Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH TEKNOLOGI TERHADAP DEKADENSI

MORAL ANAK
Rusli,
Dosen Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Isma
Universitas Muhammadiyah Buton
Korespondensi: rusliumbuton@gmail.com

ABSTRAK
Manusia sangat membutuhkan teknologi, sebab dengan teknologi maka dapat
memudahkan pekerjaan manusia. Namun demikian jika salah dalam memanfaatkan
teknologi, maka akan berakibat pada terjadinya dekadensi moral pada anak. Artikel ini
bertujuan untuk mengetahui dampak teknologi terhadap moral anak. Yang dimaksud
dengan teknologi dalam artikel ini antara lain adalah siaran televisi, radio, koran serta
siaran elektronik lainnya. Sedangkan selanjutnya teknologi adalah merupakan
perpanjangan tangan manusia untuk dapat memanfaakan alam dan sesuatu yang ada
disekelilingnya yang tujuannya untuk mempermudah pemenuhan kebutuhan manusia
secara maksimal. Dalam mengatasi dampak teknologi terhadap moral anak maka
dibutuhkan peran orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama bagi anak.
Pengaruh teknologi terhadap dekadensi moral anak adalah bukan hanya terletak pada
teknologinya tapi pemanfaatan siaran harus selalu mendapat perhatian, pengawasan,
dan kontrol yang serius dari orang tua di rumah maupun guru di sekolah agar
terhindar dari terjadinya dekadensi moral pada anak.
Kata kunci: Teknologi, dekadensi moral

ABSTRACT
Humans really need technology, because with technology it can facilitate
human work. However, if the wrong use of technology, it will result in the occurrence
of moral decadence in children. This article aims to determine the impact of
technology on children's morals. What is meant by technology in this article includes
television, radio, newspaper and other electronic broadcasts. Meanwhile, technology is
an extension of the human hand to be able to take advantage of nature and
something around it whose aim is to facilitate the fulfillment of human needs to the
fullest. In overcoming the impact of technology on children's morals, the role of
parents is needed as the first and foremost educator for children. The influence of
technology on children's moral decadence lies not only in the technology but the use
of broadcasting must always receive serious attention, supervision, and control from
parents at home and teachers at school in order to avoid moral decadence in children
Keywords: Technology, moral decadence

PENDAHULUAN bangsa lain. Keadaan ini bisa dilihat


Saat ini, kemajuan dan dari jalur transportasi baik darat, laut
perkembangan ilmu pengetahuan dan dan udara telah menunjukkan yang
teknologi sungguh sangat sangat signifikan, yaitu lalulintas
mengagumkan. Karena dengan antar bangsa sudah semakin deras
kemajuan tersebut seolah tidak ada dan terasa dekat yang tentunya akan
lagi jarak dan batas antara satu membawa pengaruah dan pergeseran
daerah dengan daerah lain dan terhadap kehidupan sosial masyrakat,
bahkan antara satu bangsa dengan baik pada masyarakat perkotaan

Rusli 63
maupun masyarakat pedesaan. Yang nilai-nilai ajaran Islam. Hal ini sesuai
tentunya hal ini menjadi perhatian dengan perkataan Abdul Rahman
seluruh elemen, baik sebagai pelaku Saleh yaitu:
maupun sebagai pengguna bagi “Pendidikan Islam adalah
setiap anak bangsa dikemudian hari. usaha yang di arahkan kepada
Perkembangan teknologi pembentukan kepribadian anak
komunikasi maupun media elektronik sesuai dengan ajaran Islam,
yang dulu hanya dikenal masyarakat sedangkan pengajaran agama adalah
perkotaan, yang saat ini sudah daya upaya yang mesti dilalakukan
melaju sampai kepelosok desa, yang berkompeten terutama untuk
tentunya perkembangan teknologi mencapai tujuan pendidikan agama”
tersebut tidak hanya membawa (Abdul Rahman Saleh, 23).
pengaruh positif bagi kehidupan Dengan memperhatikan
bermasyarakat dan bernegara pernyataan-pernyataan tersebut di
termasuk bagi anak-anak, akan tetapi atas, maka ilmu pengetahuan dan
disisi lain akan melahirkan dampak teknologi telah menunjukkan
yang negatif yang amat besar bagi pengaruhnya dalam memberikan
perkambangan kebudayaan dan kemaslahatan dalam segala aspek
peraban manusia. Kontak yang kehidupan manusia, namun pada sisi
terjadi antara manusia, kebudayaan, lain masalah moral akan semakin
dan peradaban yang terjadi di era banyak mengalami tantangan. Hal ini
globalisasi dewasa ini mengakibatkan di sebabkan karena pergaulan antar
terjadinya pergeseran-pergeseran manusia dari berbagai macam latar
nilai dalam kegidupan manusia. belakang budaya dan agama yang
Misalnya situasi yang direkam berbeda menjadi tidak ada batas.
atau yang dilihat melalui siaran Masalah moral di negara lain akan
teknologi (televisi) yang tidak sesuai masuk di negara kita dan akan
dengan kehidupan sosial menjadi masalah moral pula di
kemasyarakatan yang anatara lain negara kita, maka akan
pergaualan yang tanpa batas. Tata mempengaruhi pula moral
krama dan sopan santun dan atau masyarakat dan anak-anak kita.
akhlakul karimah yang dilakukan oleh Setiap perkembangan
anak-anak kita semakin terkikis. Hal diberbagai bidang kehidupan
ini sesuai dengan yang dikatakan H. manusia, jika tidak dibendung dan
Hamzah Ya’qub bahwa: “Akhlakul dibarengi dengan pembangunan dan
karimah adalah mata rantai iman pembinaan moral serta mental
yang perlu pembinaan dan spritual keagamaan dengan baik
pemeliharaan secara kontinyu. niscaya akan menimbulkan
Misalnya malu berbuat kejahatan keprihatinan dan bahkan akan
adalah salah satu dari pada akhlakul melahirkan kerusakan moral dan
mahmudah. Sebaliknya yang ahklak di tengah-tengah masyarakat
dipandang buruk adalah akhlak yang pada umumnya dan khususnya pada
menyalahi prinsip-prinsip iman“ anak.
(Hamza Ya’kub, 1993:18). Dengan memperhatikan uraian
Dalam ajaran Islam untuk di atas dapat dikatakan bahwa untuk
menangkal hal-hal tersebut sekaligus dapat menyaring hal tersebut
membentuk kepribadian yang utama diperlukan pendidikan yang memadai
menurut ukuran-ukuran Islam agar dapat terhindar dari hal-hal yang
menjadi tujuan utama dari pendidikan buruk. Pendidikan merupakan faktor
Islam sehingga selalu sesuai dengan yang penting dalam membangun

