2. Bagi yang suka menghayati kebudayaan kia angkat gelas sama sama 3. Minum kopi keras 4. Lagu barusan itu judulnya SA SASSA, lagu ini diciptakan oleh seniman probolinggo namanya peni priyono, beliau sebenarnya ndak dilahirkan di probolinggo tapi takdir yang membuat bapak yang sudah senior ini kemudian tinggal dan menetap di probolinggo. Konon lagu ini tercipta sekitar tahun 2005, tapi Pertamakali saya dengar lagu ini sekitar tahun 2008. 5. lagu ini menggunakan bahasa madura, makanya judulnya juga menggunakan bahasa madura artinnya mencuci, tetapi kata sa sassa ini digunakan untuk aktivitas mencuci pakaian, karena untuk mencuci peralatan masak atau peralatan makan menggunakan kata yang berbeda lagi. 6. Ya begitulah, memang bahasa daerah itu sangat kaya, pokoknya bahasa daerah itu keren lah. 7. Jadi, Jangan malu menggunakan bahasa daerah dimanapun kita berada. 8. Kecuali mungkin dalam forum forum formal dan resmi , ya kita pakai bahasa nasional 9. Ngomong ngomong aku kok ngegas gini, 10. Oke,minum kopi dulu, (minum kopi) bakar menyan dulu, supaya jinnya lari (bakar rokok) 11. Sebenarnya saya ndak mau mbahas bahasanya, tapi isi dari lagu sa sassa itu, ada banyak lagu yang berisi hal hal serupa , Cuma salah satu contohnya ya lagu itu. 12. Intinya, lagu ini membawa sebuah konteks yang menarik. 13. ini lagu kan menceritakan betapa bahagianya jaman ketika aktivitas mencuci pakaian masih dilakukan di sungai. Lalu dikatakan di lagu itu airnya jening, jening itu bening, jernih, pertanda sungainya masih belum mengalami pencemaran seperti sekarang. 14. Jadi, membayangkan jaman itu sepertinya indaaah sekalli, ibu ibu berkumpul di sebuah batu besar, kemudian mereka bercanda, bercengkerama sembari mencuci, airnya bening, hawanya sejuk, pohon pohon rindang. Luar biasa 15. Saya bilang indah karena saya pernah mengalami sendiri keindahan itu. Masa kecil saya masih seindah itu, jadi di pinggir sungai ibu ibu mencuci, anak anak yang cowok cowok loncat dari batu besar ke air. 16. kebetulan sungainya masih murni dari gunung, Bahkan di sepanjang sungai tempat kami mandi itu, di sisi satunya, itu tanahnya tinggi, dan dari tanah itu keluar air, jadi kami tancapkan bambu yang sudah dibelah ke tanah itu, akhirnya jadi pancuran tempat kami bilas kalau acara loncat loncatnya sudah beres juga tempat ibu ibu mandi dan membilas cuciannya. Ya pokoknya saat seperti itu indah sekali. 17. Nah, keindahan itu kemudian pelan pelan hilang, satu persatu anggota grup mencuci dikali itu mampu membeli mesin cuci. Sekarang mereka mencuci pakaiannya di dekat kamar tidurnya masing masing. 18. Saya ndak tau ini harus kita tanggapi dengan bahagia atau sedih, entah ini sebuah kemajuan atau justru sebuah kerusakan. Yang jelas, hadirnya teknologi untuk mempermudah pekaerjaan manusia jelas memberi dampak positif sekaligus dampak negatif. Ya seperti dua sisi mata uang. 19. Kalau dulu saat ibu ibu akan menanak nasi, mereka harus bakar kayu dulu di tungku, asap dimana mana, lalu datanglah kompor, sudah tidak pakai kayu lagi, tapi biaya jadi bertambah, sebab bahan utama kompor adalah minyak tanah, semakin mudah memasak tapi masih berasap apalagi saat harga minyak tanah naik, pindah ke solar, wah, makin mantap asapnya, lalu datanglah LPG teknologinya semakin hebat, sudah tidak berasap, tapi ya biaya produksi di dapur jelas beda jauh dengan dapur yang masih bertungku, lalu datanglah rice cooker, tak berasap, tak perlu kompor. Tinggal pencet, ibu ibu bisa mengerjakan yang lain.