Adoc - Pub - Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Lingkungan
Adoc - Pub - Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Lingkungan
shindry.rihayaty@ui.ac.id
Abstrak
Abstract
1
Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
validity of reported public places and food management data from Puskesmas to the Bogor
City Health Department, a database of public places and food management environmental
health, and present an information of the public places and food management place in the
form of visual management. The method used is iterative and incremental development
approach. There are four stages which consist of the inception phase, elaboration phase,
construction phase, and transition phase. The results of the evaluation of the system
development using PIECES approach showed an increase in terms of performance, quality of
information, control, efficiency, and service. The results of the study suggest the Bogor City
Health Department need to makes provision, regulation, and improvement a business process
system on recording and reporting system so that the implementation of technology that can
take place consistently and continuously.
1. Pendahuluan
Menurut Henrik L. Blum, ada 4 faktor yang mempengaruhi status kesehatan manusia,
diantaranya adalah faktor lingkungan, disamping faktor pelayanan kesehatan, perilaku, dan
genetik (Blum, 1974). Dengan demikian apabila terjadi perubahan lingkungan, maka akan
terjadi pula perubahan kondisi kesehatan lingkungan dan kesehatan masyarakat. Pengelolaan
lingkungan yang tepat adalah kunci untuk menghindari seperempat dari semua penyakit yang
dapat dicegah secara langsung yang disebabkan oleh faktor lingkungan. Mencegah risiko
lingkungan dapat mencegah kematian sebanyak tiga belas juta kematian, empat juta jiwa
diantaranya anak-anak berusia kurang dari 15 tahun, terutama dari negara-negara
berkembang. (WHO, 2013). Maka melalui upaya program kesehatan lingkungan dapat
meningkatkan dukungan pada kesehatan berbasis masyarakat.
Saat ini penyakit berbasis lingkungan masih menjadi permasalahan kesehatan
masyarakat di Indonesia. ISPA dan diare yang merupakan penyakit berbasis lingkungan selalu
masuk dalam 10 besar penyakit di hampir seluruh Puskesmas di Indonesia, selain Malaria,
Demam Berdarah Dengue (DBD), Filariasis, TB Paru, Cacingan, Penyakit Kulit, Keracunan
dan Keluhan akibat Lingkungan Kerja yang buruk. (Ditjen PPPL Kemenkes, 2012). Begitu
pula di Kota Bogor, ISPA memiliki presentase tertinggi yaitu sekitar 35% dari sepuluh
penyakit utama.
Angka pertumbuhan penduduk Kota Bogor mencapai 2,79% dengan kepadatan
penduduk Kota Bogor mencapai 950.334 jiwa/Km2 dengan kepadatan tertinggi di Kecamatan
Bogor Tengah mencapai 12.172,63 jiwa/Km2. Kecamatan Bogor Tengah merupakan
kecamatan terpadat sehingga mempunyai potensi untuk penularan penyakit. Seperti kasus
demam berdarah, pnemonia, dan TBC (Dinkes Bogor, 2011). Kota Bogor memiliki peran
2
Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
penting bagi kemajuan pembangunan Indonesia. Kota Bogor merupakan salah satu daerah
yang memiliki potensi pengembangan pariwisata, baik di tingkat lokal, regional, nasional,
maupun internasional (Bedi, 2013). Kota Bogor menjadi alternatif banyak orang untuk
mencari tempat tinggal dan telah menjadi kota yang cukup berkembang terutama di bidang
properti dan kuliner (Kompasiana, 2013). Peningkatan mutu lingkungan di Kota Bogor sangat
berpengaruh terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan pembangunan Indonesia
memerlukan kerjasama yang erat antara berbagai sektor.
