Disusun oleh:
A. Profil UMKM
Pusat Produksi dan Oleh-Oleh Cokelat asli masyarakat Desa Wisata
Nglanggeran. Lokasi dekat dengan Gunung Api Purba Nglanggeran, 600 meter kearah
Selatan dari Pintu Masuk Gunung Api Purba Nglanggeran. Dekat dengan
Nglanggeran Mart dan dilewati ketika arah menuju Air Terjun Kedung Kandang.
Berada dipinggir jalan utama aspal dengan lahan parkir yang luas membuat nyaman
siapapun yang datang untuk menikmati Aneka Minuman Cokelat dan olahan berbahan
baku Cokelat.
B. Struktur UMKM
Struktur organisasi didefinisikan sebagai penentuan bagaimana pekerjaan dibagi dan
dikelompokkan secara formal. Griya Cokelat Nglanggeran saat ini telah memiliki
manajemen yang baik dengan adanya struktur organisasi sederhana yang sudah
dirancang oleh pihak Griya Cokelat Nglanggeran. Gambaran struktur organisasi di
Griya Cokelat Nglanggeran adalah sebagai berikut:
Pengurus
Manajer
rr
1. Pengurus
Griya Cokelat Nglanggeran memiliki 3 orang pengurus yang saling
bekerjasama namun memiliki peranan yang berbeda . Pengurus Griya Cokelat
Nglanggeran yakni ketua gapoktan yang diketuai oleh bapak Hadi Purwanto ,
ketua pokdarwis yang diketuai oleh Bapak Mursidi dan Bapak Basuki. Peranan
ketiga pengurus Griya Cokelat yaitu mengikuti pertemuan rutin, memberikan
masukan terkait seluruh perkembangan Griya Cokelat Nglanggeran serta
mengintregasikan seluruh kegiatan dengan Griya Cokelat Nglanggeran.
2. Manajer
Manajer di Griya Cokelat Nglanggeran yang saat ini diperankan oleh
Bapak Sugeng Handoko memiliki wewenang serta tanggung jawab yang sangat
penting dalam pengembangan usaha Griya Cokelat Nglanggeran. Manajer sangat
berperan dalam segala kegiatan di luar kegiatan produksi , selain itu manajer juga
mengontrol jalannya usaha yang ada di Griya Cokelat Nglanggeran.
3. Bagian Umum
Griya Cokelat Nglanggeran terdapat bagian umum yang bertanggung
jawab terkait surat-menyurat terutama dalam hal kerjasama serta
mendokumentasikan seluruh surat yang masuk dan keluar , mengontrol produk
serta menerima tamu yang datang berkunjungke Griya Cokelat Nglanggeran.
4. Bagian Keuangan
Bagian keuangan merupakan pihak yang sangat bertanggung jawab
terkait pencatatan stock bahan baku , stock produk , jumlah penjualan serta
pendapatan
setiap hari , dan mencatat jumlah kas keluar/masuk. Selain itu bagian keuangan
juga mencatat jumlah barang dagangan yang dititipkan oleh pihak luar di Griya
Cokelat Nglanggeran.
5. Divisi Pemasaran
Divisi Pemasaran bertugas dalam menyusun beberapa strategi pemasaran
produk dari Griya Cokelat Nglanggeran mengatur tata letak display produk yang
ada di Griya Cokelat Nglanggeran agar terlihat lebih menarik, dan menjalin
kerjasama dengan biro perjalanan wisata. Selain itu divisi pemasaran juga
berperan untuk membuat konsep harga , promosi produk , dan promosi terkait
paket pelayanan wisata yang ada di Griya Cokelat Nglanggeran.
6. Divisi Produksi
Divisi produksi berperan dalam menyusun rencana kegiatan produksi
olahan kakao menjadi minuman bubuk cokelat (chocomix), cokelat batangan ,
dodol cokelat , pisang salut , serta bakpia cokelat. Divisi produksi juga harus
memperhatikan standar kualitas produk agar tetap terjaga hingga sampai ke
tangan konsumen. Divisi produksi yang ada di Griya Cokelat Nglanggeran dibagi
menjadi beberapa kelompok berdasarkan produk yang dibuat. Produksi minuman
bubuk cokelat (chocomix) terdiri dari 4 orang , produksi cokelat batangan terdiri
dari 4 orang , produksi dodol cokelat terdiri dari 2 orang, dan produksi bakpia
cokelat terdiri dari 4 orang. Akan tetapi, meskipun sudah memiliki kelompok
dalam kegiatan produksi tiap produk beberapa orang yang sudah selesai
melakukan tugas pokok produksi juga membantu kelompok produksi yang belum
selesai.
