Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH KEPERAWATAN MANAJEMEN

“GAYA KEPEMIMPINAN : LAISSEZ FAIRE DALAM KEPERAWATAN”

Dosen Pembimbing:
Ritna Udiyani, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Oleh
Kelompok 2:

Mariatul Kiptiah NIM 1114190637


Rovita Usnul Ado NIM 1114190642

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES DARUL AZHAR BATULICIN
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Dialah satu-satunya Dzat yang memberikan perlindungan dunia dan
akhirat kelak. Dialah sesungguhnya Maha pemberi petunjuk yang tiada dapat
menyesatkan.Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah Swt
yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Laporan ini dapat tersusun dengan baik berkat bantuan, bimbingan, masukan,
dan motivasi dari banyak pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Ritna Udiyani, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Dosen pengampu dan dosen
pembimbing mata kuliah Keperawatan Manajemen yang telah memberikan
masukan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini
dengan baik.
2. Orang tua serta saudara-saudara tercinta atas do’a, motivasi, dan harapannya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan lancar.
3. Teman-teman yang telah memberikan motivasi dan masukan yang baik
kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan laporan ini dengan lancar.
Mudah-mudahan amal baik mereka senantiasa mendapat pahala dan balasan
yang setimpal dari Allah Swt. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya. Aamin.

Simpang Empat 11 Desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Gaya kepemimpinan dapat dijelaskan melalui dua titik ekstrim yaitu
kepemimpinan berfokus pada atasan dan kepemimpinan berfokus pada bawahan.
Gaya tersebut dipengaruhi oleh faktor manajer, faktor karyawan dan faktor
situasi. Jika pemimpin memandang bahwa kepentingan organisasi harus
didahulukan jika dibanding kepentingan pribadi maka pemimpin akan lebih
otoriter, akan tetapi jika bawahan mempunyai pengalaman yang lebih baik dan
menginginkan partisipasi, maka pemimpin dapat menerapkan gaya
partisipasinya. Ismail, 2019
Laissez Faire menjadi representasi kebijakan yang didukung oleh adam
smith walaupun dia tak pernah menggunakan kata itu. Di abad ke-20, John
Maynard Keynes mengecam Laissez Faire; kata ini mempresentasikan kebijakan
“berpangku tangan ” yang dianut selama masa Depresi Besar. Sesungguhnya
Laissez Faire bukan hanya “berpangku tangan” saja. Adam Smith dan ekonomi
Laissez Faire klasik bermaksud mengubah sistem regulasi lama dan privilise
khusus, dan karena itu meningkatkan kesejahteraan secara umum. Fitri, 2017
Laissez Faire, Laissez Passer artinya segala kegiatan ekonomi diserahkan
ke pasar, adanya kebebasan dalam kegiatan ekonomi dan campur tangan
pemerintah sangat minim. Laissez Faire, Laissez Passer adalah sebuah frasa
bahasa Perancis, secara harfiah artinya adalah biarkan berbuat/biarkan terjadi,
biarkan lewat. Fitri, 2017
Biarkan terjadi, biarkan lewat hampir sama artinya dengan frasa let it
flow atau dengan kata yasudahlah menurut saya. Hal itu merupakan cerminan
dari sikap pengabaian, tentunya pengabaian yang baik untuk hal yang tidak baik.
kita tidak hanya pantas berprisip Laissez Faire-Laissez Passer tapi juga wajib,
kita wajib mengabaikan, bukan berarti kita peduli, malah sebenarnya kita sedang
belajar peduli pada diri sendiri dengan mengabaikan hal-hal yang dapat merusak
diri. Fitri, 2017
Ketika kita jatuh, banyak hal yang dapat mengganggu, mengusik,
menghambat hidup kita. Kesedihan, ketakutan, putus asa adalah diantaranya.
Kita patut mengabaikan hal-hal tersebut, tentunya agar kita bisa bangkit dan
tidak terpuruk lagi. Fitri, 2017
Berdasarkan pemaparan diatas, penulis tetarik untuk membahas terkait
Bagaimana Gaya Kepemimpinan Manajemen : Laissez Faire dalam keperawatan

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana Gaya Kepemimpinan Manajemen : Laissez Faire dalam
keperawatan ?

1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Bagaimana Gaya Kepemimpinan Manajemen : Laissez
Faire dalam keperawatan
1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui Definisi Laissez Faire


2. Untuk mengetahui Gaya Sejarah Laissez Faire di Seluruh Dunia
3. Untuk mengetahui Contoh penerapan Laissez Faire
4. Untuk mengetahui Manfaat dari Laissez Faire

1.4. Manfaat
a. Penulis
Semoga dengan pembuatan makalah ini penulis dapat menambah wawasan
dan pengalaman tentang bagaimana Gaya Kepemimpinan Manajemen :
Laissez Faire dalam keperawatan
b. Institusi
Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun program pembelajaran serta
menentukan metode dan media pembelajaran yang tepat.
c. Masyarakat
Semoga dengan ada nya penyusunan makalah ini masyarakat dapat
memahami bagaimana Gaya Kepemimpinan Manajemen : Laissez Faire
dalam keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kepemimpinan


Definisi kepemimpinan menurut Stogdill yaitu kepemimpinan sebagai
suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi dalam
upaya menyusun dan mencapai tujuan. Definisi kepemimpinan dari Strogdill
dapat diterapkan dalam keperawatan. Gardner mendefinisikan kepemimpinan
sebagai suatu proses persuasi dan memberi contoh sehingga individu (atau
pemimpin kelompok) membujuk kelompoknya untuk mengambil tindakan
yang sesuai dengan usulan pimpinan atau usulan bersama. Merton
menguraikan kepemimpinan sebagai suatu transaksi masyarakat dimana
seorang anggota mempengaruhi yang lainnya. Rahmatullah, 2021
Menurut McGregor, akhirnya ada empat variabel besar yang diketahui
sekarang untuk memahami kepemimpinan, karakteristik pimpinan, sikap
kebutuhan, dan karakteristik lainnya dari bawahan dan keadaan sosial,
ekonomi, dan polotik lingkungan. Rahmatullah, 2021
Talbott mengatakan "kepemimpinan adalah bumbu yang sangat vital
yang mengubah sekelompok orang menjadi suatu organisai yang berfungsi dan
berguna. Kepemimpinan adalah suatu proses yang menopang suatu kegiatan
atas inisiatif seseorang. Bukan semata-mata hanya menunjukan arah dan
membiarkan sesuatu terjadi. Kepemimpinan adalah suatu konsep dari suatu
tujuan dan metode untuk mencapainya, suatu mobilisasi dari seluruh fasilitas
yang diperlukan untuk mencapai hasil, dari penyesuaian dan nilai-nilai
terhadap faktor lingkungan pada akhir dari tujuan yang dikehendaki nantinya.
Rahmatullah, 2021
Laissez Faire adalah sebuah frase dari bahasa perancis yang berarti
biarkan berbuat, biarkan berlangsung, biarkan terjadi, dan biarkan setiap orang
berbuat sekehendak hati. Sedangkan makna dari azas laissez faire laissez aller
adalah dimana setia warga negara diberi kebebasan seluas-luasnya untuk
berusaha bagi kemakmuran dirinya, negara tidak mengintervensi/ikut campur
dalam urusan warga negara. Ismail, 2019
Laissez-faire adalah sebuah frase bahasa Perancis yang berarti "biarkan
terjadi" (secara harafiah "biarkan berbuat"). Istilah ini berasal dari diksi
Perancis yang digunakan pertama kali oleh para psiokrat di abad ke 18 sebagai
bentuk perlawanan terhadap intervensi pemerintah dalam perdagangan.
Laissez-faire menjadi sinonim untuk ekonomi pasar bebas yang ketat selama
awal dan pertengahan abad ke-19. Secara umum, istilah ini dimengerti sebagai
sebuah teori ekonomi yang tidak menginginkan adanya campur tangan
pemerintah dalam perekonomian. Ismail, 2019
Jadi teori Laissez faire yaitu sebuah teori yang keberadaannya
mendorong terjadinya perdagangan bebas yang dicetuskan oleh kaum
fisiokratis , tetapi teori ini juga identik dengan pandangan atau teori adam
smith dalam bukunya yang berjudul The Wealth Of Natios tentang mekanisme
pasar bebas. Mekanisme pasar bebas itu sendiri dimana mekanisme penentuan
tingkat harga barang di pasar diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar
tanpa adanya intervensi pemerintah. Ismail, 2019