Dinas Kesehatan melalui kegiatan pemantauan oleh Seksi Kesehatan Lingkungan harus
dapat memberikan kontribusi dalam rangka meningkatkan kerjasama lintas sektoral yang
dapat membantu meningkatkan gerakan masyarakat dalam pembangunan kesehatan
lingkungan tempat-tempat umum dan tempat pengolahan makanan. Pemantauan dalam bidang
kesehatan yaitu serangkaian proses yang sistematik dan berkesinambungan dalam
pengumpulan analisa dan intepretasi data kesehatan dalam upaya menguraikan dan memantau
suatu peristiwa kesehatan berdasarkan karakteristik kunci (indikator). Program kesehatan
lingkungan memiliki indikator dasar minimal yang telah ditetapkan Ditjen PP & PL
Kementrian Kesehatan RI. (Ditjen PL Depkes, 2013). Indikator kesehatan lingkungan
diantaranya terdapat indikator yang termasuk pada MDGs nomor 7 (target 7c) dan Renstra
Pemerintah melalui Perpres No. 5 Tahun 2010 tentang RPJM Nasional 2010-2014 (Ditjen PL
Depkes, 2013). Sehingga untuk melakukan suatu perbandingan atau pengamatan antara situasi
kesehatan lingkungan tempat-tempat umum dan tempat pengolahan makanan yang diinginkan
atau diharapkan dengan situasi sebenarnya yang sedang terjadi, harus merujuk pada data
kesehatan lingkungan tempat-tempat umum dan tempat pengolahan makanan yang utuh dan
kebutuhan indikator yang sesuai standar tersebut. (Pusdatin, 1996). Ketersediaan dan kualitas
data kesehatan lingkungan tempat-tempat umum dan tempat pengolahan makanan dapat
diperoleh dari pencatatan dan pelaporan data kesehatan lingkungan rutin. Saat ini Dinas
Kesehatan Kota Bogor tidak dapat melakukan pemantauan yang ditindaklanjuti dengan
pelaksanaan intervensi karena data yang tersedia tidak dianalisis secara rutin.
Penelitian internasional menyatakan bahwa aplikasi terkomputerisasi dapat memberikan
dukungan teknis yang dapat membantu upaya kesehatan lingkungan. Penelitian Thies dan
Stanoevska-Slabeva menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kualitas informasi pada sistem
informasi pelaporan kesehatan lingkungan dengan pendekatan KMS (Knowlegde
Management System). (Thies, 2013). Penelitian yang berjudul Information System for
Environmental Monitoring yang dilakukan oleh Finnseth dan tiga peneliti lainnya membahas
tentang pengembangan gudang penyimpanan data untuk peningkatan pemanggilan, proses,
3
Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
analisa, dan penyajian data dalam pemantauan kesehatan lingkungan. (Finnseth, 2004). Shim
melalui penelitian tentang Sistem Informasi Pelaporan Bencana dan Transmisi Informasi
Bencana dapat menjelaskan bahwa pemanfaatan teknologi smart phone dapat membantu
pengambilan keputusan dan manajemen bencana. (Shim, 2011). Bingshan dan dua peneliti
lainnya membahas tentang Sistem Informasi Lingkungan yang dikembangkan dengan
pendekatan Knowledge Management System dapat membantu dalam pengambilan keputusan
untuk mendukung pembangunan kesehatan lingkungan di Wetland yang berkelanjutan.
(Bingshan, 2010). Steinke menyatakan bahwa sistem informasi kesehatan lingkungan
merupakan salah satu sistem yang memuat informasi dari berbagai sumber. Pengembangan
sistem dengan pendekatan Knowledge-Based dapat menjamin keamanan terhadap akses data
lingkungan pada database sistem tersebut. (Steinke, 1990). Miyamoto mengembangkan
Sistem Informasi Lingkungan dengan pendekatan Basis Data Terdistribusi untuk mendukung
diseminasi informasi kesehatan lingkungan secara efisien antara berbagai departemen.
(Miyamoto, 1999). Di Indonesia sendiri, dukungan teknis untuk pencatatan dan pelaporan
data kesehatan lingkungan tempat-tempat umum dan tempat pengolahan makanan juga dapat
dilakukan melalui pengembangan sistem informasi, yang sekaligus menguatkan komponen
utama SIK, yaitu pengembangan SIK, sesuai Roadmap Rencana Aksi Penguatan Sistem
Informasi Kesehatan tahun 2011-2014 (Kemenkes RI, 2012) dan komponen information
service avalaibility and quality (WHO, 2005).
