Anda di halaman 1dari 18

Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Lingkungan

Tempat-Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan Berbasis Web


di Dinas Kesehatan Kota Bogor

Shindry Rihayaty1, Artha Prabawa2

1. Departemen Biostatistika dan Kependudukan, FKM UI, Depok 16424, Indonesia


2. Departemen Biostatistika dan Kependudukan, FKM UI, Depok 16424, Indonesia

shindry.rihayaty@ui.ac.id

Abstrak

Penelitian Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Lingkungan Tempat-Tempat Umum


dan Tempat Pengelolaan Makanan Berbasis Web di Dinas Kesehatan Kota Bogor membahas
tentang rancang bangun sistem informasi kesehatan berbasis web untuk pencatatan dan
pelaporan program kesehatan lingkungan tempat umum dan tempat pengelolaan makanan di
Dinas Kesehatan Kota Bogor. Permasalahan penelitian ini yaitu, terlalu banyak proses
penyalinan data pada pencatatan dan pelaporan Kesling TTU & TPM, kesulitan melacak dan
membandingkan data kesehatan lingkungan TTU & TPM ketika volume data meningkat dari
tahun ke tahun, dan pengolahan data TTU & TPM dari bentuk angka menjadi bentuk yang
mudah dipahami seperti grafik, membutuhkan waktu yang lama. Tujuan penelitian adalah
membuat formulir digital untuk menguji keabsahan data pembinaan tempat umum dan tempat
pengelolaan makanan yang dilaporkan oleh Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kota Bogor,
membuat pangkalan data kesehatan lingkungan tempat umum dan tempat pengelolaan
makanan, dan menyajikan informasi tempat umum dan tempat pengelolaan makanan dalam
bentuk visual. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan iterative and incremental
development. Terdapat empat tahap yang terdiri dari tahap awal, tahap perluasan, tahap
konstruksi, dan tahap transisi. Hasil evaluasi pengembangan sistem dengan pendekatan
PIECES menunjukan terjadi peningkatan dalam hal kinerja, kualitas informasi, pengendalian,
efisiensi, dan pelayanan. Hasil penelitian menyarankan agar Dinas Kesehatan Kota Bogor
membuat ketentuan, peraturan, dan perbaikan bisnis proses pada sistem pencatatan dan
pelaporan sehingga implementasi teknologi dapat berlangsung secara konsisten dan
berkesinambungan.

Web-based Information System Development of Environmental Health of Public Places


and Food Management in Bogor City Health Department

Abstract

The Web-based Information System Development of Environmental Health of Public Places


and Food Management in Bogor City Health Department study discusses the design of web-
based health information system for recording and reporting of environmental public health
programs and food management in Bogor City Health Department. The research problem are
too much copying process of recording and reporting data on Kesling TTU & TPM, difficulty
track and compare health data environment TTU & TPM when the volume of data increases
from year to year, and data processing TTU and TPM of the form of numbers into a graph
take a long time. The purpose of the research is to create a digital formulir in order to test the

1  
 
Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
validity of reported public places and food management data from Puskesmas to the Bogor
City Health Department, a database of public places and food management environmental
health, and present an information of the public places and food management place in the
form of visual management. The method used is iterative and incremental development
approach. There are four stages which consist of the inception phase, elaboration phase,
construction phase, and transition phase. The results of the evaluation of the system
development using PIECES approach showed an increase in terms of performance, quality of
information, control, efficiency, and service. The results of the study suggest the Bogor City
Health Department need to makes provision, regulation, and improvement a business process
system on recording and reporting system so that the implementation of technology that can
take place consistently and continuously.

Keywords: information system, environmental health, iterative and incremental development

1. Pendahuluan

Menurut Henrik L. Blum, ada 4 faktor yang mempengaruhi status kesehatan manusia,
diantaranya adalah faktor lingkungan, disamping faktor pelayanan kesehatan, perilaku, dan
genetik (Blum, 1974). Dengan demikian apabila terjadi perubahan lingkungan, maka akan
terjadi pula perubahan kondisi kesehatan lingkungan dan kesehatan masyarakat. Pengelolaan
lingkungan yang tepat adalah kunci untuk menghindari seperempat dari semua penyakit yang
dapat dicegah secara langsung yang disebabkan oleh faktor lingkungan. Mencegah risiko
lingkungan dapat mencegah kematian sebanyak tiga belas juta kematian, empat juta jiwa
diantaranya anak-anak berusia kurang dari 15 tahun, terutama dari negara-negara
berkembang. (WHO, 2013). Maka melalui upaya program kesehatan lingkungan dapat
meningkatkan dukungan pada kesehatan berbasis masyarakat.
Saat ini penyakit berbasis lingkungan masih menjadi permasalahan kesehatan
masyarakat di Indonesia. ISPA dan diare yang merupakan penyakit berbasis lingkungan selalu
masuk dalam 10 besar penyakit di hampir seluruh Puskesmas di Indonesia, selain Malaria,
Demam Berdarah Dengue (DBD), Filariasis, TB Paru, Cacingan, Penyakit Kulit, Keracunan
dan Keluhan akibat Lingkungan Kerja yang buruk. (Ditjen PPPL Kemenkes, 2012). Begitu
pula di Kota Bogor, ISPA memiliki presentase tertinggi yaitu sekitar 35% dari sepuluh
penyakit utama.
Angka pertumbuhan penduduk Kota Bogor mencapai 2,79% dengan kepadatan
penduduk Kota Bogor mencapai 950.334 jiwa/Km2 dengan kepadatan tertinggi di Kecamatan
Bogor Tengah mencapai 12.172,63 jiwa/Km2. Kecamatan Bogor Tengah merupakan
kecamatan terpadat sehingga mempunyai potensi untuk penularan penyakit. Seperti kasus
demam berdarah, pnemonia, dan TBC (Dinkes Bogor, 2011). Kota Bogor memiliki peran

