Anda di halaman 1dari 4

Gelapnya Alam Semesta

Oleh Maulana Hizrian Hazazi (XI IPA 7)

Dalam tata surya tempat kita berada, sangat wajar jika kita
mempertanyakan bagaimana perbedaan antara terangnya siang dan gelapnya
malam bisa terjadi. Saat siang hari, seolah-olah semuanya bisa terlihat, bahkan
terkadang menyilaukan mata. Sinar yang dipancarkan matahari terpantul oleh
benda-benda yang ada di permukaan bumi ini. Sedangkan saat malam hari, sinar
matahari tidak membanjiri atmosfir bumi, yang menyebabkan seluruh permukaan
di muka bumi ini gelap gulita. Hanya bulan dan bintang-bintang yang bisa kita
lihat pada malam hari. Itupun tak selalu bisa kita amati. Kegelapan inilah yang
juga terjadi di luar atmosfir bumi. Iya, di luar angkasa menembus atmosfir bumi,
bukan kecerahan seperti siang hari yang akan kita temui, melainkan gelap nan
gulita.

Kegelapan alam semesta ini telah disinggung dalam Alquran 14 abad yang
lalu. Seperti yang tertulis dalam Surah An-Naziat ayat 29, "Apakah kamu lebih
sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membinanya. Dia meninggikan
bangunannya lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya gelap
gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang,". Ayat-ayat Alquran
mengisyaratkan bahwa langit sangat gelap. Sebagian besar mufasir terdahulu,
seperti Ibnu Katsir dan Ath-Thabari, meyakini bahwa yang dimaksud dengan
zhulumat (gelap) dan nur (terang) ialah malam dan siang.
Teka-teki ini yang telah diisyaratkan oleh Alquran 14 abad yang lalu ini,
baru berhasil dipecahkan oleh para ilmuwan 2—3 abad yang lalu. Teka-teki yang
mengantarkan pembuktian dan penjelasan tentang kegelapan alam semesta ini
dikenal dengan sebutan Paradoks Olbers. Paradoks Olbers ini berawal
dengan mempertanyakan mengapa langit malam itu hitam. Astronom-
astronom awal seperti Johannes Kepler menyadari bahwa bila alam semesta itu
seragam dan tak terhingga, maka ke manapun kita memandang, kita akan
melihat cahaya dari bintang-bintang dalam jumlah tak terhingga. Saat menatap
pada titik tertentu di langit malam, pandangan kita pada akhirnya akan
mendapati bintang yang tak terhitung sehingga menerima cahaya bintang dalam
jumlah tak terhingga. Jadi, langit malam semestinya menyala-nyala. Fakta
bahwa langit malam itu hitam, bukan putih, telah menjadi paradoks kosmik
yang halus namun mendalam selama berabad-abad.

Ada satu fakta menarik.


Orang pertama yang
memecahkan paradoks tersebut justru
adalah penulis misteri asal Amerika,
Edgar Allan Poe,  yang memiliki
minat lama dalam astronomi. Jauh
sebelum meninggal,
dia mempublikasikan banyak
observasinya dalam sebuah puisi
Edgar Allan Poe,
filosofis melantur yang https://www.thefamouspeople.com/profiles/edgar-
allan-poe-169.php
berjudul Eureka: A Prose Poem. Di
sebuah bagian, dia menulis, “Seandainya suksesi bintang adalah tak berujung-
pangkal, maka latar langit akan menghadirkan kepada kita keberkilauan
yang seragam, seperti yang ditampilkan oleh Galaksi—sebab sama sekali tidak
mungkin ada satu titik, di seluruh latar itu, di mana bintang tidak eksis. Karena
itu, satu-satunya jalan di mana, di bawah keadaan demikian, kita bisa memahami
kehampaan yang ditemukan oleh teleskop-teleskop kita di berbagai arah,
ialah dengan menduga bahwa jarak latar yang tak tampak adalah begitu besar
sehingga tidak ada cahaya darinya yang sanggup menjangkau kita sama sekali.”
Ini merupakan kunci menuju jawaban yang tepat. Cahaya dari bintang-bintang
terjauh belum sempat menjangkau kita. Kosmolog Edward Harrison, orang
pertama yang menemukan bahwa Poe telah memecahkan paradoks Olbers,
menulis, "Saat pertama kali membaca kata-kata Poe, saya terpesona. Bagaimana
bisa seorang penyair, paling banter ilmuwan amatir, memahami penjelasan
yang benar pada 140 tahun silam, padahal di kampus-kampus kita penjelasan
yang salah masih sedang diajarkan?"

