MAKALAH KELOMPOK
Semester/Kelas: 1/E
Disusun oleh:
2022M/1444H
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Allah SWT. Yang telah
melimpahkan Nikmat, Taufik, Serta Hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah Ulumul Hadits tepat pada waktu. Terima kasih juga kami
ucapkan kepada dosen ngampu bapak Imam Agung Prakoso, S. Sy., M. H. yang
selalu memberikan dukungan dan bimbingannya.
Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi nilai tugas Pengantar
fiqh dan Ushul fiqh. Tak hanya itu, kami juga berharap makalah ini bisa bermanfaat
untuk penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Walaupun demikian,
kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Maka dari
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya kata, kami berharap semoga makalah Pengantar Fiqh dan Ushul
Fiqh ini bisa memberikan informasi dan ilmu yang bermanfaat bagi kita semua. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada para pembaca yang telat membaca makalah
ini hingga akhir.
Pontianak, November
2022
Kelompok 8
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................2
C. Tujuan Masalah.....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
A. Kesimpulan.........................................................................................................11
B. Saran....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ushul fiqh merupakan khazanah kekayaan ilmu yang secara langsung atau
tidak langsung,turut memperkaya model keagamaan kita. Pelaksanaan syariat
islam akan susah seandainya ilmu ini tidak ada, sebab ushul fiqih dianggap sebagai
penuntun fiqh yang merupakan jawaban bagi kehisupan kita. Ilmu ini dapat
menjawab beberapa masalah yang diajukan, maka agar kita dapat memanfaatkan,
kita harus mengetahui jawaban apa yang perlu dibawakan oleh ilmu ini,setelah kita
mengajukan pertanyaan.
Disini kita memerlukan jawaban yang benar, dan bukan debat kusir atau
jawaban plintiran (safsathah). Lalu muncul pertanyaan, bagaimana kita mencari
jawaban yang benar? Masalah ini, oleh kajian filsafat disebut epistemology, dan
landasan epistemo-logi ilmu disebut metode ilmiah. Dengan kata lain, metode
ilmiah adalah cara yang dilakukan itu dalam menyusun pengetahuan yang oleh
filsafat ilmu disebut teori kebenaran.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Epistomology Ushul Fiqh?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Pengertian Qurban dan Aqiqah.
BAB II
PEMBAHASAN
3
B. Pengertian Ushul Fiqh
Ilmu ushul fiqh,ialah,kaidah-kaidah yang dipergunakan mujtahid untuk
mengistinbathkan hukum syar`i yang amali dari dalil-dalil nya yang tafsili. Atau
kaidah-kaidah yang dipergunakan untuk mengistinbathkan fiqh. Kaidah-kaidah
ini,ada yang merupakan kaidah-kaidah lafdhiyah, seperti dalalah-dalalah lafadh dan
jalan-jalan mentaufiqkan lafadh-lafadh yang pada lahirnya bertentangan, ada yang
merupakan kaidah-kaidah maknawiyah seperti mengeluarkan illat dari nash dan jalan-
jalan mengeluarkannya.
Ushul fiqh terdiri dari dua kalimat yaitu Ushu dan Fiqh. Ushul adalah jama`dari
ashl, yaitu: sesuatu yang atasnya didirikan yang lain. Makau shul fiqh,ialah: dasar-
dasar, atau sendi-sendi yang atasnyalah dibangun fiqh islam.
4
C. Sejarah Ushul Fiqh
Fikrah(ide) mengikuti suatu manhaj tertentu dalam mengistinbathkan
hukum,telah ada semenjak adanya fiqh. Lantaran fiqh itu menghendaki
adanya manhaj untuk istinbath walaupun manhaj itu belum jelas,belum
merupakan kaidah. Sesudah banyak macamnya furu’ dan beraneka pula
fatwa serta berkembangnya fiqh dan tokoh-tokoh fiqh yang terkenal,maka
manhaj ini menjadi jelas dan masing-masing Mujtahid mempunyai manhaj
sendiri.
