ABSTRAK
Residu pemupukan kalium dari musim tanam sebelumnya dapat memberikan penga-
ruh terhadap pertumbuhan tanaman berikutnya. Pengetahuan tentang pengaruh dan
hingga berapa lama residu tersebut dapat digunakan oleh tanaman, belum banyak diung-
kap, sehingga perlu dilakukan penelitian jangka panjang untuk mengetahuinya. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh residu pemupukan KCl pada padi
musim tanam pertama (MT-I)dan kedelai musim tanam kedua (MT-II) terhadap pertum-
buhan dan hasil tanaman kedelai musim tanam keempat (MT-IV) dan kacang tanah musim
tanam kelima (MT-V). Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Kendalpayak, Balit-
kabi, Malang pada MK 2009 dengan menggunakan tanah Vertisol, Nganjuk. Tanaman
kedelai yang digunakan adalah varietas Grobogan dan tanaman kacang tanah yang digu-
nakan adalah galur Mn 21. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
Faktorial dengan 2 faktor dan diulang 3 kali. Faktor I adalah takaran pupuk KCl yang dibe-
rikan pada MT-I padi, yaitu 0, 500, 1500, dan 2000 kg KCl/ha. Faktor II adalah takaran
pupuk KCl yang diberikan pada MT II kedelai, yaitu 0, 50, 100, 200, dan 400 kg KCl/ha.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa residu pemupukan KCl pada padi MT-I memberikan
pengaruh berbeda nyata terhadap jumlah bintil akar dan tinggi tanaman kedelai. Hasil
tanaman kedelai MT-IV tidak dipengaruhi oleh residu pupuk KCl dari padi MT-I dan
kedelai MT-II. Pertumbuhan tanaman kacang tanah MT-V tidak dipengaruhi oleh residu
pemupukan KCl pada padi MT-I dan kedelai MT-II, akan tetapi residu tersebut mening-
katkan hasil kacang tanah.
Kata kunci: musim tanam, residu kalium, tanah Vertisol
ABSTRACT
The residue of potassium fertilization from the previous planting season can affect the
next plants growth. Knowledge about the effects and how long these residues can be used
by plants has not been widely disclosed, so long-term research is needed to find out. The
objective of this research was to study the effect of KCl fertilization residue of paddy on first
planting season (MT-I) and soybean on second planting season (MT-II) to the growth and
yield of soybean on fourth planting season (MT-IV) and peanut on fifth planting season
(MT-V). The research was conducted in Kendalpayak research station, Iletri, Malang at dry
season (DS) 2009 by using Vertisol soil from Nganjuk. Soybean plant used was Grobogan
206 Lestari et al.: Residu KCl, Hasil Kedelai dan Kacang Tanah di Tanah Vertisol
variety and peanut plant used was Mn 21 line. The experiment used factorial randomized
complete block design with three replications. The first factor was application of KCl
fertilizer on MT-I, namely: 0, 500, 1500, and 2000 kg KCl/ha and the second factor was
application KCl fertilizer on MT-II, namely 0, 50, 100, 200, and 400 kg KCl/ha. The results
showed that the residue of KCl fertilization on paddy MT-I had significant effect to the
number of soybean root nodules and soybean plant height. The yield of soybean MT-IV
was not influenced by residue of KCl fertilizer from paddy MT-I and soybean MT-II. Peanut
growth of MT-V was not influenced by KCl fertilization residue from paddy MT-I and soy-
bean MT-II, but the residue increased peanut yield.
Keywords: planting season, potassium residual, Vertisol soil
PENDAHULUAN
Kedelai dan kacang tanah merupakan tanaman kacang-kacangan yang banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat di Indonesia, sehingga kebutuhannya akan selalu
meningkat. Peningkatan kebutuhan kacang-kacangan ini tidak sejalan dengan pe-
ningkatan produksinya, sehingga perlu dicari cara untuk meningkatkan produksi.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi diantaranya adalah
dengan memanfaatkan varietas atau galur unggul dan penggunaan teknologi budi-
daya, salah satunya adalah dengan penambahan pupuk (Hossain et al. 2002;
Manna et al. 2005; Chakrabarty et al. 2014).
