara rel lidah dan rel lantak.
besi-besi penahan itu juga menjaga supaya rel lidah dalam keadaan terbuka jangan
merapat pada rel lantak, sehingga masih tetap ada alur cukup lebar untuk berjalannya
flens roda.
Rel lidah baru menahan tekanan roda jika lebarnya sudah 20 sampai 30 milimeter.
Bagian pertama dari ujungnya belum kuat menahan beban (karena belum cukup lebar)
dan hanya bertugas sebagai pengantar. Bentuknya dibuat sedemikian rupa, sehingga di
mana saja terdapat pembulatan sesuai dengan bentuk flens roda. Selanjutnya, untuk
menjaga jangan sampai ada renggang antara ujung lidah dan rel lantak dalam keadaan
lidah tetutup, yang dapat menyebabkan keluarnya roda dari rel, ujung lidah diberi alat
penjamin berupa sebuah cakar. Kedua rel lidah pada ujungnya dihubungkan sesamanya
dengan sebatang besi. Pada batang penghubung itu, dengan perantara sebuah baut di
tengah-tengah batangnya, digandengkan batang wesel, yang menghubungkan kedua rel
lidah dengan pembalik weselnya.

2. Jarum dan Sayap

    Untuk memberikan kemungkinan flens roda kereta api berjalan melalui perpotongan
rel-dalam wesel dipasang jarum beserta sayapnya. Jarum disini sebaiknya terbuat dari
besi tuang. Akan tetapi, bisa juga dibuat dari rel biasa yang dilas agar didapat biaya
yang lebih murah. Rel sayap terletak disabelah jarum, yang berfungsi untuk membantu
jarum mendukung roda dan mengarahkan flens roda pada posisi yang tepat sehingga
kereta api tetap aman bergerak pada arah yang benar. Konstruksi selengkapnya ialah
satu buah jarum dan dua buah sayap (seperti gambar di bawah ini). Sudut lancip jarum
(a) yang besarnya sama dengan sudut yang dibentuk oleh sepur lurus dan sepur belok
disebut Sudut Simpang Arah. Sambungan antara jarum dengan kedua rel dalam atau
sisi belakang jarum disebut Akhir Wesel. Agar supaya flens roda dapat lewat maka rel
di depan ujung jarum harus terputus. Kemungkinan turunnya roda ke arah bawah pada
saat roda berada di atas terputusnya rel tersebut di cegah oleh sayap. Dengan adanya
sayap ini maka roda saat berada di atas celah tempat terputusnya rel disangga oleh, baru
apabila lebar jarum sudah 30 mm roda akan disangga oleh jarum. Kemungkinan
tertabraknya ujung jarum oleh flens roda kereta api diatasi dengan :
a.  Ujung jarum dibuat lebih rendah 8 mm dibandingkan dengan permukaan rel
b.  Menetapkan jarak antara rel paksa dengan jarum.
Jenis-jenis jarum :
a.  Jarum kaku dibaut (boited rigid frogs) Terbuat dari potongan-potongan rel yang
dibaut.
b. Jarum rel pegas (spring rail frogs)
c.  Jarum baja mangan cor (cast manganese steel frogs)
Dipakai untuk lintas dengan tonase beban yang berat atau lintas yang frekuensi
keretanya tinggi.
d.    jarum keras terpusat (hard centered frogs)
3  Rel lantak
Rel lantak adalah rel induk yang tetap, yang berfungsi sabagai sandaran lidah. Agar
supaya wesel dapat mengarahkan kereta api pada jalan rel yang dikehendaki maka lidah
harus menempel dan menekan rel lantak. Kira-kira 100 cm di depan ujung lidah, rel-rel
lantak disambung dengan penyambung sebagai Awal Wesel. Apabila lidah wesel yang
satu menyambung maka yang lain memperlihatkan suatu lubang sebagai tempat
lewatnya flens roda.
4.   Rel paksa
Rel paksa dipasang berhadapan/berseberangan dengan jarum (dan sayapnya). Pada
saat roda berada di ujung jarum, di atas terputusnya rel, kemungkinan keluarnya roda
ke arah mendatar dicegah dengan rel paksa. Dengan demikian nama “rel paksa” lebih
mengarah pada kemampuan rel dimaksud untuk memaksa roda kereta api tidak ke arah
mendatar. Karena kegunaan rel paksa yang seperti tersebut di atas maka letak rel paksa
ialah berhadapan dengan ujung jarum tempat terputusnya rel berada. Selain itu fungsi
rel paksa ini untuk melindungi rel jarum.
5. Penggerak wesel
Gerakan menggeser lidah dilakukan dengan menggunakan batang penarik. Kedua
lidah bergerak di atas Pelat Gelincir atau Balok Gelincir yang dipasang secara kuat di
atas bantalan-bantalan wesel.

