BAB II
LANDASAN TEORI
yang asal katanya Maal atau harta. Secara keseluruhan Baitut Tamwil
dari titipan zakat , infaq dan shodaqoh. Pada BTM , bidang sosial ditiadakan
karena di Muhammadiyah sudah lebih dulu ada lembaga amil zakat. Namun
1
A. Djazuli, Yadi Janwari, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat, Sebuah Pengenalan,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2002), h. 183
2
Ma’had Alif Tarbiyah Mubalighin Muhammadiyah, Pedoman Pendirian BTM, Bandar
Lampung, 2008, h. 4
20
amil zakat dapat saja berkantor bersama dengan BTM supaya lebih hidup, dll.
B. Manajemen Risiko
(kerugian) yang tidak diinginkan atau tidak terduga. Dengan kata lain
risiko. Kondisi yang tidakpasti itu timbul karena berbagai sebab, antara
lain:
3
Veithzal Rifai dan Rifka Ismail, Islamic Baking: Sebuah Teori, Konsep, Dan Aplikasi
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), h. 63
21
usaha.4
kerugian. Terdapat dua unsur dalam risiko, yakni peril dan hazard,
4
Buchari Alma Dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syari’ah, (Bandung: Alvabeta,
2014), h.289
5
Herman Darmawan, Managemen Asuransi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 20
22
b. Hazard (bahaya)
Keuangan dengan tingkat risiko yang wajar secara terarah terintegrasi, dan
bisnis.
6
Herman Dermawi, Manajemen Risiko, (, Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h.22
7
Adiwarman A.Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2007), h. 255
23
ansuransi atau cara lain atas kemungkinan rugi besar, atas kemungkinan
c. Memperkecil biaya
8
Robert Tampubolon, Manajemen Risiko: Pendekatan Kualitatif Untuk Bank Komersial,
(Jakarta: PT. Elek Media Komputindo, 2004), h. 34
24
Namun secara umum tujuan dari manajemen risiko ada dua, yaitu
3. Jenis-Jenis Risiko
a. Risiko kredit
pada saat jatuh tempo atau sesudahnya. Apabila pinjaman yang tidak
9
http://absindodiy.net/mitigasi-resiko-pada -bmt/. diakses tanggal 02 Ianuari 2018
25
bank. 10
b. Risiko Pasar
seperti: suku bunga, nilai tukar mata uang dan harga komoditas
sehingga nilai aset yang dimiliki bank menurun. Sebagai bank umum
dengan prinsip syariah, maka bank hanya perlu mengelola risiko pasar
kerugian bank. 11
c. Risiko Likuiditas
kewajibannya yang telah jatuh tempo.12 Jika suatu bank memiliki model
bisnis yang lebih rumit, biasanya sejalan dengan skala usaha yang
semakin besar dari bank yang dimaksud, maka Bank Indonesia akan
10
Veithzal Rivai, Op. Cit, h. 243
11
Op. Cit, h. 259
12
Ferry N. Indroes, Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendekatan 3 Pilar
Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia, (Jakarta: PT.
Raja Garfindo Persada, 2008), 35
26
d. Risiko Operasional
e. Risiko Hukum
f. Risiko Strategis
jangka panjang yang dibuat oleh senior manajemen bank. Risiko ini
mereka.14
g. Risiko Reputasi
bank.15
13
Ferry N. Indroes, Manajemen Risiko Perbankan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2011), Cet. II, h. 23
14
Frianto Pandia, Op. Cit, h. 207
15
Op. Cit, h. 207
27
h. Risiko Kepatuhan
berlaku.
pada tahap awal bank harus secara tepat mengenal dan memahami serta
mungkin timbul dari suatu bisnis atau produk baru bank. Selanjutnya,
pengendalian risiko.
a. Identifikasi Risiko
16
Ferry N. Indroes,Op. Cit), h. 7
17
Op. Cit, h. 8
28
perdagangan.18
terakhir, hasil proyeksi arus kas, kualitas rencana bisnis, dan dokumen
keseluruhan
data
18
Veithzal Rivai, Op.Cit. h. 614-618.
19
Ibid. h. 619
20
Ibid, h. 620
29
b. Pengukuran Risiko
risiko wajib dilakukan secara berkala, baik untuk produk dan portofolio
tidak normal.22
c. Pemantauan Risiko
risiko yang terdapat pada kegiatan usaha bank serta pada kondisi
21
Veithzal Rivai, Op. Cit. h. 555
22
Bambang Rianto Rustam, Manajemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta:
Salemba Empat, 2013), 45
30
Selain itu, bank juga harus menyiapkan sistem dan prosedur yang
d. Pengendalian Risiko
dengan ekspour risiko atau tingkat risiko yang akan diambil dan
lain dengan metode mitigasi risiko serta penambahan modal bank untuk
berikut:25
Syariah (DPS).
risiko kredit. Bank harus dikelola oleh sumber daya manusia yang
23
Veithzal Rivai, Op. Cit. h.272
24
Bambang Rianto Rustam, Op. Cit, h. 17
25
Veithzal Rivai, Op. Cit, h. 550
31
tersebut harus memuat secara jelas arah penyediaan dana yang akan
pasar.
26
Bambang Rianto Rustam, Op. Cit, h. 73
32
independen dari unit bisnis, sistem pelaporan yang efisien dan efektif
C. Pembiayaan Murabahah
1. Pengertian Murabahah
yang memberi keuntungan. Secara istilah, menurut para ahli hukum Islam
27
Ibid, h. 79
28
Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga
Keuangan Syariah (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h. 180.
33
Murabahah dalam fiqh Islam yang berarti suatu bentuk jual beli
atau jasa dengan harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati.
Dalam jual beli murabahah penjual harus memberitahu harga produk yang
nasabah.30
c. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri
29
Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 81.
30
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori dan Praktek (Jakarta: Gema
Insani, 2001), h. 145.
31
Mohammad Rifai, Konsep Perbankan Syariah, (Semarang: CV Wicaksana, 2002), h. 61
34
dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya dalam kaitan
ini bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada
nasabah.
dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelahs
Dalam kitab fikih jual beli murabahah dilakukan oleh dua pihak yaitu
pertama dan penjual kedua, dan nasabah sebagai pembeli kedua. Jadi
yang menjual barang). Pada jual beli pertama yaitu antara supplier dan
bank, pembayaran dilakukan secara tunai, sedangkan pada jual beli kedua
32
Adiwarman A. Karim, Pembiayaan Murabahah,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2010), h. 26
35
menyediakan uang tunai terlebih dahulu, dengan kata lain nasabah telah
tersebut.
sesuatu yang lain. Jual beli dalam fikih islam mempunyai banyak bentuk,
beli ini dihalalkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an yaitu sebagai
berikut : 35
33
Ibid, h. 27
34
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Suatu Pengenalan umum, (Jakarta: BI Tazkia,
2000), h. 145
35
Muhammad Syafi’i Antonio, Islamic Banking, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik,
(Jakarta: Gema Insani, 2001), h. 103
36
jual beli murabahah adalah barang yang diperjual belikan bukanlah barang
oleh perbankan syariah, baik untuk kegiatan usaha yang bersifat produktif
36
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: Jumanatul’Ali-ART,
2004), h. 47
37
Rizal Yaya, Aji Erlangga Martawireja, Ahim Abdurahim, Akuntansi Perbankan Syariah,
Ed. 2 (Jakarta: Selemba Empat, 2014), h. 160.
37
3. Jenis-Jenis Murabahah
antara lain: 38
kepemilikan.
muka minimal sebesar 20% dari harga beli tanah plus bangunan,
38
Syafi’i Antonio, Op.Cit, h. 9-15
38
maksimal 2 tahun. Uang muka MKK ini sebesar 20% dari harga
dapat dibedakan menjadi dua, yang pertama yakni bagi pihak bank dan
c. Penolakan nasabah, barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah
39
Muhammad, Op. Cit, h. 47
40
Bagya Agung Prabowo, Aspek Hukum Pembiayaan Murabahah pada Perbankan
Syariah, (Yogyakarta: UII Press, 2012),h. 29
40
pihak yang melakukan transaksi jual beli, yaitu bank syariah sebagai
6. Bayar
1. Terima Barang
& dokumen
3. Beli barang
Keterangan:
tersebut meliputi jenis barang yang akan dibeli, kualitas barang, dan
harga jual.
akad jual beli ini, ditetapkan barang yang menjadi objek jual beli
3. Atas dasar akad yang dilaksanakan antara bank syariah dan nasabah,
syariah.
D. Pengertian Pembiayaan
1. Pembiayaan
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
41
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT. Raja Garfindo Persada,
2002), h. 96
42
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang
yang diberikan. Dana tersebut harus digunakan dengan benar, adil dan
harus disertai dengan ikatan dan syarat-syarat yang jelas, dan saling
42
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN,
2005), h. 17
43
Faturrahman Djamil, Op. Cit, h. 65.
44
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Prenadamedia Group: 2011), h. 106
45
Veithzal Rivai, Arvian Arifin, Islamic Baking: Sebuah Teori, Konsep, Dan Aplikasi
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), h.698
43
syariah pasal 1 poin 25, Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan
dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang di biayai
jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi
sebagai berikut:
46
Http://www.bi.go.id/UU No. 21 Tahun 2008.htm (10 Oktober 2017)
44
diantaranya. 48
produktifitas.
47
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Semarang: As-Syifa, 2008), h.
226
48
Muhammad, Op.Cit, h. 19-20
45
49
Ibid, h. 18
46
tindakan pembiayaan.
3) Pendayagunaan ekonomi
mixing antara sumber daya alam dengan sumber daya manusia serta
untuk:50
konvensional.
3. Jenis-Jenis Pembiayaan
50
Ibid, h. 17
51
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Op. Cit, h. 686.
47
1) Pembiayaan konsumtif
2) Pembiayaan produktif
4. Produk-Produk Pembiayaan
a. Produk Pembiayaan
1) Murabahah
52
Veithzal Rivai Dan Andria Permata Veithzal, Op.Cit, h. 9-10
53
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h.
82
48
oleh penjual dan pembeli dengan harga yang disepakati. Kedua belah
Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah
2) Salam
Sekilas transaksi ini mirip dengan jual beli ijon, namun dalam
bank, maka bank akan menjualnya kepada rekan nasabah itu sendiri
secara tunai atau secara cicilan. Harga jual yang ditetapkan oleh
3) Istishna
jelas seperti jenis, macam ukuran, mutu dan jumlah. Harga jual yang
4) Ijarah
barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau
5) Mudharabah
Akad kerja sama suatu usaha antara dua pihak, dimana pihak
6) Musyarakah
Adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
kontribusi dari bank yang bekerja sama dapat berupa dana, barang
uang.
b. Unsur-Unsur Pembiayaan
kehidupan tolong-menolong.
54
Veithzal Rivai Dan Arviyan Arifin, Op.Cit, h. 701-711
51
kepada mudharib.
c. Tujuan Pembiayaan
pembiayaan, yaitu:55
keuntungan yang diraih dari bagi hasil yang diperoleh dari usaha
yang dikelola bersama nasabah. oleh karena itu, bank hanya akan
55
Viethzal Riva’i, Islamic Financial Management (Jakarta: Raja Grafindo, 2012), h.5
52
1) Character
yang diberikan.57
56
Muhammad, Op. Cit, h. 60
57
Khotibul Umam, Perbankan Syariah Dasar-Dasar dan Dinamika Perkembangannya di
Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2016), Cet. 1,h. 215.
53
2) Capacity
3) Capital
cadangan.
58
Khotibul Umam, Ibid, h. 215
54
4) Collateral
diterimnya.59
5) Condition of economies
59
Ibid, h. 216
60
Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, Manajemen Perbankan, Teori dan Aplikasi,
(Yogyakarta: BBFE, 2002), h. 251-252.
55
E. Pembiayaan Bermasalah
1. Pengertian PembiayaanBermasalah
bagi perusahaan. Tujuan dari setiap pembiayaan yang diberikan oleh bank
a. Belum atau tidak mencapai target angsuran pokok maupun margin atau
yang bersangkutan;
61
Ibid, h.83
56
nilai agunan.
diragukan dan macet, atau yang dikategorikan nasabah kurang baik, cukup
baik, dan tidak baik.62 Salah satu penilaian tentang kualitas portofolio
Tabel 1.2
Penilaian kolektibilitas NPF di BTM Lampung
62
H. Veithzal Rivai, Commercial Bank Management: Manajemen Perbankan dari Teori
Ke Praktik (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 359
57
faktor-faktor intern bank, dan atau karena faktor-faktor ekstern bank dan
nasabah.
pembiayaan.
63
Faturraman Djamil, Op. Cit, h.72
58
mereka beroperasi.
tangani
lain
bencana alam
64
Khotibul Umam, Op. Cit, h. 208
59
lain: 65
jangka waktunya.
atau musyarakah
waktu menengah
65
Ibid, h. 209
60
perusahaan nasabah.
ketentuan:
d) Apabila hasil penjualan lebih kecil dari sisa utangnya, maka LKS
dapat membebaskannya. 67
66
Konsideran huruf b Fatwa DSN No. 47/DSN-UI/II/2005 tentang Penyelesaian Piutang
Murabahah Bagi Nasabah Tidak Mampu Membayar.
67
Khotibul Umam, Op. Cit, h. 210
61
yang dapat dipakai oleh para pihak untuk menyelesaikan sengketa yang
melalui:
1) Musyawarah
3) Mediasi Perbankan
68
Op. Cit. h. 247-249
69
Pasal 1 angka 4 PBI/2005
62
diselesaikan.
pengadilan. Jalur ini biasanya ditempuh saat proses non litigasi sudah
Ekonomi Syariah. 70
negara, lainnya dari pihak luar. Secara operasional kekuasaan itu sendiri
arbitrasi, apabila semua hal tersebut sudah dilakukan namun belum ada
70
Khotibul Umam, Op. Cid, h. 263
71
Lihat Pasal 2 UU No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan UU No. 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama
72
Khotibul Umam, Op.Cid, h. 317
64
F. Penelitian Terdahulu
sebagai bahan referensi dalam penelitian ini antara lain dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 1.3
Penelitian Terdahulu
adalah terletak pada setting penelitian, sumber data yang digunakan, dan
tujuan dari penelitian yang dilakukan. Penelitian ini dilakukan pada Lembaga
Keuangan Syariah atau Badan Usaha Miilik Negara (BUMN) dengan fokus
65