Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PROSEDUR PERCOBAAN

1.1. Tujuan Praktikum


1. Tujuan utama dari dilakukannya praktikum modul Fluidisasi ini adalah
memahami apa itu fluidisasi dan perbedaanya dengan bed terfluidisasi
dan fixed bed.
2. Selain itu, praktikum ini dilakukan juga memiliki sub-tujuan lainnya
yang berkaitan dengan percobaan yang dilakukan dalam modul ini yaitu
sebagai berikut:
• Percobaan 1: Memahami korelasi antara tinggi unggun,
penurunan tekanan, dan kecepatan udara.
• Percobaan 2: Memahami korelasi antara kecepatan udara dan
koefisien perpindahan panas.

1.2. Alat dan Bahan


1.2.1. Alat
• Pengukur suhu T2, T3, dan T4
• Pengukur suhu T1 (Pemanas unggun)
• Kompresor Udara
Mengalirkan udara ke bed chamber yang berisi unggun.
• Bed Chamber
Pada percobaan fluidisasi ini, partikel unggun (bed) diletakkan di
dalam tabung vertikal yang terbuat dari kaca dengan ukuran
diameter 105 mm, tinggi 220 mm, dan luas penampang 8,66 x
10-3 m. Tabung tersebut juga dilengkapi dengan alat semacam
mistar yang terletak pada bagian dindingnya yang berfungsi
untuk mengukur ketinggian bed pada saat terjadi fluidisasi. Pada
bagian bawah tabung tersebut, terdapat ruang distribusi
(distribution chamber) dan penyuplai udara (air distributor) yang
berfungsi untuk menahan partikel unggun pada saat tidak terjadi

1
fluidisasi. Bagian ini sudah dirancang sedemikian rupa sehingga
udara yang mengalir melewati bed akan sama di setiap tempat
tanpa menyebabkan penurunan tekanan berlebihan. Sedangkan
bagian atas tabung terdiri atas penyaring udara, sehingga bed
tidak akan terbawa keluar oleh udara ketika terjadi fluidisasi.
• Pemanas Unggun (Heater)
Pemanas unggun (Heater) ini terdiri dari beberapa elemen yaitu:
mesin Heater, batang pemanas unggun, bed chamber, dan
unggun. Panas permukaan batang heater bersinggungan langsung
dengan unggun (bed) di dalam chamber berfungsi untuk
memberikan panas ke unggun (bed) baik secara konduksi,
konveksi, maupun radiasi sehingga terjadi aliran perpindahan
panas pada unggun yang terfluidisasi. Ukurannya 12.7 mm
diameter x 37 mm panjang dengan luas permukaan 16 cm2.
Suhunya diatur dengan control temperatur.
• Selang Udara dari Kompressor
Mengalirkan udara dari kompresor ke bed chamber yang
terhubung dengan pemanas unggun.
• Flowmeter
Alat untuk mengukur dan mengatur laju alir udara yang masuk
dengan memutar tombol yang ada untuk menaikkan dan
menurunkan logam yang ada di dalamnya ke skala yang
diinginkan.
• Amperemeter
Alat berupa jarum penunjuk dengan skala–skala tertentu
digunakan untuk mengukur arus listrik (I) yang nantinya nilai I
tersebut dapat digunakan untuk menghitung daya yang dihasilkan
(P).
• Voltmeter
Alat berupa jarum penunjuk dengan skala – skala tertentu
digunakan untuk mengukur tegangan listrik (V) yang nantinya

2
nilai I tersebut dapat digunakan untuk menghitung daya yang
dihasilkan (P).
• Termokopel dan Saklar Termokopel
Alat untuk mengukur temperatur bed.
• Orifice Differential Pressure
Alat ukur tekanan P2, yakni tekanan di bagian atas chamber berisi
unggun, di mana nilai tekanan tersebut merupakan tekanan yang
telah mengalami kehilangan tekanan akibat aliran udara yang
melewati unggun.
• Bed Chamber Pressure
Alat ukur tekanan P1, yakni tekanan di bagian bawah chamber
berisi unggun sebelum unggun dilalui oleh aliran udara yang
menimbulkan drag force dan menyebabkan pressure drop hingga
akhirnya unggun terfluidisasi.