Permasalahan yang terdapat di Seksi Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota
Bogor diantaranya terlalu banyak proses penyalinan data pada pencatatan dan pelaporan
Kesling TTU & TPM, kesulitan melacak dan membandingkan data kesehatan lingkungan
TTU & TPM ketika volume data meningkat dari tahun ke tahun, dan pengolahan data TTU
& TPM dari bentuk angka menjadi bentuk yang mudah dipahami seperti grafik,
membutuhkan waktu yang lama. Peningkatan kualitas program kesehatan lingkungan dapat
dilakukan melalui pengembangan sistem informasi kesehatan lingkungan tempat-tempat
umum dan tempat pengolahan makanan berbasis web. Sistem dibangun di atas infrastruktur
teknologi internet dan data kesehatan lingkungan tempat-tempat umum dan tempat
pengelolaan makanan ditempatkan dalam pangkalan data komperhensif untuk
menghubungkan proses pencatatan dan pelaporan antara staf kesehatan lingkungan
Puskesmas dengan pemegang program TTU/TPM DKK dari lokasi yang terpisah.
4
Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
2. Tinjauan Teoritis
Bab ini membahas tentang teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tentang
kesehatan lingkungan tempat-tempat umum dan tempat pengolahan makanan, pengembangan
sistem informasi, dan UML.
2.1 Kesehatan Lingkungan Tempat-Tempat Umum dan Tempat Pengolahan Makanan
(Kesling TTU dan TPM)
Menurut (Depkes RI, 2004), tempat umum adalah suatu bangunan atau tempat yang
dipergunakan untuk sarana pelayanan umum seperti: hotel, terminal, pasar, rumah sakit,
pertokoan, depot air minum isi ulang, bioskop, tempat wisata, kolam renang, tempat
ibadah,restoran. Tempat umum yang memenuhi syarat: terpenuhinya sanitasi dasar (seperti
air, jamban, limbah, sampah), terlaksananya pengendalian vektor, pencahayaan dan ventilasi
sesuai dengan kriteria standar kesehatan. Tempat pengolahan makanan (TPM) merupakan
suatu bangunan yang dipergunakan untuk mengelola makanan oleh masyarakat umum seperti:
pengrajin makanan, jasaboga, pembuat kue, dll. TPM yang memenuhi syarat: terpenuhinya
sanitasi dasar (seperti:air, jamban, limbah, sampah), terlaksananya pengendalian vektor,
higiene sanitasi makanan minuman, pencahayaan, & ventilasi sesuai dengan criteria standar
kesehatan.
Indikator adalah variabel yang dipergunakan sebagai alat ukur untuk mengevaluasi
keadaan atau status dan memungkinkan dilakukannya pengukuran terhadap perubahan yang
terjadi dari waktu ke waktu (Siswanto, 2003). Dinas Kesehatan Kota Bogor menggunakan
indikator dasar cakupan minimal program kesehatan lingkungan pengawasan TTU dan TPM
sebagai berikut.
1. Cakupan Pengawasan Kinerja Program TTU, yaitu persentase jumlah TTU yang
diperiksa di wilayah kerja Puskesmas pada kurun waktu satu tahun. Perhitungan persentase
menggunakan rumus,
!"#$%ℎ !!" !"#$%"&'(
!"#$ !"! !" !"#$%$ℎ !"#$% !"#$%#&'#
!"#$%"& !"!"#$#%#! !!" = !"#"$ !"#"$ !"#$% !"#$ !"ℎ!" ! 100%
!"#$%ℎ !!" !"#$ !"!
!" !"#$%$ℎ !"#$% !"#$%#!"#
!"#"$ !"#"$ !"#$% !"#$ !"ℎ!"
2. Cakupan Pengawasan Kinerja Program TPM, yaitu persentase jumlah TPM yang
diperiksa di wilayah kerja Puskesmas pada kurun waktu satu tahun. Perhitungan persentase
menggunakan rumus,
!"#$%ℎ !"# !"#$%"&'(
!"#$ !"! !" !"#$%$ℎ !"#$% !"#$%#&'#
!"#$%"& !"#$%&%'%# !"# = !"#"$ !"#"$ !"#$% !"#$ !"ℎ!" ! 100%
!"#$%ℎ !"# !"#$ !"!
!" !"#$%$ℎ !"!"# !"#$%#&'#
!"#"$ !"#"$ !"#$% !"#$ !"ℎ!"
5
Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
2.2 Sistem Informasi Kesehatan
Konsep sistem informasi kesehatan menurut (WHO, 2005) yaitu upaya terpadu untuk
mengumpulkan, proses, melaporkan dan menggunakan informasi kesehatan & pengetahuan
untuk mempengaruhi pembuatan kebijakan kesehatan, tindakan program & penelitian. Tujuan
utama sistem informasi kesehatan adalah untuk menghasilkan informasi untuk mengambil
tindakan di bidang kesehatan. Kinerja sistem harus diukur berdasarkan kualitas data yang
dihasilkan dan penggunaan data tersebut untuk meningkatkan kesehatan & status kesehatan.
Komponen dan standar Sistem Informasi Kesehatan yang ditetapkan WHO
disesuaikan dengan situasi dan masalah SIK di Indonesia, yaitu: 1. Pengelolaan SIK, 2.
Indikator, 3. Sumber Data, 4. Manajemen Data, 5. Sumber Daya SIK, 6. Pengembangan SIK,
7. Pemanfaatan dan Diseminasi. (Kemenkes RI, 2012). Pada tahun 2012, Kementrian
Kesehatan RI mempublikasikan “Roadmap Rencana Aksi Penguatan Sistem Informasi
Kesehatan tahun 2011-2014”, yang berisi upaya-upaya penguatan SIK dan pemanfaatan TIK
supaya lebih optimal dan terkoordinasi. Grand Design tahapan pelaksanaan Roadmap
Penguatan SIK 2011-2014 terdapat pada Gambar
6
Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
menyusun perkembangan spesifikasi dan desain, siklus ini juga dikenal sebagai iterative and
evolutionary development.
Requirement Requirement
Feedback from iteration N
Design Design leads to refinement and
Implementation & Implementation & adaptation from
Test & Integration & Time Test & Integration & requirements and design
More Design More Design in iteration N+1
Final Integration & Final Integration &
System Test System Test
Melalui Gambar 2.3 dapat dilihat pengembangan sistem dengan menggunakan metode
Iterative and Incremental Development secara dua dimensi.
1. Dimensi pertama digambarkan secara horizontal. Dimensi ini mewakili aspek-aspek
dinamis dari pengembangan perangkat lunak yang dijabarkan dalam tahapan
pengembangan atau fase, terdiri atas Inception, Elaboration, Construction, dan
Transition.
a. Insepsi (Inception), menentukan ruang lingkup, visi, dan business case. Awal fase ini
mirip dengan studi kelayakan (feasibility study) untuk memutuskan apakah proyek
dapat dilanjutkan ke penyelidikan lebih serius pada fase elaborasi atau tidak.
b. Elaborasi (Elaboration), menganalisa berbagai persyaratan dan resiko, menetapkan
base line, dan merencanakan fase berikutnya yaitu konstruksi.
c. Konstruksi (Construction), melakukan sederetan iterasi. Pada setiap iterasi akan
melibatkan proses analisis, desain, implementasi, dan testing. Maksud implementasi
tersebut adalah programming dan membangun sistem, bukan deploying sistem.
d. Transisi (Transition), melakukan instalasi dan deployment, membuat dokumentasi
seperti training atau panduan pengguna, dan membuat rencana peluncuran produk ke
komunitas pengguna.
Setiap fase dapat terdiri dari satu atau beberapa iterasi. Iterasi awal secara alami
cenderung untuk menerapkan penekanan yang relatif lebih besar untuk requirement
(kebutuhan sistem) dan perancangan. Selama satu iterasi dapat berlangsung sebagian atau
semua disiplin UP.