2.3 Bantalan pada Wesel


Pada sepur lurus hingga jarum, bantalan dipasang tegak lurus sepur, sesudah jarum
bantalan dipasang tegak lurus garis bagi sudut simpang arah, pemasangan bantalan
tegak lurus garis bagi sudut simpang arah ini hanya sampai pada batas dimulainya
pemasangan bantalan biasa. Jarak bantalan tidak boleh lebih besar dibandingkan jarak
bantalan biasa. Panjang bantalan wesel ialah sedemikian sehingga paling sedikit hingga
50 cm di luar rel. Pada bagian-bagian penting yaitu ujung lidah, jarum dan sayapnya,
bantalan harus baik dan kokoh kedudukannya.
Bantalan untuk wesel dapat dari jenis bantalan kayu atau bantalan baja. Apabila
digunakan bantalan baja, lubang-lubang untuk pemasangan penambat rel dibuat di
pabrik atau di tempat pembuatannya. Sebelum dikirim ke tempat pemasangan, biasanya
seluruh wesel lengkap sudah dirakit di pabrik/tempat pembuatan., sehingga
pemasangan di lapangan menjadi cepat dan praktis.. sedangkan untuk bantalan kayu,
perakitan wesel (termasuk pembuatan lubang untuk pemasangan penambatan rel dan
pemasangan penambat relnya) dilakukan setelah semua rel pada wesel terpasang
lengkap, sehingga waktu perakitan di lapangan menjadi lebih panjang.

2.4 Rel dan Geometrik pada Wesel


Agar supaya konstruksi wesel tidak sulit, maka rel pada wesel tidak diletakkan secara
miring tetapi vertikal. Pada lengkung wesel juga tidak diberi peninggian rel, hal ini
dengan pertimbangan bahwa selain agar konstruksi weselnya tidak sulit juga karena
kecepatan kereta api yang melewati wesel relatif tidak besar. Perlebaran sepur pada
lengkung jalan rel tetap diperlukan pada lengkung wesel sesuai dengan ketentuan yang
digunakan. Perlebaran sepur dan lengkung dibuat sebagai berikut :
1. Perlebaran sepur pada lengkung wesel dimulai dari kira-kira 250 mm di depan ujung
lidah (agar tidak timbul kejutan arah horizontal sewaktu kereta api berjalan ke arah
sepur bengkok).
2. Di ujung lidah perlebaran dibuat 5 – 10 mm.
3. Di dalam lengkung dapat digunakan perlebaran sepur maksimum.
4. Lengkung wesel dimulai dari kira-kira 500 mm di belakang akar lidah (agar supaya 
akar lidah tidak menerima tekanan horizontal akibat pergantian arah dari lurus menuju
ke sepur belok).
5. Sekitar 1500 – 2500 mm di depan ujung jarum merupakan bagian yang lurus. Hal  ini
untuk menjaga agar supaya roda kereta api sewaktu melintasi jarum sudah berjalan
lurus.
6. Jari-jari lengkung wesel biasanya dibuat antara 150 hingga 230 meter.