1.2.2. Bahan
• Unggun
Partikel-partikel padatan yang digunakan sebagai unggun (bed)
yang diamati perilakunya melalui fenomena fluidisasi yang
diujicobakan. Partikel padatan yang digunakan dalam
percobaan adalah fused alumina (white aluminium oxide,
Al2O3) yang halus dan berwarna putih dengan densitas sebesar
3770 kg /m3 dan diameter 1,77x 10-4 m.

1.3. Prosedur Percobaan


1.3.1. Percobaan 1
Berikut merupakan prosedur percobaan 1 korelasi antara tinggi
unggun, penurunan tekanan, dan kecepatan udara:
1. Mengukur ketinggian awal unggun.
2. Memutar knop pada flow meter dan menyesuaikan kecepatan
aliran udaranya, kemudian tunggu sejenak hingga aliran udara
stabil.

3
3. Mencatat perubahan tekanan pada unggun.
4. Mengukur tinggi akhir unggun.
5. Ulangi tahapan 1 sampai 4 dengan memvariasikan laju aliran
udara dari 0; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0; 1,2; 1,4; 1,6; dan 1,7 L/s secara
berurutan, kemudian ulangi lagi dnegan urutan sebaliknya (1,7 →
0)
1.3.2. Percobaan 2
Berikut merupakan prosedur percobaan 2 korelasi antara kecepatan
udara dan koefisien perpindahan panas:
1. mengukur suhu udara T3
2. mengubah suhu pemanas T1 yang diinginkan dan menunggu
hingga temperatur aktual mencapai temperatur yang diinginkan.
3. mengatur kecepatan aliran udara dengan memutar knop pada
flow meter.
4. mengulangi tahap 3 pada laju alir, suhu pemanas , dan posisi
batang pemanas yang telah ditentukan.
5. menunggu selama 2 menit, kemudian mencatat suhu unggun.

4
BAB 2
HASIL PERCOBAAN DAN PENGOLAHAN DATA

2.1. Hasil Percobaan


2.1.1. Percobaan 1
Increasing Flow Rate
Tabel 2.1.1.1 Data Pengamatan pada Laju Alir Meningkat

Decreasing Flow Rate


Tabel 2.1.1.2 Data Pengamatan pada Laju Alir Berkurang

5
2.1.2. Percobaan 2
Tabel 2.1.2.1 Data Pengamatan Percobaan 2

Suhu
Theater Q (°C)
(°C) (L/s) bed
0.6 33
80 1 45
1.4 47
0.6 39
120 1 51
1.4 53

2.2. Pengolahan Data


2.2.1. Percobaan 1
• Hubungan antara laju alir dengan perubahan ketinggian unggun
Tabel 2.2.1.1 Tabel Pengolahan Data Hubungan Laju Alir
dengan Ketinggian Unggun

• Perubahan ketinggian bed berdasarkan pengurangan nilai


ketinggian bed pada laju alir n dengan ketinggian awal bed pada
laju alir awal.
• Plot hubungan laju alir udara dengan perubahan ketinggian
unggun

6
Gambar 2.2.1.1 Grafik Hubungan Laju Alir Udara dengan Unggun

• Hubungan antara laju alir udara dengan penurunan tekanan

Tabel 2.2.1.2 Tabel Pengolahan Data Hubungan Laju Alir


dengan Penurunan Tekanan

• Plot hubungan laju alir udara dengan penurunan tekanan

Gambar 2.2.1.2 Grafik Hubungan Laju Alir Udara dengan Penurunan


Tekanan

7
2.2.2. Percobaan 2
Untuk menghitung nilai koefisien perpindahan panas (h), terlebih dahulu untuk
menghitung nilai
• Menentukan nilai Cp udara,
Nilai C p (kapasitas panas pada tekanan konstan) merupakan fungsi suhu
berdasarkan Persamaan:
Cp = A + BT + CT2 + DT3 (J/kg mol oC)
nilai konstanta A, B, C, dan D untuk fluida (udara) diperoleh dengan
menggunakan software physprop.
𝐴 = 28, 94 ; 𝐵 = 0,004147 ; 𝐶 = 3,191 𝑥 10−6 ; 𝐷 = −1,96 𝑥 10−9
Perhitungan menggunakan Ms. Excel.
Tabel 2.2.2.1 Tabel pengolahan data percobaan 2
T suhu
Q suhu Cp
heater bed
(L/s) rata-rata (J/kg mol oC)
(°C) (°C)
80 0,6 33 56,5 29,184
1 45 62,5 29,211
1,4 47 63,5 29,216
120 0,6 39 79,5 29,289
1 51 85,5 29,317
1,4 53 86,5 29,321