7
Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
2. Dimensi kedua digambarkan secara vertikal. Dimensi ini mewakili aspek-aspek statis
dari proses pengembangan perangkat lunak yang dikelompokkan ke dalam beberapa
disiplin. Disiplin untuk pendekatan secara ringkas, hanya terdiri dari Business Modeling,
Requirement, Analysis and Design, Implementation (lihat Gambar 2.3). Disiplin untuk
RUP secara lengkap terdiri dari Business Modeling, Requirement, Analysis and Design,
Implementation, Test, Deployment, Configuration dan Change Management, Project
Management, Environment.
3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan metode iterative incremental. Terdapat empat tahap
yang terdiri dari tahap awal (inception phase), tahap perluasan (elaboration phase), tahap
konstruksi (construction phase), dan tahap transisi (transition phase).
Alur penelitian terdiri dari tahapan insepsi yang meliputi kegiatan untuk memahami
sistem pencatatan dan pelaporan Kesehatan Lingkungan TTU dan TPM dan memahami
kepentingan pembuatan perangkat lunak untuk mengatasi permasalah kesehatan masyarakat
di bidang Kesehatan Lingkungan. Tahapan selanjutnya adalah tahap elaborasi yang meliputi
perancangan perangkat lunak yang dapat mengatasi permasalah pencatatan dan pelaporan
Kesehatan Lingkungan TTU dan TPM di Dinas Kesehatan Kota Bogor. Tahap konstruksi
adalah mengembangkan perangkat lunak sesuai dengan kebutuhan pemecahan masalah
pencatatan dan pelaporan Kesehatan Lingkungan. Tahap transisi adalah tahap untuk
melakukan sosialisasi perangkat lunak kepada Petugas Kesehatan Lingkungan di Dinas
Kesehatan Kota Bogor dan Petugas Kesehatan Lingkungan di Puskesmas sebagai pengguna
akhir.
8
Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
4. Hasil Penelitian
Menurut (John, 1979), pengembangan sistem yang baru diharapkan dapat membuat
peningkatan yang berhubungan dengan PIECES. Hasil peningkatan sistem setelah
pengembangan Siskesling dievaluasi berdasarkan PIECES yang diuraikan pada Tabel 4.1
Sumber data yang digunakan pada penelitian ini meliputi sumber data primer dan
sekunder. Sumber data primer diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dengan sumber
daya manusia yang melaksanakan Program Kesling TTU dan TPM yang memiliki
pengetahuan tentang Program Kesling TTU dan TPM, yaitu Kepala P3L Dinas Kesehatan
9
Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
Kota Bogor, Kepala Seksi Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Bogor, Staf Kesling Dinas
Kesehatan Kota Bogor, Staf Kesling Puskesmas Lawang Gintung, Staf Kesling Puskesmas
Sindang Barang, dan Staf Kesling Puskesmas Sempur Kota Bogor. Sumber data sekunder
diperoleh dari formulir pelaporan kesehatan lingkungan TTU dan TPM Dinas Kesehatan Kota
Bogor, literatur terkait Program Kesling TTU dan TPM, dan peraaturan yang terkait dengan
program kesehatan lingkungan TTU dan TPM.
Uji validitas data dilakukan melalui triangulasi-sumber dan triangulasi-metode,
sehingga diperoleh data yang tidak berbeda antara data yang diungkapkan oleh setiap sumber
data. Triangulasi-sumber pada penelitian ini dilakukan dengan wawancara mendalam
terhadap tiga informan Penanggung jawab program Kesling dari Puskesmas Sindang Barang,
Lawang Gintung, dan Sempur dan pemegang program TTU dan TPM di DKK. Triangulasi-
metode pada penelitian ini dilakukan dengan wawancara mendalam pada subjek penelitian
dan telaah dokumen pada pencatatan dan pelaporan kesehatan lingkungan TTU dan TPM.
5. Pembahasan
Pembahasan meliputi penjelasan tentang tahap insepsi, elaborasi, konstruksi dan transisi dari
pengembangan sistem informasi kesehatan lingkungan TTU dan TPM berbasis web.