Pada 1901, fisikawan Skotlandia, Lord Kelvin, juga menemukan


jawaban yang tepat. Dia menyadari bahwa apabila kita memandangi langit
malam, kita sebenarnya sedang melihat kondisinya di masa lalu,
bukan sebagaimana sekarang, sebab kecepatan cahaya, walaupun sangat
besar berdasarkan standar bumi (299.792 kilometer per detik), masih terhingga,
dan perlu waktu bagi cahaya untuk menjangkau Bumi dari bintang-bintang jauh.
Kelvin mengkalkulasikan bahwa agar langit malam berwarna putih, alam
semesta harus mengembang ratusan triliun tahun-cahaya. Tapi karena alam
semesta tidak berumur triliunan, langitnya tak pelak lagi hitam. Juga terdapat
alasan kedua mengapa langit malam hitam, yaitu rentang hidup bintang-
bintang, yang diukur dalam miliar tahun.

Sebenarnya, yang dapat kita lihat dengan mata kepala kita sekarang
hanyalah cahaya tampak. Jika mata kita bisa melihat radiasi gelombang mikro,
kita akan melihat radiasi dari big bang itu sendiri yang membanjiri langit malam.
Selain itu, ada pemahaman yang lebih mudah. Pertama, tidak ada atmosfir untuk
memantulkan cahaya. Seperti di bulan, pada siang hari langit tetap terlihat hitam
karena tidak ada atmosfir. Kedua, jumlah molekul yang dapat memantulkan
cahaya di luar angkasa layaknya cermin sangat sedikit, tidak seperti di Bumi.
Ketiga, bintang-bintang diluar angkasa hanya menyusun 4% dari materi alam
semesta. Seperti yang sudah dijelaskan pada artikel sebelumnya, 74% penyusun
materi alam semesta adalah Dark Matter dan Dark Energy, sisanya 22% adalah
gas. Keempat, alam semesta itu tidak terbatas. Bayangkan kita di suatu aula yang
besar tanpa listrik dan menyalakan lampu 2 watt dengan baterai, apakah aula
tersebut akan terang?
Gelapnya langit malam yang telah diisyaratkan oleh kitab umat Muslim,
Alquran, dapat dibuktikan kebenarannya oleh fakta-fakta ilmiah dari para
ilmuwan dan astronom selama berabad-abad. Sederhananya, birunya langit terjadi
karena atmosfir, juga gas-gas yang terkandung di bumi, yang membuat spektrum
cahaya matahari terbaur. Sedangkan gelapnya malam terjadi karena memang 74%
alam semesta ini tersusun oleh benda gelap dan energy gelap. Sangat besar
perbedaannya dibandingkan dengan bintang-bintang yang hanya 4%.

Sumber Referensi :

1. Alquran surah An-Naziat ayat 29


2. https://www.youtube.com/watch?v=KMAVpeaIJpw (diakses tanggal 23
September 2019)
3. https://techno.okezone.com/read/2017/08/10/56/1753460/menakjubkan-
kronologi-penciptaan-alam-dijelaskan-alquran-dan-sains (diakses tanggal
23 September 2019)
4. https://medium.com/starts-with-a-bang/why-is-the-sky-dark-at-night-
e15130bf1308 (diakses tanggal 23 September 2019)
5. https://almostfamousinfo.blogspot.com/2018/02/paradoks-olber-mengapa-
langit-malam.html (diakses tanggal 23 September 2019)

Anda mungkin juga menyukai