Anda di halaman 1dari 33

BAB 2

TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Teori
2.1.1 Definisi
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal
akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9
bulan menurut kalender internasional. (Prawirohardjo, Sarwono. 2010.
Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo hal
213)
Periode antepartum adalah periode kehamilan yang dihitung
sejak hari pertama haid terakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan
sejati, yang menandai awal periode antepartum. (Lusiyana, Ana et al.
2006. Buku Ajar Asuhan KebidananVolume 1. Jakarta : EGC hal 492)

Trimester ketiga sering disebut periode penantian dengan penuh


kewaspadaan. (Lusiyana, Ana et al. 2006. Buku Ajar Asuhan
KebidananVolume 1. Jakarta : EGC hal 503)
2.1.2 Etiologi
Untuk terjadi kehamilan harus ada :
1. Spermatozoa
2. Ovum
3. Pembuahan ovum (konsepsi)
4. Nidasi (implantasi) hasil konsepsi
(Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo hal 139)
2.1.3 Fisiologi Kehamilan
Jutaan spermatozoa ditumpahkan di forniks vagina dan disekitar
porsio pada waktu koitus. Hanya beberapa ratus ribu spermatozoa dapat
terus ke kavum uteri dan tuba, dan hanya beberapa ratus dapat sampai
ke bagian ampula tuba dimana spermatozoa dapat memasuki ovum yang
telah siap untuk dibuahi. Hanya satu spermatozoa yang mempunyai
kemampuan (kapasitasi) untuk membuahi. (Prawirohardjo, Sarwono.
2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo hal 140)
Pada saat ovulasi, ovum dikeluarkan dari folikel de graaf di
dalam ovarium. Folikel yang rupture akan mengalami sejumlah
perubahan sehingga terbentuk korpus luteum menstruasi, yang secara
progresif akan mengalami degenerasi dan regresi yang menyeluruh pada
menstruasi berikut. Apabila ovum telah dibuahi maka korpus luteum
kaan dipertahankan oleh produksi hormone gonadotropin korionik
(HCG) yang dihasilkan oleh sinsitiotrofoblas di sekelilig blastokis dan
menjadi korpus luteum kehamilan. Progesteron yang terus menerus
diproduksi oleh korpus luteum pada masa hamil akan mempertahankan
lapisan uterus hingga siap untuk implantasi dan tahap awal kehamilan.
Segera setelah implantasi, plasenta memulai memproduksi sejumlah
progesterone yang cukup untuk mengambil alih fungsi korpus luteum.
Progesterone yang dihasilkan korpus luteum pada masa hamil juga akan
mengakibatkan peningkatan suhu basal tubuh setelah ovulasi terjadi.
Bila lapisan uterus tetap dapat dipertahankan, maka menstruasi tidak
akan terjadi. Hal ini biasanya merupakan indikasi pertama terjadinya
kehamilan. (Lusiyana, Ana et al. 2006. Buku Ajar Asuhan
KebidananVolume 1. Jakarta : EGC hal 493)
2.1.4 Tanda Gejala Kehamilan
1. Tanda dugaan kehamilan
Tanda dugaan kehamilan mencakup perubahan-perubahan
fisiologis yang dialami oleh wanita dan pada sebagian besar
kasus mengindikasikan bahwa seorang wanita sedang hamil.
(Lusiyana, Ana et al. 2006. Buku Ajar Asuhan
KebidananVolume 1. Jakarta : EGC hal 493)
Tanda dugaan kehamilan meliputi :
a. Kolostrum keluar dari putting. (Rahayu, Sri. 2013. Modul
Penatalaksanaan Kehamilan Normal . Malang : Poltekkes
Kemenkes Malang hal 14)
b. Perubahan warna dan payudara
Diduga bahwa progesterone dan estrogen memiliki efek
menstimulasi melanosit yang dapat membuat putting dan
daerah areola primer menjadi gelap. Biasanya terjadi pada
bulan ketiga kehamilan. (Rahayu, Sri. 2013. Modul
Penatalaksanaan Kehamilan Normal . Malang : Poltekkes
Kemenkes Malang hal 14)
c. Payudara membesar, terasa tegang, dan teraba tonjolan-
tonjolan, dan pembesaran putting
Secara khusus estrogen meningkatkan perkembangan
sistem duktus pada payudara juga kelenjar mammae,
sedangkan progesterone menstimulasi sistem alveolar pada
payudara sehingga mempengaruhi pertumbuhan payudara.
(Rahayu, Sri. 2013. Modul Penatalaksanaan Kehamilan
Normal . Malang : Poltekkes Kemenkes Malang hal 15)
d. Munculnya tuberkel atau folikel Montgomery
Tuberkel dan folikel Montgomery sebenarnya adalah
kelenjar sebasea pada areola yang mengalami hipertropi dan
biasanya muncul pada bulan kedua kehamilan. (Rahayu, Sri.
2013. Modul Penatalaksanaan Kehamilan Normal . Malang :
Poltekkes Kemenkes Malang hal 15)
e. Tanda chadwick
Tanda chadwick merupakan warna kebiruan atau
keunguan pada vulva dan mukosa vagina termasuk lubang
vagina pada serviks. (Lusiyana, Ana et al. 2006. Buku Ajar
Asuhan KebidananVolume 1. Jakarta : EGC hal 496)
2. Tanda kemungkinan kehamilan
Tanda kemungkinan kehamilan meliputi perubahan-
perubahan anatomi dan fisiologi, selain tanda-tanda dugaan
kehamilan, yang terdeteksi pada saat pemeriksaan dan
didokumentasi oleh pemeriksa. (Lusiyana, Ana et al. 2006. Buku
Ajar Asuhan KebidananVolume 1. Jakarta : EGC hal 493)
Tanda kemungkinan kehamilan meliputi :
a. Pembesaran abdomen. (Rahayu, Sri. 2013. Modul
Penatalaksanaan Kehamilan Normal . Malang : Poltekkes
Kemenkes Malang hal 15)
b. Palpasi batas-batas janin. (Rahayu, Sri. 2013. Modul
Penatalaksanaan Kehamilan Normal . Malang : Poltekkes
Kemenkes Malang hal 15)
c. Ballottement. (Rahayu, Sri. 2013. Modul Penatalaksanaan
Kehamilan Normal . Malang : Poltekkes Kemenkes Malang
hal 15)
d. Pembesaran uterus. (Rahayu, Sri. 2013. Modul
Penatalaksanaan Kehamilan Normal . Malang : Poltekkes
Kemenkes Malang hal 15)
e. Perubahan bentuk uterus. (Rahayu, Sri. 2013. Modul
Penatalaksanaan Kehamilan Normal . Malang : Poltekkes
Kemenkes Malang hal 15)
f. Tanda piscasek
Pembesaran uterus pada awal kehamilan mungkin tidak
simetris. Ovum pada kondisi normal berimplantasi pada
fundus uteri dan lebih sering pada sisi posterior. Jika lokasi
implantasi lebih mendekati daerah kornu, maka daerah
tersebut akan membesar sebagai reaksi adanya
perkembangan embriologi. Ketidaksimetrisan uterus dan
kontur yang tidak teratur, kasar pada salah satu area kornu
inilah yang disebut dengan tanda piscasek. (Rahayu, Sri.
2013. Modul Penatalaksanaan Kehamilan Normal . Malang :
Poltekkes Kemenkes Malang hal 15)
g. Tanda hegar
Tanda hegar merupakan kondisi isthmus menjadi lunak
dan mudah tertekan. (Lusiyana, Ana et al. 2006. Buku Ajar
Asuhan KebidananVolume 1. Jakarta : EGC hal 496)
h. Tanda goodell
Tanda goodell adalah pelunakan serviks dari yang
tadinya sekeras ujung hidung pada kondisi tidak hamil
melunak menjadi seperti bibir pada kondisi hamil. (Lusiyana,
Ana et al. 2006. Buku Ajar Asuhan KebidananVolume 1.
Jakarta : EGC hal 496)
3. Tanda positif kehamilan
Tanda positif adalah tanda-tanda yang secara langsung
berhubungan dengan janin, sebagaimana dideteksi dan
didokumentasi oleh pemeriksa. (Lusiyana, Ana et al. 2006. Buku
Ajar Asuhan KebidananVolume 1. Jakarta : EGC hal 493)
Tanda positif kehamilan meliputi :
a. Pergerakan janin. (Rahayu, Sri. 2013. Modul
Penatalaksanaan Kehamilan Normal . Malang : Poltekkes
Kemenkes Malang hal 15)
b. Denyut jantung janin (DJJ). . (Rahayu, Sri. 2013. Modul
Penatalaksanaan Kehamilan Normal . Malang : Poltekkes
Kemenkes Malang hal 15)
2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik Kehamilan
1. Tes kehamilan positif
Tes kehamilan dilakukan berdasarkan produksi human chorionic
gonadotropin (hCG), yang merupakan produk sinsitioblas, lapisan
luar trofoblas. Sinsitiotropoblas berdiferensiasi dan mensekresi hCG
saat trofoblas masuk kedalam endometrium kemudian berimplantasi.
(Rahayu, Sri. 2013. Modul Penatalaksanaan Kehamilan Normal .
Malang : Poltekkes Kemenkes Malang hal 16)
2. Roentgenografi (film sinar X)
Rangka janin dapat divisualisasikan dengan menggunakan
roentgenografi (film sinar X). rangka janin dapat terlihat pertama
kali pada minggu ke-12 karena pusat osifikasi telah terbentuk pada
sebagian besar tulang. Rangka tulang dapat terlihat jelas pada
minggu ke-16, namun pemeriksaan ini tidak dianjurkan sebagai
penegak diagnosis karena berbahaya bagi janin. (Rahayu, Sri. 2013.
Modul Penatalaksanaan Kehamilan Normal . Malang : Poltekkes
Kemenkes Malang hal 17)
3. Kardiotokografi (KTG) janin
Kardiotokografi (KTG) merupakan salah stu alat elektronik yang
digunakan untuk mendeteksi adanya gangguan yang berkaitan
dengan hipoksia janin, seberapa jauh gangguan tersebut, dan
akhirnya menentukan tindak lanjut dari hasil pemantauan tersebut,
melalui penilaian pola denyut jantung janin dalam hubungannya
dengan adanya kontraksi ataupun aktivitas janin. (Prawirohardjo,
Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo hal 221)
4. Velosimetri Doppler
Velosimetri Doppler adalah suatu pemeriksaan dengan
menggunakan efek ultrasonografi dan efek Doppler. (Prawirohardjo,
Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo hal 236)
5. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG merupakan suatu metode diagnostik dengan
mengguanakan gelombang ultrasonik untuk mempelajari morfologi
dan fungsi suatu organ berdasarkan gambaran eko dari gelombang
ultrasonic yang dipantulkan oleh organ. (Prawirohardjo, Sarwono.
2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo hal 247)
2.1.6 Pembagian Trimester Pada Masa Kehamilan
Kehamilan terbagi dalam tiga trimester :
1. Trimester pertama berlangsung dalam 12 minggu
2. Trimester kedua berlangsung 15 minggu (minggu ke-13 sampai
dengan minggu ke-27)
3. Trimester ketiga berlangsung 13 minggu (minggu ke-28 sampai
dengan minggu ke-40)
(Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo hal 213)
2.1.7 Perubahan Dan Adaptasi Fisiologis Pada Ibu Hamil Trimester
3
1. Sistem reproduksi
a. Uterus
Pada bulan terakhir kehamilan kontraksi sangat jarang dan
meningkat pada satu atau dua minggu sebelum persalinan.
(Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo hal 177)
b. Serviks
Pada saat kehamilan mendekati aterm, terjadi penurunan
lebih lanjut dari konsentrasi kolagen. Konsentrasinya menurun
secara nyata dari keadaan yang relative dilusi dalam keadaan
menyebar (dispersi) dan ter-remodel menjadi serat. Dispersi
meningkat oleh peningkatan rasio dekorin terhadap kolagen.
(Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo hal 177)
c. Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan
pematangan folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum
yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini juga berfungsi
maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu
akan berperan sebagai penghasil progesterone dalam jumlah
yang relative minimal. (Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu
Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
hal 177)
d. Vagina dan perineum
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia
terlihat jelas pada kulit di otot-otot di perineum dan vulva,
sehingga pada vagina akan terlihat berwarna keunguan yang
dikenal dengan tanda chadwick. Perubahan ini meliputi
penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan
hipertrofi dari sel-sel otot polos. (Prawirohardjo, Sarwono. 2010.
Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo hal 178)
e. Kulit
Pada banyak perempuan kulit di garis pertengahan perutnya
(linea alba) akan berubah menjadi hitam kecoklatan yang disebut
dengan linea nigra. Kadang-kadang akan muncul dalam ukuran
yang bervariasi pada wajah dan leher yang disebut dengan
chloasma atau melisma gravidarum. (Prawirohardjo, Sarwono.
2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo hal 179)
f. Perubahan metabolik
Pada trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan dengan gizi
baik dianjurkan menambah berat badan per minggu sebesar 0,4
kg, sementara pada perempuan dengan gizi kurang atau berlebih
dianjurkan menambah berat badan per minggu masing-masing
sebesar 0,5 kg dan 0,3 kg. (Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu
Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
hal 180)
g. Sistem kardiovaskular
Volume darah meningkat mencapai puncaknya pada minggu
ke-32-34 dengan perubahan kecil setelah minggu tersebut. Pada
kehamilan, terutama trimester ketiga terjadi peningkatan jumlah
granulosit dan limfosit CD8 T dan secara bersamaan penurunan
limfosit dan monosit CD4 T. (Prawirohardjo, Sarwono. 2010.
Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo hal 184)
h. Traktus digestivus
Hemorrhoid juga merupakan suatu hal yang sering terjadi
sebagai akibat konstipasi dan peningkatan tekanan vena pada
bagian bawah karena pembesaran uterus. Hati pada manusia
tidak mengalami perubahan selama kehamilan baik secara
anatomik maupun morfologik. (Prawirohardjo, Sarwono. 2010.
Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo hal 185)
i. Sistem endokrin
Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar
± 135%. Kelenjar tiroid akan mengalami pembesaran hingga
15,0 ml pada saat persalinan akibat dari hyperplasia kelenjar dan
peningkatan vaskularisasi. (Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu
Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
hal 186)
j. Sistem muskuloskeletal
Sendi sakroiliaka, sakrokoksigis dan pubis akan menigkat
mobilitasnya, yang diperkirakan karena pengaruh hormonal.
Mobilitas tersebut dapat mengakibatkan perubahan sikap ibu dan
pada akhirnya menyebabkan perasaan tidak enak pada bagian
bawah punggung terutama pada akhir kehamilan.
(Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo hal 186)
2.1.8 Perubahan Dan Adaptasi Psikologis Pada Ibu Hamil Trimester 3
Trimester ketiga sering disebut periode penantian dengan penuh
kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayi
sebagai makhluk yang terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar menanti
kehadiran sang bayi. Ada perasaan was-was ketika mengingat bayi
dapat lahir kapanun. Hal ini membuatnya berjaga-jaga sementara ia
memperhatikan dan menunggu tanda dan gejala persalinan muncul.
Trimester ketiga merupakan waktu, persiapan yang atif terlihat
dalam menanti kelahiran bayi dan menjadi orang tua sementara
perhatian utama wanita berfokus pada bayi yangakan segera dilahirkan.
Pergerakan janin dan pembesaran uterus, keduanya, menjadi hal yang
terus-menerus mengingatkan tentang keberadaan bayi. Sejumlah
ketakutan muncul pada trimester ketiga. Wanita mungkin merasa cemas
dengan kehidupan bayi dan kehidupannya sendiri. Wanita akan kembali
merasakan ketidaknyamanan fisik yang semakin kuat menjelang akhir
kehamilan. (Lusiyana, Ana et al. 2006. Buku Ajar Asuhan
KebidananVolume 1. Jakarta : EGC hal 503-504)
2.1.9 Ketidaknyamanan Pada Ibu Hamil Trimester 3 Dan
Penatalaksanaan
1. Ketidaknyamanan : Nyeri ulu hati
Penyebab :
a. Relaksasi sfingter jantung pada lambung akibat pengaruh
yang ditimbulkan peningkatan progesterone.
b. Penurunan motilitas gastrointestinal yang terjadi akibat
relaksasi otot karena peningkatan progesterone dan tekanan
uterus.
c. Tidak ada tempat fungsional untuk lambung akibat
perubahan tempat dan penekanan oleh uterus yang
membesar.
Cara mengatasi :
a. Makan dalam porsi kecil, tetapi sering, untuk menghindari
lambung menjadi penuh.
b. Pertahankan postur tubuh yang baik supaya ada ruang lebih
besar pada lambung untuk menjalankan fungsinya.
c. Regangkan lengan anda melampaui kepala untuk
memberikan ruang bagi perut anda untuk berfungsi.
d. Hindari makanan berlemak, karena lemak menurunkan
motilitas usus dan sekresi asam lambung.
e. Hindari minum bersamaan dengan makan karena cairan
cenderung menghambat produksi asam lambung.
f. Hindari makanan dingin.
g. Hindari makan makanan lengkap atau berat menjelang tidur.
2. Ketidaknyamanan : Haemoroid
Penyebab :
Akibat adanya konstipasi, dan diperburuk karena
relaksasi dinding vena akibat produksi progesterone pada masa
kehamilan, berat uterus, kongesti vena pelvis.
Cara mengatasi :
a. Hindari konstipasi.
b. Hindari mengejan yang kuat saat defekasi.
c. Mandi berendam, kehangatan tidak hanya meningkatkan
kenyamanan tapi juga meningkatkan sirkulasi.
d. Konsumsi makanan berserat dan cairan sebanyak mungkin.
3. Ketidaknyamanan : Varises
Penyebab :
Penekanan uterus yang membesar pada area vena
panggul saat wanita duduk atau berdiri dan penekanan pada
vena kava inferior saat ia berbaring.
Cara mengatasi :
a. Kenakan kaos kaki penyokong elastik.
b. Hindari penggunaan pakaian ketat pada daerah kaki.
c. Hindari berdiri yang terlalu lama.
d. Berbaring dengan mengelevasikan kaki.
e. Jangan menyilangkan tungkai anda saat duduk.
f. Lakukan olahraga secara teratur misalnya dengan berjalan
kaki.
g. Lakukan latihan kegel untuk mengurangi varises vulva.
h. Mandi air hangat.
4. Ketidaknyamanan : Nokturia
Penyebab :
Aliran balik vena dari ekstremitas terjadi pada saat
wanita berbaring pada posisi latelar rekumben, karena uteru
stidak lagi menekan pembuluh darah panggul dan vena kava
inferior sehingga terjadi peningkatan.
Cara mengatasi :
a. Menghindari makanan yang mengandung gas.
b. Mengupayakan pola defekasi teratur.
c. Posisi lutut di dada akan membantu ketidaknyamanan akibat
gas yang terperangkap.
5. Ketidaknyamanan : Nyeri punggung bawah
Penyebab :
Akibat pergeseran pusat gravitasi dengan postur tubuh
wanita hamil.
Cara mengatasi :
a. Postur tubuh yang baik.
b. Mekanik tubuh yang tepat saat mengangkat benda.
c. Hindari membungkuk berlebihan.
d. Ayunkan panggul atau miringkan.
e. Gunakan sepatu tumit rendah.
f. Lakukan kompres hangat.
g. Pijat atau usap daerah punggung.
(Rahayu, Sri. 2013. Modul Penatalaksanaan Kehamilan
Normal . Malang : Poltekkes Kemenkes Malang hal 43-44)
2.1.10 Tanda Bahaya Pada Kehamilan
1. Perdarahan pervaginam
2. Sakit kepala lebih dari biasa
3. Gangguan penglihatan
4. Pembengkakan pada wajah atau tangan
5. Nyeri abdomen (epigastrik)
6. Janin tidak bergerak seperti biasanya atau pergerakan janin <10
dalam 12 jam
(Rukiyah, Ai Yeyeh. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi
Kebidanan). Jakarta : TIM)
2.1.11 Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil dengan Kartu Skor
‘Poedji Rochjati’ (KSPR)
Kartu skor digunakan sebagai alat rekam kesehatan dari ibu
hamil berbasisi keluarga. Format KSPR disusun sebagai kombinasi
antara ceklis dan sistim skor. Ceklis dari faktor risiko ada 20: kelompok
1 terdiri dari 10 faktor risiko, kelompok 2 terdiri dari 8 faktor risiko dan
kelompok 3 terdiri dari 2 faktor risiko.
Sistim skor : tiap faktor resiko ada gambar msing-masing dengan
tertulis skor 4 dan 8 (bekas operasi sesar, letak sungsang, letak lintang,
perdarahan antepartum. Dan PreEklampsia berat/eklmapsia).
Kartu skor mempunyai 5 fungsi :
a. Skrining antenatal/deteksi dini faktor resiko pada ibu
hamil risiko tinggi.
b. Pemantauan dan pengendalian ibu hamil selama
kehamilan.
c. Pencatat kondisi ibu selama kehamilan, persalinan, nifas
mengenai ibu/bayi.
d. Pedoman untuk memberi penyuluhan.
e. Validasi data kehamilan, persalinan, nifas dan
perencanaan KB.
Kartu skor dibuat dalam satu helai dengan halaman depan dan
belakang, dapat dilipat dua, tiap halaman menjadi bagian kiri dan kanan.