2  
 
Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
penting bagi kemajuan pembangunan Indonesia. Kota Bogor merupakan salah satu daerah
yang memiliki potensi pengembangan pariwisata, baik di tingkat lokal, regional, nasional,
maupun internasional (Bedi, 2013). Kota Bogor menjadi alternatif banyak orang untuk
mencari tempat tinggal dan telah menjadi kota yang cukup berkembang terutama di bidang
properti dan kuliner (Kompasiana, 2013). Peningkatan mutu lingkungan di Kota Bogor sangat
berpengaruh terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan pembangunan Indonesia
memerlukan kerjasama yang erat antara berbagai sektor.
Dinas Kesehatan melalui kegiatan pemantauan oleh Seksi Kesehatan Lingkungan harus
dapat memberikan kontribusi dalam rangka meningkatkan kerjasama lintas sektoral yang
dapat membantu meningkatkan gerakan masyarakat dalam pembangunan kesehatan
lingkungan tempat-tempat umum dan tempat pengolahan makanan. Pemantauan dalam bidang
kesehatan yaitu serangkaian proses yang sistematik dan berkesinambungan dalam
pengumpulan analisa dan intepretasi data kesehatan dalam upaya menguraikan dan memantau
suatu peristiwa kesehatan berdasarkan karakteristik kunci (indikator). Program kesehatan
lingkungan memiliki indikator dasar minimal yang telah ditetapkan Ditjen PP & PL
Kementrian Kesehatan RI. (Ditjen PL Depkes, 2013). Indikator kesehatan lingkungan
diantaranya terdapat indikator yang termasuk pada MDGs nomor 7 (target 7c) dan Renstra
Pemerintah melalui Perpres No. 5 Tahun 2010 tentang RPJM Nasional 2010-2014 (Ditjen PL
Depkes, 2013). Sehingga untuk melakukan suatu perbandingan atau pengamatan antara situasi
kesehatan lingkungan tempat-tempat umum dan tempat pengolahan makanan yang diinginkan
atau diharapkan dengan situasi sebenarnya yang sedang terjadi, harus merujuk pada data
kesehatan lingkungan tempat-tempat umum dan tempat pengolahan makanan yang utuh dan
kebutuhan indikator yang sesuai standar tersebut. (Pusdatin, 1996). Ketersediaan dan kualitas
data kesehatan lingkungan tempat-tempat umum dan tempat pengolahan makanan dapat
diperoleh dari pencatatan dan pelaporan data kesehatan lingkungan rutin. Saat ini Dinas
Kesehatan Kota Bogor tidak dapat melakukan pemantauan yang ditindaklanjuti dengan
pelaksanaan intervensi karena data yang tersedia tidak dianalisis secara rutin.
Penelitian internasional menyatakan bahwa aplikasi terkomputerisasi dapat memberikan
dukungan teknis yang dapat membantu upaya kesehatan lingkungan. Penelitian Thies dan
Stanoevska-Slabeva menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kualitas informasi pada sistem
informasi pelaporan kesehatan lingkungan dengan pendekatan KMS (Knowlegde
Management System). (Thies, 2013). Penelitian yang berjudul Information System for
Environmental Monitoring yang dilakukan oleh Finnseth dan tiga peneliti lainnya membahas
tentang pengembangan gudang penyimpanan data untuk peningkatan pemanggilan, proses,

3  
 
Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
analisa, dan penyajian data dalam pemantauan kesehatan lingkungan. (Finnseth, 2004). Shim
melalui penelitian tentang Sistem Informasi Pelaporan Bencana dan Transmisi Informasi
Bencana dapat menjelaskan bahwa pemanfaatan teknologi smart phone dapat membantu
pengambilan keputusan dan manajemen bencana. (Shim, 2011). Bingshan dan dua peneliti
lainnya membahas tentang Sistem Informasi Lingkungan yang dikembangkan dengan
pendekatan Knowledge Management System dapat membantu dalam pengambilan keputusan
untuk mendukung pembangunan kesehatan lingkungan di Wetland yang berkelanjutan.
(Bingshan, 2010). Steinke menyatakan bahwa sistem informasi kesehatan lingkungan
merupakan salah satu sistem yang memuat informasi dari berbagai sumber. Pengembangan
sistem dengan pendekatan Knowledge-Based dapat menjamin keamanan terhadap akses data
lingkungan pada database sistem tersebut. (Steinke, 1990). Miyamoto mengembangkan
Sistem Informasi Lingkungan dengan pendekatan Basis Data Terdistribusi untuk mendukung
diseminasi informasi kesehatan lingkungan secara efisien antara berbagai departemen.
(Miyamoto, 1999). Di Indonesia sendiri, dukungan teknis untuk pencatatan dan pelaporan
data kesehatan lingkungan tempat-tempat umum dan tempat pengolahan makanan juga dapat
dilakukan melalui pengembangan sistem informasi, yang sekaligus menguatkan komponen
utama SIK, yaitu pengembangan SIK, sesuai Roadmap Rencana Aksi Penguatan Sistem
Informasi Kesehatan tahun 2011-2014 (Kemenkes RI, 2012) dan komponen information
service avalaibility and quality (WHO, 2005).
Permasalahan yang terdapat di Seksi Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota
Bogor diantaranya terlalu banyak proses penyalinan data pada pencatatan dan pelaporan
Kesling TTU & TPM, kesulitan melacak dan membandingkan data kesehatan lingkungan
TTU & TPM ketika volume data meningkat dari tahun ke tahun, dan pengolahan data TTU
& TPM dari bentuk angka menjadi bentuk yang mudah dipahami seperti grafik,
membutuhkan waktu yang lama. Peningkatan kualitas program kesehatan lingkungan dapat
dilakukan melalui pengembangan sistem informasi kesehatan lingkungan tempat-tempat
umum dan tempat pengolahan makanan berbasis web. Sistem dibangun di atas infrastruktur
teknologi internet dan data kesehatan lingkungan tempat-tempat umum dan tempat
pengelolaan makanan ditempatkan dalam pangkalan data komperhensif untuk
menghubungkan proses pencatatan dan pelaporan antara staf kesehatan lingkungan
Puskesmas dengan pemegang program TTU/TPM DKK dari lokasi yang terpisah.

