TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Excavator
Sesuai dengan namanya alat ini dibuat agar dapat berfungsi sebagai
penggali, pengangkat maupun pemuat tanpa harus berpindah tempat
menggunakan tenaga power take off dari mesin yang dimiliki. Karakteristik
penting dari hydraulic excavator adalah pada umumnya menggunakan tenaga
diesel engine dan full hydraulic system. Excavating operation paling efisien
adalah menggunakan metode “heel and toe”mulai dari atas permukaan sampai
ke bagian bawah. Bagian atas mampu berputar 360o (derajat).
III - 2
Dalam konfigurasi backhoe, ukuran boom lebih panjang sehingga
jangkauan lebih jauh tetapi ukuran bucket lebih kecil. Ukuran bucket yang kecil
bukan berarti produktivitasnya kecil, namun dapat diimbangi dengan kecepatan
swing-nya yang lebih cepat sehingga cycle time nya lebih kecil. Pada konfigurasi
lain adalah loading shovel, biasanya boom-nya lebih pendek namun bucket-nya
lebih besar, cycle time lebih lama. Dengan cycle time yang lebih lama bukan
berarti produktivitasnya lebih rendah karena di imbangi dengan kapasitas bucket-
nya yang lebih besar. (Tenriajeng,2003 halaman 21)
Kelebihan Excavator adalah bisa mendistribusikan muatan keseluruh bagian
vessel dengan merata. Artinya lebih mudah dalam mengatur muatan sehingga
jalannya alat angkut dump truck bisa lebih seimbang. Secara anatomis bagian
utama dari excavator adalah :
1. Bagian atas (dapat berputar) disebut “revolving unit”.
2. Bagian bawah (untuk gerak maju, mundur dan jalan) disebut “travel unit”.
3. Attachment unit adalah perlengkapan yang diganti sesuai kebutuhan
Bagian traveling unit dari Excavator dapat berupa crawler (rantai) atau
wheel mounted (roda karet) yang digunakan untuk berjalan. Khusus pada
Excavator wheel mounted dimaksudkan agar memiliki kecepatan gerak atau
berpindah dari satu tempat ketempat lain relative lebih cepat dibandingkan
menggunakan crawler excavator, sehingga wheel excavator memiliki dua mesin
penggerak, pertama sebagai mesin penggerak traveling unit kendaraannya
(truck) dan lainnya merupakan mesin penggerak alat excavator seperti revolving
unit maupun penggerak attachment unit dalam melakukan fungsinya sebagai alat
penggali, pengangkat maupun pemuat. Dan bagian revolving unit merupakan
bagian untuk berputar mendatar. (Soemardikatmodjo, 2003 halaman 26)
III - 3
bak dan menempatkan material. Untuk melakukan loading dengan “bottom
loading” langkah-langkah yang perlu diperhatikan adalah :
a. Letak atau posisi backhoe sejajar dengan DT, agar unit tidak mudah
terjungkal dan tidak terlalu sering bergeser atau bergerak ganti posisi.
b. Jarak antara bagian depan dengan pinggir tebing sekitar ± 1.5 meter dan
sejajar dengan lokasi kerja.
c. Sudut pengambilan material terhadap posisi DT lebih kecil dari 45° yang
tujuannya agar cycle time kecil dan produksi besar.
d. Posisi front idler selalu berada di depan.
2. Bottom Loading
Ketinggian alat angkut dan truk adalah sama. Cara ini dipakai pada alat
muat power shovel. Dalam melakukan loading yang posisinya sama rata
dengan DT maka yang perlu diperhatikan :
a. Posisi truck selalu tegak lurus terhadap lereng searah dengan
pergeseran atau kemajuan lokasi kerja dengan jarak. ± 150 meter dan
dump truck berada dibelakang excavator.
b. Posisi front idler berada didepan, bilamana terjadi keretakan tanah
(longsor) unit cepat digerakkan mundur dan berfungsi sebagai peredam
pada saat pengambilan material.
c. Ketinggian bucket pada saat membuang material ke dalam vessel DT ±
0.50 meter dan berada ditengah-tengah vessel.
d. Berilah tanda pengaman atau tanggul agar DT pada saat mundur menuju
ke tempat loading point tidak terjadi benturan dengan excavator.
III - 4
*Sumber : Prodjarsomarto, 1993
Gambar 3.2
Cara Pemuatan Material Bottom Loading
III - 5
truk kedua dimuati, truk ketiga datang dan langsung berputar dan mundur
kearah alat muat, demikian seterusnya.
(Prodjarsomarto, 1993)
*Sumber : yanto,
2005
Gambar 3.3
Pola Pemuatan Alat Muat
Gerakan yang dilakukan dalam satu siklus akan berbeda tergantung
kepada:
1. Jenis alat berat yang digunakan
Misalnya:
a. Dump-truck : Pemuatan - Pengangkutan - Penumpahan – Kembali
b. Bulldozer : Penancapan blade - penggusuran - Pengangkatan Blade
Memutar
c. Excavator : Penggalian - Ayun bermuatan - Penumpahan - Ayun kosong
d. Dragline : Pelemparan bucket - Pengerukan - Pengangkatan bucket - Ayun
bermuatan - Penumpahan - Ayun kosong
2. Jenis Kegiatan yang dilakukan
Misal : dozer untuk menggusur, memotong, mengepras atau menyuai tinggi
III - 6
3.4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Alat Mekanis
Menurut Indonesianto (2005), produktivitas alat merupakan ukuran
kemampuan alat untuk memindahkan jumlah material dalam ukuran waktu
tertentu. Produktivitas alat dinyatakan dalam BCM/jam atau Ton/jam. Indikator
keberhasilan kerja alat mekanis adalah besarnya produksi yang dapat dicapai
oleh alat tersebut. Untuk menentukan kemampuan produktivitas alat gali muat
dan alat angkut yang digunakan untuk pemuatan perlu diperhatikan faktor faktor
yang berpengaruh terhadap kemampuan produktivitas alat gali muat dan alat
angkut tersebut. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
III - 7
3.4.2. Bucket Fill Factor
Faktor pengisian mangkuk (bucket) adalah perbandingan antara volume
material yang dapat ditampung oleh mangkuk terhadap volume mangkuk secara
teoritis. Semakin besar faktor pengisian maka semakin besar pula kemampuan
nyata dari alat tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi faktor pengisian
mangkuk adalah
1. Kandungan air, dimana semakin besar kandungan air maka faktor pengisian
semakin kecil, karena terjadi pengurangan volume material.
2. Fragmentasi material, dimana material dengan ukuran yang bagus
(fragmentasi baik) akan memiliki faktor pengisian mangkuk yang tinggi
sedangkan material dengan ukuran buruk (fragmentasi besar) akan memiliki
faktor pengisian mangkuk yang rendah sehingga produktifitas alat gali muat
akan rendah.
3. Keterampilan dan kemampuan operator, dimana operator yang
berpengalaman dan terampil dapat memperbesar faktor pengisian mangkuk.
Untuk menghitung faktor pengisian digunakan persamaan sebagai berikut :
BFF = Vn x 100%........................................................................(persamaan 3.3)
Vt
Keterangan :
BFF = Bucket Fill Factor (%)
Vn = Volume nyata alat muat (m3)
Vt = Volume teoritis alat muat, (m3)
III - 8
3) Kapasitas Munjung (heaped capacity), yaitu kapasitas atau volume alat
sesungguhnya (struck capacity) ditambah dengan volume material yang
menggunung diatas bucket alat tersebut.
III - 9
b) Keadaan Terberai (loose condition), material yang telah tergali dari
tempat aslinya akan mengalami perubahan volume yaitu mengembang.
Hal ini disebabkan adanya material, dengan demikian volumenya
menjadi lebih besar. Satuan volume penambahan rongga udara diantara
butiran-butiran material dalam keadaan terberai disebut loose cubic
meter (LCM).
c) Keadaan padat (compacted condition), keadaan padat akan dialami oleh
material yang mengalami proses pemadatan. Perubahan volume terjadi
karena adanya penyusutan rongga udara di antara butiran-butiran
material tersebut, dengan demikian volumenya akan berkurang tetapi
beratnya akan tetap sama. Satuan volume material dalam keadaan
padat disebut Compacted Cubic Meter (CCM).
d) Berat jenis Material berat jenis (density) material adalah suatu sifat yang
dimiliki oleh setiap material. Dimana kemampuan suatu alat untuk
mendorong, mengangkat, dan melakukan pekerjaan lainnya, akan
sangat dipengaruhi oleh berat jenis material tersebut.
2) Bentuk material akan mempengaruhi produksi alat mekanis. Bentuk material
yang cenderung bulat akan memiliki gaya gesek lebih kecil dibandingkan
material dengan bentuk segi banyak (poligon).
kekerasan Material yang keras akan lebih sukar dikoyak, digali atau dikupas oleh
alat berat. Hal ini akan menurunkan produktivitas alat. Pengukuran kekerasan
tanah bisa dilakukan dengan cara shear meter, ripper meter, seismic (suara atau
getaran) dan soil investigation drill (pengeboran)
(Tenriajeng, 2003:8).
III - 10
a. Waktu kerja penambangan (working time)
Waktu kerja penambangan adalah jumlah waktu kerja yang digunakan
untuk melakukan kegiatan penambangan, meliputi kegiatan penggalian,
pemuatan dan pengangkutan. Efisiensi kerja akan semakin besar apabila
jumlah waktu kerja yang disediakan digunakan secara optimal.
b. Kondisi tempat kerja (job layout)
Kondisi tempat kerja dalam hal ini adalah lokasi daerah penambangan
dan kondisi jalan angkut sangat berpengaruh pada efisiensi kerja peralatan
mekanis dalam kegiatan penambangan. Dengan kondisi tempat kerja yang
baik maka alat mekanis dapat bekerja dengan optimal, lain halnya dengan
kondisi tempat kerja yang buruk akan mengakibatkan alat tidak dapat bekerja
secara optimal.
c. Kondisi cuaca (weather)
Turunnya hujan akan mempengaruhi terhadap volume produksi
kegiatan penambangan, terutama produksi Alat Gali Muat dan Alat Angkut.