2.5 Perancangan Wesel


    Perancangan wesel pada suatu tempat yang memerlukannya meliputi hal-hal berikut :
1. Kecepatan kereta,
sudut tumpu (ß) dan sudut simpang arah (a)
Tabel Hubungan antara Kecepatan Maksimum dan Jari-Jari Lengkung

R’ (m)    150    200    250    300    400    500    600    800    1000    1200    1300   
1800    2000    2500
Vt (km/jam)    20    40    45    50    55    65    70    80    90    100    105    115    125   
140

2. Panjang jarum
Panjang jarum pada wesel tergantung pada lebar kepal rel, lebar kaki rel, besarnya
celah antara jarum dan rel dan sudut simpang arah
3. Panjang Lidah
Penentuan panjang lidah tergantung pada jenis lidah. Telah diuraikan di depan bahwa
pada wesel terdapat jenis lidah, yaitu lidah berputar dan lidah berpegas. Pada lidah
berputar, panjang lidah tergantung pada besarnya sudut tumpu, lebar kepala rel dan
jarak antara akar lidah dan rel lantak.
4. Jari-jari lengkung
Terdapat dua jari-jari pada lengkung wesel, yaitu jari-jari lengkung luar dan jari-jari
lengkung dalam. Besarnya jari-jari lengkung luar dipengaruhi oleh lebar sepur, sudut
tumpu, sudut simpang arah, panjang lidah dan panjang jarum.

2.6 Persilangan
Apabila dua jalan rel dari dua arah yang terletak pada satu bidang saling berpotongan,
di tempat perpotongan tersebut harus dibuat suatu konstruksi yang memungkinkan roda
(dan flensnya) dapat lewat ke kedua arah dimaksud, konstruksi dimaksud disebut
dengan Persilangan. Berdasarkan atas sudut perpotongannya, terdapat dua jenis
persilangan, yaitu :

1. Persilangan siku-siku, yaitu apabila sudut perpotongannya 90°.

2. Persilangan miring, yaitu apabila sudut perpotongannya kurang dari 90°.

Persilangan miring dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Persilangan tajam, yaitu apabila sudut perpotongannya kurang dari 40°.

2. Persilangan tumpul, yaitu apabila sudut perpotongannya lebih dari 40°. Pembagian
persilangan tersebut di atas berhubungan dengan konstruksinya seperti yang diuraikan
berikut.

a. Persilangan Tajam

Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk persilangan tajam. Pada persilangan tajam
terdapat dua jarum dan dua jantung. Jantung terdiri atas :

1.  Satu pusat jantung

2.  Dua ujung jantung

3.  Satu rel paksa

b. Persilangan Antara Jalan Rel dengan Jalan Raya

Persilangan antara jalan rel dan jalan raya dikenal pula dengan istilah perlintasan.
Uraian yang akan disampaikan pada sub-bab ini ialah yang berkaitan dengan
persilangan sebidang antara jalan rel dan jalan raya. Terdapat dua kelompok  jenis
persilangan dengan jalan raya, yaitu:

1. Persilangan/Perlintasan dengan Palang


Pada persilangan dengan palang, palangnya dapat berupa penutup sorong.
Penutup sorong digerakkan sejajar dengan sumbu jalan rel yang terdiri atas pagar
dengan roda-roda kecil. Penutup jungkit terdiri atas batang yang salah satu
ujungnya dapat berputar pada suatu sumbu horizontal.
2. Persilangan Tanpa Palang
Pada persilangan ini harus tersedia daerah pandangan bebas yang memadai
baik bagi pengemudi di jalan raya maupun masinis kereta api. Perancangan jarak
pandangan bebasnya berdasar pada dua kasus, yaitu :
Kasus I :  Pengemudi kendaraan jalan raya dapat melihat kereta api yang mendekat  
dan kendaraan dapat melintasi persilangan sebelum kereta api tiba di persilangan.
Kasus II : Pengemudi di jalan raya dapat melihat kereta api yang mendekat dan 
kendaraan dapat dihentikan sebelum memasuki daerah persilangan.