4  
 
Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
2. Tinjauan Teoritis

Bab ini membahas tentang teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tentang
kesehatan lingkungan tempat-tempat umum dan tempat pengolahan makanan, pengembangan
sistem informasi, dan UML.
2.1 Kesehatan Lingkungan Tempat-Tempat Umum dan Tempat Pengolahan Makanan
(Kesling TTU dan TPM)
Menurut (Depkes RI, 2004), tempat umum adalah suatu bangunan atau tempat yang
dipergunakan untuk sarana pelayanan umum seperti: hotel, terminal, pasar, rumah sakit,
pertokoan, depot air minum isi ulang, bioskop, tempat wisata, kolam renang, tempat
ibadah,restoran. Tempat umum yang memenuhi syarat: terpenuhinya sanitasi dasar (seperti
air, jamban, limbah, sampah), terlaksananya pengendalian vektor, pencahayaan dan ventilasi
sesuai dengan kriteria standar kesehatan. Tempat pengolahan makanan (TPM) merupakan
suatu bangunan yang dipergunakan untuk mengelola makanan oleh masyarakat umum seperti:
pengrajin makanan, jasaboga, pembuat kue, dll. TPM yang memenuhi syarat: terpenuhinya
sanitasi dasar (seperti:air, jamban, limbah, sampah), terlaksananya pengendalian vektor,
higiene sanitasi makanan minuman, pencahayaan, & ventilasi sesuai dengan criteria standar
kesehatan.
Indikator adalah variabel yang dipergunakan sebagai alat ukur untuk mengevaluasi
keadaan atau status dan memungkinkan dilakukannya pengukuran terhadap perubahan yang
terjadi dari waktu ke waktu (Siswanto, 2003). Dinas Kesehatan Kota Bogor menggunakan
indikator dasar cakupan minimal program kesehatan lingkungan pengawasan TTU dan TPM
sebagai berikut.
1. Cakupan Pengawasan Kinerja Program TTU, yaitu persentase jumlah TTU yang
diperiksa di wilayah kerja Puskesmas pada kurun waktu satu tahun. Perhitungan persentase
menggunakan rumus,
!"#$%ℎ  !!"  !"#$%"&'(  
!"#$  !"!  !"  !"#$%$ℎ  !"#$%  !"#$%#&'#  
!"#$%"&  !"!"#$#%#!  !!" =   !"#"$  !"#"$  !"#$%  !"#$  !"ℎ!"  !  100%
!"#$%ℎ  !!"  !"#$  !"!  
!"  !"#$%$ℎ  !"#$%  !"#$%#!"#
 !"#"$  !"#"$  !"#$%  !"#$  !"ℎ!"

2. Cakupan Pengawasan Kinerja Program TPM, yaitu persentase jumlah TPM yang
diperiksa di wilayah kerja Puskesmas pada kurun waktu satu tahun. Perhitungan persentase
menggunakan rumus,
!"#$%ℎ  !"#  !"#$%"&'(  
!"#$  !"!  !"  !"#$%$ℎ  !"#$%  !"#$%#&'#  
!"#$%"&  !"#$%&%'%#  !"# =   !"#"$  !"#"$  !"#$%  !"#$  !"ℎ!"  !  100%
!"#$%ℎ  !"#  !"#$  !"!  
!"  !"#$%$ℎ  !"!"#  !"#$%#&'#
 !"#"$  !"#"$  !"#$%  !"#$  !"ℎ!"

5  
 
Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
2.2 Sistem Informasi Kesehatan
Konsep sistem informasi kesehatan menurut (WHO, 2005) yaitu upaya terpadu untuk
mengumpulkan, proses, melaporkan dan menggunakan informasi kesehatan & pengetahuan
untuk mempengaruhi pembuatan kebijakan kesehatan, tindakan program & penelitian. Tujuan
utama sistem informasi kesehatan adalah untuk menghasilkan informasi untuk mengambil
tindakan di bidang kesehatan. Kinerja sistem harus diukur berdasarkan kualitas data yang
dihasilkan dan penggunaan data tersebut untuk meningkatkan kesehatan & status kesehatan.
Komponen dan standar Sistem Informasi Kesehatan yang ditetapkan WHO
disesuaikan dengan situasi dan masalah SIK di Indonesia, yaitu: 1. Pengelolaan SIK, 2.
Indikator, 3. Sumber Data, 4. Manajemen Data, 5. Sumber Daya SIK, 6. Pengembangan SIK,
7. Pemanfaatan dan Diseminasi. (Kemenkes RI, 2012). Pada tahun 2012, Kementrian
Kesehatan RI mempublikasikan “Roadmap Rencana Aksi Penguatan Sistem Informasi
Kesehatan tahun 2011-2014”, yang berisi upaya-upaya penguatan SIK dan pemanfaatan TIK
supaya lebih optimal dan terkoordinasi. Grand Design tahapan pelaksanaan Roadmap
Penguatan SIK 2011-2014 terdapat pada Gambar

Gambar 2.1 Tahapan Pelaksanaan Roadmap Penguatan SIK

2.3 Metode Iterative and Incremental Development


Menurut (Larman, 2004), Iterative and Incremental Development memiliki ciri utama
menggunakan use-case dan pendekatan iteratif. Siklus hidup iteratif berbasis pada
pembesaran berturut-turut dan perbaikan sistem melalui beberapa iterasi, dengan umpan balik
siklik dan adaptasi sebagai penggerak utama untuk berkumpul pada sebuah sistem akhir yang
sesuai. Sistem tumbuh secara bertahap seiring waktu, iterasi demi iterasi, dan dengan
demikian pendekatan ini juga dikenal sebagai pengembangan berulang-ulang dan tambahan
(iterative and incremental development). (lihat Gambar 2.2). Umpan balik dan adaptasi

6  
 
Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
menyusun perkembangan spesifikasi dan desain, siklus ini juga dikenal sebagai iterative and
evolutionary development.
Requirement Requirement
  Feedback from iteration N
Design Design leads to refinement and
Implementation & Implementation & adaptation from
Test & Integration & Time Test & Integration & requirements and design
More Design More Design in iteration N+1
Final Integration & Final Integration &
System Test System Test

3 weeks (for example)    


Iterations are fixed in The system grows
length, or timeboxed. incrementally

Sumber : (Larman, 2004)