Disusun dengan praktis untuk mudah dimenegerti, digunakan oleh
tenaga kesehatan dan non kesehatan PKK, dukun, serta mudah dibawa
dan disimpan. Dengan warna hijau agar mydah dikenal dan mudah
ditemukan.
Halaman depan Kartu Skor ‘Poedji Rochjati’

1. Halaman depan : kiri dan kanan


a. Kiri atas
Identitas ibu hamil, diisi pada kontak pertama: nama, umur,
pendidikan, pekerjaaan, kehamilan ke berapa dan riwayat
kehamilan yang lalu, tanggal hari pertama dar haid terakhir,
tanggal dan bulan dari perkiraan persalianan. Identitas suami :
pendidikan, dan pekerjaan.
b. Kiri tengah
Isian digunakan untuk melakukan skrining/deteksi dini
masalah/faktor risiko, skor dari mfaktor risiko yang ditemukan
dan jumlah skor. Bagian ini terbagi dalam 4 kolom I-IV:
Kolom I : kelompok faktor resiko I, II, dan III.
Kolom II : nomor urut dari masalah atau faktor risiko 1-20.
Kolom III : skor awal ibu hamil.
Macam masalah atau faktor resiko pada ibu
hamil ada 20 :
Nomor urut 1-10 : kelompok I, Ada Potensi
Gawat Obstetrik/APGO, 7 Terlalu dan 3
Pernah
Kondisi ibu hamil atau faktor resiko yang
berhubungan dengan umur, paritas dan riwayat
persalinan yang lalu, yaitu :
1. Primi muda (terlalu muda, hamil 1 ≤16 tahun)
Dampak Kehamilan Resiko Tinggi pada
Usia Muda :
A. Resiko bagi ibu :
1. Mengalami perdarahan.
Perdarahan pada saat
melahirkan antara lain disebabkan
karena otot rahim yang terlalu
lemah dalam proses involusi.
selain itu juga disebabkan selaput
ketuban stosel (bekuan darah yang
tertinggal didalam rahim).
Kemudian proses pembekuan
darah yang lambat dan juga
dipengaruhi oleh adanya sobekan
pada jalan lahir.
2. Kemungkinan keguguran /
abortus.
Pada saat hamil seorang
ibu sangat memungkinkan terjadi
keguguran. hal ini disebabkan oleh
faktor-faktor alamiah dan juga
abortus yang disengaja, baik
dengan obat-obatan maupun
memakai alat.
3. Persalinan yang lama dan sulit.
Adalah persalinan yang
disertai komplikasi ibu maupun
janin.penyebab dari persalinan
lama sendiri dipengaruhi oleh
kelainan letak janin, kelainan
panggul, kelaina kekuatan his dan
mengejan serta pimpinan
persalinan yang salahKematian
ibu. Kematian pada saat
melahirkan yang disebabkan oleh
perdarahan dan infeksi.
B. Dari bayinya :
1. Kemungkinan lahir belum
cukup usia kehamilan.
Adalah kelahiran prematur
yang kurang dari 37 minggu
(259 hari). hal ini terjadi
karena pada saat pertumbuhan
janin zat yang diperlukan
berkurang.
2. Berat badan lahir rendah
(BBLR).
Yaitu bayi yang lahir
dengan berat badan yang
kurang dari 2.500 gram.
kebanyakan hal ini
dipengaruhi kurangnya gizi
saat hamil, umur ibu saat
hamil kurang dari 20 tahun.
dapat juga dipengaruhi
penyakit menahun yang
diderita oleh ibu hamil.
3. Cacat bawaan.
Merupakan kelainan
pertumbuhan struktur organ
janin sejak
saat pertumbuhan.hal ini
dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya kelainan
genetik dan kromosom,
infeksi, virus rubela serta
faktor gizi dan kelainan
hormon.
4. Kematian bayi
Kematian bayi yang masih
berumur 7 hari pertama
hidupnya atau kematian
perinatal. Yang disebabkan
berat badan kurang dari 2.500
gram, kehamilan kurang dari
37 minggu (259 hari),
kelahiran kongenital serta
lahir dengan asfiksia.
2. Primi tua (terlalu tua, hamil 1 ≥35 tahun dan
terlalu lambat hamil 1, kawin ≥4 tahun),
terlalu cepat hamil lagi (<2 tahun), primi tua
sekunder (terlalu lama hamil lagi, ≥10 tahun),
grandemulti (terlalu banyak anak, 4 atau
lebih), terlalu tua umur ibu ≥35 tahun, tinggi
badan terlalu pendek ≤145 cm, riwayat
obstetric jelek (pernah gagal kehamilan yang
lalu), pernah melahirkan denga tindakan
bukan operasi (tarikan tang atau vaum, uri
dirogoh, diberi infus atau transfuse), pernah
operasi sesar. Faktor resiko yang ditemukan
dicocokan dengan gambar pada nomor yang
sesuai dengan faktor resiko, dibri skor 4 dan
khusus bekas seksio 8. Faktor resiko nomor
1-10 mudah diteukan melalui tanya jawab dan
periksa pandang terhadap ibu hamil pada
kontak 1 pada kehamilan muda oleh ibu
hamil, suami, keluarga, PKK, dukun, tenaga
kesehatan atau bidan di desa.
Nomor urut 11-18 : kelompok II Ada Gawat
Obstetrik atau AGO, 8 faktor resiko
Penyakit pada ibu hamil, bengkak pada
tungkai muka dan tekanan darah tinggi, hamil
kembar, hidramnion, bayi mati dalam kandungan,
kehamilan lebih bulan, letak sungsang, dan letak
lintang.
Skor : diberi 4, kecuali letak sungsang dan
letak lintang diberi sor 8.
Bila tenaga non kesehatan, PKK atau
dukun menduga adanya suatu faktor resiko
misalnya, hamil kembar, dirujuk kebidan,
kemudian bidan memeriksa, bila betul baru diberi
skor bersama-sama dengan bidan.
Nomor urut 19-20 : kelompok III, Ada Gawat
Darurat Obstetrik/AGDO
Perdarahan antepartum dan preeclampsia
berat/eklampsia : skor 8. Faktor resiko ini
langsung mengancam nyawa ibu dan janin.
Kolom IV : Pemantauan terhadap ibu hamil selama kehamilan:
1. Tanggal dan bulan pada tiap kontak ditulis
diatas umur kehamilan yang sesuai : kontak
pada tribulan I, tribulan II dan dua kali pada
tribulan III.
2. Tanggal dan rencana kontak berikutnya juga
segera ditulis pada kolom umur kehamilan
berikutnya. Tanggal ini ditulis juga dalam buku
catatan ibu hamil untuk membantu
memudahkan mengingat kapan kontak
berikutnya harus dilaksanakan.
3. Berisi nilai skor awal 2 untuk semua ibu hamil.
Skor untuk masing-masing faktor risiko adalah
4 atau 8.
4. Untuk pemberian dan pencatatan skor pada tiap
kontak. Terdapat 4 kolom kecil untuk
pengisian skor dari faktor resiko yang
ditemukan pada tiap kontak dengan ibu hamil
oleh petugas kesehatan atau PKK.
