PROSEDUR PERCOBAAN
1
fluidisasi. Bagian ini sudah dirancang sedemikian rupa sehingga
udara yang mengalir melewati bed akan sama di setiap tempat
tanpa menyebabkan penurunan tekanan berlebihan. Sedangkan
bagian atas tabung terdiri atas penyaring udara, sehingga bed
tidak akan terbawa keluar oleh udara ketika terjadi fluidisasi.
• Pemanas Unggun (Heater)
Pemanas unggun (Heater) ini terdiri dari beberapa elemen yaitu:
mesin Heater, batang pemanas unggun, bed chamber, dan
unggun. Panas permukaan batang heater bersinggungan langsung
dengan unggun (bed) di dalam chamber berfungsi untuk
memberikan panas ke unggun (bed) baik secara konduksi,
konveksi, maupun radiasi sehingga terjadi aliran perpindahan
panas pada unggun yang terfluidisasi. Ukurannya 12.7 mm
diameter x 37 mm panjang dengan luas permukaan 16 cm2.
Suhunya diatur dengan control temperatur.
• Selang Udara dari Kompressor
Mengalirkan udara dari kompresor ke bed chamber yang
terhubung dengan pemanas unggun.
• Flowmeter
Alat untuk mengukur dan mengatur laju alir udara yang masuk
dengan memutar tombol yang ada untuk menaikkan dan
menurunkan logam yang ada di dalamnya ke skala yang
diinginkan.
• Amperemeter
Alat berupa jarum penunjuk dengan skala–skala tertentu
digunakan untuk mengukur arus listrik (I) yang nantinya nilai I
tersebut dapat digunakan untuk menghitung daya yang dihasilkan
(P).
• Voltmeter
Alat berupa jarum penunjuk dengan skala – skala tertentu
digunakan untuk mengukur tegangan listrik (V) yang nantinya
2
nilai I tersebut dapat digunakan untuk menghitung daya yang
dihasilkan (P).
• Termokopel dan Saklar Termokopel
Alat untuk mengukur temperatur bed.
• Orifice Differential Pressure
Alat ukur tekanan P2, yakni tekanan di bagian atas chamber berisi
unggun, di mana nilai tekanan tersebut merupakan tekanan yang
telah mengalami kehilangan tekanan akibat aliran udara yang
melewati unggun.
• Bed Chamber Pressure
Alat ukur tekanan P1, yakni tekanan di bagian bawah chamber
berisi unggun sebelum unggun dilalui oleh aliran udara yang
menimbulkan drag force dan menyebabkan pressure drop hingga
akhirnya unggun terfluidisasi.
1.2.2. Bahan
• Unggun
Partikel-partikel padatan yang digunakan sebagai unggun (bed)
yang diamati perilakunya melalui fenomena fluidisasi yang
diujicobakan. Partikel padatan yang digunakan dalam
percobaan adalah fused alumina (white aluminium oxide,
Al2O3) yang halus dan berwarna putih dengan densitas sebesar
3770 kg /m3 dan diameter 1,77x 10-4 m.
3
3. Mencatat perubahan tekanan pada unggun.
4. Mengukur tinggi akhir unggun.
5. Ulangi tahapan 1 sampai 4 dengan memvariasikan laju aliran
udara dari 0; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0; 1,2; 1,4; 1,6; dan 1,7 L/s secara
berurutan, kemudian ulangi lagi dnegan urutan sebaliknya (1,7 →
0)
1.3.2. Percobaan 2
Berikut merupakan prosedur percobaan 2 korelasi antara kecepatan
udara dan koefisien perpindahan panas:
1. mengukur suhu udara T3
2. mengubah suhu pemanas T1 yang diinginkan dan menunggu
hingga temperatur aktual mencapai temperatur yang diinginkan.
3. mengatur kecepatan aliran udara dengan memutar knop pada
flow meter.
4. mengulangi tahap 3 pada laju alir, suhu pemanas , dan posisi
batang pemanas yang telah ditentukan.
5. menunggu selama 2 menit, kemudian mencatat suhu unggun.