Gambar 2.2 Iterative and Incremental Development

Melalui Gambar 2.3 dapat dilihat pengembangan sistem dengan menggunakan metode
Iterative and Incremental Development secara dua dimensi.
1. Dimensi pertama digambarkan secara horizontal. Dimensi ini mewakili aspek-aspek
dinamis dari pengembangan perangkat lunak yang dijabarkan dalam tahapan
pengembangan atau fase, terdiri atas Inception, Elaboration, Construction, dan
Transition.
a. Insepsi (Inception), menentukan ruang lingkup, visi, dan business case. Awal fase ini
mirip dengan studi kelayakan (feasibility study) untuk memutuskan apakah proyek
dapat dilanjutkan ke penyelidikan lebih serius pada fase elaborasi atau tidak.
b. Elaborasi (Elaboration), menganalisa berbagai persyaratan dan resiko, menetapkan
base line, dan merencanakan fase berikutnya yaitu konstruksi.
c. Konstruksi (Construction), melakukan sederetan iterasi. Pada setiap iterasi akan
melibatkan proses analisis, desain, implementasi, dan testing. Maksud implementasi
tersebut adalah programming dan membangun sistem, bukan deploying sistem.
d. Transisi (Transition), melakukan instalasi dan deployment, membuat dokumentasi
seperti training atau panduan pengguna, dan membuat rencana peluncuran produk ke
komunitas pengguna.
Setiap fase dapat terdiri dari satu atau beberapa iterasi. Iterasi awal secara alami
cenderung untuk menerapkan penekanan yang relatif lebih besar untuk requirement
(kebutuhan sistem) dan perancangan. Selama satu iterasi dapat berlangsung sebagian atau
semua disiplin UP.

7  
 
Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
2. Dimensi kedua digambarkan secara vertikal. Dimensi ini mewakili aspek-aspek statis
dari proses pengembangan perangkat lunak yang dikelompokkan ke dalam beberapa
disiplin. Disiplin untuk pendekatan secara ringkas, hanya terdiri dari Business Modeling,
Requirement, Analysis and Design, Implementation (lihat Gambar 2.3). Disiplin untuk
RUP secara lengkap terdiri dari Business Modeling, Requirement, Analysis and Design,
Implementation, Test, Deployment, Configuration dan Change Management, Project
Management, Environment.

Sumber : (Larman, 2004)

Gambar 2.3 Tahapan Metode Iterative and Incremental Development

3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan metode iterative incremental. Terdapat empat tahap
yang terdiri dari tahap awal (inception phase), tahap perluasan (elaboration phase), tahap
konstruksi (construction phase), dan tahap transisi (transition phase).
Alur penelitian terdiri dari tahapan insepsi yang meliputi kegiatan untuk memahami
sistem pencatatan dan pelaporan Kesehatan Lingkungan TTU dan TPM dan memahami
kepentingan pembuatan perangkat lunak untuk mengatasi permasalah kesehatan masyarakat
di bidang Kesehatan Lingkungan. Tahapan selanjutnya adalah tahap elaborasi yang meliputi
perancangan perangkat lunak yang dapat mengatasi permasalah pencatatan dan pelaporan
Kesehatan Lingkungan TTU dan TPM di Dinas Kesehatan Kota Bogor. Tahap konstruksi
adalah mengembangkan perangkat lunak sesuai dengan kebutuhan pemecahan masalah
pencatatan dan pelaporan Kesehatan Lingkungan. Tahap transisi adalah tahap untuk
melakukan sosialisasi perangkat lunak kepada Petugas Kesehatan Lingkungan di Dinas
Kesehatan Kota Bogor dan Petugas Kesehatan Lingkungan di Puskesmas sebagai pengguna
akhir.

8  
 
Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
4. Hasil Penelitian

Menurut (John, 1979), pengembangan sistem yang baru diharapkan dapat membuat
peningkatan yang berhubungan dengan PIECES. Hasil peningkatan sistem setelah
pengembangan Siskesling dievaluasi berdasarkan PIECES yang diuraikan pada Tabel 4.1

Tabel 4.1. Hasil Evaluasi Pengembangan Siskesling

SISTEM LAMA SISKESLING


Performance (kinerja) Throughput : pelaporan data Kesling Throughput : data TTU dan TPM hasil
Kinerja diukur dari TTU dan TPM dari dua puluh empat pencatatan di dua puluh empat
throughput dan respon Puskesmas tidak pada waktu yang Puskesmas dapat dikirim secara
time. Throughput : bersamaan bersamaan
jumlah pekerjaan yang
dapat dilakukan pada Respon time : terdapat rentang waktu Respon time : hasil pencatatan TTU dan
suatu saat tertentu. tertunda pada pengiriman laporan TPM dari Puskesmas dapat langsung
Respon time : Rata-rata TTU dan TPM hasil pencatatan dari terkirim ke Dinas Kesehatan Kota
waktu tertunda di antara Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kota Bogor
dua transaksi Bogor
Information (informasi)
Aksesibilitas Akses informasi TTU dan TPM Akses informasi TTU dan TPM dari
dengan pencarian file pada filebox basis data
Mudah dipahami Informasi TTU dan TPM dari laporan Informasi TTU dan TPM dapat
(comprehensibility) Puskesmas masih dalam bentuk angka langsung tersedia dalam bentuk grafik
mutlak
Relevan (relevance) Format formulir pencatatan dan Format formulir digital pencatatan dan
pelaporan TTU dan TPM sesuai pelaporan TTU dan TPM sesuai dengan
dengan ketentuan yang ditetapkan ketentuan yang ditetapkan Kemenkes
Kemenkes
Validitas (validity) Cross-check input data TTU dan TPM Cross-check input data TTU dan TPM
pada laporan dilakukan oleh SDM pada laporan dilakukan oleh Siskesling
Kesling
Economy (ekonomis) SDM, biaya pengadaan kertas dan SDM, web browser, dan biaya untuk
tinta pembelian domain dan hosting aplikasi
Siskeling
Control (pengendalian) Cross-check ulang validitas data Formulir TTU dan TPM digital sudah
ketika memasukan data ke formulir dilengkapi pengecekan validitas input
TTU dan TPM, lalu cross-check data data
lagi ketika penyalinan data ke
formulir rekapitulasi, lalu cross-check
data lagi ketika input data TTU dan
TPM ke aplikasi spreadsheet
Efficiency (efisiensi) Berapa langkah yang harus dilakukan Menggunakan fitur aplikasi Siskesling
untuk mencatat dan menghasilkan F-01, F-02, F-03, F-04
report tercantum pada Gambar 5.3.
Services (pelayanan) Pencatatan dan pelaporan terbatas Pencatatan dan pelaporan Kesling TTU
pada jam kerja Puskesmas dan DKK dan TPM dapat dilakukan secara 24 jam
dan dimanapun selama ada jaringan
internet