Hasil analisis pada tahap awal (inception phase) menghasilkan spesifikasi perangkat
lunak yang diusulkan untuk penelitian ini yang terdapat pada Tabel 5.1.
Pada tahap elaborasi, kebutuhan pengguna yang sudah diidentifikasi tahap insepsi,
kemudian diperluas menjadi kebutuhan fungsional aplikasi Sistem Informasi Kesling
10
Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
TTU/TPM secara teknis, yang dikelompokkan berdasarkan spesifikasi use case tingkat
konseptual.
Use case dikelompokan berdasarkan area fungsional yang didalamnya terdapat peran
pengguna dan bisnis proses pada Siskesling. Pengelompokan use case berdasarkan area
fungsional ditunjukkan pada Gambar 5.1.
Sistem Pencatatan dan Pelaporan
Kesling TTU/TPM
UC-04. Mengumpulkan
data Kesling TTU/TPM
UC-06. Menyajikan
Manajemen DKK
data Kesling TTU/TPM
Staf TTU/TPM DKK
Gambar 5.1 Use Case Sistem Pencatatan dan Pelaporan Kesling TTU/TPM
Dilakukan juga dengan deskripsi masing-masing use case. Contoh template desripsi use
case pada Tabel 5.1
Tabel 5.1 Deskripsi Use Case untuk Modul Mencatat data Kesling TTU dan TPM
11
Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
Pada aplikasi Siskesling terdapat kebutuhan teknis, yaitu:
1. Otoritas akses. Hanya pengguna yang memiliki wewenang melalui prosedur ini yang
dapat mengakses data dalam Siskesling, yaitu: 1. Admin, 2. Dinkes, 3. Puskesmas.
2. Ketersediaan layanan. Ketersediaan layanan Siskesling disesuaikan dengan level
otoritas akses pengguna. Level admin dapat mengakses semua menu aplikasi, termasuk
pengaturan pengguna aplikasi. Level Dinkes dapat mengakses semua menu aplikasi,
kecuali menu pengaturan pengguna dan menu pendataan. Level Puskesmas hanya dapat
mengakses menu pendataan.
Kebutuhan lingkungan perangkat lunak untuk menjalankan aplikasi Siskesling adalah
web browser yang tertanam (ter-install) di PC Puskesmas dan notebook Staf Kesling
TTU/TPM Dinkes. Aplikasi Siskesling dapat dijalankan pada Mozilla 16x, IE 7x, Opera 18x,
Chrome 33x, tetapi aplikasi ini berjalan optimal pada web browser Mozilla Firefox 16x.
Berdasarkan kebutuhan fungsional, teknis, dan lingkungan, diidentifikasi perancangan
struktural, perancangan tingkah laku, antarmuka pengguna, perancangan arsitektur, dan
perancangan basis data.
Perancangan struktural meliputi visualisasi objek dengan menggunakan class diagram
dan perancangan basis data dengan ER diagram pada Gambar 5.1.
KECAMATAN
«id»
+ id kecamatan: char
1
«Property»
+ nama kecamatan: char +id kecamatan * PROGRAM KESLING
1
KELURAHAN «id»
+id kecamatan * + kode program: char
«id»
«Property»
PUSKESMAS + id kelurahan: char
+ jenis program: int
* «Property»
«id» + target indikator: int
+ nama kelurahan: char
+ id puskesmas: char
1 +id puskesmas + jumlah rw: int
«Property» + jumlah jiwa: int
+ nama puskesmas: char + jumlah rumah tangga: int
+ nama kapus: char
1 1
+ no hp kapus: char TTU
+ nama petugas kesling: char
+ no hp petugas kesling: char «Property» TPM
+ bulan inspeksi TTU: char
*
+ tahun inspeksi TTU: char «Property»
+ jumlah TTU yang ada: int + bulan inspeksi TPM: char
+ jumlah TTU yang diperiksa: int + tahun inspeksi TPM: char
+ jumlah TTU yang ms: int + jumlah TPM yang ada: int
+ jumlah TPM yang diperiksa: int
*
+ jumlah TPM yang ms: int
Desain tingkah laku dimaksudkan untuk mengilustrasikan tingkah laku antara sistem
dengan pengguna aplikasi Siskesling. Pada tahap desain ini digambarkan use case diagram
12
Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
dan activity diagram untuk visualisasi tingkah laku tersebut. Penggunaan activity diagram
diganti dengan penggunaan flowchart untuk memudahkan komunikasi teknis dengan
pengguna Siskesling yang lebih mengerti flowchart.
Antarmuka pengguna merupakan rancangan halaman web yang akan dibuat berdasarkan
kebutuhan pengguna dan spesifikasi fitur. Gambar 5.3 adalah salah satu contoh rancangan
antarmuka.
Gambar 5.3 Rancangan Antarmuka Pengguna Halaman Dashboard
13
Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
KECAM AT AN_PUSKESM AS
KECAM AT AN
ID i nt <pk>
NAM A_KECAM AT AN varchar(100)
PUSKESM AS
ID_PUSKESM AS i nt <pk>
ID i nt <fk>
KECAM AT AN_KELURAHAN NAM A_PUSKESM AS varchar(100)
KEPALA_PUSKESM AS varchar(100)
ST AFF_KESLING varchar(100)
T AHUN i nt T PM _T T U
YANG_ADA i nt ID_T PM i nt <pk>
YANG_DIPERIKSA i nt JENIS varchar(100)
YANG_M EM ENUHI i nt
Gambar 5.4. Perancangan Basis Data Model Fisik Perangkat Lunak Siskesling
14
Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
Tahap transisi menghantarkan aplikasi Siskesling ke pengguna akhir dan menilai
kinerja melalui UAT (User Acceptance Test). Pada tahap ini juga dibuat panduan untuk
pemakaian Aplikasi Siskesling. Gambar 5.5 dan Gambar 5.6. merupakan contoh overview
Siskesling.
Gambar 5.5. Halaman Dashboard Aplikasi Siskesling pada Alamat URL: http://www.siskesling-project.co.id.
Gambar 5.6. Contoh Halaman Web Aplikasi Siskesling Dari Setiap Menu
Aplikasi Siskeling diujicobakan di Dinas Kesehatan Kota Bogor pada 21 Januari 2014
kepada Pemegang Program TPM & TTU dan Kepala Seksi PL. Kegiatan pengujian meliputi:
1. Pengguna diberi penjelasan mengenai cara kerja aplikasi Siskesling dengan disertai
panduan penggunaan aplikasi Siskesling.
15
Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
2. Pengguna diminta untuk mengoperasikan aplikasi Siskesling, misalnya melakukan entry
data dasar, pencatatan, melihat pelaporan, dan melihat grafik yang dihasilkan.
3. Pengguna diminta menilai dan mengomentari mengenai kualitas prototype aplikasi
Siskesling.
6. Kesimpulan
7. Saran
Saran dari penelitian Sistem Informasi Kesehatan Lingkungan Tempat-Tempat Umum dan
Tempat Pengelolaan Makanan Berbasis Web (Siskesling) adalah sebagai berikut.
1. Membuat ketentuan dan peraturan supaya pemanfaatan sistem informasi Siskesling
berbasis web dapat berjalan secara konsisten dan berkesinambungan.
2. Membuat perbaikan bisnis proses pada sistem pencatatan dan pelaporan kesehatan
lingkungan TTU dan TPM yang berjalan saat ini, untuk memperkuat implementasi
teknologi.
16
Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
8. Daftar Referensi
(Bedi, 2013) Mulyana, Bedi. (2013). Pengembangan Kota Bogor Sebagai Destinasi
Pariwisata Internasional. Retrieved October 22, 2013, from E-Journal Universitas Udayana:
http://ojs.unud.ac.id
(Bingshan, 2010) Bingshan, W., Weiguo, Z., & Jun, L. (2010). Knowledge-Based
Environmental Information System for Sustainable Development of Wetland Area. IEEE
Xplore , 178-182.
(Blum, 1974) Blum, H. (1974). Planning for Health, Development and Aplication of Social
Changes Theory. New York: Human Sciences Press.