2.2 Teori Kepimpinan


Dalam mengembangkan model kepemimpinan terdapat beberapa teori
yang mendasari terbentuknya gaya kepemimpinan. Menurut Whitaker (1996),
ada empat macam pendekatan kepemimpinan yaitu:
1) Teori Bakat
Teori bakat terdiri dari bakat intelegensi dan kepribadian.Kemampuan
ini merupakan bawaan sejak lahir yang mempunyai pengaruh besar dalam
kepemimpinan. Beberapa hal yang menonjol pada teori bakat adalah
kepandaian berbicara, kemampuan/keberanian dalam memutuskan sesuatu,
penyesuaian diri, percaya diri, kreatif, kemampuan interpersonal dan
prestasi yang dapat menjadi bekal dalam membentuk kepemimpinan
sehingga seseorang pemimpin dapat mempengaruhi bawahannya.
2) Teori Perilaku
Teori perilaku kepemimpinan memfokuskan pada perilaku yang
dipunyai oleh pemimpin dan yang membedakan dirinya dari non pemimpin.
Menurut teori ini seorang pemimpin dapat mempelajari perilaku pemimpin
supaya dapat menjadi pemimpin yang efektif. Dengan demikian teori
perilaku kepemimpinan lebih sesuai dengan pandangan bahwa pemimpin
dapat dipelajari, bukan bawaan sejak lahir.
3) Teori Situasi (Contingency)
Teori situasi mengasumsikan bahwa tidak ada satu gaya
kepemimpinan yang paling baik, tetapi kepemimpinan tergantung pada
situasi, bentuk organisasi, kekuasaan atau otoriter dari pemimpin, pekerjaan
yang kompleks dan tingkat kematangan bawahan.
4) Teori Transformasi
Teori transformasi mengasumsikan bahwa pemimpin mampu
melakukan kepemimpinannya dalam situasi yang sangat cepat berubah atau
situasi yang penuh krisis. Menurut Bass (Dikutip Gibson, 1997) seorang
pemimpin transformasional adalah seorang yang dapat menampilkan
kepemimpinan yang kharismatik, penuh inspirasi, stimulasi intelektual dan
perasaan bahwa setiap pengikut diperhitungkan.