Sumber data yang digunakan pada penelitian ini meliputi sumber data primer dan
sekunder. Sumber data primer diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dengan sumber
daya manusia yang melaksanakan Program Kesling TTU dan TPM yang memiliki
pengetahuan tentang Program Kesling TTU dan TPM, yaitu Kepala P3L Dinas Kesehatan
9  
 
Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
Kota Bogor, Kepala Seksi Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Bogor, Staf Kesling Dinas
Kesehatan Kota Bogor, Staf Kesling Puskesmas Lawang Gintung, Staf Kesling Puskesmas
Sindang Barang, dan Staf Kesling Puskesmas Sempur Kota Bogor. Sumber data sekunder
diperoleh dari formulir pelaporan kesehatan lingkungan TTU dan TPM Dinas Kesehatan Kota
Bogor, literatur terkait Program Kesling TTU dan TPM, dan peraaturan yang terkait dengan
program kesehatan lingkungan TTU dan TPM.
Uji validitas data dilakukan melalui triangulasi-sumber dan triangulasi-metode,
sehingga diperoleh data yang tidak berbeda antara data yang diungkapkan oleh setiap sumber
data. Triangulasi-sumber pada penelitian ini dilakukan dengan wawancara mendalam
terhadap tiga informan Penanggung jawab program Kesling dari Puskesmas Sindang Barang,
Lawang Gintung, dan Sempur dan pemegang program TTU dan TPM di DKK. Triangulasi-
metode pada penelitian ini dilakukan dengan wawancara mendalam pada subjek penelitian
dan telaah dokumen pada pencatatan dan pelaporan kesehatan lingkungan TTU dan TPM.

5. Pembahasan

Pembahasan meliputi penjelasan tentang tahap insepsi, elaborasi, konstruksi dan transisi dari
pengembangan sistem informasi kesehatan lingkungan TTU dan TPM berbasis web.
Hasil analisis pada tahap awal (inception phase) menghasilkan spesifikasi perangkat
lunak yang diusulkan untuk penelitian ini yang terdapat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Spesifikasi Perangkat Lunak yang Diusulkan

Masalah pada Sistem yang Ada Perangkat Lunak yang


No Peluang Pengembangan
Saat Ini Diusulkan
1. Terlalu banyak proses penyalinan data Petugas Kesling di Puskesmas Formulir TTU/TPM digital
pada pencatatan dan pelaporan dapat mencatat data Kesling untuk validasi
kesehatan lingkungan TTU dan TPM TTU/TPM dengan mudah dan
efisien
2. Kesulitan melacak dan 1. Staf Kesling TTU/TPM di 1. Aplikasi basis data
membandingkan data kesehatan DKK dapat mengumpulkan TTU/TPM dan reporting
lingkungan TTU dan TPM dalam laporan, rekapitulasi, dan TTU/TPM
bentuk paper based karena volume diseminasi data Kesling 2. Absensi digital
data kesehatan lingkungan TTU dan TTU/TPM secara efisien
TPM semakin meningkat dari tahun 2. Staf Kesling melakukan cross-
ke tahun. check kelengkapan dengan mudah
3. Pengolahan data kesehatan lingkungan Tingkat manajemen dapat Penyajian informasi
TTU dan TPM dari bentuk angka melakukan pengembangan sistem TTU/TPM dalam bentuk
menjadi grafik membutuhkan waktu secara cepat grafik
yang lama.

Pada tahap elaborasi, kebutuhan pengguna yang sudah diidentifikasi tahap insepsi,
kemudian diperluas menjadi kebutuhan fungsional aplikasi Sistem Informasi Kesling

10  
 
Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
TTU/TPM secara teknis, yang dikelompokkan berdasarkan spesifikasi use case tingkat
konseptual.
Use case dikelompokan berdasarkan area fungsional yang didalamnya terdapat peran
pengguna dan bisnis proses pada Siskesling. Pengelompokan use case berdasarkan area
fungsional ditunjukkan pada Gambar 5.1.
Sistem Pencatatan dan Pelaporan
Kesling TTU/TPM

UC-01. Mencatat data


Kesling TTU/TPM
UC-03. Memverifikasi
laporan Kesling TTU/TPM

UC-02. Merekap data


Staf Kesling Pusk. Kesling TTU/TPM setiap
semester
UC-07. Menganalisis Kepala Pusk.
data Kesling TTU/TPM

UC-04. Mengumpulkan
data Kesling TTU/TPM

UC-05. Mengolah data


Kesling TTU/TPM

UC-06. Menyajikan
Manajemen DKK
data Kesling TTU/TPM

 
Staf TTU/TPM DKK

Gambar 5.1 Use Case Sistem Pencatatan dan Pelaporan Kesling TTU/TPM

Dilakukan juga dengan deskripsi masing-masing use case. Contoh template desripsi use
case pada Tabel 5.1