Maka perlu diperhatikan besar kecilnya curah hujan untuk dilakukan analisis
pengaruh hujan terhadap waktu kerja maupun volume produksi yang
dihasilkan.
d. Gangguan alat
Gangguan alat adalah segala hal yang mengakibatkan alat tidak
berfungsi sebagaimana mestinya pada suatu kegiatan penambangan. Dalam
hal ini gangguan dapat berupa : rusaknya alat pada suatu kegiatan produksi.
e. Faktor manusia (human element)
Faktor manusia sangat mempengaruhi efisiensi kerja penambangan,
dalam hal ini adalah kedisiplinan kerja. Dengan bekerja pada waktu yang telah
ditentukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan sesuai dengan jadwal
yang diharapkan efisiensi akan semakin meningkat. Sebaliknya dengan
pekerja yang tidak disiplin maka efisiensi sangat berkurang sehingga sasaran
produksi tidak tercapai.
Dalam kenyataannya, penentuan besarnya efisiensi kerja sulit diukur,
tetapi dengan dasar pengalaman dapat ditentukan efesiensi kerja yang
mendekati kenyataan.
III - 11
Tabel 3.1.
Efisiensi Kerja Dalam Keadaan Segala Kondisi
Pemeliharaan Mesin
Kondisi Operasi
Baik Baik Sedang Buruk Buruk
Alat
Sekali Sekali
Baik Sekali 0.83 0.81 0.76 0.70 0.63
Baik 0.78 0.75 0.71 0.65 0.60
Sedang 0.72 0.69 0.65 0.60 0.54
Buruk 0.63 0.61 0.57 0.52 0.45
Buruk sekali 0.52 0.50 0.47 0.42 0.32
*Sumber: Nurhakim, 2004 : 5
Cara yang sangat umum dipakai untuk menentukan efisiensi alat adalah
dengan menghitung berapa menit alat tersebut bekerja secara efektif dalam satu
jam, diformulasikan sebagai (Nurhakim, 2004 : 5).
ΣCT
E x 100% …………………………..... (persamaan 3.5)
ΣCT+Σw
dd WT
Keterangan :
E = Efisiensi Kerja (%)
CT = Waktu Edar
(second)
WT = Waktu Delay (second)
III - 12
Keterangan :
P = Produktivitas alat gali muat (Ton/jam)
Kb = Kapasitas Bucket(Lcm)
Sf = Swell Factor
FF = Bucket Fill Factor (faktor koreksi pengisian bucket)
Ct = Cycle Time (detik)
βi = Densitas batubara (ton/bcm)
Keterangan :
P = Produktivitas alat muat (Ton/jam)
Eff = Effisiensi Kerja alat
Kb = Kapasitas Bucket (Lcm)
Sf = Swell faktor
Bf = Bucket Fill Factor (faktor koreksi pengisian bucket)
n = Jumlah Pengisian (kali)
CT = Cycle Time (detik)
βi = Densitas batubara (ton/bcm)
Tvp
N = Kp ...................................................................................(persamaan 3.9)
III - 14
Keterangan :
N = Jumlah alat yang diperlukan
Tvp = Target produktivitas alat
Kp = Produktivitas aktual alat
(Suryaputra, 2009)
Dari kolom perhitungan pada Tabel 3.3. dapat ditetapkan rumus lebar jalan
angkut minimum pada jalan lurus. Seandainya lebar kendaraan dan jumlah lajur
yang direncanakan masing – masing adalah Wt dan n, maka lebar jalan angkut
pada jalan lurus dapat dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan :
Lmin = Lebar jalan angkut minimum (m)
Wt = Lebar alat (m)
N = Jumlah jalur
III - 15
Sumber : Suwandhi,2004
Gambar 3.4
Lebar Jalan Angkut Dua Jalur pada Jalan Lurus
III - 16
Keterangan :
W = Lebar jalan angkut pada tikungan (meter)
U = Jarak antar roda (meter)
Fa = Lebar juntai depan (meter)
Fb = Lebar juntai belakang (meter)
Z = Lebar bagian tepi jalan (meter)
C = Lebar antara alat angkut saat bersimpangan (meter)
Sumber : Suwandhi,2004
Gambar 3.5
Lebar Jalan Angkut Dua Jalur pada Tikungan
III - 17
∆h
Grade (ɑ) =xℎ100% ................................................ (persamaan 3.13)
∆x
Keterangan :
∆h = beda tinggi antara 2 titik yang diukur (m)
∆x = jarak datar antara 2 titik yang diukur (m)
Sumber : Suwandhi,2004
Gambar 3.6
Grade Jalan