Dosen Pengampu
Disusun oleh:
D3 KEBIDANAN
A. Analisa Situasi
Menurut Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI kekerasan dalam rumah tangga
beberapa tahun terakhir menjadi perbincangan hangat. Terutama setelah ada isu bahwasanya
rancangan penghapusan KDRT disahkan berubah menjadi Undang-Undang Republik Indonesia
No. 23 tahun 2004. Bukan hal yang tabu lagi untuk para aktivis dan pengamat masalah
perempuan, karena masalah ini telah go public bersamaan munculnya concern terhadap masalah
perempuan.
B. Diagnosa Keperawatan
Masyarakat Indonesia masih kental dengan budaya patriarki, dimana pihak laki-laki
lebih mendominasi yang membuat mereka mengambil keuntungan dan juga merasa lebih kuat
secara fisik dibanding wanita. Maka tak ayal yang lebih sering menjadi korban dalam kekerasan
rumah tangga adalah perempuan, namun tak menutup kemungkinan juga bila laki-laki pun
menjadi korban.
C. Tujuan
1. Pengertian KDRT
2. Jenis KDRT
4. Dampak KDRT
E. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
F. Media
1. Leaflet
G. Kegiatan Pembelajaran
H. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural
2. Evaluasi Proses
3. Evaluasi Lisan
I. Tindak Lanjut
Tindak lanjut yang akan dilakukan adalah pemberian materi tentang kesehatan
keluarga, manajemen keluarga dan juga pentingnya suntik catin.
Isi Materi
Menurut UU no. 23 tahun 2004, “kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan
terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara
fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah
tangga” (Ps. 1:1).
Kekerasan dalam rumah tangga tidak dapat didefinisikan secara sendiri karena memiliki
keterkaitan banyak hal, meliputi:
Menurut data kasus yang dilaporkan hampir sebagian besar korban kekerasan dalam rumah
tangga adalah perempuan karena negara kita masih memegang nilai budaya dan nilai masyarakat bahwa
laki-laki merupakan pemegang kekuasaan utama dan mendominasi terhadap perempuan. Secara postur
tubuh laki-laki lebih kuat dan juga memungkinkan agresivitasnya pun lebih tinggi sebagai dasar biologis.
Maka harus seimbang dalam relasi sehingga ketidakadilan dan kekerasan yang mungkin terjadi. Namun
tidak semua kasus demikian, ada juga yang sebaliknya laki-laki yang menjadi korbannya.
1. Menyelamatkan diri
2. Jangan menghilangkan barang bukti, diupayakan jangan mandi atau mengganti baju
3. Sesegera mungkin meminta bantuan pada orang yang dipercaya
4. Tenangkan diri
1. Luka kecil seperti memar atau berdarah hingga cacat secara fisik bila terjadi kekerasan fisik,
bahkan bisa juga terenggutnya nyawa.
2. Trauma yang mendalam, menjadikan seseorang yang pemurung, pemarah, lebih banyak diam,
jarang tersenyum, dan juga tidak perduli dengan lingkungan sekitar
3. Paranoid beberapa orang merasakan tidak percaya lagi dalam suatu hubungan dengan manusia.
Adapun cara menimbulkan rasa harmonis rumah tangga agar tidak terjadi tindak kekerasan dalam rumah
tangga:
1. perbaiki komunikasi
2. hindari kekerasan fisik maupun verbal
3. buat keputusan bersama dan matang
4. perbanyak bersyukur dengan menerima segala kekurangan maupun kelebihan pasangan
5. saling menghargai
6. adil dalam urusan waktu
7. berlibur bersama
8. terbuka
9. saling mengingatkan
10. dan saling mengerti