Rusli 65
manusia seutuhnya, karena yang intesif pada tiga elemen yang
kecerdasan, kepribadian dan moral paling kompeten yaitu keluarga,
yang baik suatu bangsa banyak sekolah dan lingkungan masyarakat.
ditentukan oleh bagaimana Tapi begitu banyak dan luasnya
pendidikannya. Pendidikan memegan tentang masalah teknologi dan moral
peranan yang paling penting dalam maka penulis hanya membahas yang
pembangunan manusia seutuhnya antara lain:
yaitu masyarakat pada umumnya dan 1. Bagaimanakah pengertian
pada diri anak pada khususnya. Teknologi dan Moral?
Tanpa pendidikan manusia tidak 2. Bagaimanakah Peranan Orang
dapat hidup berkembang sejalan Tua dan Guru Terhadap
dengan cita-cita untuk menuju Pendidikan Moral Anak?
manusia sejahtera dan bahagia baik 3. Bagaimanakah Pengaruh
di dunia maupun di akhirat kelak. Teknologi Terhadap Dekadensi
Memang harus disadari bahwa Moral Anak?
pembangunan non fisik berupa
pembangunan mental spritual PEMBAHASAN
keagamaan termasuk pembinann A. Pengertian Teknologi dan
moral adalah sebagai upaya untuk Moral
meningkatkan kualitas sumber daya 1. Pengerian Teknologi
manusiayang pada dasarnya Kata teknologi berasal dari
merupakan gerakan operasional bahasa Yunani, “technologia”.
dalam rangka memajukan Kataini terdiri dari dua kata
kesejahteraan umm dan yaitu: “Techne dan logia”.
mencerdaskan kehidupan bangsa Techne artinya keahlian dan
seperti yang termaktub dalam logia artinya mempelajari
Pembukaan Undang-Undang Dasar sesuatu atau cabang dari disiplin
1945 sebagai salah satu tujuan pengetahuan (Ansori, 2010: 82).
pendidikan Nasional yang hendak Dengan demikian teknologi
dicapai dalam pelaksanaan dapat dikatakan bahwa sesuatu
pembangunan Nasional. keahlian yang dipelajari dari
Dengan menyimak uraian cabang disiplin pengetahuan.
tujuan pendidikan tersebut di atas Selanjutnya Ansori
dapat dikatakan bahwa kehadiran mengatakan bahwa “Teknologi
lembaga pendidikan, baik lembaga selalu berkaiatan dengan
pendidikan umum maupun lembaga perangkat, alat bantu manusia
pendidkan Islam secara formal dan spesies binatang lainnya
sanatlah penting, tepat dan dan bagaimana ia memberikan
dibutuhkan, untuk mengemban misi efek terhadap kemampuan
pendidikan secara umum yakni sebuah spesies untuk
menciptakan manusia yang beriman mengontrol dan beradaptasi
dan bertakwa kepada Tuhan yang dengan lingkungannya. Dalam
Maha Esa. Dalam eksistensinya pengertian yang lebih luas,
seperti ini maka pelaksanaan teknologi dapat meliputi
pendidikan Agama Islam sangat perlu pengertian sistem, organisasi
dilakukan agar berfungsi sebagai juga teknis (Ansori, 2010: 82)”.
pembinaan dan pembentukan moral Seiring dengan
dan akhlak masyrakat pada perkembangan dan kemajuan
umumnya dan anak pada khususnya. zaman pengertian teknologi
Situasi tersebut harus ada kerja sama semakin meluas sehingga saat

Rusli 66
ini teknologi sudah menjadi dikalangan para ilmuan telah
sebuah konsepyang berkaitan mendapat arti yang lebih
dengan jenis penggunaan dan dalam dari pada kata moral
pengetahuan tentang alat dan (Bambang Daroeso, 2000:
keahlian dan bagaimana ia dapat 12)”.
memberi pengaruh pada b. N. Driyarkara S.J.
kemampuan manusia untk mengatakan bahwa: “Moral
mengendalikan dan mengubah atau dalam bahasa Indonesia
sesuatu yang ada disekitarnya kesusilaan adalah nilai-nilai
agar teknologi tersebut yang sebenarnya harus
bermanfaat sesuai dengan melekat pada diri manusia.
fungsinya (Ansori, 2010: 82). Dengan kata lain moral atau
2. Pengertian Moral kesusilaan adalah merupakan
Kata moral sama artinya tuntutan kodrat manusia”
dengan kata akhlak dalam (Bambang Daroeso, 2000:
bahasa Arab, etika dalam 13).
bahasa Yunani. Akhlak artinya c. D.A. Huky mengatakan
menurut loghat adalah budi bahwa: “Kita dapat
pekerti, perangai, tingkah laku memahami moral dengan tiga
atau tabiat. Etika yang asal cara yaitu moral sebagai
katanya ethos yang berarti adat tingkah laku hidup manusia,
kebiasaan (Hamzah Ya’kub, yang mendasarkan diri pada
1993: 12). kesadaran, bahwa ia terikat
Selanjutnya “Moral adalah oleh keharusan untuk
berasal bahasa Latin yaitu mores mencapai yang lebih baik
juga berarti adat kebiasaan. sesuai dengan nilai dan moral
Dalam bahasa Indonesia moral yang berlaku dalam
diterjemahkan dengan arti lingkungannya. Moral sebagai
susila, maksudnya moral harus seperangkat ide-ide tentang
sesuai dengan ide-ide yang tingkah laku hidup, dengan
umum diterima tentang tindakan warna dasar tertentu. Moral
manusia mana yang baik dan adalah ajaran tentang tingkah
mana yang wajar, yang sesuai laku hidup yang baik
dengan ukuran-ukuran tindakan berdasarkan pandangan hidup
kesatuan sosial dan lingkungan atau agama tertentu”
tertentu. Dengan demikian (Bambang Daroeso, 2000:
jelaslah persamaan antara etika 13).
dan moral. Namun ada pula Dengan berdasarkan adanya
perbedaannya, yakni etika lebih pendapat ahli tersebut di atas
banyak bersifat teori, sedangkan dapat dikatakan bahwa baik
moral lebih banyak bersifat etika maupun moral sama-sama
praktus” (Hamzah Ya’kub, 1993: artinya yaitu membicarakan
14). tentang tingkah laku atau
Untuk lebih jelasnya penulis perbuatan manusia, sedangkan
akan mengetengahkan beberapa moral adalah keharusan untuk
pendapat para ahli yang dikutip mencapai yang lebih baik, sesuai
oleh Bambang Daroeso tentang nilai dan moral yang berlaku
pengertian moral antara lain: dalam lingkungannya serta
a. J. Verkuyl mengatakan merupakan ajaran tingkah laku
bahwa: “Makna etika hidup yang berdasarkan

Rusli 67
pandangan agama sekaligus konsekuen, mengerti mana yang
merupakan kodrat bagi manusia. baik dan mana yang buruk,
Sedangkan menurut Bambang bertanggung jawab, cinta
Daroeso moral adalah bangsa dan sesama manusia,
“Perbuatan manusia dinilai mengabdi kepada bangsa dan
secara moral bilamana negara, berkemauan keras,
perbuatan itu didasarkan kepada berperasaan halus, dan
kesadaran moral. Dalam sebagainya termasuk norma-
kesadaran moral tingkah laku norma kesusilaan yang harus
atau perbuatan itu dilaksanakan kita kembangkan dan kita
secara sukarela tanpa paksaan tanamkan dalam hati sanubari
dan keluar dari diri pribadinya anak-anak dan bangsa agar
Pada dirinya ada perasaan wajib sesuai dengan harapan dan
atau keharusan untuk tujuan yang dicita-citakan”
melakukan perbuatan bermoral (Ngalim Purwanto, 1993: 24).
itu. Kesadaran akan Moral berkaitan erat dengan
kewajibannya itu disebut suara tingkah laku atau peri laku
bathin. Suara bathin manusia sehari-hari, seperti
sesungguhnya merupakan suara sopan santun, bati anak
yang mengajak manusia agar terhadap orang tua dan guru,
sadar melakukan perbuatan dan berbicara dan cara
yang susila” (Bambang Daroeso, bertindakdalam hidupnya di
2000: 27). Dengan masyarakat. Moral memegang
memperhatiakn hal tersebut peranan penting dalam
yang pada kenyataannya kehidupan manusia, karena akan
manusia memang mempunyai membawa manusia pada tingkah
hidup yang otonomi walau tidak laku yang seharusnya dilakukan
bebas sepenuhnya. Dalam dan yang seharusnya tidak
kehidupan manusia terikat oleh: dilakukan. Dengan demikian
a. Ketentuan agama; moral atau kesusilaan adalah
b. Ketentuan kodrat; peri laku manusia yang di
c. Ketentuan adat istiadat; dasarkan pada kesadaran untuk
d. Ketentuan hukum, baik berbuat dan bertngkah laku
berbentuk adat kebiasaan yang baik, yang selaras dengan
atau hukum negara (Bambang norma-norma dan kehendak
Daroeso, 2000: 23). masyarakat.
Sedangkan syarat yang B. Peranan Orang Tua dan Guru
menjadi manusia yang bermoral Terhadap Pendidikan Moral
adalah memenuhi salah satu Anak.
ketentuan kodrat yaitu adanya 1. Peranan Orang Tua
ketentuan yang baik. Hal ini Terhadap Pendidikan Moral
sesuai dengan pernyataan yang Anak
disampaikan oleh M. Ngalim Sebagaimana kita ketahui
Purwanto bahwa: “Moral atau bahwa anak dalam pandangan
kesusilaan bukan hanya berarti Islam merupakan amanah dari
bertingkah laku sopan santun, Allah Swt. Dengan demikian
bertindak dengan lemah lembut, maka anak harus mendapat
taat dan berbakti kepada orang perhatian yang serius dari
tua saja, seperti umumnya yang semua aspek kehidupan yang
diartikan orang yaitu dengan berasal dari kedua orang

Rusli 68
tuanya. Oleh karena itu orang moral serta ketaguhan hati
tua harus memberikan sehingga mampu menangkal
pelayanan serta pembinaan hal-hal yang negatif yang
moral yang baik agar anak bersumber dari luar dirinya.
anak kelak dalam hidupnya Orang tua harus terus
sesuai dengan fitrahnya. menerus mengarahkan anak-
Sebuah keluarga terdiri dan anaknya kepada pembinaan
terbentuk dengan adanya moral atau akhlak yang baik.
bapak, ibu yang disebut orang Cara memupuk kebiasaan
tua dan anak sebagai buah dari dalam rangka menumbuhkan
pernikahan. Dari kumpulan rasa cinta kepada hal-hal baik
keluarga ini terbentuklah serta dapat memiliki
sebuah masyarakat atau kemampuan dan kemauan
bahkan sebuah negara yang untuk mengikutinya. Dengan
besar. Para pakar demikian orang tua memliki
menyebutnya bahwa suatu tugas dan tanggung jawab
bangsa terbentuk darikumpulan dalam mewujudkan keluarga
keluarga. Hal ini sesuai dengan yang sehat, tenteram,
yang dikemukakan oleh Syaikh sejahtera dan bahagia serta
Mahmoud Syalthout bahwa: membina anak/generasinya
“Keluarga adalah sebagai menjadi anak/generasi yang
sebuah batu daripada batu- berkualitas. Untuk itu
batu bangunan suatu bangsa bagaimana wujudnya
yang terdiri sekumpulan dari anak/generasi tersebut
keluarga besar, diimana satu kedepan sangat ditentukan
sama lain mempunyai oleh bagaiman pendidikan
hubungan yang erat sekali, dan moral yang akan dilakukan oleh
sudah tentulah bahwa suatu orang tua hari ini.
bangunan yang terjadi dari Keluarga merupakan
sekian batu-batun akan lingkungan pendidikan yang
menjadi kuat dan lemah sesuai pertama bagi anak sebelum ia
denga kuat dan lemahnya memasuki lingkungan
batu-batu itu sendiri” Syaikh pendidikan selanjutnya.
Mahmoud Syalthout, 1968: Disanalah diletakkan dasar
102). keagamaan yakni penanaman
Dengan memperhatiksn keimananyang merupakan
pendapat tersebut, kuat dan landasan moral dan akhlak bagi
lemahnya suatu bangsa anak. Hal ini sesuai dengan apa
tergantung pada kuat dan yang dikatakan oleh Ahmad
lemahnya keluarga-keluarga Tafsir bahwa: “Inti agama
yang membentuk suatu bangsa adalah iman, Inti
tersebut. Keluarga yang kuat keberagamaan adalah
adalah keluarga yang terdiri keberimanan, Keberimanan
dari ayah, ibu, dan anakyang tidak dapat diajarkan
memiliki moral yang baik. disekolah, dipesantren ataupun
Kuatnya sebuah keluarga dengan cara mengundang guru
bukan terletakm pada kuatnya agama ke rumah. Di sekolah
otot dan fisik, namun kuat dan pesantren diajarkan
yang dimaksud adalah kuatnya pengetahuan tentang iman,
iman, kuatnya prinsip, kuatnya keimanan dan keberimanan.

Rusli 69
Pengajaran itu bersifat kognitif Untuk itu orang tua harus
semata” (Ahmad Tafsir, 2002: mampu memenuhi amanah
4). yang telah di limpahkan Allah
Dengan penjelasan ahli SWT., sebagai pendidik dalam
seperti tersebut di atas dapat lingkungan keluaga. Banyak
dikatakan bahwa keimanan orang tua yang tidak dapatt
sebagai landasan moral atau memenuhi amanah ini sehingga
akhlak bagi anak, tidak dapat lahirlah generasi-generasi yang
diperoleh anak dilingkungan mengalami dekadensi moral,
sekolah melainkan ditanamkan karena ketidak tahuan orang
dilingkungan keluarga tua dan kurangnya kontrol
sebagiman kita ketahui orang tua dalam
bersama bahwa keluarga perkembangan jiwa dan apa
adalah tempat atau lingkungan yang dilakuka oleh anak
pendidikan yang pertama dan mereka, termasuk kurangnya
utama untuk menanamkan penanaman nilai-nilai iman
moral tersebut. sebagai penagkal poengaruh
Selanjutnyan Ahmad Tafsir negatif dari luar.
mwngatakan bahwa: “Orang Ahmad Tafsir, menjelaskan
tua adalah pendidik yang bahwa: “Penanaman keimanan
pertama dan utama dalam hal di rumah tangga saat ini
penanaman keimanan bagi memiliki dua kendala seperti
anaknya. Disebut pendidik hal ini yakni (1)banyak orang
pertama karena merekalah tua yang belum menyadari hal
yang pertama mendidik ini, (2)banyak orang tua yang
anaknya dan disebut pendidik belum mengetahui caranya”
yang utama karena besar (Ahmad Tafsir, 2002: 6).
swekali pengaruhnya” (Ahmad Dalam al-Quran Allah
Tafsir, 2002: 4). SWT. memerintahkan manusia
Menyimak pendapat tersebut agar menjaga dirinya dan
dapat dikatakan bahwa keluarganya dari siksaan api
kemerosotan moral atau akhlak neraka. Perintah ini adalah
saat ini terjadi pada seluruh perintah untuk menjaga
lapisan masyarakat adalah keimanan. Perintah ini pada
karena anak-anak kita tidak prinsipnya di tujukan kepada
memiliki landasan moral yang orang tua di rumah pada
kuat yakni kurangnya iman khususnya dan pada seluruh
yang tertanam dalam dirinya, keluarga yang berkoponten
yang disebabkan oleh untuk menjaga keimanan
kurangnya penanaman nilai seluruh anggota pada
keimanan sejak dini pada anak, umumnya, bukan guru di
sementara pengaruh dari luar sekolah. Jadi menurut al-
sebagai wujud dari kemajuan Quran, pendidikan
teknologi sangat kuat keberimanan itu adalah tugas
menerjang kehidupan orang tua di rumah. Dalam
masyarakat pada umumnya hubungannya dengan hal ini,
dan anak pada khususnya, Ahmad Tafsir, menjelaskan
yang terkadang mempengaruhi bahwa: “Nabi mengajarkan
perilaku yang bersifat amoral. bahwa pendidikan keimanan itu
pada dasarnya di lakukan oleh

Rusli 70
orang tuanya, caranya melalui utama bagi anak oarang tua
pembiasaan dan peneladanan,. harus dapat menanamkan nilai-
Peneladanan dan pembiasaan nilai iman dalam diri anak,
inilah yang tidak mungkin memberikan keteladanan dan
dilakukan di sekolah, di mengawasi serta mengotrol
pesantren atau guru agama setiap perilaku anak baik di
yang di undang kerumah. dalam maupun di luar rumah.
Hanya kedua orang tuanya Keadaan ini sekaligus orang tua
itulah yang mungkin dapat dapat menyelamatkan anak
melakukan hal itu” (Ahmad dari keterpurukkan mental dan
Tafsir, 2002: 6). moral, termasuk kontrol
Dengan menyimak terhadap tayangan apa yang
penjelasan tersebut di atas mereka nonton dari program-
maka dapat dikatakan kedua program yang di tayangkan
orang tua adalah penyelamat oleh telvisi, dapat bermanfaat
dan pembentuk keimanan bagi bagi diri anak atau tidak dan
generasi keluarga dan bangsa berapa waktu yang di gunakan
sehingga, dalam lingkungan untuk menonton telvisi sebagai
keluarga, orang tua siaran teknologi yang bersifat
mempunyai dua fungsi pokok modern tidak mengganggu
dalam rumah tangga, yaitu waktu anak untuk beribadah,
sebagai kepala rumah tangga sehingga keimanan anak tetap
dan sebagai kepala pendidik terjaga.
terhadap seluruh anggota 2. Peranan Guru Dalam
rumah tangganya. Pendidikan Anak
H. M. Arifin, Sesuai dengan eksistensibdan
menyebutkan bahwa: “Orang fungsinya, sekolah membawa
tua sebagai pembentuk dan misi perubahan di tengah-
pemimpin keluarga. Kedua tengah masyarakat, bertujuan
kekuasaan tersebut dapar untuk mencerdaskan manusia.
dibedakan sebagai berikut: Maju atu mundurnya suatu
(1) Kekuasaan pendidikan. masyarakat sangat di
(2) Kekuasaan keluarga. (H. M pengaruhi oleh maju atau
Arifin, 2000: 91)”. mundurnya suatu masyarakat
Didikkan dan bimbingan itu. Sekolah dapat mengubah
yang diberikan oleh orang tua atau mengembangkan tabiat
kepada anaknya dapat manusia yang telah tertanam
mewujudkan salah satu dari dalam rumah tangga. Hal
dua alternatif ialah kepada tersebut dapat di lihat pada
jalan dan ajaran yang benar, kutipan berikut ini: “Pengaruh
atau kepada jalan yang salah orang tua, seyogyanya
dan menyesatkan bagi anak berkesinambungan dengan
dan terhadap semua anggota pengaruh sekolah (pendidikan),
keluarga. sebab mendidik anak pada
Dari penjelasan di atas prinsipnya ialah mempengaruhi
dapat penulis simpulkan bahwa jiwa anak selain memberikan
peranan dan tanggung jawab kecerdasan ((H. M Arifin, 2000:
orang tua terhadap pendidikan 20).
anak sangatlah besar, sebagai Pengaruh pendidikan yang di
pendidik yang pertama dan berikan di sekolah terkadang