Tabel 5.1 Deskripsi Use Case untuk Modul Mencatat data Kesling TTU dan TPM

UC.1.001. Mengisi form data Kesling TTU/TPM berdasarkan kelurahan


Ringkasan : Use case ini dimaksudkan supaya agar Petugas Kesling Puskesmas dapat
mengisi data kegiatan Kesling TTU/TPM berdasarkan kelurahan yang ada di
wilayah kerja Puskesmas.
Direct Actor : Petugas Kesling Puskesmas
Prioritas : Penting
Frekuensi Penggunaan : Sebulan sekali
Pre Conditions : Aktor telah masuk ke dalam aplikasi Siskesling
Skenario Sukses Utama : 1. Aktor menekan menu “pendataan”
2. Sistem menampilkan halaman “form pendataan Kesling”
3. Aktor memilih form “pendataan Kesling: TTU/TPM”
4. Sistem menampilkan halaman “form pendataan Kesling: TTU/TPM”
5. Aktor mengisi field “periode”, “Puskesmas”, “kelurahan”, “jenis
TTU/TPM”, “TTU/TPM yang ada”, “TTU/TPM yang diperiksa”,
“TTU/TPM yang ms”, semua field yang ada di form pendataan Kesling:
TTU/TPM
6. Aktor menekan tombol “simpan”
7. Sistem menyimpan data TTU/TPM ke basis data
Aktor dan sistem mengulang langkah 5-7 sampai mengisi semua jenis
TTU/TPM
8. Sistem menampilkan “form pendataan Kesling”
Skenario Sukses Alternatif : 1. Sistem memeriksa data Kesling TTU/TPM yang diinput aktor. Jika aktor
salah mengisi data TTU/TPM atau tidak mengisi semua field yang ada
pada form pendataan TTU/TPM, maka sistem akan memberikan
peringatan.
Catatan dan Pertanyaan : Kondisi benar: nilai data Kesling TTU/TPM field “yang ada” > nilai data
filed “yang diperiksa” > nilai data Kesling TTU/TPM field “yang memenuhi
syarat”

11  
 
Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
Pada aplikasi Siskesling terdapat kebutuhan teknis, yaitu:
1. Otoritas akses. Hanya pengguna yang memiliki wewenang melalui prosedur ini yang
dapat mengakses data dalam Siskesling, yaitu: 1. Admin, 2. Dinkes, 3. Puskesmas.
2. Ketersediaan layanan. Ketersediaan layanan Siskesling disesuaikan dengan level
otoritas akses pengguna. Level admin dapat mengakses semua menu aplikasi, termasuk
pengaturan pengguna aplikasi. Level Dinkes dapat mengakses semua menu aplikasi,
kecuali menu pengaturan pengguna dan menu pendataan. Level Puskesmas hanya dapat
mengakses menu pendataan.
Kebutuhan lingkungan perangkat lunak untuk menjalankan aplikasi Siskesling adalah
web browser yang tertanam (ter-install) di PC Puskesmas dan notebook Staf Kesling
TTU/TPM Dinkes. Aplikasi Siskesling dapat dijalankan pada Mozilla 16x, IE 7x, Opera 18x,
Chrome 33x, tetapi aplikasi ini berjalan optimal pada web browser Mozilla Firefox 16x.
Berdasarkan kebutuhan fungsional, teknis, dan lingkungan, diidentifikasi perancangan
struktural, perancangan tingkah laku, antarmuka pengguna, perancangan arsitektur, dan
perancangan basis data.
Perancangan struktural meliputi visualisasi objek dengan menggunakan class diagram
dan perancangan basis data dengan ER diagram pada Gambar 5.1.

KECAMATAN

«id»
+ id kecamatan: char
1
«Property»
+ nama kecamatan: char +id kecamatan * PROGRAM KESLING
1
KELURAHAN «id»
+id kecamatan * + kode program: char
«id»
«Property»
PUSKESMAS + id kelurahan: char
+ jenis program: int
* «Property»
«id» + target indikator: int
+ nama kelurahan: char
+ id puskesmas: char
1 +id puskesmas + jumlah rw: int
«Property» + jumlah jiwa: int
+ nama puskesmas: char + jumlah rumah tangga: int
+ nama kapus: char
1 1
+ no hp kapus: char TTU
+ nama petugas kesling: char
+ no hp petugas kesling: char «Property» TPM
+ bulan inspeksi TTU: char
*
+ tahun inspeksi TTU: char «Property»
+ jumlah TTU yang ada: int + bulan inspeksi TPM: char
+ jumlah TTU yang diperiksa: int + tahun inspeksi TPM: char
+ jumlah TTU yang ms: int + jumlah TPM yang ada: int
+ jumlah TPM yang diperiksa: int
*
+ jumlah TPM yang ms: int

Gambar 5.2 Class Diagram Aplikasi Siskesling

Desain tingkah laku dimaksudkan untuk mengilustrasikan tingkah laku antara sistem
dengan pengguna aplikasi Siskesling. Pada tahap desain ini digambarkan use case diagram
12  
 
Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
dan activity diagram untuk visualisasi tingkah laku tersebut. Penggunaan activity diagram
diganti dengan penggunaan flowchart untuk memudahkan komunikasi teknis dengan
pengguna Siskesling yang lebih mengerti flowchart.
Antarmuka pengguna merupakan rancangan halaman web yang akan dibuat berdasarkan
kebutuhan pengguna dan spesifikasi fitur. Gambar 5.3 adalah salah satu contoh rancangan
antarmuka.

 
Gambar 5.3 Rancangan Antarmuka Pengguna Halaman Dashboard

Antarmuka halaman dashboard dapat digunakan oleh Petugas Kesehatan Lingkungan


di Dinas Kesehatan untuk melihat indikator pencapaian cakupan TTU dan TPM di Kota
Bogor, mengidentifikasi Puskesmas yang belum mengumpulkan data TTU dan TPM dari
absensi pengumpulan data TTU dan TPM, dan ringkasan pencapaian cakupan TTU dan TPM
per tahun.
Perancangan arsitektur aplikasi Siskeling menggunakan pendekatan situs web dinamis,
seperti pada supaya petugas Kesling di Puskesmas dengan Petugas Kesling di Dinkes dapat
melakukan pertukaran data TTU dan TPM hasil pencatatan dan pelaporan dengan mudah.
Perancangan basisdata meliputi identifikasi tabel basisdata yang digunakan untuk
aplikasi Siskesling terdapat pada Gambar 5.4.