8
• Mencari nilai Bilangan Prandtl (Pr)
Tabel 2.2.2.2 Tabel property udara (sumber : Fluid Mechanics Seventh Edition)

𝑣 𝜇 ⁄𝜌
𝑃𝑟 = =
∝ 𝑘⁄𝜌 ∙ 𝐶𝑝

Dengan interpolasi linear didapat :


Tabel 2.2.2.3 Tabel pengolahan data percobaan 2

suhu
T suhu suhu
Q Cp (J/kg. rata- p µ x 10-5 k
heater bed rata- 3 Pr
(L/s) mol. °C) rata (kg/m ) (kg/m.s) (W/m.°C)
(°C) (°C) rata
(K)
80 0,6 33 56,5 29,184 329,5 1,0716 1,9812 0,028476 0,7015
1 45 62,5 29,211 335,5 1,0500 2,0086 0,028931 0,7002
1,4 47 63,5 29,216 336,5 1,0464 2,0132 0,029007 0,7000
120 0,6 39 79,5 29,289 352,5 0,9922 2,0856 0,030211 0,6966
1 51 85,5 29,317 358,5 0,9784 2,1109 0,030645 0,6956
1,4 53 86,5 29,321 359,5 0,9761 2,1151 0,030718 0,6955

9
• Mencari nilai Bilangan Reynold (Re)
𝜌∙𝑣∙𝑑
𝑅𝑒𝑑 =
𝜇
Kecepetan udara (v) dicari menggunakan
𝑄
𝑣=
𝐴𝑏𝑒𝑑
Tabel 2.2.2.4 Tabel pengolahan data percobaan 2
T
Q Q µ x 10-5
heater v (m/s) p (kg/m3) Red
(L/s) (m3/s) (kg/m.s)
(°C)
80 0,6 0,0006 6,93E-02 1,0716 1,9812 3,93E+02
1 0,001 1,15E-01 1,0500 2,0086 6,34E+02
1,4 0,0014 1,62E-01 1,0464 2,0132 8,82E+02
120 0,6 0,0006 6,93E-02 0,9922 2,0856 3,46E+02
1 0,001 1,15E-01 0,9784 2,1109 5,62E+02
1,4 0,0014 1,62E-01 0,9761 2,1151 7,83E+02

• Mencari nilai Bilangan Nusselt (Nu)


3⁄ 1
𝑁𝑢𝑑 = 0,0395𝑅𝑒𝑑 4 𝑃𝑟 ⁄3

• Mencari nili koefisien perpindahan kalor (h)


ℎ∙𝑑
𝑁𝑢 =
𝑘
Tabel 2.2.2.5 Tabel pengolahan data percobaan 2

T heater
Q (L/s) Pr Red Nud h
(°C)
80 0,6 0,7015 3,93E+02 3,1007 0,840909
1 0,7002 6,34E+02 4,4308 1,220818
1,4 0,7000 8,82E+02 5,6777 1,568489
120 0,6 0,6966 3,46E+02 2,8098 0,808435
1 0,6956 5,62E+02 4,0397 1,179026
1,4 0,6955 7,83E+02 5,1819 1,515972

10
Hubungan Laju Aliran Udara terhadap Koefisien
Kalor Konveksi
1,8
1,6
1,4
1,2
h (W/m2.°C)

1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
0,00E+002,00E-024,00E-026,00E-028,00E-021,00E-011,20E-011,40E-011,60E-011,80E-01
v (m/s)

T heater = 80 T heater = 120


Linear (T heater = 80) Linear (T heater = 120)

Gambar 2.2.1.2 Grafik Hubungan Laju Alir Udara dengan Koefisien Kalor Konveksi

11

Anda mungkin juga menyukai