4
BAB 2
HASIL PERCOBAAN DAN PENGOLAHAN DATA
5
2.1.2. Percobaan 2
Tabel 2.1.2.1 Data Pengamatan Percobaan 2
Suhu
Theater Q (°C)
(°C) (L/s) bed
0.6 33
80 1 45
1.4 47
0.6 39
120 1 51
1.4 53
6
Gambar 2.2.1.1 Grafik Hubungan Laju Alir Udara dengan Unggun
7
2.2.2. Percobaan 2
Untuk menghitung nilai koefisien perpindahan panas (h), terlebih dahulu untuk
menghitung nilai
• Menentukan nilai Cp udara,
Nilai C p (kapasitas panas pada tekanan konstan) merupakan fungsi suhu
berdasarkan Persamaan:
Cp = A + BT + CT2 + DT3 (J/kg mol oC)
nilai konstanta A, B, C, dan D untuk fluida (udara) diperoleh dengan
menggunakan software physprop.
𝐴 = 28, 94 ; 𝐵 = 0,004147 ; 𝐶 = 3,191 𝑥 10−6 ; 𝐷 = −1,96 𝑥 10−9
Perhitungan menggunakan Ms. Excel.
Tabel 2.2.2.1 Tabel pengolahan data percobaan 2
T suhu
Q suhu Cp
heater bed
(L/s) rata-rata (J/kg mol oC)
(°C) (°C)
80 0,6 33 56,5 29,184
1 45 62,5 29,211
1,4 47 63,5 29,216
120 0,6 39 79,5 29,289
1 51 85,5 29,317
1,4 53 86,5 29,321
8
• Mencari nilai Bilangan Prandtl (Pr)
Tabel 2.2.2.2 Tabel property udara (sumber : Fluid Mechanics Seventh Edition)
𝑣 𝜇 ⁄𝜌
𝑃𝑟 = =
∝ 𝑘⁄𝜌 ∙ 𝐶𝑝
suhu
T suhu suhu
Q Cp (J/kg. rata- p µ x 10-5 k
heater bed rata- 3 Pr
(L/s) mol. °C) rata (kg/m ) (kg/m.s) (W/m.°C)
(°C) (°C) rata
(K)
80 0,6 33 56,5 29,184 329,5 1,0716 1,9812 0,028476 0,7015
1 45 62,5 29,211 335,5 1,0500 2,0086 0,028931 0,7002
1,4 47 63,5 29,216 336,5 1,0464 2,0132 0,029007 0,7000
120 0,6 39 79,5 29,289 352,5 0,9922 2,0856 0,030211 0,6966
1 51 85,5 29,317 358,5 0,9784 2,1109 0,030645 0,6956
1,4 53 86,5 29,321 359,5 0,9761 2,1151 0,030718 0,6955
9
• Mencari nilai Bilangan Reynold (Re)
𝜌∙𝑣∙𝑑
𝑅𝑒𝑑 =
𝜇
Kecepetan udara (v) dicari menggunakan
𝑄
𝑣=
𝐴𝑏𝑒𝑑
Tabel 2.2.2.4 Tabel pengolahan data percobaan 2
T
Q Q µ x 10-5
heater v (m/s) p (kg/m3) Red
(L/s) (m3/s) (kg/m.s)
(°C)
80 0,6 0,0006 6,93E-02 1,0716 1,9812 3,93E+02
1 0,001 1,15E-01 1,0500 2,0086 6,34E+02
1,4 0,0014 1,62E-01 1,0464 2,0132 8,82E+02
120 0,6 0,0006 6,93E-02 0,9922 2,0856 3,46E+02
1 0,001 1,15E-01 0,9784 2,1109 5,62E+02
1,4 0,0014 1,62E-01 0,9761 2,1151 7,83E+02
T heater
Q (L/s) Pr Red Nud h
(°C)
80 0,6 0,7015 3,93E+02 3,1007 0,840909
1 0,7002 6,34E+02 4,4308 1,220818
1,4 0,7000 8,82E+02 5,6777 1,568489
120 0,6 0,6966 3,46E+02 2,8098 0,808435
1 0,6956 5,62E+02 4,0397 1,179026
1,4 0,6955 7,83E+02 5,1819 1,515972
10
Hubungan Laju Aliran Udara terhadap Koefisien
Kalor Konveksi
1,8
1,6
1,4
1,2
h (W/m2.°C)
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
0,00E+002,00E-024,00E-026,00E-028,00E-021,00E-011,20E-011,40E-011,60E-011,80E-01
v (m/s)
Gambar 2.2.1.2 Grafik Hubungan Laju Alir Udara dengan Koefisien Kalor Konveksi
11