13  
 
Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
KECAM AT AN_PUSKESM AS
KECAM AT AN
ID i nt <pk>
NAM A_KECAM AT AN varchar(100)

PUSKESM AS
ID_PUSKESM AS i nt <pk>
ID i nt <fk>
KECAM AT AN_KELURAHAN NAM A_PUSKESM AS varchar(100)
KEPALA_PUSKESM AS varchar(100)
ST AFF_KESLING varchar(100)

KELURAHAN PUSKESM AS_KELURAHAN


FK_PUSKESM AS_T PM
ID_KELURAHAN i nt <pk>
ID_PUSKESM AS i nt <fk2>
ID i nt <fk1>
NAM A_KELURAHAN varchar(100) T PM
JUM LAH_RW i nt ID_T PM _T T U i nt <pk>
JUM LAH_RT i nt ID_T PM i nt <fk3>
JUM LAH_JIWA i nt KELURAHAN_T PM
ID_PUSKESM AS i nt <fk1>
ID_KELURAHAN i nt <fk2>
BULAN i nt
T AHUN i nt
KELURAHAN_T T U
YANG_ADA i nt
YANG_DIPERIKSA i nt
YANG_M EM ENUHI i nt
TTU
ID_T PM _T T U i nt <pk>
T PM _T T U_T PM
ID_T T U i nt <fk2>
ID_KELURAHAN i nt <fk1>
BULAN i nt T T U_T T U_T PM

T AHUN i nt T PM _T T U
YANG_ADA i nt ID_T PM i nt <pk>
YANG_DIPERIKSA i nt JENIS varchar(100)
YANG_M EM ENUHI i nt

Gambar 5.4. Perancangan Basis Data Model Fisik Perangkat Lunak Siskesling

Perancangan aplikasi Siskesling digunakan untuk pembangunan aplikasi Siskesling.


Pembangunan aplikasi Siskesling berbasis web didasari oleh pentingnya pembuatan aplikasi
untuk menunjang pencatatan dan pelaporan kegiatan Program TTU/TPM. Penggunaan
aplikasi Siskesling berbasis web dapat membantu pertukaran data TTU/TPM antara
Puskesmas dengan Dinas Kesehatan Kota Bogor secara efisien, efektif dan mudah.
Pembuatan aplikasi Siskesling berbasis web menggunakan bahasa pemograman PHP
dan basis data MySQL. Pembuatan aplikasi berbasis web ini bertujuan supaya Siskesling
dapat diakses dengan mobile device oleh Petugas Kesling Puskesmas yang disibukkan dengan
kegiatan di luar gedung Puskesmas.
Pada tahap konstruksi dibuat pemodelan data, pembuatan aplikasi Siskesling per fitur,
dan setelah pembuatan aplikasi per fitur selesai, maka dilakukan pengujian aplikasi sesuai
metode test case. Test case adalah skenario pengujian aplikasi Siskesling sebelum
disosialisasikan ke petugas Kesling di Puskesmas dan petugas Kesling di Dinkes. Terdapat
empat test case untuk pengujian aplikasi Siskesling yang dijelaskan pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4. Test Case Formulir Digital Kesling TTU/TPM

TC.01. Pengujian formulir digital Kesling TTU/TPM


Fitur : F-01. Formulir digital Kesling TTU/TPM
Aktor yang terlibat : Petugas Kesling Puskesmas
Deskripsi : Test case ini digunakan untuk validasi dan menangkap data Kesling TTU/TPM dari
Puskesmas
Tujuan : Untuk mengetahui apakah fitur “formulir digital Kesling TTU/TPM” sudah berjalan
dengan benar.
Kondisi awal : Aktor telah masuk ke dalam aplikasi Siskesling
Kondisi akhir : Data Kesling TTU/TPM yang diinput melalui formulir digital tersimpan ke basis data
aplikasi Siskesling dan valid.

14  
 
Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
Tahap transisi menghantarkan aplikasi Siskesling ke pengguna akhir dan menilai
kinerja melalui UAT (User Acceptance Test). Pada tahap ini juga dibuat panduan untuk
pemakaian Aplikasi Siskesling. Gambar 5.5 dan Gambar 5.6. merupakan contoh overview
Siskesling.

Gambar 5.5. Halaman Dashboard Aplikasi Siskesling pada Alamat URL: http://www.siskesling-project.co.id.

Gambar 5.6. Contoh Halaman Web Aplikasi Siskesling Dari Setiap Menu

Aplikasi Siskeling diujicobakan di Dinas Kesehatan Kota Bogor pada 21 Januari 2014
kepada Pemegang Program TPM & TTU dan Kepala Seksi PL. Kegiatan pengujian meliputi:
1. Pengguna diberi penjelasan mengenai cara kerja aplikasi Siskesling dengan disertai
panduan penggunaan aplikasi Siskesling.

15  
 
Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
2. Pengguna diminta untuk mengoperasikan aplikasi Siskesling, misalnya melakukan entry
data dasar, pencatatan, melihat pelaporan, dan melihat grafik yang dihasilkan.
3. Pengguna diminta menilai dan mengomentari mengenai kualitas prototype aplikasi
Siskesling.

6. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian tentang Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Lingkungan


Tempat-Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan Berbasis Web (Siskesling) di
Dinas Kesehatan Kota Bogor adalah sebagai berikut.
1. Sistem informasi ini merupakan aplikasi berbasis web yang dapat digunakan untuk
pencatatan dan pelaporan data Kesling TTU dan TPM di Dinas Kesehatan Kota Bogor.
2. Spesifikasi atau fitur fungsional yang dimiliki aplikasi Siskesling adalah formulir digital
Kesling TTU/TPM, basis data dan reporting Kesling TTU/TPM, penyajian informasi
TTU/TPM dalam bentuk visual, dan absensi digital Kesling TTU/TPM. Fitur non
fungsional aplikasi Siskesling adalah otoritas akses dan ketersediaan layanan yang terdiri
dari tiga level otoritas akses, yaitu: 1. Admin dapat mengakses semua menu aplikasi, 2.
Dinkes dapat mengakses semua menu aplikasi, kecuali menu pengaturan pengguna dan
menu pendataan, 3. Puskesmas hanya dapat mengakses menu pendataan.
3. Pengguna aplikasi Siskesling terdiri dari Petugas Kesling Puskesmas, Staf Kesling
TTU/TPM Dinkes, dan Manajemen Dinkes. Petugas Kesling Puskesmas melakukan
pencatatan data Kesling TTU/TPM. Staf Kesling TTU/TPM Dinkes mengumpulkan,
mengolah, dan menyajikan data Kesling TTU/TPM. Manajemen Dinkes menganalisis
cakupan kegiatan Kesling TTU/TPM.
4. Hasil evaluasi pengembangan sistem dengan pendekatan PIECES menunjukan terjadi
peningkatan dalam hal kinerja, kualitas informasi, pengendalian, efisiensi, dan pelayanan.