Rusli 71
mengakibatkan benturan- belajar maka guru belum
benturan bagi jiwa anak, jika mampu membelajarkan murid.
pendidikan yang telah di terima Menurut Sumarsono, bahwa:
dalam rumah tangganya tidak “Belajar mengajar akan
berkesinambunagan dengan mencapai titik optimal ketika
pendidikan yang di terima guru dan murid mempunyai
dalam sekolah. intensitas belajar yang tinggi
Zakiyah Darajat dalam waktu yang bersamaan.
menyebutkan bahwa: “Orang Kedudukan guru dan siswa
tua harus berhati-hati memilih haruslah dianggap sejajar
sekolah tempat anaknya dalam belajar, jika kita
belajar, karena jangan sampai memandang siswa adalah
memasukan anak kesekolah subyek pendidikan (Sumarson,
yang di ajar oleh guru yang 2000: 24)”.
berlainan agama dengan orang Lebih lanjut Sumarsono
tua. Sekiranya anak menjelaskan bahwa:
memperoleh didikan dari guru “Kesalahan fatal yang
yang berbeda keyakinan dilakukan pendidik orang
dengan orang tua, maka dewasa adalah usaha dalam
dihawatirkan anak akan mendefinisikan fungsi dirinya
mengalami pertentangan batin sebagai pelaku tunggal bagi
atau konflik jiwa secara perubahan tingkah laku dan
berangsur-angsur (Zakiah berbuat solah-olah tugas
Daradjat, 1982: 115)”. prinsipnya adalah untuk
Dengan demikian, jika mengkomunikasikan ide-ide,
pendidikan dalam sekolah mendesain latihan (exercise),
adalah sesuai dengan untuk mengembangkan
kebenaran dan jalan yang pengetahuan, keterampilan
lurus, maka sekolah yang atau sikap tertentu untuk
demikian akan menuntut menentukan perubahan
manusia kepada kehidupan tingkah laku dan melakukan
manusia yang sesuai dengan survey untuk mendektesi
fitrahnya. Sebaliknya bila kebutuhan (Sumarson, 2000:
dalam suatu sekolah pola 18)”.
pendidikannya menentang Dari pendapat di atas, jelas
kebenaran islam, maka sekolah menujukan bahwa peran guru
yang demikian itu membentuk adalah untuk mengembangkan
manusia yang benci atau anti pengetahuan, keterampilan
terhadap Islam, akhirnya si atau sikap tertentu untuk
anak terjerumus kelembah menentukan perubahan
kehidupan yang hina, rugi di tingkah laku. Perubahan
dunia dan lebih-lebih lagi tingkah laku dimaksud adalah
celaka diakhirat kelak. perubahan tingkah laku menuju
Peran guru dalam pendidikan pada hal yang positif dan yang
formal adalah “mengajar”. lebih baik, termasuk
Banyak guru yang karena kemampuan siswa dalam
sibuknya dalam mengajar lupa memilih dan memilah sekaligus
bahwa siswa yang sebenarnya menyikapi teknolgi mana yang
harus belajar. Jika guru sudah harus di ambil dan mana
mengajar tetapi murid belum teknlogi yang di campakkan