2.3 Gaya Kepemimpinan


Menurut para ahli, terdapat gaya kepemimpinan yang dapat
diterapkan dalam suatu organisasi antara lain: Mukhtar, 2020
1. Gaya Kepemimpinan Menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitd.
Menurut kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat dijelaskan
melalui dua titik ekstrim yaitu kepemimpinan berfokus pada atasan dan
kepemimpinan berfokus pada bawahan. Gaya tersebut dipengaruhi oleh
faktor manajer, faktor karyawan dan faktor situasi. Jika pemimpin
memandang bahwa kepentingan organisasi harus didahulukan jika
dibanding kepentingan pribadi maka pemimpin akan lebih otoriter, akan
tetapi jika bawahan mempunyai pengalaman yang lebih baik dan
menginginkan partisipasi, maka pemimpin dapat menerapkan gaya
partisipasinya.
2. Gaya Kepemimpinan Menurut Likert
Likert mengelompokkan gaya kepemimpinan dalam empat sistem yaitu:
a. Sistem Otoriter-Eksploitatif
Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan yang
rendah terhadap bawahannya, memotivasi bawahan melalui ancaman
atau hukuman. Komunikasi yang dilakukan satu arah ke bawah (top-
down).\
b. Sistem Kebajikan- Berwibawa
Pemimpin mempercayai bawahan sampai tingkat tertentu, memotivasi
bawahan dengan ancaman atau hukuman tetapi tidak selalu dan
membolehkan komunikasi ke atas. Pemimpin memperhatikan ide
bawahan dan mendelegasikan wewenang, meskipun dalam
pengambilan keputusan masih melakukan pengawasan yang ketat.
c. Sistem Konsultatif
Pemimpin memiliki kekuasaan terhadap bawahan yang cukup
besar. Pemimpin menggunakan balasan (insentif) untuk memotivasi
bawahan dan kadang-kadang menggunakan ancaman atau hukuman.
Komunikasi dua arah dan menerima keputusan spesifik yang dibuat
oleh bawahan.
d. Sistem Partisipatif
Pemimpin memiliki kepercayaan penuh terhadap bawahan,
menggunakan insentif ekonomi untuk memotivasi bawahan.
Komunikasi dua arah dan menjadikan bawahan sebagai kelompok
kerja.
3. Gaya Kepemimpinan Menurut Teori X dan Teori Y
Dikemukakan oleh Douglas Mc Gregor dalam bukunya The Human
Side Enterprise (1960), dia menyebutkan bahwa perilaku seseorang dalam
suatu organisasi dapat dikelompokkan dalam dua kutub utama, yaitu
sebagai Teori X dan Teori Y. Teori X mengasumsikan bahwa bawahan itu
tidak menyukai pekarjaan, kurang ambisi, tidak mempunyai tanggung
jawab, cenderung menolak perubahan, dan lebih suka dipimpin daripada
memimpin. Sebaliknya Teori Y mengasumsikan bahwa, bawahan itu
senang bekerja, bisa menerima tanggung jawab, mampu mandiri, mampu
mengawasi diri, mampu berimajinasi, dan kreatif. Dari teori ini, gaya
kepemimpinan dibedakan menjadi empat macam yaitu: Mukhtar, 2020
a. Gaya Kepemimpinan Diktator
Gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan ketakutan
serta menggunakan ancaman dan hukuman merupakan bentuk dari
pelaksanaan Teori X.
b. Gaya Kepemimpinan Autokratis
Pada dasarnya kepemimpinan ini hampir sama dengan gaya
kepemimpinan diktator namun bobotnya agak kurang. Segala
keputusan berada di tangan pemimpin, pendapat dari bawahan
tidak pernah dibenarkan. Gaya ini juga merupakan pelaksanaan dari
Teori X.
4. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Ditemukan adanya peran serta dari bawahan dalam pengambilan
keputusan yang dilakukan dengan musyawarah. Gaya ini pada dasarnya
sesuai dengan teori Y
5. Gaya Kepemimpinan Santai
Peranan dari pemimpin hampir tidak terlihat karena segala keputusan
diserahkan pada bawahannya (Azwar dalam Nursalam, 2008: 64)
6. Gaya Kepemimpinan Menurut Robbet House
Berdasarkan Teori Motivasi pengharapan, Robert House dalam Nursalam
(2002) mengemukakan empat gaya kepemimpinan yaitu:
a. Derektif
Pemimpin menyatakan kepada bawahan tentang bagaimana
melaksanakan suatu tugas. Gaya ini mengandung arti bahwa
pemimpin selalu berorientasi pada hasil yang dicapai oleh
bawahannya.
b. Suportif
Pemimpin berusaha mendekatkan diri kepada bawahan dan
menyembah ramah terhadap bawahan.
c. Parsitipatif
Pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk mendapatkan
masukan dan saran dalam rangka pengambilan sebuah keputusan.
d. Berorientasi Tujuan
Pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan
bawahan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut dengan seoptimal
mungkin (Sujak dalam Nursalam)
7. Gaya Kepemimpinan Menurut Hersey dan Blanchard
Ciri-ciri kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard (1997) meliputi:
a. Instruksi
 Tinggi tugas dan hubungan rendah
 Komunikasi sejarah
 Pengambilan berada pada pemimpin dan peran bawahan sangat
minimal
 Pemimpin banyak memberikan pengarahan atau instruksi yang
spesifikserta mengawasi dengan ketat.
b. Konsultasi
 Tinggi tugas dan tinggi hubungan
 Komunikasi dua arah
 Peran pemimpin dalam pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan cukup besar
c. Parsitipatif
 Tinggi hubungan rendah tugas
 Gagasan pemimpin dan bawahan bersama- sama anggota
dalam pengambilan keputusan
 Delegasi
 Hubungan yang rendah dan tugas yang rendah
 Komunikasi dua arah, terjadi diskusi antara pemimpin dan
bawahan dalam pemecahan masalah serta bawahan diberi delegasi
untuk mengambil keputusan
8. Gaya Kepemimpinan Menurut Lippits dan K. White
Menurut Lippits dan White, terdapat tiga gaya kepemimpinan yaitu
otoriter, demokrasi, liberal yang mulai dikembangkan di Unversitas Lowa.
a. Otoriter
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
 Wewenang mutlak berada pada pimpinan
 Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan
 Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan
 Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan
 Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau
kegiatan
 para bawahan dilakukan secara ketat
 Prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan
 Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran,
pertimbangan atau pendapat
 Tugas-tugas dari bawahan diberikan secara instruktif Lebih
banyak kritik daripada pujian
 Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat
 Pimpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat
 Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman Kasar dalam
bersikap
 Tanggung jawab dalam keberhasilan organisasi hanya dipikul
oleh pimpinan
b. Demokratis
Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan dalam
mempengaruhi orang lain agar besedia bekerja sama untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, berbagai kegiatan yang
akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan.
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
 Wewenang pimpinan tidak mutlak
 Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada
bawahan
 Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
 Komunikasi berlangsung timbal balik
 Pengawasan dilakukan secara wajar
 Prakarsa datang dari bawahan
 Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran dan
pertimbangan
 Tugas-tugas dari bawahan diberikan dengan lebih bersifat
permintaan dari pada instruktif
 Tugas-tugas dari bawahan diberikan dengan lebih bersifat
permintaan daripada instruktif
 Pujian dan kritik seimbang
 Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam
batas masing-masing
 Pimpinan kesetiaan bawahan secara wajar
 Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak
 Tercipta suasana saling percaya saling hormat menghormati, dan
saling menghargai
 Tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung secara
bersama- sama
c. Liberal atau Laissez Faire
Kepemimpinan gaya liberal atau Laisssez Faire adalah
kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama
untuk mencapai tujuan dengan cara berbagai kegiatan dan
pelaksanaanya dilakukan lebih banyak diserahkan kepada bawahan.
Gaya kepemimpinan ini bercirikan sebagai berikut :
 Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan
 Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan
 Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan
 Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh
bawahan
 Hampir tidak ada pengawasan terhadap perilaku laku
 Prakarsa selalu berasal dari bawahan
 Hampir tiada pengarahan dari pimpinan
 Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok
 Kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan kelompok
 Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh
perseorangan

2.4 Tugas Kepemimpinan dalam Keperawatan


Tugas penting seorang pemimpin di ruang rawat adalah (Efendy, 2019)
a. Selalu siap menghadapi setiap perubahan. Setiap pemimpin di ruang rawat
harus mampu bersikap proaktif dalam setiap perubahan yang terjadi,
berperan dalam setiap aspek kehidupan berorganisasi, serta mengkaji
setiap kemungkinan untuk mengembangkan sesuatu yang baru serta
mampu menanggapi setiap kesempatan sebagai suatu tantangan yang dapat
menghasilkan
b. Mengatasi konflik yang terjadi sebagai dampak dari kegiatan, kebijakan,
ataupun hubungan yang terkait dengan atasan, bawahan atau pasien dan
keluarganya.
c. Meningkatkan dinamika kelompok diantara bawahan sebagai upaya
pemimpin untuk memotivasi bawahan
d. Meningkatkan komunikasi dengan atasan bawahan, rekan sejawat dan
konsumen lainnya Keterbukaan dalam berkomunikasi akan dapat
memperlancar proses pelaksanaan kegiatan sehingga akan mempermudah
pencapaian tujuan
e. Melatih kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki dengan menerapkan
berbagai cara untuk membuktikan bahwa kekuasaan dan kewenangan itu
masih dapat dihargai oleh bawahan.
i. Menggunakan aspek politik untuk mempengaruhi orang lain, dalam rangka
memperlancar pencapaian tujuan
f. Menatalaksanakan waktu dengan baik Penatalaksanaan waktu yang baik
mencerminkan pemanfaatan sumber-sumber yang tersedia digunakan
dengan baik pula sehingga produktivitas kerja menjadi meningkat

2.5 Penerapan Kepemipinan dalam Keperawatan


Pemberian pelayanan dan asuhan keperawatan merupakan suatu
kegiatan yang kompleks dan melibatkan berbagai individu. Agar tujuan
keperawatan tercapai diperlukan berbagai kegiatan dalam menerapkan
keterampilan kepemimpinan, Menurut Kron, kegiatan tersebut meliputi :
(Efendy, 2019)
1. Perencanaan dan Pengorganisasian
Pekerjaan dalam suatu ruangan hendaknya direncanakan dan
diorganisasikan Semua kegiatan dikoordinasikan sehingga dapat dikerjakan
pada waktu yang tepat dan dengan cara yang benar. Sebagai seorang kepala
ruangan perlu membuat suatu perencanaan kegiatan diruangan
2. Membuat Penugasan dan Memberi Penghargaan
Setelah membuat penugasan perlu diberikan pengarahan kepada para
perawat tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan secara singkat dan
jelas. Dalam memberi pengarahan, seorang pemimpin harus mampu
membuat seseorang memahami apa yang diarahkan dan juga mempunyai
tanggung jawab untuk melihat apakah pekerjaan tersebut dikerjakan dengan
benar.
3. Pemberian bimbingan
Bimbingan merupakan unsur yang penting dalam keperawatan,
Bimbingan berarti menunjukkan cara menggunakan berbagai metode
mengajar dan konseling. Bimbingan yang diberikan meliputi pengetahuan
dan keterampilan dalam keperawatan. Hal ini akan membantu bawahan
dalam melakukan tugas mereka sehingga dapat memberikan kepuasan bagi
perawat dan idien.
4. Medorong Kerjasama dan Partisipasi
Kerjasama diantara perawat perlu ditingkatkan dalam melaksanakan
kaperawatan Seorang pemimpin perlu menyadari bahwa bawahan
bekerjasama dengan pemimpin bukan untuk atau dibawah pimpinan
Kerjasama dapat ditingkatkan melalui suasana demokrasi dimana setiap
individu/perawat mengetahui apa yang diharapkan dari mereka. dan mereka
mendapat pujian serta kritik yang membangun. Bawahan perlu mengetahui
bahwa pemimpin mempercayai kemampuan mereka Hubungan antar
manusia yanng baik dapat meningkatkan kerjasama. Disamping itu setiap
individu dalam kelompok diusahakan untuk berpartisipasi, Hal ini akan
membuat setiap perawat merasa dihargai termasuk bagi mereka yang sering
menarik diri atau yang pasif. Partisipasi setiap perawat dapat berbeda-beda,
tergantung kemampuan mereka.
5. Kegiatan Koordinasi
Pengkoordinasian kegiatan dalam suatu ruangan merupakan bagian
yang penting dalam kepemimpinan keperawatan. Seorang pemimpin perlu
mengusahakan agar setiap perawat mengetahui kegiatan-kegiatan yang
dilakukan dalam suatu ruangan Hal lain yang perlu dilakukan adalah
melaporkan kepada atasan langsung tentang pencapaian kerja bawahan Agar
dapat melakukan koordinasi dengan elektif. diperlukan suatu perencanaan
yang baik dan penggunaan kemampuan setiap individu dan sumber-sumber
yang ada.
6. Evaluasi Hasil Penampilan Kerja
Evaluasi hasil penampilan kerja dilakukan melalui pengamatan
terhadap stat dan pekerjaan mereka. Evaluasi merupakan proses
berkelanjutan untuk menganalisa kekurangan dan kelebihan staf sehingga
dapat mendorong mereka mempertahankan pekerjaan yang baik dan
memperbaiki kekurangan yang ada Agar seorang pemimpin dapat
menganalisa perawat lain secara efektif, ia juga harus dapat menilai diri
sendiri sebagai seorang perawat dan seorang pemimpin secara jujur. Melalui
kegiatan-kegiatan ini diharapkan seorang kepala ruangan dapat melakukan
tanggung jawabnya sebagai manajer dan pemimpin yang efektif. Dalam
melaksanakan pelayanan dan asuhan keperawatan kepala ruangan sebagai
seorang pemimpin bertanggung jawab dalam
a. Membantu perawat lain mencapai tujuan yang ditentukan
b. Mengarahkan kegiatan-kegiatan keperawatan
c. Tanggungjawab atas tindakan keperawatan yang dilakukan
d. Pelaksanaan keperawatan berdasarkan standar
e. Penyelesaian pekerjaan dengan benar
f. Pencapaian tujuan keperawatan
g. Kesejahteraan bawahan
h. Memotivasi bawahan

2.6 Definisi Laissez Faire


Laissez Faire adalah sebuah frase dari bahasa perancis yang berarti
biarkan berbuat, biarkan berlangsung, biarkan terjadi, dan biarkan setiap orang
berbuat sekehendak hati. Sedangkan makna dari azas laissez faire laissez aller
adalah dimana setia warga negara diberi kebebasan seluas-luasnya untuk
berusaha bagi kemakmuran dirinya, negara tidak mengintervensi/ikut campur
dalam urusan warga negara. Ismail, 2019
Laissez-faire adalah sebuah frase bahasa Perancis yang berarti "biarkan
terjadi" (secara harafiah "biarkan berbuat"). Istilah ini berasal dari diksi
Perancis yang digunakan pertama kali oleh para psiokrat di abad ke 18 sebagai
bentuk perlawanan terhadap intervensi pemerintah dalam perdagangan.
Laissez-faire menjadi sinonim untuk ekonomi pasar bebas yang ketat selama
awal dan pertengahan abad ke-19. Secara umum, istilah ini dimengerti sebagai
sebuah teori ekonomi yang tidak menginginkan adanya campur tangan
pemerintah dalam perekonomian. Ismail, 2019
Jadi teori Laissez faire yaitu sebuah teori yang keberadaannya
mendorong terjadinya perdagangan bebas yang dicetuskan oleh kaum
fisiokratis , tetapi teori ini juga identik dengan pandangan atau teori adam
smith dalam bukunya yang berjudul The Wealth Of Natios tentang mekanisme
pasar bebas. Mekanisme pasar bebas itu sendiri dimana mekanisme penentuan
tingkat harga barang di pasar diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar
tanpa adanya intervensi pemerintah. Ismail, 2019