5. Jumlah skor. Untuk mengisi julag skor pada
tiap kontak, jumlahkan skor awal dari bu amil
da skor dari faktor resiko yang ada pada waktu
kontak yang sama.
c. Kiri bawah
Penyuluhan atau Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)
Penyuluhan untuk kehamilan atau persalinan aman dan
rujukan terencana. Jumlah skor, kelompok resiko dengan
kode warnanya akan memudahkan pemberian penyuluhan
kepada ibu hamil, suami dan keluarga dalam bentuk
komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) mengenai
kehamilan atau persalina aman.
Kehamilan
1. Perawatan kehamilan, menggunakan buku KIA.
2. Rujukan kehamilan bagi Ibu Resiko Tinggi ke puskesmas
atau rumah skait. Ibu dengan :
a. Skor 2
Perawatan kehamilan ke bidan d desa, baik
posyandu, polindes, puskesmas, tidak perlu dirujuk.
b. Skor 6-10
Diberi nasehat periksa kehamilan dan rujukan
kehamilan ke bidan atau puskesmas untuk
menetapkan dugaan faktor resiko yang ditemukan,
misalnya pada gemelli, letak sungsang, janin mati
dalam kandungan (IUFD).
c. Skor ≥12
Ibu hamil dengan faktor resiko ganda (dua atau
lebih) dinasehatkan untuk periksa ehamilannya, dan
bila perlu dirujuk kerumah sakit untuk pemeriksaan
lebih intensif.
Persalinan (Ibu Hamil Resiko Tinggi KRT, Ibu Resiko
Sangat Tinggi KRST)
1. KIE mengenai tempat dan penolong persalinan yang
sesuai dengan kelompok risiko dan macam faktor
risikonya.
2. Rujukan persalinan dengan pola Rujukan Terencana :
a. Rujukan Dini Berencana (RDB)
Rujukan pada Ibu Ada Potensi Gawat Obstetrik
atau APGO dan Ibu Ada Gawat Obstetrik atau AGO.
Ibu hamil dirujuk dalam kondisi sehat, walaupun ada
faktor resiko, ibu dapat berjalan, naik kendaraan
umum ke rumah sakit.
b. Rujukan Dalam Rahim (RDR)
Dilakukan pada janin risiko tinggi dengan upaya
penyelamatan janin dalam rahim, agar setelah
dilahirkan dapat langsung ditangani oleh dokter
spesialis anak. Mislanya pada ibu hamil Riwayat
Obstetrik Jelek dengan penyakit Diabetes Mellitus.
c. Rujukan Tepat Waktu (RTW), pada :
1. Ibu Ada Gawat darirat Obstetrik atau
AGDO : perdarahan antepartum, pada
eklampsia belum menunjukkan tanda-tanda
eklampsia lanjut yaitu tanda-tanda sindroma
HELLP (Hemolisis Elevated of Liver Enzyme
dan penurunan dari Platelet Count) dengan
tanda gangguan pembekuan darah.
2. Pada komplikasi persalinan dini, misalnya uri
tertinggal.
Komplikasi persalinan dapat terjadi tidak
terduga sebelumnya ; perdarahan postpartum,
retention placenta, partus lama atau infeksi
sebaiknya ditemukan pada tahap awal atau
dini, masih belum ada tanda-tanda awal dari
syok.
Penyuluhan atau KIE sangat penting
untuk menimbulkan rasa kesadaran,
kepedulian, kewaspadaan dan kepatuhan
dalam pengambilan keputusan dalam
keluarga mengenai tempat dan penolong
persalinan yang sesuai. Untuk itu dalam masa
kehamilan (6 bulan) harus ada persiapan dan
perencanaan mental, biaya dan transportasi
dalam upaya persalinan aman dengan
mendapatkan pertolongan professional yang
adekuat di rumh sakit.
Penggunaan ceklis dari kondisi ibu hamil
atau faktor resiko dan penghitungan skor
Ada 3 hal yang perlu diperhatikan yaitu :
1. Deteksi adanya faktor resiko pada setiap
kontak.
2. Cara pemebrian skor dan cara pencatatan
skor dalam kolom IV dengan 4 kolom
kecil pada umur kehamilan pada waktu
kontak.
3. Penghitungan jumlah skor, dari skor awal
dan skor kondisi ibu hamil atau faktor
resiko.
Cara pengisian kolom IV, tempat menulis
skor :
a. Bila ada salah satu ibu hanil dengan
faktor risiko no. 1-20, maka skor ditulis
pada kolom umur kehamilan yang sesuai
saat itu.
b. Jumlah skor adalah jumlah dari skor awal
dan skor pada faktor resiko no. 1-20
ditulis pada baris jumlah skor.
2. Halaman depan kanan
a. Tempat perawatan kehamilan :
Posyandu, polindes, rumah bidan, puskesmas, rumah
skait. Pilih dan tandai dengan melingkari tempat perawatan
dari ibu hamil.
b. Data persalinan, ibu dan bayi :
Setelah ibu melahirkan dapat mengisi kartu skor tentang
persalinan mengenai :
1. Tanggal dari persalinan.
2. Rujukan persalinan
Jika dalam persalinan dilaukan rujukan, tanyakan jenis
atau macam rujukannya, asal rujukan dan tujuan dari
rujukan persalinan. Beri lingkaran sesuai jawaban yang
didapat.
3. Komplikasi obstetrik
Jika dalam kehamilan atau persalinan terdpaat
komplikasi obstetrik tandai jawaban yang sesuai.
4. Tempat bersalin
Tiap persalinan pasti membutuhkan penolong persalinan.
Pilih dan tandai salah satu jawaban yang tersedia.
5. Penolong persalinan
Tiap persalinan pasti membutuhkan penolong persalinan.
Pilih dan tandai salah satu jawaban yang tersedia.
6. Macam persalinan
Dari penolong persalinan dapat diketahui jenis atau
macam persalinan. Pilih dan tandai macam persalinan
sesuai dengan yang dialami ibu.
7. Keadaan ibu dan bayi pasca persalinan harus dicatat
Jika ibu dalam keadaan sehat dan selama, tandai pada
pilihan hidup. Jika terjadi kematian, tanyakan apa
penyebabnya, dan dimana tempat kematian ibu. Sama
halnya dengan bayi, tanyakan berat badan lahir, jenis
kelaminnya, apakah ada kelainan bawaan. Jika bayi lahir
mati atau lahir hidup kemudian mati dalam umur 7 hari,
penyebab dan dimana kematian bayi tersebut.
8. Keadaan ibu selama masa ifas, yaitu 42 hari setelah
persalinan
Tanyakan pada ibu apakah keadaannya sehat atau sakit
pada masa nifas. Tanyakan pada ibu apakah ia
memberiakn ASI pada bayinya. Jika ibu memberi makanan
tambahan tanyakan apa jenisnya. Jika ibu meninggal,
tanyakan pada suami atau keluarganya apa penyebab dan
tempat kematian.
9. Perencanaan KB
Tanyakan pada ibu atau suami tentang perencanaan KB.
Jika ya, jenis KB apa yang dipilih. Tandai jawaban
tersebut pada kartu skor. Setelah persalinan, apakah pada
ibu langsung dialakukan sterilisasi.