Abu Hanifah punya manhaj yang berbeda dengan manhaj Malik. Kerap kali
tumbuh munadharah-munadharah antara pengikut-pengikut mazhab-mazhab
ini dalam menetapkan dasar-dasar istinbath. Sesudah itu barulah lahir ulama-
ulama yang memberi perhatian untuk memperkembangkan ilmu ini. Imam
Ahmad menulis kitab dalam ilmu Ushul fiqh. Penganut-penganut Mazhab
Hanafi dan Maliki demikian juga. Dalam pada itu ulama-ulama Hanafiah
mempunyai ciri khas dalam membentuk kaidah-kaidah fiqh. Mereka
mengambil kaidah ushuliyah dari furu’ fiqhiyah yang dinukilkan dari tokoh-
tokoh fiqh mereka, sedang fuqaha-fuqaha yang menetapkan kaidah yang
dapat disendikan kepada dalil-dalil yang kuat tanpa melihat hukum furu’
yang telah ada.
5
D. Tujuan Ushul Fiqh
Tujuan Ushul fiqh ialah: ”membuhur jalan untuk mengetahui hukum-hukum
syari’at, mengetahui cara-cara mengistinbathkan hukum dari dalil yang menurut
biasa dengan mempergunakan jalan itu terhindar dari kesalahan”. Walaupun ada
fukaha yang mengumandangkan fatwa,bahwa pintu ijtihad telah ditutup sejak abad
ke-4 H, namun kebutuhan kita dalam ilmu ini tetap besar,karena fatwa mereka
bukanlah suatu fatwa yang harus diterima,lantaran tak berdalil. Fatwa itu timbul
karena ditimbuli orang yang tidak berhak berijtihad akan turut berijtihad.
6
E. Obyek Pembahasan Ushul Fiqh
Berdasarkan definisi diatas obyek Pembahasan Ushul Fiqh bisa dirumuskan
sebagai berikut:
7
F. Hikmah Qurban dan Aqiqah
Menurut Alfan, Wahyudi AS & Soewarno, (2014:83).
1. Hikmah Qurban
8
2) Bertambah semangat dalam hidupnya.
2. Hikmah Aqiqah
a. Wujud rasa syukur kepada Allah SWT. Atas segala rahmat dan karunia yang
telah dilimpahkan kepada dirinya.
b. Menambah rasa cinta anak kepada orang tua, karena anak merasa telah
diperhatikan dan disyukuri kehadirannya di dunia ini, dan bagi orang tua
merupakan bukti keimanannya kepada Allah SWT.
c. Mewujudkan hubungan yang baik dengan tetangga dan sanak saudara yang
ikut merasakan gembira dengan lahirnya seorang anak karena mereka
mendapat bagian dari aqiqah tersebut.
9
G. Nilai-nilai Pendidikan dalam Qurban dan Aqiqah
a. Nilai Keimanan
b. Nilai ibadah
c. Nilai Akhlak
d. Nilai Sosial
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Qurban adalah pewan yang diqurbankan pada hari raya Idul Adha. Aqiqah
adalah pemyembelihan hewan untuk anak yang baru lahir.
Hukum Qurban menurut para fuqaha wajib dan sunnah, ada juga yang
berpendapat sunnah muakkad, menurut mazhab maliki sangat dianjurkan bagi
yang mampu, menurut mazhab syafi’I berquban sunnah ‘ain dan sunnag kifayah,
menurut mazhab Hanafi berqurban wajib. Sedangkan, Hukum Aqiqah menurut Al-
Zahiriyah dan Hasan Al-Bshariy adalah wajib, menurut ulama hukumnya sunnah,
menurut Syaid, Sabiq hukumnya sunnah muakkad.
Syarat orang berqurban ada 6, yaitu seorang muslim atau muslimah, sudah
baligh, berakal, merdeka, mampu, rosyid, (orang yang tidak diperkenankan
bertransaksi dengan hartanya, karena tidak sempurna akalnya atau karena pelit,
terlilit hutang dan tidak mampu membayar hutang tersebut. Syarat orang aqiqah
ada 3, yaitu untuk anak laki-laki dua ekor kambing berusia lebih dari satu tahun,
untuk anak perempuan seekor kambing berusia lebih dari satu tahun, daging
aqiqah harus sudah dimasak terus disedekahkan kepada fakir miskin.
11
Syarat hewan Qurban ada 4, yaitu unta berumur 5-6 tahun, sapi atau kerbau
umurnya 2 tahun keatas, kambing atau domba berumur 1-2 tahun, binatang yang
diqurbankan tidak cacat. Syarat hewan aqiqah ada 4, yaitu umurnya telah
mencapai 6-12 bulan untuk kambing, jenis kelamin aqiqah boleh jantan dan boleh
betina asalkan hewan betina tidak mengandung, sehat atau terhidar dari penyakit,
tidak kurus dan tidak cacat.
Waktu pelaksanaan qurban menurut mazhab Hanafi ketika terbit fajar pada
hari idul adha sampai terbenamnya matahari, menurut mazhab Maliki
pelaksanaannya yaitu setelah shalat idul adha atau khotib berkhutbah. Menurut
mazhab Syafi’I pelaksanaannya yaitu saat waktu shalat duha,ketika sebelum sholat
dan khutbah maka tidak sah. Waktu pelaksanaan aqiqah menurut mazhab Maliki
yaitu pada hari ketujuh kelahiran bayi. Menurut mazhab Syafi.i dan Hambali
aqiqah yang dilakukan sebelum atau sesudah hari ketujuh, tetap diperbolehkan.
Hikmah Qurban bagi yang berqurban yaitu menambah kecintaan kepada Allah
SWT, menambah keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, menunjukan rasa
syukur kepada Allah SWT, mewujudkan tolong menolong, kasih mengasihi dan
rasa solidaritas. Hikmah bagi penerima daging qurban, yaitu menambah beriman
dan ketaqwaan kepada Allah SWT, bertambah semangat dalam hidupnya. Bagi
kepentingan umum, memperkokoh tali persahabatan, menumbuhkan dan
meningkatkan kesadaran beragama baik bagi orang yang mampu maupun yang
kurang mampu. Hikmah Aqiqah ialah wujud rasa syukur kepada Allah SWT,
menambah rasa cinta anak kepada orang tua, Mewujudkan hubungan yang baik
dengan tetangga dan sanak saudara yang ikut merasakan gembira dengan lahirnya
seorang anak karena mereka mendapat bagian dari aqiqah tersebut.
12
Nilai Pendidikan pada qurban yaitu, nila keimanan, akhlak, kesabaran,
tawakal, keikhlasan, demokratis, diologis, dan sosial. Nilai Pendidikan Aqiqah
yaitu, nilai keimanan, nilai ibadah, nilai akhlak, nilai sosial.
B. Saran
Diharapkan bagi pembaca untuk nambah informasi dari sumber literasi lain.
Hal tersebut bertujuan agar infomasi dan pengetahuan yang didapat semakin
lengkap, jika terdapat materi-materi yang belum memuaskan untuk kalian semua
mohon dimaafkan karena keterbatasan waktu dan keterbatasan Referensi yang ada.
13
DAFTAR PUSTAKA
Alfan, A., Wahyudi AS, A. T., & Soewarno, T. B. Fikih: Pengertian, Syarat Aqiqah,
dan Hikmah Aqiqah dan Qurban. Cet 1. Jakarta: Kementrian Agama, 2014.
Irawan, A. Dony. Risalah Aqiqah: Jumlah dan Syarat Hewan Aqiqah. Cet 1.
Jogjakarta. Penerbit KBM Indonesia. 2021.
Bahry, H. Samsul. “Hukum Aqiqah”. Jurnal Aqiqah Dalam Islam (2014): 18-19
Jannah, Raudatul., Hamid, Abd., & Muis W, Abd. “Nilai-nilai Pendidikan Aqiqah”.
Jurnal Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam Dalam Acara Aqiqah di Desa
Teluk Sialang Kecamatan Tunggal Hilir (2020): 61-64.
14