2.7 Gaya Sejarah Laissez Faire di Seluruh Dunia


Filsafat moral abad kedelapan belas Adam Smith mengungkapkan
keprihatinan atas jenis karakter yang dihasilkan oleh sistem ekonomi kapitalis.
Smith menggambarkan "tuan tanah" sistem tersebut sebagai pasif, malas, dan
tidak kompeten, karena pendapatan mereka didapat hanya oleh keberadaan
tanah mereka. Meskipun tampaknya para pemimpin ini harus mendukung
kebijakan atau tindakan yang pada akhirnya akan bermanfaat bagi pundi-pundi
mereka sendiri, banyak di antara mereka malas, dan tidak ingin di ganggu.
Ismail, 2019
Tanpa pengawasan, sistem semacam itu bisa membawa jatuhnya
kesehatan ekonomi seluruh bangsa. Sepanjang tahun, telah terjadi banyak
perdebatan mengenai sistem pemerintahan dan ekonomi, dan sejarah laissez
fairel telah berkembang secara berbeda di seluruh dunia.
Kata-kata laissez faire tersebut berasal dari bahasa Prancis, yang di
dalam manajemen dapat diartikan sebagai “tanpa kepemimpinan”. Kondisi ini
terjadi pada saat di dalam sebuah komunitas tidak terdapat struktur
kepemimpinan. Hal itu dapat terjadi pada kondisi di mana sang pemimpin
menyerah dan membiarkan segala sesuatu berjalan apa adanya seperti yang
sudah-sudah. Kondisi laissez faire juga dapat terjadi pada masa penantian
pergantian pemimpin, di mana pemimpin (ad interm) yang sementara
menggantikan pemimpin yang lama tidak mengambil keputusan yang bersifat
mengubah sesuatu sampai munculnya pemimpin pengganti yang sah).
Pemimpin memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahannya.
Struktur Organisasi bersifat longgar dan pemimpin bersifat pasif. Pemimpin
menghindari kuasa dan tanggung jawab, kemudian menggantungkannya
kepada kelompok baik dalam menetapkan tujuan maupun menanggulangi
masalahnya sendiri. Gaya Ini tidak berdasarkan pada aturan-aturan. Seorang
pemimpin yang menggunakan gaya kepemimpinan ini menginginkan seluruh
anggota kelompoknya berpartisipasi tanpa memaksakan atau menuntut
kewenangan yang dimilikinya. Tindak Komunikasi dari pemimpin ini
cenderung berlaku sebagai seorang penghubung yang menghubungkan
kontribusi atau sumbangan pemikiran dari anggota kelompoknya. Jika tidak
ada yang mengendalikannya, kelompok yang memakai kaya ini akan menjadi
tidak terorganisasi, tidak produktif dan anggotanya, sebab mereka merasa
bahwa kelompoknya tidak memiliki maksud dan tujuan yang hendak dicapai.
Ismail, 2019
1. Laissez Faire di Amerika Serikat
Di Amerika Serikat, telah dikemukakan bahwa pengaruh langsung
pemerintah terhadap ekonomi bangsa selalu diperuntukkan oleh para
Founding Fathers. Ini Karena Anggaran Dasar Konfederasi telah membuat
negara baru ini menjadi kekacauan ekonomi, dan Pendiri tersebut
bermaksud agar kemerdekaan koloni yang keras gulita tidak dimanjakan
oleh ketergantungan finansial pada entitas kuat di Eropa. Untuk itu,
pengaruh pemerintah yang kuat diizinkan untuk menembus bidang sains,
penemuan, perdagangan, dan industri. Tujuannya untuk membiarkan
tangan pemerintah yang berat seperti itu adalah untuk memperbaiki
kesejahteraan umum negara tersebut, dan untuk membantu membuat
ekonomi A.S. begitu kuat sehingga tidak perlu bergantung pada orang lain
untuk meminta bantuan.
Ada beberapa sejarah AS mengenai intervensi pemerintah yang
berhasil, seperti pendirian Kantor Paten pada tahun 1802, dan Kantor
Standar Bobot Dan Ukuran pada tahun 1830. Sebagai tambahan, berbagai
ekspedisi Angkatan Darat ke Barat sepanjang tahun 1800an, dimulai
dengan Lewis dan Clark's Corps ofDiscovery pada tahun 1804. Pemerintah
AS juga memiliki tangan untuk mendirikan Bank Pertama dan Kedua di
Amerika Serikat.
Tentu saja, banyak dari proposal ini tidak langsung diterima oleh
semua orang, dan kebanyakan yang menentang pendekatan laissez faire
terhadap kapitalisme A.S. mendukung American School of thought, yang
didasarkan pada gagasan Alexander Hamilton. Gagasan Hamilton
termasuk penciptaan bank yang disponsori pemerintah, dan kenaikan tarif
tertentu.
Pada awal abad ke-19, menjadi kenyataan bahwa hubungan
pemerintah A.S. dengan indus tri negara sangat berbeda dengan laissez
faire di negara lain. Sebenarnya, A.S. memeluk ekonomi campuran, yang
tumbuh menguat selama periode segera setelah Perang Dunia I dan
Depresi Hebat. Bahkan sekarang, dari waktu ke waktu, pemerintah akan
melibatkan dirinya dalam mendukung industri Amerika secara aktif
sehingga bisa melindunginya dari persaingan luar negeri.
2. Laissez Faire di Eropa
Praktik sistem pemerintahan laissez faire di Eropa, yang bertentangan
dengan laissez faire di negara lain, dipromosikan secara luas oleh beberapa
pedagang sukses. Orang-orang ini percaya bahwa pemerintah suatu negara
harus mengizinkan hukum alam untuk mendikte kegiatan ekonomi, dan
bahwa satu-satunya saat pemerintah harus terlibat adalah ketika
kehidupan, kebebasan, dan properti negara terancam.
Ekonom Prancis Francois Quesnay, yang berhubungan langsung
dengan Raja Louis XV dari Prancis, menyarankan sistem ekonomi laissez
faire kepada Raja. Raja menyukai gagasan tersebut, dan menjadikan
Prancis sebagai negara Eropa Pertama yang merangkul sistem semacam itu
dengan melakukan jauh dengan tol dan hambatan pada penjualan dan
pengangkutan gandum yang ada pada saat itu. Sistem ini sukses selama
bertahun-tahun; Namun, pada tahun 1768, panen yang buruk mengakhiri
kesuksesan itu ketika harga roti melejit sampai titik di mana kelaparan di
Eropa meledak menjadi epidemi yang meluas.
Inggris juga tidak asing dengan kelaparan, namun banyak yang
menentang perbaikan kondisi sesama warga negara mereka. Pada tahun
1843, surat kabar The Economist-sebuah makalah yang mempromosikan
cita-cita laissez faire didirikan. Advokat untuk sistem pemerintahan ini
menentang pengiriman bantuan makanan kepada mereka yang menderita
dalam kondisi kelaparan yang ada di dalam Kerajaan Inggris, dan pendiri
Economist James Wilson menulis, "Bukan urusan orang lain untuk
memberikan yang lain."
3. Laissez Faire di China
Perdebatan tentang laissez faire selalu menjadi hal yang
menggairahkan di China, dengan beberapa orang lebih menyukai kontrol
pemerintah sesedikit mungkin, sementara yang lain secara bersamaan
memperjuangkan kebalikannya, terutama ketika harus membatasi sejauh
mana perusahaan dapat menetapkan harga mereka sendiri, atau mencegah
perusahaan membangun monopoli dalam industri pembuatan uang.
Kadang praktik laissez faire dipraktekkan, hanya untuk segera ditarik
kemudian.
Monopoli khususnya adalah isu kontroversial. Mereka sering di
implementasikan pada masa perang ketika ekonomi lebih bermanfaat, dan
kemudian dihapuskan nanti. Monopoli sangat lazim selama dinasti Han
dan Tan, namun kemudian, pada dinasti Song dan Ming, pemerintah telah
berhasil menyingkirkan mereka dan tidak melihat ke belakang untuk
keseluruhan dinasti tersebut, memilih lebih banyak praktik laissez faire.
Monopoli negara akhirnya dibawa kembali saat dinasti Qing Manchu.
Ini juga merupakan dinasti di mana pemerintah menjadi lebih banyak
berurusan dengan ekonomi China secara keseluruhan. Banyak ahli percaya
bahwa ini adalah penjelasan yang bagus mengapa China tidak pernah
diberi kesempatan untuk mengembangkan sistem kapitalisme mereka
sendiri dengan benar.
Sikap laissez faire mungkin berlaku untuk lebih dari sekedar
hubungan pemerintah dengan transaksi pihak swasta. Pengusaha dan
organisasi lain diseluruh dunia kadang-kadang mengadopsi gaya
kepemimpinan laissez faire, yang juga disebut sebagai "kepemimpinan
delegatif." Kepemimpinan delegasi bukanlah gaya kepemimpinan yang
khas sama sekali, karena para pemimpin lebih mudah lepas kendali, dan
memungkinkan anggota kelompok untuk bekerja sama, serta membuat
keputusan bebas dari pengaruh konstan pemimpin mereka
Ketika model kepemimpinan laissez faire diterapkan di dunia bisnis,
para pemimpin memberikan sedikit sekali panduan kepada anggota
kelompok mereka. Dalam contoh laissez faire, anggota kelompok bebas
membuat keputusan sendiri,dan diharapkan dapat menyelesaikan masalah
mereka sendiri, walaupun parapemimpin memberi mereka alat yang
diperlukan untuk melakukannya. Sementara kekuatan pengambilan
keputusan terletak di tangan individu, pemimpin mereka masih
bertanggung jawab atas keputusan dan perilaku kelompok secara
keseluruhan