Risiko dan sumber risiko dalam produksi berbagai olahan produk kakao
bermacammacam. Umur simpan beberapa produk olahan seperti bakpia kakao dan dodol
kakao tergolong singkat, yaitu hanya 14 hari. Bahan baku yang kurang juga sering
menjadi masalah. Lalu, permintaan yang tidak sesuai dengan peramalan juga merupakan
salah satu risiko rantai pasok ketika stock produk yang tersedia tidak sesuai dengan
jumlah wisatawan yang berkunjung. Mitigasi risiko yang sudah dilakukan antara lain
adalah dengan memproduksi produk yang daya simpannya rendah secara berkala.
Selanjutnya kerja sama dengan pihak Kelompok Sadar Wisata Gunung Api Purba
dilakukan untuk memasukkan kunjungan ke Griya Cokelat Nglanggeran sebagai paket
wisata sebagai upaya pemasaran. Pada retailer, risiko yang sering dihadapi adalah sering
terjadi kerusakan produk yang dikirim oleh Griya Cokelat Nglanggeran kepada retailer.
Mitigasi yang sudah dilakukan antara lain mengurangi jumlah produk yang dikirim
supaya antar produk tidak terlalu saling berhimpitan.
H. Kompensasi manajemen
Salah satu upaya untuk mengembangkan dan memberdayakan Usaha Griya Coklat,
desa Ngelanggeran, kecamatan Patuk, Gunung Kidul adalah dengan pendekatan sistem
Klaster (cluster). Klaster menurut (Haris, 2015) merupakan suatu pengembangan dalam
sistem manajemen, dimana dari usaha-usaha perseorangan yang memiliki usaha sejenis
dalam satu kawasan dibentuk suatu kelompok atau yang lebih populer dinamakan klaster,
sehingga tercipta kolaborasi, sinergitas, persatuan yang akan menjadi kekuatan. Seperti
halnya AFTA dan MEA pun merupakan suatu klaster dalam satu benua atau dunia..
Klaster adalah kelompok usaha industri yang saling terkait dan klaster mempunyai dua
elemen kunci yaitu: (1) perusahaan dalam klaster harus saling berhubungan dan (2)
berlokasi disuatu tempat yang saling berdekatan yang mudah dikenali sebagai suatu
kawasan industri (Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal, Bappenas).
Klaster (cluster) mempunyai pengertian harfiah sebagai kumpulan, kelompok, himpunan,
atau gabungan obyek tertentu yang memiliki keserupaan atau atas dasar karakteristik
tertentu. Dalam konteks ekonomi/bisnis, “klaster industri” (industrial cluster).
Griya Cokelat Ngelanggeran di identik dengan klaster, dengan satu jenis produk dan
dalam satu kawasan. Apapun program yang dibuat oleh pemerintah daerah untuk
mengembangkan dan memberdayakan UMKM tanpa adanya usaha meningkatkan
kualitas manajemen nya akan menjadi percuma. Banyak sekali bermacam program,
seringkali deregulasi dan kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengembangkan dan
memberdayakan UMKM mengalami kegagalan, terutama bantuan dana atau modal dari
mulai dana hibah, pinjaman bunga murah, sampai pada pinjaman dana bergulir, semuanya
tidak berkelanjutan dan perkembangannya tidak signifikan, hanya seperti sebuah proyek
pekerjaan yang dilakukan sampai pada tahap pemeliharaan setelah itu selesai tidak
berkelanjutan dan muncul lagi proyek baru, sehingga sebagian besar pelaku UMKM
berkembang dengan kemampuan sendiri.
Klaster menciptakan sinergi bagi para karyawan Griya Cokelat Ngelanggeran,
menjadi lebih mandiri namun tetap bersatu dan berkolaborasi antar karyawan,
terintegritas, terinformasi dan terkoordinasi. Namun semua itu tidaklah mudah dan tidak
secara instan, pasti memerlukan waktu yang cukup lama tergantung dari kultur atau
karakter dari individu-individu yang ada dalam klaster tersebut, terutama tingkat
pendidikan karyawan dan lama bekerja karyawan yang terkadang sulit untuk
menyamakan visi dan misi dari pembentukan klaster tersebut.
LATAR BELAKANG MASALAH UMKM
Terdapat beberapa masalah atau kelemahan pada Griya Cokelat Nglanggeran yaitu
terdapat beberapa fasilitas yang masih perlu ditingkatkan lagi contohnya bangunan relatif
kecil, struktur lahan parkir yang masih beralaskan tanah , kurangnya petunjuk arah dan
kapasitas alat produksi yang masih terbatas. Kelemahan lainnya yang ada berupa harga
produk diluar showroom Griya Cokelat Nglanggeran dinilai mahal, masih adanya tugas
tenaga kerja yang fleksibel dan kurangnya kegiatan promosi produk oleh Griya Cokelat
Nglanggeran. Selain itu juga terdapat beberapa ancaman yang perlu diperhatikan seperti
adanya pesaing yang bergerak dalam industri yang sama yaitu Taman Teknologi
Pertanian (TTP). TTP merupakan industri pengolahan hasil pertanian dalam sekala besar
termasuk didalamnya pengolahan kakao. Teknologi yang digunakan lebih maju dan
lokasi pesaing lebih strategis dibandingkan dengan griya cokelat Nglanggeran.
2. Hasil Publikasi
Teks untuk yang dipublikasi:
Pelajari konsep Tri Nga – Ngerti, Ngrasa,
Nglakoni Pada UMKM GRIYA
COKELAT NGLANGGERAN
Tringa (ngerti, ngerasa, dan ngelakoni) merupakan salah satu ajaran Ki Hadjar
Dewantara yang sejatinya merupakan bentuk prosedur operasional praktis dalam
manajemen pendidikan. Tidak hanya bisa diterapkan dalam manajemen pendidikan,
beberapa nilai nilai yang termuat dalam pelaksanaanya juga dapat diserap dan
diterapkan dalam kehidupan sosial masyarakat.
Pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Griya Cokelat Ngelanggeran
identik dengan istilah klaster, yaitu produksi dengan satu jenis produk dalam satu kawasan.
Klaster menciptakan sinergi bagi para karyawan Griya Cokelat Ngelanggeran menjadi lebih
mandiri namun antar karyawan tetap bisa saling berkolaborasi. Karyawan harus bisa
disiplin waktu agar UMKM bisa berkembang dengan baik. Bentuk Usaha Griya Cokelat
Nglanggeran merupakan salah satu inovasi desa yang dilakukan masyarakat yang berasal
dari Kelompok Tani, kuliner purbarasa dan pemuda di daerah Nglanggeran Wetan, Patuk,
Gunung Kidul, Yogyakarta. Produsen Griya Cokelat Nglanggeran fokus mengembangkan
potensi kakao sebagai sumber daya alam di Nglanggeran dan melibatkan masyarakat lokal
untuk memproduksi cokelat.
Griya Cokelat Nglanggeran didirikan pada tahun 2010 sebagai insiasi
pengembangan cokelat yang ada di Nglanggeran. Pada saat itu Griya Cokelat Nglanggeran
masih mengolah cokelat dari perkebunan masyarakat lokal dengan cara tradisional. Produk
yang pertama kali dibuat pada saat itu yakni dodol cokelat. Pengerjaan dodol saat itu masih
beranggotakan tiga hingga empat orang warga dan masih didominasi oleh kaum perempuan
khususnya ibu-ibu. Seiring berjalannya waktu hingga pada tahun 2014, produksi cokelat di
Nglanggeran mendapat dukungan dari berbagai pihak seperti Balai Penelitian Teknologi
Bahan Alam Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (BPTBA LIPI), Bank Indonesia, dan
Dinas Kehutanan dna Perkebunan (Dishutbun) Gunungkidul. Sejak 2014 pengolahan cokelat
yang awalnya hanya memanfaatkan sumber daya manusia yang dapat membantu proses
produksi cokelat.
Tempat pengolahan kakao menjadi cokelat di Taman Teknologi Pertanian (TTP)
Griya Cokelat Nglanggeran dengan konsep modern diresmikan pada 2 Desember
2016. Keberadaan Griya Cokelat Nglanggeran tidak hanya sebatas produsen melainkan
juga melibatkan masyarakat lokal untuk bekerja sama memajukan potensi alam yang ada.
Terdapat dua cara pembuatan coklat batang, yaitu dengan pembuatan dari biji coklat yang
sudah di sangrai terlebih dahulu dan menggunakan coklat bubuk yang dimasak dengan
metode au bain marine, yaitu tekhnik masak tim dimana loyang berisi adonan diletakan di
dalam loyang lain yang lebih besar berisi air panas. Hal yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan cokelat batang ini adalah suhu pada saat pengolahan agar cokelat dapat padat
dengan baik dan tidak mudah meleleh di suhu ruang. Setelah itu adonan cokelat di tim,
kemudian adonan coklat leleh tersebut dicetak. Dalam proses ini, adonan coklat tidak lupa
diberi isian dengan menggunakan kacang mede. Setelah melewati proses pencetakan,
coklat didinginkan di dalam frezzer. Setelah coklat membeku, coklat siap untuk dikemas
sesuai dengan ukuran, dan dibungkus dengan menggunakan alumunium foil.
Pada konsep Tri Nga – Ngerti, Ngrasa, Nglakoni pada UMKM ini adalah karyawan
harus mengerti cara mengolah atau memproduksi kakao dengan baik sesuai dengan
ketentuan atau resep pembuatannya, harus bisa ngrasa artinya bisa merasakan apakah ada
kesalahan atau kecacatan dalam produk ketika proses produksi berlangsung, dan bisa
nglakoni atau melakukan proses produksi dengan baik. Sesuai dengan konsep Tri Nga –
Ngerti, Ngrasa, Nglakoni Harapannya semoga bisa mengembangkan usaha lebih baik dan
maju. Mulai dari hal-hal kecil seperti disiplin waktu dan menaati peraturan yang ada.
Penulis (Cindy Vanya, Cindy Alfira, dan Putri Nia)