Rusli 72
agar tidak merusak keimanan Untuk mengantisipasi
bagi anak. terjadinya dekadnsi moral sebagai
Dari penjelasan tersebut di akibat dari perkembangan
atas penulis memberikan teknologi yang semakin pesat
kesimpulan bahwa peran guru tersebut, maka perlu kiranya
di sekolah cukup besar, yakni diadakan pendidikan moral yang
sebagai pendidik, pengajar, membawa kepada terbentuknya
pembimbing, pelatih, dan guru sikap, watak, karakter dan
sebagai evaluator dalam kepribadian yang baik, sesuai
kegiatan pendidikan dan dengan ukuran-ukuran Islam.
pengajaran, yang berusaha Arifin menyebutkan bahwa: “Anak
memberikan dan menanamkan adalah pribadi yang memilki
pengetahuan kepada anak pengetahuan moral, peranan
didik, sehingga mereka mampu perasaan moral dan tindakan atau
mewujudkan dirinya sebagai perilaku moral” (Arifin, 2000:53).
manusia dewasa yang mampu Disamping itu Arifin
untuk menguasai dirinya serta mengidentifikasi sasaran
memanfaatkan teknologi untuk pendidikan yang meliputi empat
meningkatkan taraf hidupnya pengembangan fungsi menusia
dan bukan untuk merusak yaitu:
tatanan kehidupannya sebagai 1. “Menyadarkan manusia secara
akibat dari pengaruh individual pada posisi dan
perkembangan teknologi. fungsinya ditengah makhluk lain,
Keadaan ini tentunya 2. Menyadarkan fungsi manusia
berdasarkan dari bagaimana dalam hubungannya dengan
cara anak dalam masyarakat;
memanfaankan teknologi 3. Menyadarkan manusia terhadap
dengan baik tanpa pencipta alam dan
mengesampingkan atau mendorongnya untuk beribadah
melalaikan sesuatu yang dapat kepada Allah SWT.
merusak keimanan dan moral 4. Menyadarkan manusia tentang
anak. kedudukannya sebagai makhluk
C. Pengaruh Teknologi Terhadap yang mulia diantara makhluk
Dekadensi Moral Anak lain (Arifin, 2000:33-38)”.
Perkembangan teknologi saat Sebagaimana pendapat di
ini semakin pesat, sehingga atas, terjadi dekadensi moral
merubah masyarakat tradisional disebabkan antara lain:
menjadi masyarakat informasi. 1. “Lemahnya pendidikan agama
Perkembangan teknologi informasi dilingkungan keluarga;
telah membawa dampak dalam 2. Kemerotan moral dan mental
kehidupan masyarakat. Teknologi orang dewasa;
informasi dengan komputer 3. Pendidikan dalam sekolah yang
sebagai motor penggeraknya telah kurang baik;
mengubah segalanya. Pemrosesan 4. Adanya dampak negatif dari
informasi berbasis computer mulai kemajuan teknologi;
di kenal orang dan hingga saat ini 5. Tidak stabilnya kondisi sosial,
sudah banyak software yang dapat politik, ekonomi (Zakiah
di gunakan sebagai alat pengolah Daradjat , 1999: 41)”.
data untuk menghasilkan informasi Dari pendapat tersebut di atas
yang berguna. dapat dikatakan bahwa terdapat

Rusli 73
lima faktor sebagai penyebab tenggelam dalam arus globalisasi
timbulnya dekadensi moral pada dan informasi yang demikian
anak. Dari lima faktor di atas, derasnya. Tayangan dalam televisi
sesungguhnya lemahnya juga memberikan pengaruh negatif
pendidikan agama di lingkungan kepada akhlak anak. Dalam
keluarga maupun lingkungan konteks ini peran orang tua dalam
sekolah itulah sebagai penyebab mendampingi dan membimbing
pertama yang menyebabkan anak saat menonton tayangan
timbulnya dekadensi moral anak. televisi sangatlah menentukan baik
Untuk itu dibutuhkan peran yang dan buruknya akhlak anak. Itulah
lebih besar dari para orang tua dan sebabnya menurut Marwah Daud
guru dalam hal pendidikan anak, Ibrahim mengatakan bahwa:
sehingga dekadensi moral ini dapat “Orang tua berperan sebagai
tertanggulangi dengan baik. penyetir dan penyaring informasi
Faktor yang dapat bagi anak-anaknya. Penyetir dan
mengurangi tingkat dekadensi penyaringan informasi tersebut di
moral, antara lain: perlukan pengetahuan, sikap dan
1. Masih diakuinya norma-norma tindakan yang tepat oleh orang tua
agama dan norma-norma sosial; untuk membuat pilihan-pilihan
2. Masih adanya usaha kearah informasi terbaik untuk anak,
penegakkan norma yang berlaku termasuk informasi tentang
di masyarakat; penyalah gunaan obat-obatan
3. Daya tahan dan sikap menilai terlarang dan pergaulan bebas di
terhadap pengaruh negatif; kalangan anak remaja” (Marwah
4. Susunan dan iktan-iktan sosial Daud Ibrahim, 2000:372-373).
masyarakat Indonesia masih Dengan merujuk pada
memungkinkan adanya kontrol pendapat di atas, menunjukan
terhadap pelanggaran norma bahwa dengan perkembangan ilmu
(Zakiah Daradjat , 1999: 50). pengetahuan dan teknologi yang
Sedangkan faktor yang justru begitu pesat, dengan tayangan-
memungkinkan terjadinya tayangan yang begitu banyak dan
dekadensi moral, antara lain: luas maka, memerlukan sikap dan
1. Situasi politik yang tidak tindakan dari orang tua di rumah
menguntungkan; dan guru di sekolah agar selalu
2. Keadaan ekonomi yang belum memberikan petunjuk bagi anak-
kuat; anak secara kontinyu dan
3. Suasana sosial psikologi yang mengotrol serta mengawas anak
belum stabil; dalam menonton siaran-siaran
4. Kesehatan fisik dan mental televisi dan teknologi pada
masyarakat yang belum umumnya yang bermanfaat saja
mantap; agar tidak dapat menimbulkan
5. Perkembangan teknologi dan terjadinya dekadensi moral,
kesiapan mental masyarakat apalagi hasil teknologi tersebut di
yang belum seimbang (Zakiah terima begitu saja tanpa adanya
Daradjat , 1999: 53). filter.
Era globalisasi dan informasi
dewasa ini menuntut adanya upaya KESIMPULAN
pengembangan dan desain Dari uraian pada bagian-bagian
kebijakan pendidikan sehingga terdahulu yang berkaitan dengan
masyarakat suatu bangsa tidak Pengaruh Teknologi terhadap

Rusli 74
Dekadensi Moral pada anak, maka DAFTAR PUSTAKA
penulis dapat memberikan Abdul Rahman Saleh, Didaktik
kesimpulan sebagai berikut: Pendidikan Agama,Cet. V,
1. Anak adalah generasi penerus, Bandung: Pelajar, tt
sehingga perlu perhatian yang Ahmad Tafsir, Pendidikan Dalam
serius dari orang tua di rumah dan Keluarga, Bandung: PT.
guru di sekolah. Inilah sebabnya Remaja Rosdakarya, 2002
orang tua dan guru memiliki Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Suatu
peranan utama dan pertama dalam Tinjauan Teoritis dan Praktis
mengawas dan mengontrol anak Berdasarkan Pendekatan
sehingga tidak tergiring dan Indispliner, Jakarta: PT. Bumi
terjerumus dalam hal-hal dan Aksara, 2000.
nuansa yang tidak diinginkan. Bambang Dasoeso, Dasar dan Konsep
Untuk menghindarinya, terutama Pendidikan Moral Pancasila,
yang berkaitan dengan teknologi Cet. II, Jakarta: Bumi Aksara,
pada umumnya dan siaran-siarran 2000.
televisi, serta yang berhubngan Departemen Pendidikan Nasinal RI,
dengan teknologi lainnya, dalam Undag-Undang RI Nomor 20
pemanfaatannya tetap terjaga dan Tahun 2003 Tentang Sistem
di filter dengan baik agar tidak Pendidikan Nasional, Cet. I,
mengakibatkan dekadensi moral Jakarta: Biro Hukum Dan
pada anak. Organisasi Sekretariat Jendral
2. Dalam suasana perkembangan Depdiknas, tt.
teknologi yang begitu pesat, maju H. Ansori, Transformasi Pendidikan
dan luas ini, maka perlu bagi anak Islam, Cet. I, Jakarta: Gaung
di ciptakan kesibukan-kesibukan Persada Pers, 2010.
yang berguna agar kesibukan- H. Hamzah Ya’kub, Etika Islam:
kesibukan yang lain yang dapat Pembinaan Akhlaqul Qarimah
merusak moral anak dapat (Suatu Pengantar), Cet. VI,
dihindari. Kesibukan-kesibukan Bandung: CV. Diponegoro,
yang dimaksud antara lain: di 1993.
adakannya penyuluhan-penyuluhan Maurince J Ellias, dkk, Cara-Cara
agama, dan penegakkan norma Efektif Mengasuh Anak dengan
pada lingkungan masyarakat. EQ, Bandung: Kaifah, 2000.
3. Timbulnya dekadensi moral pada Marwah Daud Ibrahim, Pembudayaan
anak, bukan hanya semata-mata Nilai-Nilai Islam Di Era
pada teknologinya ,akan tetapi transfprmasi, diterjemahkan
pemanfaatan waktu karena sibuk Nurcholis Majid, Kemampuan
dengan siaran-siaran yang tidak Spritual Masyarakat Modern
berguna bagi kehidupannya Respon An Transformasi Nilai-
sebagai anak dan ditambah dengan Nilai Islam Menuju Masyarakar
siaran-siaran yang dapat merusak Madani. Cet. I Jakarta: Media
moral lainnya, sehingga dengan Cita, 2000.
demikian dapat dikatakan bahwa M. Ngalim Purwanto, Psikologi
teknologi dapat mengakibatkan Pendidikan, Cet. III, Jakarta:
dekadensi moral pada anak pada Balai Pustaka, 1993.
sisi tersebut. H.M. Arifin, M. Ed, Hubungan Timbal
Balik Agama di Lingkungan
Sekolah dan Keluarga, Cet. VII,
Jakarta: Bulan Bintang, 1978.

Rusli 75
Sumarsono, Pendidikan Nilai Dalam III, Jakarta: Bulan Bintang,
Profesi Guru, Cet. III, Jakarta: 1968.
Grasindo, 2000. Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama
Syaikh Mahmoud Syalthoud, Islam Dalam Pembinaan Mental, Cet.
Sebagai Aqidah dan Syari’ah, di IV, Jakarta: Bulan Bintang,
terjemahkan oleh H. Bustani A. 1982.
Gani dan Hamdany Ali dengan -------, Problema Remaja di
Judul Aqidah Wa Syari’ah, Cet. Indonesia, Jakarta: Bulan
Bintang, 1999.

Rusli 76

Anda mungkin juga menyukai