Pupuk merupakan salah satu sumber unsur hara yang dapat ditambahkan ke
dalam tanah untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman yang tidak dapat
dipenuhi dari dalam tanah (Estiaty et al. 2006). Penggunaan pupuk, khususnya
pupuk anorganik dapat meningkatkan hasil produksi pertanian dengan cepat.
Salah satu pengaruh penggunaan pupuk anorganik pada usaha pertanian adalah
adanya akumulasi residu unsur-unsur kimia seperti N, P, dan K dalam tanah akibat
dari penggunaan pupuk anorganik yang berlebihan dan terus menerus (Triyono et
al. 2013). Residu dari berbagai pupuk anorganik ini kemungkinan masih dapat
dimanfaatkan pada musim tanam berikutnya.
Salah satu unsur hara esensial yang dibutuhkan dalam jumlah besar adalah
kalium, selain nitrogen dan fosfat. Peranan kalium dalam pertumbuhan tanaman
yaitu mengatur ketersediaan unsur hara lain, membantu proses fotosintat, menjadi
katalisator dalam sintesis protein, memacu pertumbuhan tanaman, dan dapat
meningkatkan hasil tanaman (Read et al. 2006). Pupuk kalium merupakan pupuk
yang mudah terurai dan sangat mobil di dalam tanah. Tanaman kacang-kacangan
membutuhkan kalium dalam jumlah yang tinggi, sehingga sangat peka terhadap
kekurangan kalium (Hendrival et al. 2014).
Residu dari pupuk kalium masih dapat dimanfaatkan oleh tanaman pada
musim tanam berikutnya, sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap hasil
tanaman (Yin dan Vyn 2002). Penelitian lain menyebutkan bahwa residu pupuk
KCl di tanah Entisol pada MT-II menunjukkan hasil berbeda nyata terhadap hasil
kedelai varietas Sinabung pada MT-V dan kacang tanah varietas Turangga pada
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2017 207
MT-VI. Residu pupuk KCl pada MT-I dan MT-II di tanah Entisol juga dapat mening-
katkan tingkat serapan unsur hara dan pertumbuhan tanaman hingga MT-V dan
MT-VI (Kuntyastuti dan Sutrisno 2017).
Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas, telah dilakukan penelitian dengan
tujuan untuk mengetahui pengaruh residu pemupukan KCl pada padi di musim
pertama (MT-I) dan kedelai di musim kedua (MT-II) terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman kedelai di musim keempat (MT-IV) dan kacang tanah di musim
kelima (MT-V).
208 Lestari et al.: Residu KCl, Hasil Kedelai dan Kacang Tanah di Tanah Vertisol
kertas berlubang. Pengamatan saat panen adalah jumlah tanaman dipanen, tinggi
tanaman, jumlah polong isi dan hampa, bobot 100 biji, dan bobot biji.
Tabel 1. Sifat kimia dan fisik tanah Vertisol Nganjuk pada awal penelitian, Balitkabi 2007
Kedalaman Kedalaman
Sifat kimia tanah Sifat fisik tanah
0-20 cm 0-20 cm
pH H2O 6,8 Kadar air pF 0 (%) 64,0
pH KCl 6,4 Kadar air pF 2 (%) 55,1
C-organik (%) 1,29 Kadar air pF 2,5 (%) 50,1
P2O5 Bray I (ppm) 79,8 Kadar air pF 4,2 (%) 32,5
SO4 (ppm) 37,8 Kapasitas menahan air (%) 17,6
K (me/100 g) 0,19 Fraksi pasir (%) 11
Na (me/100 g) 1,00 Fraksi debu (%) 32
Ca (me/100 g) 42,7 Fraksi liat (%) 57
Mg (me/100 g) 6,60 Kelas tekstur Liat
P-total (mg/100 g) 49,5
K-total (mg/100 g) 8,71
Al-dd (me/100 g) 0,00
H-dd (me/100 g) 0,00
KTK (me/100 g) 50,3
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2017 209
kedelai varietas Grobogan pada MT-IV (Tabel 2). Jumlah bintil akar fase R2 ter-
banyak dihasilkan oleh tanaman dengan residu pupuk 1500 kg KCl/ha meskipun
tidak berbeda nyata dengan dosis pupuk yang lebih rendah. Tinggi tanaman dapat
mencapai 39,2 cm pada tanaman dengan residu pupuk 2000 kg KCl/ha.
Tabel 2. Pengaruh pupuk KCl pada padi MT-I dan kedelai MT-II terhadap pertumbuhan
kedelai varietas Grobogan pada MT-IV di tanah Vertisol, Balitkabi 2009
Bintil akar fase R2/tnm Bobot kering Jumlah
Tinggi
KCl (kg/ha) (g/tnm) cabang/
tanaman(cm)
Jumlah Bobot (g) Akar Tajuk tanaman
Musim tanam I
0 24,1 ab 0,08 a 0,29 a 3,39 a 37,5 ab 1,4 a
500 17,8 b 0,05 a 0,26 a 3,46 a 35,5 b 1,3 a
1500 25,8 a 0,08 a 0,31 a 3,38 a 37,5 ab 1,3 a
2000 23,6 ab 0,09 a 0,32 a 3,70 a 39,2 a 1,5 a
Musim tanam II
0 23,4 a 0,09 a 0,32 a 3,40 a 37,3 a 1,6 a
50 23,6 a 0,08 a 0,28 a 3,42 a 38,1 a 1,5 a
100 24,8 a 0,07 a 0,31 a 3,63 a 37,3 a 1,2 a
200 20,5 a 0,07 a 0,29 a 3,51 a 37,3 a 1,3 a
400 21,8 a 0,06 a 0,29 a 3,43 a 37,2 a 1,4 a
Rata-rata 22,8 0,07 0,30 3,48 37,4 1,4
Interaksi tn tn tn tn tn tn
KK (%) 19,51 15,69 13,02 10,27 7,18 15,54
Keterangan: Angka sekolom pada setiap faktor perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama berarti
tidak berbeda nyata menurut uji DMRT 5%.
Percobaan pupuk K, residu pupuk KCl pada padi MT-I dan kedelai MT-II tidak
mempengaruhi hasil biji dan komponen hasil kedelai varietas Grobogan pada MT-
IV. Tanaman kedelai mencapai tinggi 37 cm, dengan 1,4 cabang/tanaman, dan
10,3 buku subur/tanaman. Tingkat hasil biji kedelai termasuk rendah, rata-rata
hanya 37,17 g/petak beton, dengan rata-rata polong isi 16,7 per tanaman, rata-
rata bobot 100 biji 12,18 g, dan rata-rata bobot biji 0,77 g/tanaman (Tabel 2 dan
3). Untuk varietas Grobogan, ukuran biji yang tercapai tergolong kecil.
Tekstur tanah yang digunakan dalam penelitian ini tergolong liat, sehingga
seharusnya unsur K tidak mudah tercuci dan tersedia bagi tanaman yang kemu-
dian dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan hasil biji. Akan tetapi pada MT-V
ini, hasil biji kedelai tidak menunjukkan hasil berbeda nyata. Hal tersebut mungkin
disebabkan oleh tanaman kedelai tidak dapat menggunakan K tersedia yang ada
di dalam tanah, sehingga tidak memberikan efek terhadap hasil. Hasil penelitian
Xing et al. (2007) menyebutkan bahwa residu pupuk K yang diaplikasikan secara
terus menerus tidak memberikan pengaruh yang konsisten terhadap kesuburan
dan ketersediaan K di dalam tanah, sehingga tidak berpengaruh juga terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman.
