FENOMENA ALIRAN
SUNGAI, HUJAN DAN
PENGUAPAN
Sungai
Suatu alur yang panjang di atas
permukaan bumi tempat mengalirnya air
yang berasal dari hujan disebut alur
sungai. Bagian yang senantiasa tersentuh
aliran air ini disebut alur sungai. Dan
perpaduan antara alur sungai dan aliran
air di dalamnya disebut sungai.
Daerah Pengaliran
Suatu daerah yang tertimpa hujan dan
kemudian air hujan ini menuju sebuah
sungai sehingga berperan sebagai sumber
air sungai tersebut dinamakan daerah
pengaliran sungai dan batas antara dua
daerah pengaliran sungai yang
berdampingan disebut batas daerah
pengaliran -> dibatasi oleh punggung
pegunungan.
Sungai Utama & Anak Sungai
Mulai dari mata airnya di bagian yang paling hulu di
daerah pegunungan dalam perjalanannya ke hilir di
daerah dataran, aliran sungai secara berangsur-angsur
berpadu dengan banyak sungai lainnya, sehingga
lambat laun tubuh sungai menjadi semakin besar.
Kadang-kadang sungai yang bermuara di sebuah danau
atau pantai di laut terdiri dari beberapa cabang. Apabila
sungai semacam ini mempunyai lebih dari dua cabang,
maka sungai yang paling penting, yakni sungai yang
daerah pengalirannya, panjangnya dan volume airnya
paling besar disebut sungai utama (main river),
sedangkan cabang-cabang lainnya disebut anak sungai
(tributary). Kadang-kadang sebelum alirannya berakhir di
sebuah danau atau pantai laut, sungai membentuk
beberapa buah cabang yang disebut cabang sungai
(effluent).
Tingkatan Sungai
1 1
1 1
1 1
2
1 1
1 2
2 1
3
2 1
Sungai di Dunia
Luas daerah aliran Lebar rata-rata
Nama Sungai Panjang (km)
(x103 km2) daerah aliran
Amazon 7,050 6,200 1,140
Congo 3,690 4,200 880
Mississipi 3,221 6,020 535
La Plata 3,100 4,700 660
Obi 2,950 5,200 570
Nile 2,870 5,600 510
Yangtze 1,780 5,200 340
Buramaptra 1,730 3,000 580
Volga 1,400 3,600 390
St. Lauran 1,250 3,800 330
Sungai di Jepang
Luas daerah aliran Panjang Lebar rata-rata
Nama Sungai
(km2) (km) daerah aliran
Tone 16,840 322 52
Ishikari 14,330 268 53
Shinano 11,900 367 32
Kitakami 10,150 249 41
Kiso 9,100 227 40
Tokachi 8,400 156 54
Yodo 8,240 144 57
Agano 7,710 210 37
Mogami 7,040 229 34
Teshio 5,590 256 22
Sungai di Indonesia
Pulau Nama Sungai Luas daerah aliran (km2) Panjang (km)
Citarum 5,969 250
Bengawan Solo 16,000 350
Jawa Brantas 12,000 320
Cimanuk 9,650 182
Ciasem 691 68
Asahan 6,000 100
Kampar 31,000 285
Sumatera Batanghari 42,446 635
Musi 55,584 553
Seputih 7,289 275
Barito 23,100 900
Kalimantan Kapuas Besar - 1,143
Mahakam - 775
Rarona 2,300 75
Sulawesi Waranae 3,190 -
Sadang 1,080 175
Sistem daerah aliran sungai
Pada dasarnya, analisis hidrologi untuk
menentukan besarnya debit banjir rancangan
dan debit andalan tersebut merupakan
pemahaman kuantitatif terhadap proses yang
terjadi pada DAS yang ditinjau. Dalam hal ini
yang diinginkan adalah nilai aliran debit
maksimum atau debit andalan yang dapat
ditelusuri berdasarkan pemahaman hubungan
kuantitatif antara beberapa faktor penyebab
terjadinya aliran dengan besarnya aliran sungai
tersebut.
Sistem daerah aliran sungai
Dalam konteks hidrologi dapat dinyatakan bahwa upaya
tersebut merupakan pemahaman terhadap proses
pengalihragaman (transformasi) dari satu set masukan
menjadi satu set keluaran pada suatu sistem hidrologi,
yaitu sistem DAS. Masukan dalam pengertian ini dapat
berupa hujan, sedangkan keluaran adalah aliran sungai
yang terjadi pada DAS dengan berbagai karakteristik
fisiknya membentuk sistem DAS yang dapat
memberikan hubungan spesifik antara hujan dan aliran.
Umumnya keluaran sistem DAS tersebut dinyatakan
dalam bentuk hidrograf, yaitu grafik hubungan antara
waktu dan debit aliran. Konsep ini secara skematis
ditunjukkan pada Gambar di bawah ini.
Skema sistem daerah aliran sungai
Input
Output
Masukan Sistem
DAS Keluaran
Q
(m3/dt Qp
)
I
(mm
/jam
)
t (jam)
A
Hujan t (jam)
tp
Hidrograf banjir di A
Sistem daerah aliran sungai
perlokasi
Aliran antara
Tube
Meaeufing Tube
Bucket
Silinder dibungkus
kertas berskala Pan
Pena Pemberat
ALAT PENAKAR HUJAN JENIS TIMBA JUNGKIT
Saringan
Tipping bucket
Pipa pembuang
Penakar hujan jenis pelampung
Prinsip mekanisme kerja alat penakar hujan otomatis
tipe ketiga yaitu float adalah dengan memanfaatkan
gerakan naik pelampung dalam bejana akibat
tertampungnya curah hujan. Pelampung ini berhubungan
dengan sistem pena perekam di atas kertas berskala
yang menghasilkan grafik rekaman data hujan. Alat ini
dilengkapi dengan sistem pengurasan otomatis, yaitu
pada saat air hujan yang tertampung telah mencapai
kapasitas receivernya akan dikeluarkan dari bejana dan
pena akan kembali pada posisi dasar kertas rekaman
data hujan.
Penakar hujan jenis pelampung
Corong
Jam pencatat
Kertas
perekam data
hujan
Pelampung
Sifon
Syarat teknis Penempatan dan
pemasangan alat pada stasiun hidrologi
Penakar hujan ditempatkan pada lokasi sedemikian
sehingga kecepatan angin di tempat tersebut sekecil
mungkin dan terhindar dari pengaruh penangkapan air
hujan oleh benda lain di sekitar alat penakar hujan.
Penempatan setasiun hujan hendaknya berjarak
minimum empat kali tinggi rintangan terdekat.
Lokasi di suatu lereng yang miring ke satu arah
tertentu hendaknya dihindarkan.
Penempatan corong penangkap hujan diusahakan
dapat menghindari pengaruh percikan curah hujan ke
dalam dan disekitar alat penakar sebaiknya ditanami
rumput atau berupa kerikil, bukan lantai beton atau
sejenisnya.
Penentuan Hujan Kawasan/Hujan DAS
A2
A3
A4
Prosedur hitungan ini dijelaskan pada
persamaan dan gambar berikut ini.
P A1.P1 A2 .P2 ...... An .Pn
Atotal
A1.P1
P A2 .P ...... An .Pn
2 A3.P3
A1 A ..... An
Dimana: A2 3
AB = 53 km2
A = 22 mm
AA = 50 km2
AB = 37 km2
C = 30 mm
B = 28 mm
AC = 41 km2
A = 22 mm
AA = 50 km2
Hujan rerata cara Thiessen
A1.P1 A2 .P2 An .Pn
P
Atotal
AA .PA AB A .P A .P
P .PB C C D D
AA AB AC AD
P = huj an rata-rata
P1, P2, P3, P4 = tebal hujan pada stasiun 1,2,3,4 i I
Al, A2, A3, A4 = luas wilayah yang diwakili oleh
stasiun 1,2,3,4.
350000
360000 370000 380000 390000 400000
WONOSOBO
U
$Z
K42
a
K8 a K76
Z$ b Skala 1 : 350.000
Z$ MAGELANG Legenda :
K7 Sungai
$a Batas Luar WS Bogowonto - Lukulo Garis Pantai
$Z K43 Batas Kabupaten Batas Kecamatan
Waduk $ Waduk
Wadaslintang Z
K41
$Z
Z$ K49 b
Z$ Z$ K50
DAS Polig on Thiesen
Z$ $Z K. 2 8a
Lukulo
K33 K46 K 47a K58 Lokasi dan No Stasiun Hujan
KZ$EBUM K14 KZ Z DAS
$ $Z
Kelas Jalan
WawarK4 $Z Z$ Jalan Kolektor Jalan Arteri Jalan Lokal Jalan Kereta Ap
EN Z$ $31 $ 5 Z K54
K17 $Z K53
$Z a$Z
$Z
KP4U9 Ra
Z$
K2 K36 WOREJO
0 $ K49 K55
Z$ Z
$ K60
$ Z $Z
K11 Z
K19 b Z$ $Z
Z$ K B SDA K60 a 250000 300000 350000 400000 450000 500000
K56 $Z Inzet
DAS DAS
$Z a
K2 Cokroyasan Z$ Bogowonto
2
Z K37 Jawa Tengah
Z K36 a K62 a KULON PROGO
$ Z$ K61
$ Z$ $ DI.
Yogyakarta
K61 Z
a
Z$
250000 300000 350000 400000 450000 500000
0 8
16
24 Km 63
9130000
K
$Z
Sumber :
1. Peta Rupa Bumi Indonesia, Skala 1 :
m
25.000, Tahun 1999.
350000 360000 370000 380000 390000 400000 mT 2. Data Hujan Balai PSDA Probolo.
3. Hasil Analisis.
3. Metode Isohiet
I4=85
I5=80
Hujan DAS menggunakan Isohiet dapat
dihitung dengan persamaan:
n
AIii1
I
p
i 2
i1 n
A i
i
I1 I In1
A 2 I I ..... A I
A2 2 3 n
A1 A2 ..... A n 2
1
p 2
2 n
Dengan
:
p ri titik i
= hujan rerata Ii = garis isohiet ke i
k
a
w
a
s
a
n
A
i
=
l
u
a
s
a
n
d
a
Catatan: tinggi hujan dalam mm
A = 18 B = 22
30 D = 33
A1 = 50 km2 35
I1
C = 36 E = 41 A6 = 25 km2
A3 = 180
40 km2 45
I2 A2 = 20 km2
A4 = 45 km2 50
I3 F = 42
G = 65 60 I = 63
2
A5 = 15 km
H = 49
I5
I4
I6
Hujan DAS menggunakan Isohiet
I
1 I I2 I 3 In I
A 1
2 A 2 ..... A n n1
p 2 2 2
A1 A2 ..... An
I1 I2 I I I I I I I I I I
A 3 3 A 2 4 A 4 5 A 5 5 A 4 6
A1 p 2 2
2 3
2 4
2 5
2 6
2
A1 A2 A3 A A6
A4 5
30 35 40 35 45 45 60 60 60 50 50
40 50 20 180 45 15 25
p 2 2 2 2 2 2
50 20 180 45 15 25
14.137,5
p 335
42,20 mm
KONDISI DAN SIFAT DATA
Tahun 1991
r1 R r R r R r
R
3 A
A
RB
B C
RC
dengan:
R = curah hujan rata-rata setahun di tempat pengamatan R
datanya harus lengkap
rA = curah hujan ditempat pengamatan RA
RA = curah hujan rata-rata setahun di A
PETA WILAYAH SUNGAI DI PROVINSI JAWA
TENGAH(A3).pdf
LEGEND
DEMAX
CAT. Sub
PENGUAPAN
Pengertian
Penguapan adalah proses berubahnya bentuk zat cair (air)
menjadi gas (uap air) dan masuk ke atmosfer.
Di dalam hidrologi, penguapan dibagi menjadi dua:
1. evaporasi
2. transpirasi
Evaporasi (Ep) adalah penguapan yang terjadi dari
permukaan air (seperti laut, danau, sungai), permukaan
tanah (genangan di atas tanah dan penguapan dari
permukaan air tanah yang dekat dengan permukaan
tanah), dan permukaan tanaman (intersepsi). Intersepsi
adalah penguapan yang berasal dari air hujan yang
berada pada permukaan daun, ranting dan badan
tanaman.
Transpirasi (Et) adalah penguapan melalui tanaman,
dimana air tanah diserap oleh akar tanaman yang
kemudian dialirkan melalui batang sampai ke permukaan
daun dan menguap menuju atmosfer.
Oleh karena sulitnya membedakan antara
penguapan dari badan air, tanah dan tanaman,
maka biasanya evaporasi dan transpirasi dicakup
menjadi satu yaitu evapotranspirasi.
Evapotranspirasi dapat didefinisikan sebagai
penguapan yang terjadi di permukaan lahan, yang
meliputi permukaan tanah dan tanaman yang
tumbuh di permukaan lahan tersebut. Apabila
ketersediaan air (lengas tanah) tak terbatas, maka
evapotranspirasi yang terjadi disebut
evapotranspirasi potensial (ETP). Akan tetapi pada
umumnya ketersediaan air di permukaan tidak tak
terbatas, sehingga evapotranspirasi terjadi dengan
laju lebih kecil dari evapotranspirasi potensial.
Evapotanspirasi yang terjadi sebenarnya terjadi di
suatu daerah disebut evapotranspirasi nyata.
rises into tha
Kapan Penguapan Dilibatkan/Diabaikan?
1. Radiasi matahari
2. Temperatur
3. Kelembaban
4. Angin
1. Radiasi matahari
Radiasi matahari merupakan sumber utama
panas. Hal tersebut mempengaruhi jumlah
evapotranspirasi di atas permukaan bumi yang
tergantung pada garis lintang dan musim.
2. Temperatur
Semakin tinggi temperatur, semakin besar kemampuan
udara untuk menyerap uap air. Selain itu, semakin tinggi
temperatur, energi kinetik molekul air meningkat,
sehingga molekul air semakin banyak yang berpindah ke
lapis udara di atasnya dalam bentuk uap air.
3. Kelembaban
Perbedaan tekanan uap menyebabkan terjadinya penguapan. Apabila jumlah
uap air yang masuk ke udara semakin banyak, tekanan uap airnya juga
semakin tinggi. Akibatnya perbedaan tekanan uap semakin kecil, sehingga
menyebabkan berkurangnya laju penguapan. Apabila udara di atas permukaan
air sudah jenuh uap air, tekanan udara telah mencapai tekanan uap jenuh, di
mana pada saat itu penguapan terhenti.
4. Kecepatan angin
Apabila proses evaporasi terus berlangsung, udara akan
menjadi jenuh terhadap uap air dan evaporasi akan terhenti.
Agar proses penguapan dapat berjalan terus, lapisan udara
yang telah jenuh harus diganti dengan udara kering.
Penggantian tersebut dapat terjadi apabila ada angin. Di daerah
terbuka dan banyak angin, penguapan akan lebih besar
daripada di daerah yang terlindung dan udara diam.
Pengukuran Evaporasi
Besarnya evaporasi dapat diperkirakan
dengan pendekatan teoritis maupun dengan
pengukuran langsung. Cara pertama
memerlukan banyak data meteorologi dan
data penunjang lain yang tidak selalu mudah
didapatkan. Oleh karena itu pengukuran
langsung di lapangan sering dilakukan untuk
keperluan analisis secara lebih praktis.
1. Atmometer
4”
Mengingat cara pengukuran tidak dapat
mewakili keadaan yang sebenarnya, hasil
pengukuran dengan panci evaporasi akan
selalu lebih besar dari nilai penguapan yang
sesungguhnya. Untuk itu, nilai penguapan
yang sesungguhnya dapat diperkirakan
dengan mengalikan koefisien panci (pan
coefficient) yang besarnya antara 0.65-0.85
tergantung dari spesifikasi alat.
Panci Penguapan Tertanam
Penggunaan alat panci penguapan tertanam
didasari pada kelemahan panci klas A
tersebut, yaitu dengan upaya
memperhitungkan pengaruh latent heat yang
terdapat dalam tanah di sekitar massa air
yang menguap dengan cara memasang
panci masuk ke bawah permukaan tanah.
Sebagai contoh adalah Colorado sunken pan
seperti dapat dilihat pada gambar di bawah.
Koefisien panci alat ini besarnya 0.75-0.86.
3’x3’
4’’
3’
Panci Penguapan Terapung
Untuk panci terapung, pada dasarnya bentuk
alat mirip dengan tipe lain. Alat tipe ini dapat
digunakan untuk mengukur penguapan di
danau atau waduk dimana alat diapungkan di
atas ponton yang diikat dengan angker dan
dilengkapi dengan kisi-kisi untuk mencegah
terjadinya percikan air (splashing) ke dalam
panci penguapan. Ilustrasi pemasangan alat
tipe ini disajikan pada gambar di bawah.
Panci Penguapan Terapung
Kisi-kisi Kisi-kisi
Ponton
Angker
Angker
Perkiraan Evaporasi Pendekatan Teoritik-1
Re emitted
Surface
Rn =(1-α)Ri - Re
(1-α)Ri
Net radiation absorved
Absorbed
Rn
Ri 1
Re
Pendekatan Aerodynamic Method
Selain suplai energi panas, faktor lain yang
mengontrol laju evaporasi adalah kemampuan untuk
memindahkan uap air dari permukaan air. Proses
pemindahan uap air ini akan tergantung kepada
besarnya pertambahan kelembaban arah vertikal
(gradient of humidity) dan kecepatan angin di udara
dekat permukaan air. Kedua proses tersebut dapat
dianalisis dengan menggunakan persamaan
perpindahan massa dan momentum di udara.
Penurunan rumus hitungan evaporasi dengan cara
ini menghasilkan persamaan berikut (Chow, dkk.,
1988):
E a B e e
as a
dengan:
Ea = evaporasi dari muka air bebas selama periode
pengamatan,
B = faktor empiris tergantung kepada konstanta von
Karman (k), rapat massa udara (ρa), rapat massa
air (ρw), kecepatan angin pada 2 m di atas
permukaan (U2) dan tekanan udara ambient (p),
eas = tekanan uap jenuh di udara pada temperatur
sama dengan temperatur air,
ea = tekanan uap nyata pada ketinggian pengamatan.
Rumus Hitungan Perkiraan
Evapotranspirasi
9 2
a 67510 I
3 771107 I 179 104 I
492 103
dengan:
ET = evapotranspirasi potensial bulanan,
I = indeks panas tahunan,
Tm = suhu rerata pada bulan ke m,
a = konstanta.
Contoh
Di suatu daerah yang terletak pada garis
lintang 10° lintang selatan diperoleh data
temperatur rerata bulanan seperti disajikan
dalam tabel berikut ini.
Hitung evapotranspirasi potensial bulanan!
Bulan Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Juni Juli Agt. Sep. Okt. Nov Des.
Suhu (°C) 26,6 27,1 26,8 27,3 26,9 26,3 25,8 25,9 26,3 26,7 26,4 26,2
Penyelesaian
Hitungan evapotranspirasi dilakukan
dengan menggunakan tabel di bawah ini.
Terlebih dulu dihitung nilai I untuk seluruh
bulan dan kemudian hasilnya dijumlahkan
sehingga diperoleh:
12
T 1,514
m 150,11
I
m1 5
(Lihat tabel di bawah)
Kemudian dihitung nilai a berdasar nilai I
yang telah diperoleh:
a = 3,725
Dari nilai a dan I yang telah diperoleh dan
untuk setiap nilai Tm, dihitung ET setiap
bulan:
ET 3,725
1,62 10
150,11
Bulan T m (°C) I ET (cm)
Dengan:
ETo = evapotranspirasi acuan (mm/hari),
W = faktor bobot temperatur,
Rn = radiasi neto ekuivalen dengan nilai
evaporasi (mm/hari),
f(u) = fungsi faktor kecepatan angin,
ea-ed = selisih tekanan uap jenuh dan nyata pada
temperatur udara (mbar),
c = faktor koreksi efek perubahan kondisi siang
malam.