2.7 Wesel Inggris

Wesel Inggris adalah kombinasi antara suatu persilangan dengan sebuah wesel. Pada
suatu persilangan kereta api hanya dapat berjalan pada sepur lurus yaitu A ke B atau
sebaliknya, atau Cke D atau sebaliknya. Dengan lidah-lidah dapat dibuat sepur belok,
sehingga memungkinkan kereta api berjalan juga dari A ke D atau sebaliknya, atau B
ke C atau sebaliknya. Konstruksi tersebut disebut Wesel Inggris.

Sesuai dengan fungsi dan kemampuannya sebagai persilangan dan wesel untuk
perpindahan jalur, terdapat 2 jenis wesel:

a. Wesel Inggris Penuh


Komponen-komponen:
1. Empat pasang lidah
2. Dua rel bengkok
3. Dua buah jarum, masing-masing dengan rel paksa
4. Dua buah jantung
b. Wesel Inggris Setengah
Apabila wesel belok hanya terdapat pada satu sisi, maka wesel seperti ini
dinamakan wesel inggris setengah. Pada wesel ini hanya terdapat dua pasang lidah.

2.8 Persilangan antara Jalan Rel dengan Jalan Raya

Terdapat 2 kelompok jenis persilangan dengan jalan raya:

a. Persilangan/perlintasan dengan penutup/palang


Berupa penutup sorong atau penutup jungkit. Penutup sorong digerakkan sejajar
dengan sumbu jalan rel yang terdiri atas “pagar” dengan roda-roda kecil. Penutup
jungkit terdiri atas batang yang salah satu ujungnya dapat berputar pada suatu sumbu
horizontal.
b. Persilangan/perlintasan tanpa penutup/palang
Pada persilangan/perlintasan tanpa penutup ini harus tersedia daerah pandangan bebas
yang memadai bagi pengemudi kendaraan di jalan raya juga bagi masinis kereta api.
Persilangan paling baik antara jalan rel dan jalan raya adalah persilangan siku-siku.
c. Perencanaan Struktur Persilangan Jalan Rel dengan Jalan Raya
Lebaran perkerasan jalan raya pada persilangan antara jalan rel dengan jalan raya baik
yang tanpa atau dengan penutup/palang harus sama dengan lebar perkerasan jalan raya
yang bersangkutan. Agar supaya roda kereta dapat melewati persilangan ini maka perlu
disediakan alur untuk flens roda selebar 40mm. lebar alur dimaksud harus selalu bersih
dari benda-benda yang dapat mengganggu. Penyediaan alur untuk flens roda dapat
dilakukan dengan pemasangan rel lawan yang panjangnya mencapai 80cm diluar lebar
persilangan dan dibengkokkan kedalam.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Wesel dalah konstruksi rel kereta api yang bercabang (bersimpangan) tempat
memindahkan jurusan jalan kereta api. Wesel terdiri dari sepasang rel yang ujungnya
diruncingkan sehingga dapat melancarkan perpindahan kereta api dari jalur yang satu
ke jalur yang lain dengan menggeser bagian rel yang runcing.
Kereta api berjalan mengikuti rel, sehingga apabila relnya digeser maka kereta api
juga mengikutinya. Untuk memindahkan rel, digunakan wesel yang digerakkan secara
manual ataupun dengan menggunakan motor listrik.Pada kereta api kecepatan
tinggi dibutuhkan transisi yang lebih panjang sehingga dibutuhkan lidah yang lebih
panjang daripada lintasan untuk kereta api kecepatan rendah.

3.2 Saran
Karena pentingnya wesel kereta api ini , maka sebaikya perancangan dan
perawatan dari wesel ini benar-benar diperhatikan, agar tidak mengalami kekurangan
dan kecacatan dalam pengerjaan serta pelaksanaannya.

Anda mungkin juga menyukai