7. Saran

Saran dari penelitian Sistem Informasi Kesehatan Lingkungan Tempat-Tempat Umum dan
Tempat Pengelolaan Makanan Berbasis Web (Siskesling) adalah sebagai berikut.
1. Membuat ketentuan dan peraturan supaya pemanfaatan sistem informasi Siskesling
berbasis web dapat berjalan secara konsisten dan berkesinambungan.
2. Membuat perbaikan bisnis proses pada sistem pencatatan dan pelaporan kesehatan
lingkungan TTU dan TPM yang berjalan saat ini, untuk memperkuat implementasi
teknologi.

16  
 
Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
8. Daftar Referensi

(Bedi, 2013) Mulyana, Bedi. (2013). Pengembangan Kota Bogor Sebagai Destinasi
Pariwisata Internasional. Retrieved October 22, 2013, from E-Journal Universitas Udayana:
http://ojs.unud.ac.id

(Bingshan, 2010) Bingshan, W., Weiguo, Z., & Jun, L. (2010). Knowledge-Based
Environmental Information System for Sustainable Development of Wetland Area. IEEE
Xplore , 178-182.

(Blum, 1974) Blum, H. (1974). Planning for Health, Development and Aplication of Social
Changes Theory. New York: Human Sciences Press.

(Depkes RI, 2004) Depkes RI. (2004). BAB II Profil Kesehatan Indonesia. Retrieved
November 20, 2013, from Departemen Kesehatan RI Web site:
www.depkes.go.id/.../profil/.../BAB%20II_profil.doc

(Dinkes Bogor, 2011) Dinas Kesehatan Kota Bogor. (2011). Profil Kesehatan Kota Bogor.
Bogor: Dinas Kesehatan Kota Bogor.

(Ditjen PL Depkes, 2013) Ditjen PL Depkes. (2013, September 8). Buku Evaluasi Indikator
Tahun 2010 - 2012. Retrieved October 20, 2013, from Ditjen PPPL Kementrian Kesehatan RI
Web Site: http://www.slideshare.net/budi_hermawan_a/buku-evaluasi-indikator-2010-2012

(Ditjen PPPL Kemenkes, 2012) Ditjen PPPL. (2012). Profil Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan Tahun 2011. Retrieved October 4, 2013, from Ditjen PPPL
Kementrian Kesehatan RI Web Site: http://www.pppl.depkes.go.id/

(Finnseth, 2004) Finnseth, A., Evertsen, G., Jokulsson, G., & Wasmuth, M. L. (2004).
Information System for Environmental Monitoring. Geoscience and Remote Sensing
Symposium (pp. 2178 - 2181 vol.3 ). Anchorage, AK : IEEE International.

(John, 1979) John G. Burch, Jr, Felix R. Strater, Gary Grudnistski. (1979). Information
Systems : Theory and Practice, Second Edition. New York, United States : John Wiley &
Sons.

(Kemenkes RI, 2012) Kemenkes RI. (2012). Roadmap Sistem Informasi Kesehatan tahun
2011-2014. Retrieved October 22, 2013, from Departemen Kesehatan RI Web site:
http://www.depkes.go.id/downloads/

(Kompasiana, 2013) Ariani, Y. (2013, October 7). Bogor Bukan Kota yang Nyaman (lagi).
Retrieved October 22, 2013, from Kompasiana.com:
http://regional.kompasiana.com/2013/10/07/bogor-bukan-kota-yang-nyaman-lagi-
599243.html

(Larman, 2004) Larman, C. (2004). Applying UML and Patterns: An Introduction to Object-
Oriented Analysis and Design and Iterative Development, Third Edition. NJ: Addison Wesley
Professional.

(Miyamoto, 1999) Miyamoto, S., & Fujimoto, J. (1999). Development of Environmental


Information Systems with Distributed Database. Eco Design International Symposium (pp.
148-153 ). Tokyo: IEEE Xplore.

17  
 
Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
(Pusdatin, 1996) Pusat Data & Informasi Departemen Kesehatan RI. (1996). Dukungan
Informasi Untuk Manajemen Kesehatan di Kabupaten/Kotamadya. Jakarta: Depkes RI.

(Scott, 2001) Scott, D. R. (2001). Applying use case driven object modeling with UML : An
Annotated e-Commerce Example. NJ: Publisher Addison Wesley.

(Shim, 2011) Shim, H. S., Min, G. Y., & Jeong, D. H. (2011). A Study on The Development
of Disaster Information Reporting and Status Transmission System based on Smart Phone.
IEEE Xplore, 722-726.

(Siswanto, 2003) Siswanto, Hadi. (2003). Kamus Populer Kesehatan Lingkungan. Jakarta:
EGC.

(Steinke, 1990) Steinke, G. (1990). Access Control Requirement for Environmental


Information Knowledge Base System. Next Decade of Information Technology, 5th Jerusalem
Conference (pp. 474-480 ). Jerusalem: IEEE Xplore.

(Thies, 2013) Thies, H., & Stanoevska-Slabeva, K. (2013). Enhancing the Quality of
Information in Inter-Organizational Environmental Reporting Information System. HIICSS
(Hawaii International Conference on System Science) (pp. 3495-3504). Wailea, HI, USA:
IEEE Xplore Komputer Society.

(WHO, 2005) WHO. (2005). National and Subnational Health Information Systems.
Retrieved November 20, 2013, from Health Metrics Network WHO Web Site:
http://www.who.int/healthmetrics/library/issue_1_05apr.doc

(WHO, 2013) World Health Organization. (2013). Public health and environment: Global
Health Observatory (GHO). Retrieved October 22, 2013, from WHO Web Site:
http://www.who.int/gho/phe/en/index.html

18  
 
Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai