Jawaban Ustadz:
Sebab kedua, tidak pernah ada di zaman khalifah Utsman bin Affan rodhiallohu
‘anhu terjadi pergolakan politik antara Khalifah Utsman bin Affan rodhiallohu
‘anhu dengan sahabat Ali bin Abi Thalib rodhiallohu ‘anhu. Bahkan sahabat Ali bin
Abi Thalib rodhiallohu ‘anhu adalah salah seorang kepercayaan Khalifah Utsman bin
Affan rodhiallohu ‘anhu. Sehingga ini adalah salah satu bukti besar bahwa orang
tersebut over acting, mentang-mentang belajar ilmu politik, kemudian dengan
sembarangan berkomentar tentang Islam dan sejarah Islam. Dan menganalisa
berbagai kejadian sejarah islam berdasarkan kaidah-kaidah ilmu politik yang ia
pelajari, walaupun kaidah-kaidah tersebut menyelisihi prinsip-prinsip agama islam.
Umat Islam apalagi para sahabat tidaklah jahat semacam para politikus yang ia
kenal. Umat Islam, apalagi para sahabat memiliki hati nurani yang bersih dan jujur
lagi obyektif dalam menyikapi setiap masalah. Dan sikap mereka senantiasa
mencerminkan bahwa mereka berjiwa luhur dan penuh iman kepada Alloh dan hari
pembalasan. Mereka tidak mengenal penghalalan segala macam cara untuk
mencapai tujuan, apalagi sampai memanipulasi atau menolak kebenaran karena
hanya faktor kepentingan pribadi atau golongan. Kejiwaan para sahabat jauh dan
terlalu luhur bila dibanding dengan beraneka ragam manusia yang hidup di zaman
ini, apalagi para politikus yang kebanyakannya berhati kejam, tidak kenal
kemanusiaan dalam mencapai tujuannya.
Dengan pendek kata, ucapan orang itu merupakan tuduhan dan celaan terhadap
sebagian sahabat, yaitu sahabat Khalifah Utsman bin Affan rodhiallohu ‘anhu,
tuduhan ia telah mementingkan kepentingan pribadi daripada Al Quran dan umat
Islam seluruhnya. Ini adalah tuduhan hina nan keji, tidak layak keluar dari seorang
yang beriman kepada Alloh dan hari Akhir. Alloh berfirman:
ِ َُّّم َح َّم ٌد َّرسُو ُل هَّللا ِ َوالَّ ِذينَ َم َعهُ َأ ِش َّداء َعلَى ْال ُكف
ار ُر َح َماء بَ ْينَهُ ْم تَ َراهُ ْم ُر َّكعا ً ُسجَّداً يَ ْبتَ ُغونَ فَضْ الً ِّمنَ هَّللا ِ َو ِرضْ َوانا ً ِسي َماهُ ْم فِي
ع َأ ْخ َر َج َشطَْأهُ فَآزَ َرهُ فَا ْستَ ْغلَظَ فَا ْستَ َوى َعلَى سُوقِ ِه َ ُِوجُو ِه ِهم ِّم ْن َأثَ ِر ال ُّسجُو ِد َذل
ٍ ْك َمثَلُهُ ْم فِي التَّوْ َرا ِة َو َمثَلُهُ ْم فِي اِإْل ن ِجي ِل َكزَر
ً ت ِم ْنهُم َّم ْغفِ َرةً َوَأجْ راً َع ِظيما َ َّالزرَّا َع لِيَ ِغيظَ بِ ِه ُم ْال ُكف
ِ ار َو َع َد هَّللا ُ الَّ ِذينَ آ َمنُوا َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا ُّ ُْجب
ِ يُع
“Muhammad itu adalah utusan Alloh, dan orang-orang yang bersama dengannya
adalah keras terhadap orang-orang kafir tetapi berkasih sayang sesama mereka:
Kamu melihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Alloh dan keridhoan Nya.
Tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah
sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti
tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu
kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus diatas pokoknya, tanaman itu
menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Alloh dengan mereka hendak
menjengkelkan hati orang-orang kafir.” (QS. Al Fath: 29)
Oleh karena itu Imam Malik bin Anas berdalilkan dengan ayat ini bahwa orang-orang
rafidhah (syi’ah) adalah kafir, karena mereka telah membenci para sahabat
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Padahal Alloh telah menyatakan orang-orang
kafirlah yang membenci para sahabat Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Semoga jawaban pendek ini cukup memberikan gambaran betapa sesatnya ucapan
orang tersebut, wallohu a’alam bisshawab. Wassalamu ‘alaikum warahmatullah.
Read more https://konsultasisyariah.com/10-pembukuan-al-quran.html