210 Lestari et al.: Residu KCl, Hasil Kedelai dan Kacang Tanah di Tanah Vertisol
Tabel 3. Pengaruh pupuk KCl pada padi MT-I dan kedelai MT-II terhadap hasil biji dan
komponen hasil kedelai var Grobogan pada MT-IV di tanah Vertisol, Balitkabi
2009
KCl Jml buku Jumlah polong/tnm Bobot 100 Bobot biji Hasil biji
(kg/ha) subur/tnm Isi Hampa biji (g) /tnm (g) (g/petak)
Musim tanam I
0 10,7 a 16,8 a 1,7 a 12,09 a 0,75 a 34,98 a
500 10,5 a 17,2 a 2,1 a 12,16 a 0,80 a 37,22 a
1500 10,2 a 16,5 a 1,5 a 12,33 a 0,79 a 38,06 a
2000 9,7 a 16,4 a 2,4 a 12,15 a 0,76 a 38,41 a
Musim tanam II
0 9,7 a 16,5 a 1,8 a 11,77 a 0,75 a 36,54 a
50 10,7 a 16,8 a 1,7 a 12,44 a 0,81 a 39,09 a
100 10,1 a 15,2 a 2,6 a 12,32 a 0,72 a 35,51 a
200 10,3 a 17,4 a 1,8 a 12,17 a 0,75 a 37,20 a
400 10,6 a 17,8 a 1,6 a 12,22 a 0,83 a 37,50 a
Rata-rata 10,3 16,7 1,9 12,18 0,77 37,17
Interaksi tn * tn tn * tn
KK (%) 18,52 16,9 21,82 8,63 16,44 17,19
Keterangan: Angka sekolom pada setiap faktor perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama berarti
tidak berbeda nyata menurut uji DMRT 5%.
Tabel 4. Pengaruh pupuk KCl pada padi MT-I dan kedelai MT-II terhadap pertumbuhan
kacang tanah galur Mn 21 pada MT-V di tanah Vertisol, Balitkabi 2009
Bobot kering (g/tanaman) Tinggi
KCl (kg/ha) Akar Tajuk tanaman (cm)
Musim tanam I
0 0,41 a 6,40 a 21,6 a
500 0,40 a 6,25 a 22,1 a
1500 0,45 a 6,49 a 21,2 a
2000 0,40 a 5,39 a 22,9 a
Musim tanam II
0 0,44 a 7,07 a 21,7 a
50 0,34 b 6,13 a 21,6 a
100 0,41 ab 5,89 a 20,6 a
200 0,48 a 5,89 a 22,7 a
400 0,40 ab 5,68 a 23,2 a
Rata-rata 0,41 6,13 22,0
Interaksi * tn tn
KK (%) 12,90 13,09 12,00
Keterangan: Angka sekolom pada setiap faktor perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama berarti
tidak berbeda nyata menurut uji DMRT 5%.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2017 211
Residu pupuk KCl 500 kg/ha pada padi MT-I dapat meningkatkan hasil biji
kacang tanah dari 83,56 g/petak beton menjadi 91,55 g/petak beton (Tabel 5).
Rata-rata bobot 100 biji adalah 50,47 g dan bobot biji/tanaman 10,37 g. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa residu pupuk KCl setelah lima musim tanam masih
mempengaruhi hasil tanaman kacang tanah. Menurut Rosolem et al. (2010)
struktur tanah sangat mempengaruhi ketersediaan unsur kalium di dalam tanah.
Semakin berat jenis tanahnya, maka semakin lambat pencucian unsur kalium di
dalam tanah. Misalnya struktur tanah yang liat akan menyebabkan pencucian
kalium semakin lambat, sehingga pupuk KCl yang diaplikasikan akan mampu ter-
simpan lebih lama di dalam tanah. Hal ini sesuai dengan tanah yang digunakan
dalam penelitian ini, di mana tanah Vertisol Nganjuk bertekstur liat dan termasuk
tanah berat, sehingga unsur kalium masih tersedia di dalam tanah dan dapat
digunakan oleh tanaman kacang tanah.
Tabel 5. Pengaruh pupuk KCl pada padi MT-I dan kedelai MT-II terhadap hasil biji dan
komponen hasil kacang tanah galur Mn 21 pada MT-V di tanah Vertisol, Balitkabi
2009
Jumlah biji Jumlah polong/tnm Bobot 100 Bobot biji Hasil biji
KCl (kg/ha)
/tnm Isi Hampa biji (g) /tnm (g) (g/petak)
Musim tanam I
0 20,1 a 10,8 a 0,7 a 52,06 a 10,60 ab 83,56 b
500 20,9 a 10,7 a 0,7 a 50,05 a 11,12 a 91,55 a
1500 19,4 a 10,2 a 0,4 a 50,94 a 10,24 ab 80,33 b
2000 19,1 a 10,0 a 0,7 a 48,85 a 9,52 b 80,96 b
Musim tanam II
0 19,6 a 10,6 a 0,7 a 52,35 a 10,12 a 87,00 ab
50 19,0 a 10,1 a 0,6 a 49,94 a 9,88 a 78,94 b
100 20,1 a 10,5 a 0,5 a 50,65 a 10,57 a 82,24 b
200 20,8 a 10,9 a 0,7 a 48,38 a 10,32 a 81,09 b
400 20,0 a 9,9 a 0,7 a 51,04 a 10,95 a 91,22 a
Rata-rata 19,9 10,4 0,6 50,47 10,37 84,10
Interaksi tn tn tn tn tn tn
KK (%) 15,14 14,67 11,34 12,44 14,21 11,97
Keterangan: Angka sekolom pada setiap faktor perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama berarti
tidak berbeda nyata menurut uji DMRT 5%.
KESIMPULAN
Residu pemupukan KCl pada padi MT-I memberikan pengaruh berbeda nyata
terhadap jumlah bintil akar dan tinggi tanaman kedelai. Hasil tanaman kedelai MT-
IV tidak dipengaruhi oleh residu pupuk KCl dari padi MT-I dan kedelai MT-II.
Pertumbuhan tanaman kacang tanah MT-V tidak dipengaruhi oleh residu pemu-
pukan KCl pada padi MT-I dan kedelai MT-II, akan tetapi residu tersebut membe-
rikan pengaruh terhadap hasil kacang tanah.
212 Lestari et al.: Residu KCl, Hasil Kedelai dan Kacang Tanah di Tanah Vertisol
DAFTAR PUSTAKA
Chakrabarty T, Akter S, Saifullah ASM, Sheikh MdS, Bhowmick AC. 2014. Use of
tertilizer and pesticide for crop production in agrarian area of Tangail district,
Bangladesh. Environment and Ecology Research 2(6):253-261.
Estiaty LM, Suwardi, Maruya I, Fatimah D. 2006. Pengaurh zeolit dan pupuk
kandang terhadap residu unsur hara dalam tanah. Jurnal Zeolit Indonesia
5(1):37-44.
Hendrival, Latifah, Idawati. 2014. Pengaruh pemupukan kalium terhadap per-
kembangan populasi kutu daun (Aphis glycines Matsumura) dan hasil kede-
lai. J. Floratek 9:83-92.
Hossain SMA, Kamal AMA, Islam MR, Mannan MA. 2002. Effects of different
levels of chemical and organic fertilizers on growth, yield, and protein content
of wheat. J. Biol. Sci. 2:204-206.
Kuntyastuti H, Sutrisno. 2017. Respon pertumbuhan kedelai dan kacang tanah
pada musim tanam kelima dan keenam terhadap residu pupuk KCl musim
tanam pertama dan kedua. Dalam: Setyawan AD, Sugiyarto, Pitoyo A, et al.
(eds) Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia 2015.
Undip, Semarang, 9 Mei 2015.
Manna MC, Swarup A, Wanjari RH, Ravankar HN, Mishra B, Saha MN, Singh
YV, Shahi DK, Sarap PA. 2005. Long-term effect of fertilizer and manure
application on soil organic carbon stage, soil quality, and yield sustainability
under sub-humid and semi-arid tropical India. Field Crops Res. 93:264-280.
Read JJ, Reddy KR, Jenkins JN. 2006. Yield and fiber quality of Upland cotton as
influenced by nitrogen and potassium nutrition. European Journal of Agro-
nomy 24:282-290.
Rosolem CA, Sgariboldi T, Garcia RA, Calonego JC. 2010. Potassium leaching as
affected by soil texture and residual fertilization in tropical soils. Communi-
cations in Soil Science adn Plant Analysis 41:1934-1943.
Triyono A, Purwanto, Budiyono. 2013. Efisiensi penggunaan pupuk N untuk
pengurangan kehilangan nitrat pada lahan pertanian. Prosiding Seminar
Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Hal 526-531.
Xing SI, Liu MC, Han BW. 2007. Effects of 12 year continuous application of
straw and K fertilizer on soil potassium concentration and distribution in
fluvo-aquic soil. Chinese Journal of Soil Science 3:14-20.
Yin X, Vyn TJ. 2002. Residual effects of potassium placement and tillage systems
for corn on subsequent no-till soybean. Agron. J. 94:1112-1119.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2017 213