Anda di halaman 1dari 9

Kebijakan pemerintah dalam pembangunan ketenagakerjaan di papua

Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah menyatakan bahwa Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker)
memiliki komitmen dalam mengembangkan kompetensi tenaga kerja di Papua dan Papua Barat.Hal tersebut
disampaikannya saat menerima kunjungan Staf Khusus (Stafsus) Presiden Billy Mambrasar, di Gedung Kementerian
Ketenagakerjaan, Rabu (06/10/2021).

“Kementerian Ketenagakerjaan terus membangun untuk kesejahteraan Papua dan Papua Barat dengan
mengembangkan kompetensi SDM setempat,” ujar Menaker.Komitmen tersebut, imbuh Ida, sebagai tindak lanjut
dari Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2020 tentang Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Provinsi
Papua dan Papua Barat. Lebih jauh Menaker memaparkan, dalam upaya mengembangkan tenaga kerja Papua dan
Papua Barat, pihaknya tengah melakukan Sembilan Lompatan Besar Kemnaker. Kesembilan lompatan tersebut adalah
transformasi balai latihan kerja (BLK), link and match ketenagakerjaan, transformasi program perluasan kesempatan
kerja, pengembangan talenta muda, perluasan pasar kerja luar negeri, visi baru hubungan industrial, reformasi
pengawasan, ekosistem digital SIAPKerja, serta reformasi birokrasi.

“Dari Sembilan Lompatan Besar ini, kita bisa sinergikan dan kerjasamakan apa yang menjadi tugas kami dan apa yang
sudah dilakukan Mas Billy yang mendapat arahan Pak Presiden Jokowi untuk kemajuan Papua dan Papua Barat,” ucap
Ida. Pada kesempatan itu, Stafsus Presiden Billy Mambrasar menyampaikan apresiasi atas Sembilan Lompatan Besar
Kemnaker tersebut. Menurutnya, agenda besar tersebut memiliki dampak yang besar terhadap pengembangan
kompetensi tenaga kerja.

“Sembilan Lompatan memiliki dampak yang luar biasa,” ujar Billy.

Billy menyatakan, pihaknya dan Kemnaker akan membahas lebih lanjut terkait upaya memajukan kedua provinsi di ujung
timur Indonesia tersebut.

“Kita juga berdiskusi kemungkinan berkolaborasi dan bekerja sama untuk percepatan pembangunan kesejahteraan di
Papua dan Papua Barat. Nanti kita tindak lanjuti dengan mengadakan rapat teknis untuk mendukung program-program
dan arahan Pak Presiden Jokowi,” tandas Billy.

 https://setkab.go.id/sembilan-lompatan-besar-pemerintah-kembangkan-kompetensi-tenaga-kerja-di-papua-dan-papua-
barat-2/
Strategi Kebijakan Perencanaan Tenaga Kerja Di Kalimantan Barat.
Kehadiran revolusi industri 4.0 menghadirkan lini usaha baru, lapangan kerja baru, profesi baru yang tak
terpikirkan sebelumnya, namun pada saat yang sama ada pula lini usaha yang terancam, profesi dan lapangan kerja
yang tergantikan oleh mesin kecerdasan buatan dan robot. Oleh sebab itu penyusunan perencanaan harus
mempunyai strategi yang dapat mengakomodir kondisi tersebut dan membuka kesempatan kerja yang seluas-
luasnya. Tabel 4.6 menunjukkan beberapa bidang pekerjaan baru yang akan hadir seiring dengan kemajuan
teknologi di era Revolusi Industri 4.0, sementara struktur perekonomian di Kalimantan Barat belum mengalami
transformasi struktur.Sektor pertanian masih tetap memberikan kontribusi yang paling besar terhadap PDRB
Kalimantan Barat selama 5 tahun terakhir, selanjutnya diikuti oleh sektor Industri, sektor Perdagangan, Rumah
Makan dan Jasa Akomodasi, sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan, dan sektor Konstruksi dengan
kontribusi terhadap PDRB di atas 12 persen.
Berdasarkan analisis dan data terhadap Elastisitas Penyerapan Tenaga Kerja, Pangsa Penyerapan Tenaga Kerja,
Produktivitas Tenaga Kerja, strategi kebijakan perencanaan Ketenagakerjaan yang perlu disusun berdasarkan
indikator ketenagakerjaan adalah sebagai berikut:
1. Elastisitas Kesempatan Kerja.
Relatif rendahnya nilai elasisitas penyerapan Tenaga Kerja pada sebagaian besar Lapangan Usaha, memerlukan
strategi kebijakan ketenagakerjaan yang dapat menciptakan kesempatan kerja baru dan memperluas
kesempatan kerja yang ada melalui:
a. Investasi sektor produktif baik dari pemerintah maupun swasta. Investasi ini diyakini mampu menyerap
tenaga kerja lebih banyak dan menggerakkan perekonomian dengan cepat. Pemerintah tidak akan mampu
mengatasi pengangguran sendirian, maka diperlukan kontribusi swasta dalam penciptaan lapangan kerja
b. Kemitraan mutualistik antar petani dan Badan Usaha Milik Negara atau Daerah, yang bertujuan untuk
meningkatkan produktivitas sektor yang masih rendah antara lain sektor petani dengan mencegah pengalihan
fungsi lahan dari non pertanian ke non pertanian, yang selanjutnya akan berimplikasi pada berkurangnya
“disguised unemplyment” di sektor pertanian.
c. Kebijakan makro baik moneter maupu fiskal untuk mendorong dan melindungi tenaga kerja dan pelaku
usaha mikro yaitu berupa kebijakan yang mendorong keterkaitan antara urban dan rural Prosiding Seminar
Akademik Tahunan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan 2020 ISBN: 978-602-53460-5-7 127 area melalui
kegiatan produktif sektor usaha skala mikro kecil dan menengah untk mengatasi masalah kemiskinan dan
pengangguran.
d. Menjaga stabilisasi produksi dengan sistem terdigitalisasi pada sektor dengan kesempatan kerja elastis.
2. Produktivitas Tenaga Kerja
Berkaitan dengan produktivitas penyerapan tenaga kerja yang masih relatif rendah di beberapa sektor, maka
strategi kebijakan ketenagkerjaan yang perlu di susun antara lain meningkatkan investasi human capital agar
menjadi sumberdaya mansia yang kompeten dan berdaya saing tinggi untuk dapat bersaing di pasar global yang
semakin ketat melalui :
a. Meningkatkan akses dan mutu pelatihan vokasi guna menyiapkan SDM yang kompeten dan berdaya saing
dengan menetapkan pelatihan kerja berbasis kompetensi yang inklusif atau tidak mensyaratkan (batasan) usia
maupun latar belakang, sehingga masyarakat mempunyai akses atau kesempatan untuk memiliki keterampilan
(skill)
b. Pendidikan hardskill dan soft untuk menghadapi tantangan perubahan dunia kerja agar tenaga kerja mampu
mengikuti perubahan, berdaya saing dan survive di dunia kerja di era revolusi ndustri 4.0
c. Melaksanakan program 3R yaitu Re-orientasi, Re-vitalisasi, dan Re-branding melalui Balai Latihan Kerja (BLK)
milik pemerintah dengan tujuan untuk mempercepat dan masifikasi produksi SDM yang kompeten di berbagai
bidang kejuruan
3. Pangsa Tenaga Kerja dan Pengangguran
Digitalisasi di era revolusi industri 4.0 akan menciptakan peluang lapangan kerja menjadi lebih inklusif oleh sebab
itu Strategi Kebijakan perencanaan tenaga kerja yang perlun disusun adalah menciptakan peluang kerja yang
berbasis teknologi dan digitalisasi (Internet of Things) melalui:
a. Mendorong peningkatan pertumbuhan di sektor jasa dan ekpansi pasar dengan mengalihkan pola pasar
tradisional tatap muka dengan menggagas platform digital
b. Membangun kerjasama inter-regional untuk membentuk sistem investasi, produksi, dan distribusi yang
menyerap banyak tenaga kerja, dan meningkatkan kapasitas pasar.
c. Memperkuat infrastruktur, serta meningkakan kompetensi dan kualitas tenaga kerja sesuai dengan rencana
perluasan sektor-sektor.
https://feb.untan.ac.id/wp-content/uploads/2020/12/Rini.pdf
KEBIJAKAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI RIAU

Kebijakan tentang kelembagaan keluarga berencana bembah secara signifikan pada era desentralisasi.
Semula, BKKBN sebagai lembaga yang menaungi pengembangan program K.B tersebar di seluruh kabupaten/kota
di Indonesia. Namun, saat ini status lembaga ini berbeda-beda pada setiap kabupaten/kota dan sangat bergantung
pada kebijakan pemerintah daerah setempat. Pada tahun 2007, melalui Peraturan Pemerintah (PP) No. 41 Tahun
2007 tentang Organisasi dan Perangkat Daerah, kelembagaan KB diatur lebih spesifik. Pada pasal 22 ayat 5 yang
membahas tentang Perumpunan Umsan, telah disebutkan bidang Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
Berencana pada bagian (i)PP tersebut. Hal ini berarti, lembaga-lembaga yang bertanggungjawab atas
pengembangan dan pelaksanaan program KB yang sudah ada saat ini akan bembah lagi menjadi sebuah Badan atau
Kantor bersatu (merger) dengan bidang Pemberdayaan Perempuan. Keberadaan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau,
yang terbentuk sejak tahun 2005 berdasarkan Surat Keputusan Kepala BKKBN No. 182/HK-010/SS/2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja BKKBN Provinsi Kepulauan Riau dan Provinsi Sulawesi Barat, masih relatif muda. Hal
ini dapat berdampak pada efektifitas kinerja kelembagaan dan implementasi kebijakannya. Sejak resmi terbentuk
pada tahun 2005 tersebut, BKK.BN Provinsi Kepulauan Riau bam berjalan efektif secara kelembagaan di
tahun berikutnya 2006). Keberadaan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau yang tergolong bam berdiri dalam waktu
singkat ini pada kenyataannya dihadapkan pada permasalahan kependudukan dan pembangunan keluarga yang
begitu kompleks di daerah tersebut. Daerah Provinsi Kepulauan Riau, misalnya, merupakan provinsi ke-4
dengan kasus HIV I AIDS di Indonesia (BKKBN, 2008:13). Selain itu, jumlah penduduk dengan usia produktif
(remaja) lebih dominan menjadi rentan, mengingat saat ini perilaku kehidupan seks bebas dan peredaran obat-
obatan terlarang (NAPZA) semakin gencar. Situasi ini memaksa BKKBN Kepulauan Riau untuk bekerja ekstra
keras dalam menyikapi permasalahan tersebut. Terbitnya UU No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga mengisyaratkan bahwa permasalahan kependudukan dan
pembangunan keluarga menjadi penting untuk diperhatikan oleh pemerintah pusat dan daerah. Selain itu,
diterbitkannya UU tersebut mendatangkan beberapa implikasi perubahan dalam kelembagaan BKKBN, antara lain,
BKKBN yang dulunya mempakan singkatan dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, kini bembah
menjadi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Kemudian, UU tersebut juga mengatur
mengenai peleburan kelembagaan, artinya setelah terbitnya UU No. 52 Tahun 2009 ini, secara kelembagaan
BKKBN akan melebur (merger) dengan pemerintah daerah dan menjadi BKKBD (Laporan Singkat DPR RI,
2010). Meskipun demikian, pengaturan teknis merger tersebut akan dipandu melalui PP yang sampai saat ini belum
diterbitkan.
Nomenklatur kelembagaan K.B di empat kabupaten/kota di wilayah Provinsi Kepulauan Riau beragam coraknya,
ada yang tergabung dalam pemberdayaan perempuan, ada yang menjadi bagian dalam lingkup pemberdayaan
masyarakat. Bahkan di tingkat provinsi, permasalahan KB termasuk dalam tanggung jawab Badan Pemberdayaan
Perempuan. Bentuk nomenklatur kelembagaan seperti ini secara langsung berpengaruh terhadap mekanisme
koordinasi, mulai dari tingkat pusat hingga kabupaten/kota. Perubahan status kelambagaan ini juga berpengaruh
terhadap jumlah dan kompentensi staf yang mengelola program KB. Sejak menjadi bagian dari pemerintah daerah
kabupaten/kota, staf BKKBN dapat ditempatkan di berbagai instansi sesuai dengan kebutuhan pemerintah
setempat, demikian juga sebaliknya. Bila pejabat pengelola KB tidak berasal dari BKKBN, maka terdapat
kecenderungan bahwa program KB tidak berkembang sesuai dengan kebutuhan.

KEBIJAKAN TERKAIT MIGRASI DI KEPULAUAN RIAU

Kebijakan terkait Migrasi Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau juga perlu menyikapi tingginya laju
pertumbuhan penduduk di wilayahnya. Hal ini perlu dilakukan sedini mungkin, meskipun data basil penelitian
yang dilakukan tahun 2010 ini belum menunjukkan indikasi bahwa angka migrasi di Kepulauan Riau berkontribusi
besar terhadap pertambahan jumlah penduduk. Sikap responsif tersebut harus dilakukan dalam rangka mewujudkan
pembangunan Kepulauan Riau yang berkelanjutan dengan jumlah penduduk tumbuh seimbang.
Sejauh ini, beberapa pemerintah daerah di Kepulauan Riau belum menyikapi persoalan migrasi ini dengan
responsif, kecuali Pemerintah Kota Batam, yaitu dengan menerbitkan Peraturan Daerah Kota Batam No. 8 Tahun
2009 tentang Administrasi Penduduk dan Pencegahan Penduduk. Meskipun demikian, kebij akan perda terse but
masih dinilai 'setengah hati' dan belum memadai untuk dijadikan intrumen pengendalian migrasi penduduk.
Kebijakan ini diterbitkan lebih karena tujuan untuk menciptakan tertib administrasi dalam menerbitkan dan
mencatat identitas penduduk di Kota Batam, belum diarahkan pada upaya mengendalikan migrasi penduduk.
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/9-10-PB.pdf

PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA KOTA MANADO


Walikota Tomohon Jimmy F Eman SE Ak diwakili Sekot Ir Harold Lolowang MSc membuka kegiatan
tersebut. Sekot Lolowang dalam sambutan sekaligus pemateri mengatakan, Keluarga berkualitas adalah keluarga
yang dibentuk berdasarkan perkawinan yg sah dan bercirikan sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak
ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis, dan bertagwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Upaya dalam rangka mengoptimalisasi program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga
(KKBPK) yakni dengan memberdayakan para kader, kelompok bina keluarga balita, bina keluarga remaja, bina
keluarga lansia dan unsur terkait lainnya. Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota
Tomohon Sherly Bororing SP MM SIP.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan penyuluhan tentang keluarga berencana dan pembangunan keluarga
di lingkungan masyarakat. Hadir sebagai narasumber unsur Kesehatan, dihadiri juga para lurah se Kecamatan
Tomohon Barat, jajaran Pemerintah Kelurahan dan PKK serta unsur terkait, tokoh agama dan
masyarakat. (Edelweiss)
https://www.manadolive.co.id/program-kkbpk-sekkot-bina-keluarga-yang-berkualitas/

KEBIJAKAN KEPENDUDUKAN TENTANG PROGRAM TRANSMIGRASI DARI MAMUJU KE


MAJENE
Sebanyak 150 kepala keluarga transmigran ditempatkan di Kecamatan Ulumanda Kabupaten Majene
Sulawesi Barat. "Program transmigrasi rutin digulirkan oleh pemerintah pusat. Pada tahun anggaran 2011 kami
telah drop sebanyak 150 kepala keluarga (KK) untuk daerah Ulumanda Kabupaten Majene," kata Kepala Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertran) Sulbar, Benyamin di Mamuju, Rabu
Dari 150 KK yang menjadi warga transmigran di daerah Ulumanda tercatat sebanyak 75 KK berasal dari
luar Sulbar di antaranya dari Provinsi Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), Jawa Tengah (Jateng) dan
selebihnya merupakan warga transmigran lokal asal Majene. "Program transmigran ini merupakan usulan dari
pemerintah kabupaten yang diteruskan ke pemerintah pusat. Tahun ini pusat tetap menyiapkan program lanjutan
untuk tahap kedua,"
Benyamin mengatakan, warga transmigran ini murni dibiayai oleh pemerintah pusat dalam waktu lima tahun.
"Banyak manfaat dengan bergulirnya program transmigran di antaranya pemanfaatan lahan tidur menjadi lahan
produktif". Selain itu, warga transmigran juga bisa lebih kreatif untuk membentuk keluarga mereka menjadi terarah
dan terencana.Karena itu, kata dia, program transmigran ini akan tetap menjadi program prioritas dalam rangka
peningkatan ekonomi rakyat sekaligus upaya menciptakan lapangan kerja yang baru. "Pertimbangan inilah yang
menjadi titik awal digulirkannya program transmigrasi dalam rangka upaya pengentasan kemiskinan dan
terbukanya lapangan kerja yang baru"
https://makassar.antaranews.com/berita/37039/150-keluarga-transmigran-ditempatkan-di-majene

KEBIJAKAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI RIAU

Provinsi Gorontalo menaruh perhatian serius terhadap pembangunan kependudukan dan keluarga berencana.
Respon besar itu tercerminan dari berbagai kebijakan dan program yang telah di desain secara terintegrasi, holistik,
tematik, dan spasial dalam RPJMD 2012 – 2017 maupun RPJPD Provinsi Gorontalo 2007 – 2025 .
Sejalan dengan hal itu, kemarin, (24/2), digelar Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) Pembangunan Kependudukan
Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) Tingkat Provinsi Gorontalo di Hotel Maqna Kota
Gorontalo, kemarin, (24/2).
Sekretaris Daerah Provinsi Gorontalo Prof. Dr. Winarni Dien Monoarfa,M.S mewakili Penjagub Gorontalo Prof.
Zudan Arif Fakrulloh saat membuka kegiatan tersebut mengharapkan, pelaksanaan Rakorda tidak sekadar
seremonial. Substansi penting dari Rakorda ini Selain menjadi momen evaluasi capaian program 2016 sesuai
dengan indikator RPJMD, juga hendaknya menjadi ruang untuk penajaman program tahun 2017 . Selain
mengakomodir masukan dan saran konstruktif guna singkronisasi sekaligus penajaman program peningkatan
kualitas kependudukan dan pengendalian jumlah penduduk di Provinsi Gorontalo.
Saat ini kata Prof Winarni yang juga mantan Kepala BAPPEDA bahwa trend angka kependudukan di Provinsi
Gorontalo terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan. “Data BPJS menunjukan jumlah penduduk
Gorontalo saat ini sudah mencapai 1.153.863 jiwa atau mengalami kenaikan kurNg lebih 2,25 persen dibanding
ketika baru mekar dari Sulawesi Utara (Sulut). Ini menjadikan Gorontalo berpeluang besar untuk bonus
demografi ,” ungkapnya.
Lebih lanjut dijelaskan Winarni, masalah kependudukan merupakan urusan wajib dan konkuren. Oleh karena itu
dalam membangun kependudukan baik pusat, pemerintah provinsi hingga level kabupaten/kota harus membangun
sinergitas. Arah kebijakan dan program strategis yang terintegrasi sangat dibutuhkan mengingat pembangunan
kependudukan merupakan hal strategis.
Di negera-negara maju seperti Singapura jumlah penduduknya kecil, namun mampu mengendalikan ekonomi
dunia. Ini karena negara tersebut serius membangun kualitas penduduknya.
“Hal perlu menjadi spirit bagi kita semua, bagaimana menetapkan strategi peningkatan kualitas penduduk. Payung
besarnya sudah ada dalam RPJPD dan RPJMD kita. Tinggal rumusan dan implementasi strategi dan program untuk
kita jalan guna mewujudkan sumber daya yang handal,” tuturnya.
Rakorda kemarin dihadiri Sekretaris Utama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasiona (BKKBN) RI
Novrizal, Bupati Gorontalo Prof . Nelson Pomalingo, Bupati Gorontalo Utara Dr, Indra Yasin dan Ketua PKK
Gorut Dr. Reni Hiola, Wakil Bupati Pohuwato Amin Haras, Kepala BPKP, Kepala Pengadilan Agama, Tokoh
Adat, unsur perguruan tinggi, LSM dan tokoh perempuan dan tokoh masyarakat.
Sekretaris Utama BKKBN RI Novrial mengatakan, sinergitas antara pemerintah pusat dan daerah mutlak
diperlukan untuk mendorong pembangunan keluarga bencana. Hal ini juga sejalan dengan upaya untuk mendukung
9 nawacita presiden RI Joko Widodo. Novrizal menegaskan, program keluarga berencana berkaitan erat untuk
mendukung nawacita ke-4 untuk membangun dari pinggiran serta nawacita ke-8 dalam rangka pembangunan
manusia melalui peningkatan kualias kependudukan dan keluarga berencana. “Diantara dukungan kita terkait
nawacita ini ada program Kampung KB. Alhamdulillah di Gorontalo hampir seluruh daerah sudah ada kampung
KB ini,” kata Novrizal.
Ia juga mendorong agar sinergitas pemerintah pusat dan daerah dapat diwujudkan dalam bentuk kebijakan-
kebijakan yang terintegrasi, holistik, tematik, dan spasial (THTS). “Kerja sama yang terarah antara pusat dan
daerah sekali lagi sangat diperlukan agar target-target kependudukan dan keluarga berencana dapat tercapai
maksimal,” tandasnya.
Dalam Rakorda ikut dilakukan pelantikan pengurus Kependudukan Provinsi Gorontalo Selain itu ikut dilakukan
penandatangan MoU antara BKKBN-RI, dengan Badan Kependudukan Dukcapil dan Dinas Kesehatan dan KB
Provinsi Gorontalo serta dengan instansi terkait di kabupaten/kota dan para pemangku kepentingan lainnya. (Faisal
– Tim Redaksi Humas)