2.8 Contoh penerapan Laissez Faire


Pemimpin memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur
organisasi bersifat longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin
menghindari kuasa dan tanggung-jawab, kemudian menggantungkannya
kepada kelompok baik dalam menetapkan tujuan maupun menanggulangi
masalahnya sendiri. Ismail, 2019
Gaya ini tidak berdasarkan pada aturan-aturan. Seorang pemimpin yang
menggunakan gaya kepemimpinan ini menginginkan seluruh anggota
kelompoknya berpartisipasi tanpa memaksakan atau menuntut kewenangan
yang dimilikinya. Tindak komunikasi dari pemimpin ini cenderung berlaku
sebagai seorang penghubung yang menghubungkan kontribusi atau sumbangan
pemikiran dari anggota kelompoknya.
Jika tidak ada yang mengendalikannya, kelompok yang memakai gaya
ini akan menjadi tidak terorganisasi, tidak produktif dan anggotanya akan
apatis, sebab mereka merasa bahwa kelompoknya tidak memiliki maksud dan
tujuan yang hendak dicapai. Walau begitu, dalam situasi tertentu khususnya
dalam kelompok terapi, gaya kepemimpinan laissez-faire ini adalah yang
paling layak dan efektif dari gaya-gaya kepemimpinan terdahulu.
Gaya laissez-faire lebih tepat digunakan ketika Anda mempercayakan
proyek kepada pegawai Anda. Di sini, Anda disarankan untuk tidak ikut
campur atau mempengaruhi pegawai Anda untuk mengambil keputusan
tertentu. Ingatlah bahwa Anda telah memberikan proyek tersebut kepada
mereka untuk dijalankan. Anda dapat menjelaskan baik buruknya keputusan
yang akan diambil, namun keputusan tetap di tangan mereka.
Contoh Pemimpin gaya laissez faire :
1. George Herbert Walker Bush
George Herbert Walker Bush (lahir 12 Juni 1924) adalah seorang
politikus Amerika yang menjabat sebagai 41 Presiden Amerika Serikat
(1989-1993). Dia sebelumnya menjabat sebagai ke-43 Wakil Presiden
Amerika Serikat (1981-1989), seorang anggota Kongres, duta besar, dan
Direktur Central Intelligence.
Ia menjadi terlibat dalam politik segera setelah mendirikan
perusahaan minyak sendiri, dan melayani sebagai anggota DPR. Dia
berlari gagal sebagai presiden Amerika Serikat pada 1980 , tetapi dipilih
oleh calon partai Ronald Reagan menjadi calon wakil presiden, dan
mereka berdua kemudian terpilih. Selama masa jabatannya, Bush dipimpin
pasukan administrasi tugas pada deregulasi dan penyalahgunaan narkoba
pertempuran.
Salah satu kesalahpahaman merusak sebagian besar waktu kami
adalah bahwa pemerintahan Bush mewakili sebuah era kapitalisme pasar
bebas. Dengan salah menyalahkan krisis keuangan dan kesengsaraan
ekonomi yang terkait dengan dugaan Bush pada pengabdian untuklaissez-
faire, banyak di pers mainstream, akademisi dan kehidupan politik
misdiagnosing masalah dan solusi yang salah resep: Pemerintah Lebih,
yang akan pada kenyataannya hanya membuat hal-hal buruk.
Pemerintah besar Partai Republik seperti Bush telah melakukan lebih
dari bagian mereka untuk mendorong kebingungan. Dengan mencap diri
mereka sebagai teman-teman dari pasar bebas, elang anggaran, pajak
pemotong, deregulators dan juara pemerintahan konstitusional yang
terbatas, sambil mendorong agenda sebaliknya, mereka telah membantu
menciptakan kesan bahwa bencana yang dihasilkan dari campur tangan
intervensionis mereka adalah konsekuensi dari bebas perusahaan.
2. Adam Smith
John Adam Smith adalah seorang filsuf berkebangsaan Skotlandia
yang menjadi pelopor ilmu ekonomi modern. Dia juga dikenal sebagai
"Bapak Ekonomi" versi barat. Karyanya yang terkenal adalah buku An
Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations (disingkat
The Wealth of Nations) adalah buku pertama yang menggambarkan
sejarah perkembangan industri dan perdagangan di Eropa serta dasar-dasar
perkembangan perdagangan bebas dan kapitalisme. Adam Smith adalah
salah satu pelopor sistem ekonomi Kapitalisme. Sistem ekonomi ini
muncul pada abad 18 di Eropa Barat dan pada abad 19 mulai terkenal
disana.
Smith percaya bahwa buruh merupakan proritas tinggi, dan
pembagian buruh akan berakibat pada kenaikan signifikan pada produksi.
Smith memakai contoh dengan pembuatan jepitan. Satu pekerja bisa
membuat duapuluh pin sehari. Tapi jika sepuluh orang dibagi menjadi
delapanbelas langkah yang diperlukan membuat sebuah jepitan, mereka
bisa membuat 48.000 jepitan dalam sehari. Smith memberi solusi pada
kenaikan upah dengan kenaikan produksi, pandangan yang dianggap lebih
akurat sekarang ini.
Smith dengan keras menyerang pembatasan antik oleh pemerintah
dimana dia pikir batasan tersebut memundurkan ekspansi industri.
Faktanya, dia menyerang hampir semua bentuk intervensi pemerintah
dalam proses ekonomi, termasuk tarif, berpendapat bahwa hal tersebut
membuat inefisiensi dan harga tinggi pada jangka panjang. Teori ini
kemudian dikenal dengan "laissez-faire", yang berarti "biarkan mereka
lakukan", memengaruhi legislastif pemerintah pada tahun-tahun
berikutnya, khususnya selama abad ke 19. (Bagaimanapun dia tidak
melawan pada pemerintahan. Smith menganjurkan edukasi publik bagi
orang dewasa miskin, sistem institusional yang tidak non laba untuk
industri swasta, judisiari, dan pasukan berdiri.)

2.9 Manfaat dari Laissez Faire


Pandangan seorang pemimpin yang laissez faire memperlakukan para
bawahan sebagai orang-orang yang bertanggung jawab, orang-orang yang
dewasa, orang-orang yang setia dan lain sebagainya. Nilai yang tepat dalam
hubungan atasan-bawahan adalah nilai yang didasarkan kepada saling
mempercayai yang besar.
Pemimpin akan menyerahkan keputusan kepada keinginan kelompok
sehingga keputusan yang dihasilkan menjadi keputusan bersama. Ada
kemungkinan bawahan dapat mengembangkan kemampuannya, daya
kreativitasnya untuk memikirkan dan memecahkahkan serta mengembangkan
rasa tanggung jawab. Bawahan lebih bebas untuk menunjukkan persoalan yang
dianggap penting sehingga proses penyelesaianya lebih cepat.
Gaya ini efektif dijalankan dalam memimpin apabila perawat di
ruangan tersebut memiliki pengalaman yang banyak dalam merawat pasien dan
keterampilan yang baik, kreativitas tinggi, pintar, memiliki kinerja yang baik
dan tanggap akan kondisi pasien sehingga tidak memerlukan pengawasan dari
atasan. Seperti yang telah dikemukakan dalam tinjauan pustaka bahwa gaya
kepemimpinan Laissez Faire ini memiliki gaya santai yang berpandangan
bahwa organisasi tidak menghadapi maslah yang serius dan kalaupun ada
selalu dapat ditemukan penyelesaiannya.

2.10 Kelebihan dan Kekurangan Gaya Kepemimpinan Laissez Faire


a. Kelebihan
 Keputusan ada ditangan bawahan sehingga bawahan bisa bersikap
mandiri dan memiliki inisiatif
 Pemimpin tidak memiliki dominasi besar
 Bawahan tidak akan merasa tertekan dalam menjalankan tugas
b. Kekurangan
 Pemimpin membiarkan bawahan untuk bertindak sesuka hati karena
tidak ada kontrol
 Mudah terjadi kekacauan dan bentrokan
 Tujuan akan sulit tercapai apabila bawahan tidak memiilki inisiatif
yang tepat dan dedikasi tinggi
BAB III
SKENARIO ROLEPLAY

MANAJEMEN KASUS

Pemain dalam Role play adalah sebagai berikut:


1. Helda : Perawat Administrasi (Nursing Administration)
2. Maria : Kepala Ruangan (Case Manager)
3. Alda : Pasien An. F
4. Vita : Keluarga Pasien
5. Sarifah : Dokter
Naskah Role Play
Terdapat Rumah Sakit Swasta yang bernama Rumah Sakit Sehat Selalu di
Surabaya, dimana RS. Sehat Selalu memiliki tenaga kesehatan yang minimalis
diantaranya 5 dokter yang terdiri dari Dokter umum, Dokter spesialis Anak, Dokter
Spesialis Jantung, Dokter Spesial Kandungan dan Dokter Spesialis Rehabilitasi.
Yang mana 3 dokter spesialis tersebut bekerja di Rumah Sakit Negeri Dr. Soetomo
sehingga tidak bisa selalu berada di RS. Sehat Selalu. Sedangkan untuk perawat, RS.
Sehat Selalu memiliki 50 Perawat, yang masing-masing ruangan terdapat 10 perawat.
oleh karena itu, RS. Sehat Selalu menerapkan metode asuhan keperawatan Asuhan
Manajemen Kasus. Pada hari Selasa Tanggal 29 Maret 2022 datang seorang pasien
yang berinisial An. F berusia 8 Tahun datang bersama ayah dan ibunya dengan
keluhan demam tinggi sejak 5 hari yang lalu, diare, mual dan muntah. An. F
didiagnosa Typhoid oleh dokter UGD yang menanganinya dan akan dipindahkan ke
ruang anak. Sebelum dipindahkan ke ruang anak, ibu dari An. F melengkapi
administrasi terlebih dahulu.
Helda : Selamat Pagi pak, Ada yang bisa saya bantu?
Vita : Selamat Pagi juga sus, anak saya sejam yang lalu masuk UGD dan didiagnosa
Typhoid oleh dokter yang menanganinya dan sekarang akan dipindahkan ke
ruang anak, tapi sebelum itu saya akan melengkapi administrasi.
Helda : Baik bu, Penanggung jawabnya ini atas nama siapa bu?
Vita : Saya sendiri sus, Vita.
Helda : Baiklah bu, An. A akan segera dipindahkan ke Ruang Mina Anak. Setelah
melengkapi administrasi kemudian An. A dipindahkan ke Ruang Mina
Anak Tahap Orientasi dan identifikasi kasus Manajemen kasus merupakan
suatu pendekatan dalam pemberian pelayanan yang ditujukan untuk
menjamin agar klien yang mempunyai masalah ganda dan kompleks dapat
memperoleh semua pelayanan yang dibutuhkannya secara tepat. Kasus
disini adalah orang dalam situasi menerima atau mencari pertolongan.
Dalam manajemen kasus ini, pekerja sosial melaksanakan peranan sebagai
manajer kasus (care manager).
Maria : Assalamualikum ibu, adek. Saya perawat Maria sebagai Manajer Kasus
yang akan
bertanggung jawab menangani Adek selama proses pengobatan dan
perawatan di
Rumah sakit ini. Maaf sebelumnya ini dengan adek siapa?
Alda : Alda
Maria : Oh iya, sekarang kalau ada yang sakit mana yang dirasa gak enak bisa An. A
bilang
ke suster yaa. Insya Allah nanti suster bisa membantu menyelesaikan
masalah An. A
Alda : iya sus.
Maria : bagaimana keadaan Adek sekarang?
Alda : pusing, sakit perut jadi ga mau makan sus
Maria : iya adek ini sekarang di infus. Ini gunanya untuk menambah cairan ditubuh
adek sehingga adek tidak akan kekurangan cairan. Maaf ibu ini An. A kalu
makan satu porsi dihabisin?
Vita : ½ porsi sus, itupun setelah makan langsung muntah. Jadi tidak ada sesuatu
yang
masuk di perutnya.
Maria : An. A juga mengalami diare?
Vita :iya sus, biasanya lebih dari 3 kali sehari.
Tahap Assasement informasi dan memahami situasi klien Fungsi ini merujuk pada
pengumpulan informasi dan memformulasikan suatu assesment kebutuhan klien,
situasi kehidupan dan sumber-sumber yang ada serta penggalian potensi klien.
Maria : ini An. A diagnosa Typhoid oleh dokter dan biasanya Typhoid ini biasanya
tanda dan gejalanya demam tinggi selama 5-7 hari, mual muntah, tidak nafsu
makan, diare dan pusing.
Vita : iya sus, anak saya mengalami ha-hal yang telah suster sebutkan tadi.
Demamnya sudah dari seminggu yang lalu, biasanya demam tinggi saat malam
hari. Dan saat makan biasanya langsung muntah.
Maria : Saat An. A mengalami panas tinggi, biasanya apa yanag ibu lakukan ?
Vita : Saya beri sanmol sus, habis itu panasnya berkurang, tetapi besoknya panas
lagi sus.
Kadang-kadang saya kompres juga sus.
Maria :Typhoid ini disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang biasanya terdapat
pada makanan atau minuman yang terkontaminasi bu sehingga jika semua itu
termakan pada An. Anak akan menganggu pencernaannya.
Vita : Mungkin makanannya itu kotor atau sudah lama ya sus ?
Maria : iya bu. Sekarang saya periksa dulu ya bu An. F dan saya ambil sample
darahnya buat diperiksa di laboratorium.
Vita : Silahkan sus.
Merencanakan program pelayanan Pekerja sosial mengidentifikasi
berbagai pelayanan yang dapat diakses untuk memenuhi kebutuhan klien.
Klien dan keluarganya serta orang lain yang berpengaruh secara
bersamasama merumuskan tujuan dan merancangnya dalam suatu rencana
intervensi yang terintegrasi. Setelah hasil pemeriksaan darah lengkap keluar.
Maria harus merencanakan program pelayanan yang akan diberikan terhadap
An. A. Seperti berkolaborasi dengan dokter untuk pemerian terapi cairan dan
terapi obat-obatan. Dan TFP menjelaskan perencanaan yang akan diberikan
kepada An. A kepada keluarganya.
Maria : Ibu, ini hasil Laboratoriumnya sudah keluar dan An. F positif terjangkit
Typhoid.
Vita : Ya Allah sus, untung saya langsung bawa ke Rumah Sakit.
Maria : iya bu, untuk itu saya yang bertanggung jawab terhadap An. A
merencanakan berbagai tindakan untuk pengobatan dan perawatan An. A
dengan berkolaborasi dengan Dokter untuk terapi cairan dan berkolaborasi
dengan tim laboratorium untuk pemeriksaan darah lengkap An A.
Vita : iya sus terimakasih atas penanganan anak saya
Suster pun memberi hasil laboratorium kepada dokter
Maria : Dok, ini hasil laboratoriumnya An. A sudah keluar dan hasilnya An. A positif
terjangkit Typhoid.
Sarifah: Selalu berikan cairan IV Ringer Laktat dan NaCl, berikan antibiotik dan
antipeuretik. Dan pastikan setiap hari untuk mengambil sampel darah untuk
pemeriksaan laboratorium untuk memantau kadar Hb, Ht, Trombosit. 15
menit lagi saya akan melakukan kunjungan ke pasien An. F.
Maria : Baik dok.
Suster pun kembali keruang an
Maria : Adek gimana keadaannya sekarang setelah di rawat di sini?
Alda : sudah baikan sus, sudah tidak panas lagi dan tidak mual muntah lagi. Jadi
saya bisa makan. Badan saya sudah tidak panas lagi sus.
Vita : Bagaimana keadaan anak saya sus?
Maria : sudah membaik seperti yang dikatakan An. A. InsyaAllah besok sudah
diperbolehkan
pulang. obatnya harus di habisin juga yaa biar bakteri mati nanti. Adek pengen
cepet pulang kan?
An. F : Iya sus mauuuu.
Keesokan harinya An. A sudah diperbolehkan pulang dan keluarganya dibekali
dengan education
Pemain dalam Role play
adalah sebagai berikut:
1. Nur Lindawati : Perawat
Administrasi (Nursing
Administration)
2. Tiara Fatma Pratiwi :
Manajer Kasus (Case
Manager)
3. Faizatul Ummah : Pasien
An. F
4. Tn. A dan Ny. C :
Keluarga Pasien
5. Dr. B : Dokter
6. Dr. D : Ahl
BAB 1V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Gaya Laisssez Faire adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar
bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan cara berbagai kegiatan dan
pelaksanaanya dilakukan lebih banyak diserahkan kepada bawahan. Gaya ini
tidak berdasarkan pada aturan-aturan. Seorang pemimpin yang menggunakan
gaya kepemimpinan ini menginginkan seluruh anggota kelompoknya
berpartisipasi tanpa memaksakan atau menuntut kewenangan yang dimilikinya.
Tindak komunikasi dari pemimpin ini cenderung berlaku sebagai seorang
penghubung yang menghubungkan kontribusi atau sumbangan pemikiran dari
anggota kelompoknya
4.2 Saran
Kami menyarankan kepada pembaca agar makalah ini dapat dimengerti
dan dipahami dengan baik, sehingga kita dapat mengetahui tentang bagaimana
Gaya Kepemimpinan Manajemen : Laissez Faire dalam keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Ismail. 2019. Penerapan Tipe Kepemimpinan Laissez-Faire Dalam Meningkatkan


Mutu Pelayanan Perpustakaan Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Jambi.
Diakses pada tanggal 14 Desember 2022. https://googlescholar.ac.id

Diah Fitri. 2017. Dampak Gaya Kepemimpinan Laissez Faire terhadap Kinerja
Puustakawan (Studi Terhadap Kepala Perpustakaan Universitas Jambi).
Skripsi. Jambi: UIN STS Jambi. Diakses pada tanggal 14 Desember 2022.
https://googlescholar.ac.id

Andi Rahmatullah. 2021. Teori-Teori Kepemimpinan. Diakses pada tanggal 14


Desember 2022. https://googlescholar.ac.id

Afiah Mukhtar. 2020. Gaya Kepemimpinan Dan Motivasi, Pengaruhnya Terhadap


Kinerja Pegawai. Diakses pada tanggal 14 Desember 2022.
https://googlescholar.ac.id

Anda mungkin juga menyukai