Halaman belakang Kartu Skor ‘Poedji Rochjati’
1. Halaman belakang kartu skor
Kiri dan kanan
Terdapat gambar faktor resiko 1-20 dari kelompok I, II dan III
dengan nomor urut sesuai dengan urutan pada ceklis. Pada masing-
masing nomor ada penjelasan atau batasan dari faktor risiko dan
skornya. Pada pojok kanan bawah : identitas instansi atau organisasi
yang memberi bantuan biaya untuk penggandaan kartu skor.
(Rochyati, Poedji. 2003. Skrining Antenatal Pada Ibu hamil
Pengenalan Faktor Risiko Deteksi Dini Ibu Hamil Risiko Tinggi.
Surabaya : Airlangga University Press)
2.1.12 Terapi Yang Diberikan Untuk Ibu Hamil Trimester 3
Setiap ibu hamil minimal mendapat 90 tablet selama
kehamilannya. Tiap tablet besi mengandung FeSo4 320 mg (zat besi 60
mg) dan asam folat 500 mg ug. (Herawani. 2003. Standar Asuhan
Kebidanan Bagi Bidan Di Rumah Sakit dan Puskesmas. Jakarta :
Direktorat Jenderal Perawatan Medik Departemen Kesehatan RI)
2.2 Konsep Manajemen Kebidanan Pada Ibu Hamil Trimester 3
1. Pengkajian
A. Data subyektif
a. Identitas (biodata)
Data yang harus dikumpulkan adalah nama pasien, umur,
suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, penghasilan,
alamat kantor, dan alamat rumah.selain itu, juga perlu dikaji
nama suami, umur suami, suku/bangsa suami, agama suami,
pendidikan suami, pekerjaan suami, penghasilan suami,
alamat kantor suami dan alamat rumah.
b. Keluhan utama
Data ini untuk mengkaji apa saja yang dikeluhkan oleh
ibu. Pada ibu hamil trimester ke 3, biasanya ibu
mengeluhkan nyeri punggung bagian bawah, varises, sering
BAK pada malam hari, susah untuk BAB, sesak napas, dan
nyeri ulu hati (Sri Rahayu, 2013 : 42).
c. Riwayat menstruasi
Meliputi menarche (mentruasi pertama kali yang dialami
oleh ibu), HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir), siklus haid,
banyaknya menstruasi (dinyatakan dalam berapa kali ganti
pembalut dalam satu hari), teratur atau tidak mengalami
menstruasi, apakah ibu mengalami dismenorhoe, adakah
flour albus, warna atau bau dari flour albus, HPL/HTP (Hari
Perkiraan Lahir) perlu dikaji karena untuk mempersiapkan
persalinan yang aman dan nyaman (Wafi Nur, 2013 : 136).
d. Riwayat kehamilan sekarang
Meliputi riwayat ANC yang terbagi dalam beberapa
trimester. Yang perlu dikaji dalam riwayat ANC adalah
berapa kali ibu melakukan kunjungan ANC, dimana ibu
melakukan kunjungan ANC, apa yang dikeluhkan ibu setiap
kunjungan ANC, terapi apa yang diberikan oleh bidan atau
dokter setiap kunjungan.
Selain itu, yang dikaji dari riwayat kehamilan sekarang
adalah hasil tes kehamilan yang dilakukan oleh ibu,
pergerakan fetus pertama kali yang ibu rasakan, penyuluhan
yang didapat, pergerakan fetus dlaam 3 jam terakhir dan
berapa kali dan kapan ibu melakukan imunisasi TT (Wafi
Nur, 2013 : 136).
Jadwal pemberian imunisasi Tetanus Toxoid
1. TT 1
Interval minimal : Pada kunjungan antenatal
pertama
Lama perlindunga :-
Persentase perlindunga :-
2. TT 2
Interval minimal : 4 minggu setelah TT 1
Lama perlindungan : 3 tahun
Persentase perlindungan : 80
3. TT 3
Interval minimal : 1-6 bulan setelah TT 2
Lama perlindungan : 5 tahun
Persentase perlindungan : 95
4. TT 4
Interval minimal : 1 tahun setelah TT 3
Lama perlindungan : 10 tahun
Persentase perlindungan : 95
5. TT 5
Interval minimal : 1 tahun setelah TT 4
Lama perlindungan : 25 tahun atau seumur
hidup
Persentase perlindungan : 99
(Herawani, 2003 : 8)
e. Pola makan dan minum
Meliputi pola makan ibu sebelum dan saat hamil, pola
minum ibu sebelum dan saat hamil, dan perubahan pola
makan yang dialami oleh ibu seperti ngidam, nafsu makan
menurun (Wafi Nur, 2013 : 137)
f. Pola aktifitas sehari-hari
Meliputi pola istirahat ibu sebelum dan saat hamil, pola
tidur ibu sebelum dan saat hamil, dan pola hubungan sexual
sebelum dan saat hamil.
g. Pola eliminasi
Meliputi pola BAB ibu sebelum dan saat hamil, pola
BAK ibu sebelum dan saat hamil. Yang perlu dikaji dari pola
BAB dan BAK adalah warna, konsistensi, dan bau.
h. Riwayat KB
Meliputi kontrasepsi yang pernah digunakan oleh ibu,
dan rencana kontrasepsi yang akan digunakan (Wafi Nur,
2013 : 136).
i. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Meliputi tanggal persalinan, tempat persalinan, umur
kehamilan, jenis persalinan, penolong, penyulit, jenis
kelamin anak, berat badan anak, panjang badan anak, riwayat
nifas.
j. Riwayat penyakit yang sedang diderita
Hal ini penting sekali untuk dikaji karena untuk
mengetahui apakah ibu sedang menderita suatu penyakit
sehingga cepat untuk dilakukan penanganan.
k. Riwayat penyakit yang lalu
Hal ini penting untuk dikaji karena untuk mengetahui
apakah ibu menderita penyakit dimasa yang lalu.
l. Riwayat penyakit keturunan
Hal ini penting untuk dikaji karena untuk mengetahui
apakah ibu memiliki penyakit keturunan seperti hipertensi,
jantung, diabetes mellitus, asma, epilepsy, TBC (Wafi Nur,
2013 : 137).
m. Perilaku kesehatan
Meliputi apakah ibu minum alkohol atau obat-obatan,
jamu yang sering digunakan, apakah ibu merokok, makan
sirih dn minum kopi, dan berapa kali ibu ganti celana
dalamnya (untuk mengetahui apakah ibu benar-benar
memperhatikan personal hygiene nya atau tidak).
n. Riwayat sosial
Meliputi apakah kehamilan ini direncanakan oleh ibu,
jenis kelamin apa yang diharapkan oleh ibu dan juga
keluarga, status perkawinan ibu, berapa kali perkawinan,
lama perkawinan, jumlah anggota keluarga dirumah (Wafi
Nur, 2013 : 137).
o. Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan,
persalinan dan nifas
Disini kita mengkaji apakah ibu memiliki kepercayaan
atau adat istiadat yang berhubungan dengan kehamilan,
persalinan dan nifas, misalnya untuk orang jawa ada mitoni,
tingkepan, brokohan, sepasaran dan lain-lain.
p. Keadaan psikososial
Meliputi bagaimana hubungan ibu dengan keluarga dan
juga masyarakat setempat. Selain itu, bisa juga respon
keluarga terhadap kehamilan, dukungan keluarga,
pengambilan keputusan dalam keluarga, tempat melahirkan
dan penolong yang diinginkan (Wafi Nur, 2013 : 137)
B. Data obyektif
a. Pemeriksaan umum
1. Keadaan umum
Untuk mengkaji apakah keadaan umum ibu baik,
ataukah lemah.
