Anda di halaman 1dari 3

Esai Biologi “Rencana Masa Depanku”

Oleh : Maulana Hizrian Hazazi (17) – XI MIPA 7

Berbicara soal masa depan tidak akan ada habisnya. Masa depan adalah
misteri yang membuat banyak orang penasaran, yang bahkan hal yang paling
terencana sekalipun bisa berubah tidak sesuai dengan keinginan kita. Manusia pada
umumnya memiliki naluri untuk membangun rencana untuk bisa mendapatkan
sesuatu yang baik bagi dirinya di masa depan, baik itu ambisi, pendidikan, karir,
bahkan sampai kebutuhan spiritual.

Merencanakan karir dan pernikahan bisa menjadi hal yang sulit bagi sebagian
orang. Terutama bagi mereka yang memang tidak memiliki perencanaan sejak dini.
Bukan lah hal yang aneh jika kita sebagai pelajar untuk mulai memikirkan masa
depan. Perencanaan masa depan sejak dini juga bisa menentukan sikap dan
langkah-langkah apa saja yang harus dijalani demi mendapatkan masa depan yang
diinginkan. Tentunya, perencanaan ini tidak akan mutlak terjadi sesuai dengan
keinginan kita, karena pada hakikatnya manusia hanya berencana, sisanya Tuhan
yang menentukan.
Bagi penulis, untuk merencanakan masa depan, kita harus terlebih dahulu
mengenali diri kita sendiri. Mungkin bagi sebagian orang, mereka sudah cukup
mengenal diri mereka sendiri, padahal nyatanya terkadang mereka masih merasa
bingung terutama saat harus mengambil keputusan yang berkaitan dengan nilai-nilai
pribadi.
Mengenali diri sendiri artinya memahami akan nilai-nilai apa saja yang kita
pegang, bagaimana kita bersikap di alam bawah sadar, bagaimana kita berpikir
tentang orang lain, tentang mimpi, uang, dan hubungan, juga tentang bagaimana
kita bertoleransi terhadap norma, agama, dan budaya dalam masyarakat sekitar.
Setelah kita sudah mengenali diri kita sendiri serta nilai-nilai yang kita pegang,
barulah kita bisa mulai menentukan tujuan kita.
Menentukan tujuan di masa depan mungkin terlihat mudah bagi sebagian
orang. Padahal, tanpa mereka sadari, belum tentu itu hal yang benar-benar ingin
mereka tuju, melainkan sekadar mimpi dalam ego diri.
Ada perbedaan mendasar antara tujuan hidup dengan mimpi. Tujuan hidup
sifatnya adalah berkelanjutan, dipengaruhi oleh berbagai faktor, dari internal sampai
eksternal. Sedangkan, mimpi adalah hal yang ingin dicapai oleh ego kita sebagai
manusia dan hanya dipengaruhi oleh faktor internal. Mimpi adalah hal yang tidak
terencanakan dengan matang dan cenderung self-oriented, sedangkan tujuan hidup
biasanya terencana dengan baik dengan memikirkan berbagai aspek.
Setelah mengenal diri kita sendiri dan memahami perbedaan mendasar
antara mimpi dan tujuan hidup, kita bisa mulai merencanakan masa depan kita.
Pertama-tama penulis akan memaparkan perencanaan masa depan did dalam karir.
Dalam prinsip yang berasal dari negara Jepang, ada konsep yang bernama “Ikigai”.
Ikigai secara umum berarti alasan untuk hidup. Jika tujuan hidup kita sejalan dengan
alasan kita hidup, maka tentunya kualitas hidup kita bisa menjadi lebih baik.
Merencanakan masa depan dengan konsep Ikigai berarti kita menentukan pekerjaan
dengan beberapa pertimbangan yang mencakup : hal yang kita sukai (bisa jadi hobi
atau bakat kita), hal yang bisa menghasilkan bayaran (penghasilan yang kita
harapkan), juga hal yang bermanfaat bagi banyak orang. Dengan
mempertimbangkan ketiga hal tersebut, kita bisa merencanakan karir di bidang yang
kita sukai, gaji yang cukup, dan bermanfaat untuk orang banyak. Dengan hal-hal itu
pula, kita bisa lebih matang dalam mulai merencanakan pernikahan dan membentuk
keluarga.
Penulis menilai bahwa untuk berkeluarga, diperlukan yang namanya
kestabilan. Mulai dari emosi, biologis, juga finansial. Oleh karena itu, penulis
menimbang bahwasanya akan lebih baik jika mengejar karir dan kestabilan finansial
terlebih dahulu sebelum membentuk keluarga.
Setelah memiliki karir yang stabil dan sesuai dengan tujuan hidup kita dengan
konsep Ikigai, kita bisa mulai merencanakan untuk membuat keluarga. Berkeluarga
tentu bukan mejadi hal yang mudah. Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan.
Hal paling mendasar yang menjadi syarat awal memulai keluarga tentunya adalah
pasangan. Penulis percaya bahwa cinta tidak memilih-milih orang. Namun,
sebaiknya jika memang kita ingin menikahi lawan jenis kita rasa kita cintai, akan
lebih baik jika kita mengukur kemampuan kita, apakah kita mampu untuk sejalan
dengan mereka, dan saling berubah untuk menjadi lebih baik? Saat kita sudah bisa
menjawab hal ini, maka kita bisa melanjutkan ke perencanaan selanjutnya.
Perencanaan selanjutnya adalah pembagian tugas rumah tangga dan
kelahiran anak. Hal ini tentunya perlu direncanakan dengan membicarakan secara
baik-baik dengan pasangan. Harus ada kesepakatan dan kesepemikiran untuk
merencanakan hal ini. Dengan begitu, kita bisa memiliki keluarga yang bahagia dan
sejahtera.
Dalam kehidupan, entah di masa kini atau masa depan, banyak hal yang
tidak bisa terduga bisa terjadi. Begitupun dalam berkeluarga. Jika memang terjadi
masalah dalam keluarga, hendaknya kita paham bahwa hal tersebut adalah wajar
dan bisa diperbaiki. Merupakan peran dari pasangan tersebut untuk saling
memperbaiki. Sesungguhnya manusia hanya bisa merencanakan dan mencegah,
tanpa bisa menghindari masalah yang sudah ditakdirkan. Namun kita sebagai
manusia yang memiliki akal bisa mencari solusi dan menjadi lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai