Anda di halaman 1dari 5

National Conference: Design and Application of Technology 2007

Optimasi Kondisi Operasi Pembuatan Bleaching Earth dari


Bentonite Pacitan
Ailen Tanjaya, Sudono, Nani Indraswati, Suryadi Ismadji
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Widya Mandala, Jl. Kalijudan 37, Surabaya
60114, Indonesia.
E-mail: suryadi@mail.wima.ac.id

ABSTRAK
Bentonit merupakan salah satu jenis adsorben yang sering digunakan pada proses bleaching
minyak kelapa sawit, untuk menyerap zat warna dan pengotor-pengotor dalam minyak. Kemampuan
bleaching dari bentonit dapat ditingkatkan dengan aktivasi asam untuk meningkatkan luas permukaan dan
memodifikasi struktur bentonit.
Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan kondisi optimum pembuatan bleaching earth dari
bentonite Pacitan dengan variasi jenis dan konsentrasi asam untuk memperoleh kemampuan bleaching
bentonit yang optimum. Kemampuan bleaching bentonit dievaluasi berdasarkan parameter % pengurangan
warna, kadar asam lemak bebas (Free Fatty Acid, FFA) dan bilangan peroksida (Peroxide Value, PV) pada
bleached palm oil.
Penelitian ini diawali dengan pengeringan dan penghancuran bentonit sehingga diperoleh ukuran
partikel yang seragam. Proses aktivasi bentonit dilakukan menggunakan asam sulfat (H2SO4) dan asam
klorida (HCl) dengan variasi konsentrasi 1-10 N. Bentonit yang telah diaktivasi dianalisa pH, kadar Si dan
Al, kemudian digunakan untuk proses bleaching degummed palm oil pada suhu 100oC selama 10 menit.
Bleached palm oil dianalisa warna (dengan lovibond tintometer), kadar FFA dan PV.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa bentonit Pacitan yang diaktivasi menggunakan HCl 5 N,
yang memiliki pH 4; kadar Si 27,583% dan kadar Al 6,312%, memberikan hasil bleaching yang optimum
dengan % pengurangan warna pada minyak 73,24%; kadar FFA 1,76% dan kadar PV 1,2976 meq H2O2/kg
minyak.

1. PENDAHULUAN
Saat ini sebagian besar masyarakat Indonesia memiliki kecenderungan untuk menggunakan minyak
goreng sebagai salah satu kebutuhan pokok, terutama minyak kelapa sawit, sehingga kualitas minyak harus
sangat diperhatikan. Kualitas minyak goreng berkaitan erat dengan perlakuan pemurnian yang dilakukan
pada saat pengolahan dari minyak mentah (crude oil) menjadi minyak goreng yang siap digunakan. Salah
satu tahap pemurnian minyak mentah (crude oil) adalah proses bleaching, pada proses bleaching
ditambahkan sejumlah adsorben yang dapat menyerap zat warna dan pengotor-pengotor dalam minyak.
Adsorben yang biasanya digunakan adalah bleaching earth yang mengadung senyawa aluminium silikat.
Bentonit merupakan clay yang dapat digunakan sebagai bleaching earth. Indonesia memiliki sumber
daya alam berupa clay bentonit yang salah satunya berada di daerah Pacitan Jawa Timur. Bentonit Pacitan ini
dapat digunakan sebagai bleaching earth karena mengandung senyawa Al yang akan mempengaruhi daya
pemucatan dari bentonit [1] dan senyawa Si yang akan menyerap kadar FFA, PV dan zat organik lainnya
yang bersifat polar [2]. Bentonit Pacitan yang merupakan salah satu sumber daya alam potensial diharapkan
dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagai bleaching earth pada proses bleaching di pabrik-pabrik minyak
khususnya di Jawa Timur. Kemampuan bleaching dari bentonit dapat ditingkatkan dengan adanya aktivasi
pada suasana asam karena aktivasi pada suasana asam akan memodifikasi struktur dan meningkatkan luas
permukaan bentonit [3].
Proses aktivasi bentonit Pacitan dilakukan dengan cara mencampur bentonit dengan sejumlah asam
dengan konsentrasi tertentu, semakin tinggi konsentrasi asam maka semakin tinggi pula intensitas warna
yang dihilangkan. Akan tetapi tingginya konsentrasi asam juga dapat meningkatkan kadar FFA dalam
minyak. Oleh karena itu permasalahan yang akan diteliti adalah jenis dan konsentrasi asam yang akan
memberikan % pengurangan warna yang paling besar serta kadar FFA dan PV yang paling rendah.
Keberhasilan bentonit Pacitan yang telah diaktivasi tersebut sebagai adsorben pada proses bleaching
National Conference: Design and Application of Technology 2007

degummed palm oil akan diukur berdasarkan % pengurangan warna, kadar kadar asam lemak bebas (Free
Fatty Acid, FFA) dan bilangan peroksida (Peroxide Value, PV) pada bleached palm oil.

2. TINJAUAN PUSTAKA
Bleaching earth berupa clay, yang dalam keadaan alami atau setelah aktivasi, mempunyai
kemampuan mengadsorbsi zat warna dan senyawa-senyawa lain yang tidak diinginkan dalam minyak pada
proses pengolahan edible oil untuk meningkatkan kualitas, rasa, bau dan kestabilan dari produk akhir yang
dihasilkan. Komponen utama dari bleaching earth adalah bentonit atau montmorillonites, yang terdiri dari
kristal aluminium silikat (SiO2, Al2O3), air terikat, logam alkali (kalsium oksida, CaO; magnesium oksida,
MgO) dan logam transisi lainnya (seperti besi oksida, Fe2O3) [4].
Daya pemucat pada bleaching earth disebabkan karena ion Al pada permukaan adsorben dapat
mengadsorbsi partikel zat warna. Aktivasi adsorben dengan asam mineral (misalnya HCl atau H2SO4) akan
meningkatkan daya pemucat karena asam mineral tersebut melarutkan atau bereaksi dengan komponen
berupa tar, garam Ca dan Mg yang menutupi pori-pori adsorben, sehingga luas permukaan adsorben menjadi
lebih besar [1]. Semakin banyak jumlah SiO2 pada adsorben, maka akan meningkatkan jumlah gugus Si-OH
(silanol) pada permukaan adsorben. Gugus silanol tersebut yang akan menyerap asam lemak bebas (Free
Fatty Acid, FFA), zat-zat organik dan zat-zat lain yang bersifat polar seperti senyawa peroksida [2].
Pada aktivasi menggunakan asam mula-mula terjadi pertukaran kation dari garam mineral (Ca+2 dan
Mg ) pada lapisan interlayer bentonit dengan ion H+ dari asam, kemudian diikuti dengan pelarutan ion Al+3
+2

dan ion logam lainnya seperti Fe+3 dari lapisan lattice bentonit. Akibat pelarutan ion Al+3, maka bentonit
menjadi bermuatan negatif sehingga meningkatkan kemampuan penyerapan dari acid activated clay. Selain
itu pelarutan ion yang terjadi pada saat aktivasi asam akan meningkatkan luas permukaan dari clay [3,5,6].

3. METODOLOGI PENELITIAN
Bentonit yang digunakan berasal dari Pacitan Jawa Timur. Bentonit dihancurkan, diayak hingga
diperoleh ukuran diameter partikel 60 mesh [5]. Bentonit memiliki pH = 4,8; %Si = 18,922% dan %Al =
3,259%. Aktivasi bentonit dengan asam dilakukan sesuai prosedur pada gambar 1. Percobaan dilakukan
dengan variasi jenis asam (H2SO4 dan HCl) dengan konsentrasi 1-10 N.
Crude palm oil diperoleh dari PT. Bintang Era Sinar Tama Surabaya. Dilakukan proses degumming
dengan cara dipanaskan pada suhu 90oC, ditambahkan asam fosfat sebanyak 0,2% berat minyak sambil
diaduk selama 30 menit kemudian disaring [7]. Filtrat yang diperoleh merupakan degummed palm oil dengan
karakteristik total warna = 225; %FFA = 3,79%; PV = 5,9317 meq H2O2/kg minyak. Selanjutnya dilakukan
proses bleaching degummed palm oil dilakukan sesuai prosedur pada gambar 2.

Bentonit Degummed Palm Oil

Dicampur dengan asam


(1g : 10mL) Dipanaskan (100oC)

Dipanaskan (2jam, 70oC) Dimasukkan bentonit yang telah


diaktivasi (3% berat minyak)

Disaring, dicuci dengan air


hingga pH > 3
Campuran dipanaskan 100oC,
10 menit

Dikeringkan (105oC, sampai


berat konstan)
Disaring dengan vakum

Dihancurkan dan diayak (100 mesh)


Filtrat bleached palm oil dianalisa
warna, kadar FFA dan PV
Dianalisa pH, kadar Si dan Al

Gambar 1. Prosedur aktivasi bentonit Gambar 2. Prosedur bleaching


National Conference: Design and Application of Technology 2007

Warna minyak dianalisa menggunakan lovibond tintometer 1 in cells, dinyatakan sebagai grade
warna merah dan kuning, selanjutnya total warna dihitung menggunakan persamaan Krisnan [5]. Analisa
kadar asam lemak bebas (FFA) dengan cara titrasi menggunakan kalium hidroksida, sedangkan bilangan
peroksida (PV) dianalisa dengan cara titrasi menggunakan natrium thiosulfat [4]. Kadar Si dan Al pada
bentonit dianalisa menggunakan ICPS (Inductively Coupled Plasma Spectrophotometer) ALR Vision 3410,
sedangkan pH pada bentonit dianalisa menggunakan metode pada ASTM D 1208-96, 2002 [8].

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Dari percobaan aktivasi bentonit Pacitan dengan variasi jenis dan konsentrasi asam diperoleh
bentonit dengan karakteristik yang dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. pH, kadar Si dan Al pada bentonit untuk berbagai variasi jenis bentonit, jenis dan konsentrasi asam
Kons. Kadar
Jenis
Jenis Bentonit Asam pH Si Al
Asam
(N) (%) (%)
Bentonit Pacitan
- - 4,80 18,922 3,259
tanpa Aktivasi
1 4,44 23,541 5,068
2,5 4,35 24,926 5,287
HCl 5 4,16 27,583 6,312
7,5 3,86 26,372 5,885
Bentonit Pacitan 10 3,24 26,106 5,401
dengan Aktivasi 1 4,37 22,213 4,335
2,5 4,24 22,849 3,985
H2SO4 5 4,00 25,838 3,914
7,5 3,59 24,667 3,443
10 3,12 24,374 3,289

Dari data hasil penelitian proses bleaching dengan variasi jenis dan konsentrasi asam yang
digunakan untuk aktivasi bentonit Pacitan, dapat digambarkan grafik hubungan antara % pengurangan warna,
kadar FFA dan PV pada bleached palm oil seperti terlihat pada gambar 3, 4 dan 5.

80
HCl
70
H2SO4
% Pengurangan Warna

60
Bleached Palm Oil

50
40
30
20
10
0
0 2,5 5 7,5 10
Konsentrasi Asam (N)

Gambar 3. Hubungan antara % pengurangan warna bleached palm oil dengan konsentrasi asam yang
digunakan untuk aktivasi bentonit Pacitan

Gambar 3, 4 dan 5 menunjukkan bahwa bentonit yang diaktivasi dengan asam, baik HCl maupun
H2SO4 mempunyai kemampuan untuk meningkatkan % pengurangan warna, kadar FFA dan PV lebih banyak
dari pada bentonit yang tidak diaktivasi. Semakin tinggi % pengurangan warna pada bleached palm oil
menandakan bahwa warna yang diserap oleh bentonit semakin banyak. Semakin tinggi konsentrasi asam
yang digunakan untuk aktivasi bentonit Pacitan, dalam kisaran 1-5 N untuk HCl dan 1 N untuk H2SO4, maka
semakin banyak pula warna yang diserap oleh bentonit. Hal ini disebabkan karena pada aktivasi
menggunakan asam terjadi pertukaran ion-ion dari clay dengan ion H+ dari asam yang akan meningkatkan
luas permukaan clay, sehingga kemampuan penyerapan dari acid activated clay semakin meningkat [3,5,6].
National Conference: Design and Application of Technology 2007

Namun setelah mencapai kemampuan penyerapan warna maksimal pada konsentrasi HCl 5 N dan
konsentrasi H2SO4 1 N, peningkatan konsentrasi asam lebih lanjut menyebabkan penurunan kemampuan
penyerapan warna. Hal ini disebabkan semakin tinggi konsentrasi asam, ion H+ yang ditukarkan ke lapisan
interlayer dan lapisan lattice bentonit semakin banyak, sehingga semakin banyak pula ion Al+3 yang larut.
Hal ini berakibat pada rusaknya struktur lattice dari bentonit, yang berdampak pada turunnya luas permukaan
dan kemampuan penyerapan dari bentonit [3,5].
Semakin tinggi konsentrasi asam yang digunakan untuk aktivasi bentonit Pacitan, dalam kisaran 1-5
N untuk HCl dan 1 N untuk H2SO4, kadar Al semakin meningkat kemudian menurun pada konsentrasi HCl
>5N dan H2SO4 >1 N (tabel 1). Penurunan kadar Al tersebut seiring dengan semakin menurunnya persentase
pengurangan warna, begitu pula sebaliknya. Hal ini sesuai dengan pernyataan G.E. Christidis dkk. [8], bahwa
kemampuan penyerapan pada clay bentonit disebabkan oleh adanya Al pada lapisan tetrahedral.

3,5

3,0
% FFA Bleached Palm Oil

2,5

2,0

1,5
H2SO4
1,0 HCl
0,5

0,0
0 2,5 5 7,5 10
Konsentrasi Asam (N)

Gambar 4. Hubungan antara % FFA bleached palm oil dengan konsentrasi asam yang digunakan untuk
aktivasi bentonit Pacitan

Selama proses bleaching dapat terjadi reaksi hidrolisis minyak dengan katalis asam yang
mengakibatkan meningkatnya kadar FFA minyak. Tingkat hidrolisis yang terjadi selama proses bleaching
tergantung pada keasaman bleaching clays yang digunakan. Penggunaan clay yang diaktivasi dengan asam
akan mempercepat proses hidrolisis minyak, sehingga minyak terurai menjadi FFA [9]. Tabel 1 menunjukkan
semakin tinggi konsentrasi asam yang digunakan untuk aktivasi maka pH bentonit semakin rendah. Semakin
tinggi konsentrasi asam yang digunakan untuk aktivasi bentonit, dalam kisaran 1-5 N untuk HCl maupun
H2SO4, kadar senyawa Si semakin meningkat kemudian menurun pada konsentrasi asam >5-10 N (tabel 1).
Gambar 4 menunjukkan pada konsentrasi asam 1-5 N, baik HCl maupun H2SO4, kadar FFA dalam
minyak makin kecil, yang berarti kemampuan bentonit untuk menurunkan kadar FFA meningkat. Hal ini
disebabkan pada kisaran konsentrasi asam 1-5 N, kadar Si dan luas permukaan pori bentonit meningkat.
Akibatnya jumlah FFA yang teradsorpsi meningkat dan lebih besar dibandingkan FFA yang terbentuk dari
reaksi hidrolisis minyak. Sedangkan pada konsentrasi asam >5-10 N, pH bentonit semakin asam, kadar Si
dan luas permukaan pori bentonit menurun, sehingga FFA yang teradsorpsi berkurang. Dengan semakin
asamnya pH bentonit, juga ada kemungkinan reaksi hidrolisis minyak menghasilkan jumlah FFA lebih
banyak dibandingkan FFA yang teradsorpsi. Oleh karena itu pada kisaran konsentrasi asam >5-10 N kadar
FFA minyak semakin meningkat.
Kemampuan bentonit untuk menyerap FFA dan PV dalam bleached palm oil disebabkan oleh
adanya gugus silanol (Si-O-H) yang merupakan gugus reaktif pada bentonit, yang terbentuk dari senyawa
SiO2 dalam bentonit pada saat aktivasi asam. Gugus silanol tersebut selain dapat mengadsorp FFA juga dapat
mengadsorp komponen-komponen organik seperti senyawa-senyawa peroksida [2].
Dari gambar 5 dapat dilihat, pada konsentrasi asam 1-5 N, baik HCl maupun H2SO4, kemampuan
bentonit untuk menurunkan kadar PV meningkat. Hal ini disebabkan kadar Si dan luas permukaan pori
bentonit meningkat. Akibatnya kemampuan bentonit untuk menyerap PV meningkat. Sedangkan pada
konsentrasi asam >5-10 N, kadar Si dan luas permukaan pori bentonit untuk menyerap PV menurun.
Akibatnya kemampuan bentonit untuk menyerap PV menurun. Oleh karena itu pada kisaran konsentrasi asam
>5-10 N kadar PV minyak mengalami sedikit peningkatan.
Semakin tinggi kadar senyawa Si dalam bentonit, semakin banyak pula gugus reaktif silanol (Si-O-
H) yang dapat terbentuk pada saat aktivasi asam, sehingga kadar FFA dan PV dalam bleached palm oil
semakin menurun begitu pula sebaliknya.
National Conference: Design and Application of Technology 2007

5
4,5 H2SO4

PV (meq H2O2 /kg minyak)


4 HCl

Bleached Palm Oil


3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
0 2,5 5 7,5 10
Konsentrasi Asam (N)

Gambar 5. Hubungan antara PV bleached palm oil dengan konsentrasi asam yang digunakan untuk aktivasi
bentonit Pacitan

5. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan aktivasi asam pada bentonit Pacitan untuk bleaching degummed palm oil
(Total warna = 225; %FFA = 3,79%; PV = 5,9317 meq H2O2/kg minyak) pada kisaran variabel yang diteliti
dapat disimpulkan bahwa :
• Semakin tinggi konsentrasi asam dalam kisaran 1-5 N untuk HCl dan 1 N untuk H2SO4, kadar Al
semakin meningkat kemudian menurun pada konsentrasi HCl >5N dan H2SO4 >1 N.
• Semakin tinggi konsentrasi HCl maupun H2SO4 dalam kisaran 1-5 N, kadar Si semakin meningkat
kemudian menurun pada konsentrasi asam >5-10 N.
• Semakin tinggi konsentrasi HCl maupun H2SO4, pH bentonit semakin asam.
• Bentonit Pacitan yang diaktivasi menggunakan HCl 5 N, yang memiliki pH 4; kadar Si 27,583%
dan kadar Al 6,312%, memberikan hasil bleaching yang optimum dengan % pengurangan warna
pada minyak 73,24%; kadar FFA 1,76% dan kadar PV 1,2976 meq H2O2/kg minyak.

6. UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih disampaikan kepada :
• TPSPD (Technological and Professional Skills Development Sector Project) batch IV tahun 2006 yang
telah memberikan dana untuk penelitian ini.
• PT. Bintang Era Sinar Tama (BEST) Surabaya dan PT. Mitra Buana Perkasa atas kerja samanya masing-
masing dengan menyediakan crude palm oil dan bentonit Pacitan untuk penelitian ini.

7. REFERENSI
[1] Ketaren, S., 1986, ”Minyak dan Lemak Pangan”, edisi pertama, Universitas Indonesia, Jakarta, hal. 3-11, 17-34, 191-
216, 250-255.
[2] Yang T.R., 2003, “Adsorbents Fundamentals and Applications”, John Wiley and Sons Inc., USA, hal. 134-138.
[3] F.K. Hymore, 1996, “Effects of Some Additives on The Performance of Acid-Activated Clays in Bleaching of Palm
Oil”, Applied Clay Science, 10, hal. 379-385.
[4] W.T. Tsai, H.P. Chen, M.F. Hsieh, H.F. Sun, S.F. Chien, 2002, “Regeneration of Spent Bleaching Earth by Pyrolysis
in a Rotary Furnace”, Journal of Analytical and Applied Pyrolisis, 63, hal. 157-170.
[5] Anthony O. Oboh., Ogugua C. Aworh., 1988, “Laboratory Trials on Bleaching Palm Oil with Selected Acid
Activated Nigerian Clays”, Food Chemistry, 27, hal. 311-317.
[6] G.E. Christidis, P.W. Scott, A.C. Dunham, 1997, “Acid Activation and Bleaching Capacity of Bentonites from The
Islands of Milos and Chios, Aegean, Greece”, Applied Clay Science, 12, hal. 329-347.
[7] M. Rossi, M. Gianazza, C. Alamprese, F. Stanga, 2003, “The Role of Bleaching Clays and Synthetic Silica in Palm
Oil Physical Refining”, Food Chemistry, 82, hal. 291-296.
[8] ASTM D 1208-96, 2002, “Standard Test Method for Common Properties of Certain Pigments”.
[9] Omar S., Gisgis B., Taha F., 2003, “Carbonaceous Material from Hull for Bleaching of Vegetable Oils”, Food
Research International, 36, hal. 11-17.

Anda mungkin juga menyukai