KEBIJAKAN PEMERINTAH KALIMANTAN TIMUR DALAM PENGENDALIAN KEPENDUDUKAN

.Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Kaltim menggelar Sosialisasi Kebijakan
Pengendalian Kependudukan Sesuai Kondisi Wilayah di Pendopo Wakil Bupati Kukar, Kamis (20/7). Kegiatan yang difasilitasi Dinas
Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP2KB) Kukar tersebut dihadiri Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait.
Dengan menghadirkan narasumber dari Koalisi BKKBN Kaltim Muhammad Hatta.
Plh Kasubag Keuangan DP2KB Kukar Fauzi Rakhman mengatakan kegiatan tersebut untuk menyebarluaskan informasi dari program
kebijakan pengendalian kependudukan yang telah disusun. “Saya berharap melalui kegiatan tersebut dapat mewujudkan sinergisitas
diantara OPD dalam mendukung program pengendalian penduduk di Kukar,” ujar Fauzi Rakhman.
Sementara itu Seketaris DP2KB Kukar Matsukah mengatakan Pemkab Kukar melalui visi dan misi program Gerbang Raja telah
merencanakan strategi pembangunan yang lebih mengutamakan kebijaksanaan dalam hal kependudukan, dengan lebih memfokuskan
kepada peningkatan kualitas penduduk dan pengendalian laju pertumbuhan penduduk dalam mewujudkan keluarga kecil bahagia dan
sejahtera.
Berdasarkan UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah PP No 87 Tahun 2014 Tentang Perkembangan Kependudukan,
Pembangunan Keluarga Dan Sistem Informasi Keluarga. Ia menjelaskan urusan pemerintah bidang pengendalian penduduk dan KB,
menjadi kewenangan wajib non pelayanan dasar yang dilaksanakan bersama-sama oleh pemerintah pusat, provinsi, dan daerah.

Anda mungkin juga menyukai