2. Kesadaran
Apakah ibu :
a. Compos mentis = sadar penuh
b. Apatis = perhatian berkurang.
c. Somnolen = mudah tertidur walaupun diajak
berbicara.
d. Sopor = dengan rangsangan kuat masih member
respon gerakan.
e. Soporo-comatus = hanya tinggal reflek corena
(sentuhan ujung kapas pada kornea akan menutup
kornea mata).
f. Coma = tidak memberi respon sama sekali.
3. Keadaan emosional
Apakah emosi ibu stabil, ataukah emosi ibu sedang
sangat emosi.
4. Tekanan darah
Tekanan darah pada ibu hamil tidak boleh mencapai
140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolic. Perubahan
30 mmHg dan 15 mmHg diastolic diatas tensi sebelum
hamil, menandakan toxaemia gravidarum (keracunan
kehamilan) (Sri Rahayu, 2013 : 25).
5. Suhu tubuh
Normalnya adalah 35,5oC-36,5oC.
6. Denyut nadi
Normalnya adalah 80-100 x/menit.
7. Pernafasan
Normalnya adalah 18-20 x/menit.
8. Tinggi badan
Ibu hamil beresiko tinggi memiliki tinggi badan ≤145
cm.
9. BB sekarang dan BB sebelum hamil
Dalam menimbang ibu hamil bukan beratnya saja
yang penting, tetapi lebih penting lagi perubahan berat
badan setiap kali ibu memeriksakan diri. Berat badan
pada trimester ke 3 tidak boleh tambah lebih dari 1 kg
seminggu atau 3 kg sebulan. Penambahan yang lebih dari
batas-batas tersebut diatas disebabkan oleh penimbunan
(retensi) air disebut praoedema (Sri Rahayu, 2013 : 25).
10. Lingkar lengan atas (LILA)
Minimal LILA ibu harus mencapai 23,5 cm (WHO,
2013 : 34).
b. Pemeriksaan khusus
1. Inspeksi :
A. Kepala
Meliputi warna rambut, benjolan, rontok, adakah
ketombe.
B. Muka
Apakah ada edema pada wajah, adakah chloasma
gravidarum (Sri Rahayu, 2013 : 26).
C. Mata
Adakah pucat pada kelopak mata bawah, adakah
kuning atau ikterus pada sclera (Sri Rahayu, 2013 :
26).
D. Hidung
Apakah hidung simetris, adakah pengeluaran
sekret, adakah polip pada hidung (Sri Rahayu, 2013 :
26).
E. Mulut dan gigi
Meliputi pemeriksaan lidah (kebersihan, adakah
lesi), gigi (kebersihan, adakah karies, adakah karang),
gusi (kebersihan, warna, adakah lesi) (Wafi Nur,
2013 : 137).
F. Telinga
Meliputi kebersihan, adakah pengeluaran dari luar
telinga (serumen) (Sri Rahayu, 2013 : 26).
G. Leher
Adakah pembesaran kelenjar tiroid (Sri Rahayu,
2013 : 26).
H. Axilla
Adakah pembesaran pembuluh limfe (Sri Rahayu,
2013 : 26).
I. Dada
Adakah pembesaran, memeriksa apakah simetris
atau tidak, putting payudara (menonjol, datar atau
masuk ke dalam), adakah kolostrum yang keluar,
adakah strie, pada saat klien berbaring lakukan
palpasi secara sistematis dari arah payudara dan
aksilla kemungkinan terdapat massa, bagaimana
kebersihan payudara ibu (Sri Rahayu, 2013 : 26).

J. Abdomen
Adakah pembesaran, adakah luka bekas operasi,
adakah linea nira, adakah strie livide, adakah strie
albican (Sri Rahayu, 2013 : 26).
K. Punggung
Bagaimana posisi punggung (apakah kifosis,
lordosis, scoliosis). Umumnya ibu hamil memiliki
posisi punggung lordosis karena pergeseran pusat
gravitasi (Sri Rahayu, 2013 : 44).
L. Anogenital
Bagaimana keadaan perineum, warna vulva,
pengeluaran pervaginam (warna, konsistensi, bau),
adakah pembesaran kelenjar bartholini, adakah
oedema, adakah condilomatalata atau condiloma
acuminata.
M. Ekstremitas
Apakah ekstremitas simetris, adakah varises pada
ekstremitas bawah, adakah oedema pada ekstremitas
atas dan bawah (Wafi Nur, 2013 : 137).
2. Palpasi
A. Leopold 1
Tujuan : menentukan umur kehamilan
(berdasarkan TFU) dan menentukan bagian apa yang
terdapat di fundus.
Temuan :
a. Jika bagian janin bulat dan keras, mudah
dgoyangkan, berarti kepala dan posisi janin
membujur
b. Jika bagian janin teraba tidak beraturan, agak
bulat, lebih lunak dari kepala, sulit untuk
digoyang, berarti bokong dan letaknya membujur.
Normalnya akan teraba bokong.
c. Jika tidak teraba apapun di fundus atau kosong,
berarti posisi janin melintang.
Perkiraan TFU terhadap umur kehamilan
1. Umur kehamilan : 12 minggu
TFU : 1/3 di atas simfisis atau 3
jari di atas simfisis
Cm :-
2. Umur kehamilan : 16 minggu
TFU : ½ simfisis-pusat
Cm :-
3. Umur kehamilan : 20 minggu
TFU : 2/3 di atas simfisis atau 3
jari di bawah pusat
Cm : 20 cm
4. Umur kehamilan : 24 minggu
TFU : Setinggi pusat
Cm : 23 cm
5. Umur kehamilan : 28 minggu
TFU : 1/3 di atas pusat aatu 3
jari di atas pusat
Cm : 26 cm
6. Umur kehamilan : 32 minggu
TFU : ½ pusat-procesus
xifoideus
Cm : 30 cm
7. Umur kehamilan : 36 minggu
TFU : Setinggi procesus
xifoideus
Cm : 33 cm
8. Umur kehamilan : 40 minggu
TFU : Dua jari (4cm) di bawah
px
B. Leopold 2
Tujuan : menentukan bagian apa yang ada di
kanan dan kiri perut.
Temuan :
a. Jika teraba kokoh, cembung, panjang, dan
tertahan oleh massa yang dianggap kepala atau
bokong maka berarti punggung janin. Posisi
punggung janin pada kanan atau kiri abdomen
menunjukkan posisi janin membujur.
b. Jika teraba kecil, menonjol, bentuk tidak
beraturan dan bergerak jika ditekan, menendang
atau memukul tangan pemeriksa, berarti bagian
kecil janin yaitu tangan, kaki, lutut dan siku.
Biasanya berada pada sisi berlawanan dengan
punggung janin.
c. Jika bagian-bagian kecil banyak pada seluruh
abdomen, punggung sulit dirasakan berarti posisi
posterior (punggung posterior).
C. Leopold 3
Tujuan : menentukan bagian apa yang berada di
bawah dan apakah bagian bawah anak ini sudah atau
belum terpegang oleh pintu atas panggul.
Temuan :
a. Hasil temua sama dengan leopold 1
b. Jika bagian presentasi adalah kepala, dan
mungkin agak sulit untuk digoyang berarti kepala
sudah masuk pintu atas panggul.
D. Leopold 4
Tujuan : berapa masuknya bagian terbawah ke
dalam rongga panggul.
Temuan :
a. Jika jari-jari tanagn bertemu (konvergen) berarti
kepala belum masuk PAP.
b. Jika jari-jari tangan sejajar berarti kepala sudah
masuk rongga panggul.
c. Jika jari-jari kedua tangan saling menjauh
(divergen) berarti ukuran kepala terbesar sudah
melewati PAP.
(Sri Rahayu, 2013 : 28-32)
3. Auskultasi
Menghitung denyut jantung janin (DJJ).
Lokasi untuk mendengarkan DJJ :
a. Kedudukan fleksi : di daerah punggung janin.
b. Kedudukan defleksi : di dada janin.
c. Letak kepala : daerah kiri kanan bawah pusat.
d. Letak bokong : daerah kiri kanan atas pusat.
e. Letak lintang : daerah pusat.
Cara menghitung DJJ yaitu 3x5 detik dikalikan 4
untuk mendapatkan DJJ 1 menit.
Interpretasi DJJ :
a. Frekuensi normal 120-160 x/menit.
b. Kekuatan normal kuat, atau lemah (terdengar jauh).
c. Teratur, misalkan 11 12 11, dan tidak teratur jika 10
14 10.
(Sri Rahayu, 2013 : 33-34)
4. Perkusi
Yang dikaji adalah reflek patella dengan
menggunakan patella hammer.
5. Pemeriksaan panggul luar
a. Distantia spinarum (DS)
Jarak antara spina iliaka anterior superior (SIAS)
kanan dan kiri. Normalnya 23-26 cm.
b. Distantia cristarum (DC)
Jarak terjauh antara crista iliaka kanan dan kiri,
terletak kira-kira 5 cm di belakang SIAS. Normalnya
26-29 cm.
c. Conjugate eksterna atau boudeloque (CE)
Jarak antara tepi atas simpisis pubis dan ujung
procesus spinosus vertebra lumbal V. normalnya 18-
20 cm.
d. Distantia tuberum
Ukuran melintang dan bawah panggul atau jarak
antara tuber iskhiadikum kanan dan kiri. Normalnya
adalah 10,5-11 cm.
e. Lingkar panggul (LP)
Menggunakan pita pengukur, diukur dari tepi atas
simpisis pubis, dikelilingkan ke belakang melalui
pertengahan antara SIAS dan trochanter mayor
kanan, ke ruas lumbal V dan kembali sepihak.
Normalnya 80-90 cm.
(Sri Rahayu, 2013 : 37)
6. Pengukuran panggul dalam
a. Promotorium, normalnya tidak tercapai.
b. Linea inominata, normalnya teraba sepertiga bagian.
c. Dinding samping panggul, normlanya konvergen.
d. Sacrum, normlanya konkaf atau vekung dalam arah
atas bawah kiri dan kanan.
e. Arcus pubis, normalnya 90o.
(Sri Rahayu, 2013 : 38)
7. Pemeriksaan laboratorium
a. Tes lab : Haemoglobin
Nilai normal : 10,5-14,0
Nilai tidak normal : <10,5
Diagnosis atau masalah terkait : Anemia
b. Tes lab : Protein urine
Nilai normal : Terlacak/negative
Bening/negative
Nilai tidak normal : >Atau =2+
Keruh (positif)
Diagnosis atau masalah terkait : Protein urine
c. Tes lab : Glukosa dalam
Urine
Nilai normal : Warna hijau
Nilai tidak normal : Kuning, oranye,
coklat
Diagnosis atau masalah terkait : Diabetes
d. Tes lab : Golongan darah
Nilai normal : A B O AB
Nilai tidak normal : Tidak ada
Diagnosis atau masalah terkait : Ketidakcocokan
ABO
8. Pemeriksaan penunjang lain
Misalkan USG, rontgen.
9. Kesimpulan
G…P… Uk.. anak hidup atau mati, anak tunggal atau
kembar, letak anak, anak intrauterine atau ekstrauterin,
keadaan jalan lahir, dan keadaan umum penderita.
2. Interpretasi data
DATA DASAR
Ds
Ibu mengatakan hamil anak ke.. usia kehamilan.. HPHT…
Do
Merupakan hasil dari pemeriksaan fisik yang menunjang
terbentuknya diagnosa yaitu :
a. Hasil TTV
b. BB sekarang
c. LILA
d. Hasil palpasi
e. Hasil auskultasi
DIAGNOSA/MASALAH/KEBUTUHAN
Dx
G…P… Uk.. dengan kehamilan normal
3. Perencanaan
Dx
G…P..Uk.. dengan kehamilan normal
Perencanaan dan rasional :
a. Bina hubungan saling percaya antara petugas dan ibu.
Rasional : Kepercayaan yang diberikan ibu kepada petugas dapat
memudahkan petugas dalam pemeriksaan dan pengkajian.
b. Beritahukan hasil pemeriksaan.
Rasional : Ibu dapat mengetahui kondisi janinnya bahwa
janinnya tidak ada masalah.
c. Berikan konseling kepada ibu mengenai tanda-tanda persalinan
dan tanda bahaya kehamilan.
Rasional : Tanda-tanda persalinan dan tanda-tanda bahaya
kehamilan diberitahukan secara dini agar ibu waspada dan jika
sewaktu-waktu terdapat tand-tanda seperti yang telah dijelaskan
maka ibu langsung menuju ke faskes terdekat.
d. Jadwalkan kunjungan berikutnya yaitu kunjungan ulang setiap
seminggu sekali.
Rasional : Mengetahui perkembangan kesehatan dari ibu dan
janin.
e. Kolaborasi dengan dokter (jika diperlukan) untuk tindak lanjut.
Rasional : Dokter berwenang dalam memberikan terapi berupa
obat.
4. Pelaksanaan
Dx
G…P..Uk.. dengan kehamilan normal
Tanggal….
Jam…
Pelaksanaan :
a. Membina hubungan saling percaya antara petugas dan ibu .
b. Memberitahukan hasil pemeriksaan.
c. Memberikan konseling kepada ibu mengenai tanda-tanda
persalinan dan tanda bahaya kehamilan.
d. Menjadwalkan kunjungan berikutnya yaitu kunjungan ulang
setiap seminggu sekali.
e. Berkolaborasi dengan dokter (jika diperlukan) untuk tindak
lanjut.
5. Evaluasi
Dx
G…P..Uk.. dengan kehamilan normal
Tanggal…
Jam…
Evaluasi :
S (subyektif) : Mencatat semua keluhan pasien
O (Obyektif) : Mencatat hasil pemeriksaan
A (Analisa) : Mencatat diagnosa, masalah yang terjadi dan
kebutuhan
P (Planning) : Merencanakan pelayanan yang akan diberikan

Anda mungkin juga menyukai