(Depkes RI, 2004) Depkes RI. (2004). BAB II Profil Kesehatan Indonesia. Retrieved
November 20, 2013, from Departemen Kesehatan RI Web site:
www.depkes.go.id/.../profil/.../BAB%20II_profil.doc
(Dinkes Bogor, 2011) Dinas Kesehatan Kota Bogor. (2011). Profil Kesehatan Kota Bogor.
Bogor: Dinas Kesehatan Kota Bogor.
(Ditjen PL Depkes, 2013) Ditjen PL Depkes. (2013, September 8). Buku Evaluasi Indikator
Tahun 2010 - 2012. Retrieved October 20, 2013, from Ditjen PPPL Kementrian Kesehatan RI
Web Site: http://www.slideshare.net/budi_hermawan_a/buku-evaluasi-indikator-2010-2012
(Ditjen PPPL Kemenkes, 2012) Ditjen PPPL. (2012). Profil Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan Tahun 2011. Retrieved October 4, 2013, from Ditjen PPPL
Kementrian Kesehatan RI Web Site: http://www.pppl.depkes.go.id/
(Finnseth, 2004) Finnseth, A., Evertsen, G., Jokulsson, G., & Wasmuth, M. L. (2004).
Information System for Environmental Monitoring. Geoscience and Remote Sensing
Symposium (pp. 2178 - 2181 vol.3 ). Anchorage, AK : IEEE International.
(John, 1979) John G. Burch, Jr, Felix R. Strater, Gary Grudnistski. (1979). Information
Systems : Theory and Practice, Second Edition. New York, United States : John Wiley &
Sons.
(Kemenkes RI, 2012) Kemenkes RI. (2012). Roadmap Sistem Informasi Kesehatan tahun
2011-2014. Retrieved October 22, 2013, from Departemen Kesehatan RI Web site:
http://www.depkes.go.id/downloads/
(Kompasiana, 2013) Ariani, Y. (2013, October 7). Bogor Bukan Kota yang Nyaman (lagi).
Retrieved October 22, 2013, from Kompasiana.com:
http://regional.kompasiana.com/2013/10/07/bogor-bukan-kota-yang-nyaman-lagi-
599243.html
(Larman, 2004) Larman, C. (2004). Applying UML and Patterns: An Introduction to Object-
Oriented Analysis and Design and Iterative Development, Third Edition. NJ: Addison Wesley
Professional.
17
Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014
(Pusdatin, 1996) Pusat Data & Informasi Departemen Kesehatan RI. (1996). Dukungan
Informasi Untuk Manajemen Kesehatan di Kabupaten/Kotamadya. Jakarta: Depkes RI.
(Scott, 2001) Scott, D. R. (2001). Applying use case driven object modeling with UML : An
Annotated e-Commerce Example. NJ: Publisher Addison Wesley.
(Shim, 2011) Shim, H. S., Min, G. Y., & Jeong, D. H. (2011). A Study on The Development
of Disaster Information Reporting and Status Transmission System based on Smart Phone.
IEEE Xplore, 722-726.
(Siswanto, 2003) Siswanto, Hadi. (2003). Kamus Populer Kesehatan Lingkungan. Jakarta:
EGC.
(Thies, 2013) Thies, H., & Stanoevska-Slabeva, K. (2013). Enhancing the Quality of
Information in Inter-Organizational Environmental Reporting Information System. HIICSS
(Hawaii International Conference on System Science) (pp. 3495-3504). Wailea, HI, USA:
IEEE Xplore Komputer Society.
(WHO, 2005) WHO. (2005). National and Subnational Health Information Systems.
Retrieved November 20, 2013, from Health Metrics Network WHO Web Site:
http://www.who.int/healthmetrics/library/issue_1_05apr.doc
(WHO, 2013) World Health Organization. (2013). Public health and environment: Global
Health Observatory (GHO). Retrieved October 22, 2013, from WHO Web Site:
http://www.who.int/gho/phe/en/index.html
18
Pengembangan sistem.…, Shindry Rihayaty, FKM UI, 2014