Tulisan Ini merupakan karya saya sendiri, bukan jiplakan atau dibuatkan orang lain
Rumah Teletubbies, Bangunan Unik Anti Gempa
Kampung Teletubbies, Sumber : Goodnewsfromindonesia.id
Siapa yang tidak mengenal serial kartun fenomenal anak-anak berjudul
Teletubbies? Kartun ini menceritakan kisah 4 bersaudara yang tinggal di hunian setengah lingkaran di perbukitan. Ternyata di dunia nyata ada hunian yang mirip dengan rumah dalam serial kartun tersebut. Di Yogyakarta tepatnya di Dusun Nglepen, Sengir, Sumberharjo, Prambanan, Sleman terdapat hunian unik yang berbeda dengan hunian pada umumnya. Hunian tersebut Bernama Rumah Dome atau sering disebut Rumah Teletubbies karena bentuknya yang mirip dengan hunian teletubbies seperti di kartun anak-anak. Rumah ini berfungsi sebagai hunian warga dusun sekaligus menjadi tempat wisata karena keunikan yang menjadi daya Tarik tersendiri. Berawal Karena Gempa Rumah Teletubbies dibangun pada tahun 2006 usai terjadinya gempa di Yogyakarta tak terkecuali Dusun New Nglepen. Kejadian itu tentu memporakporandakan banyak rumah warga. Dari situlah muncul ide untuk membangun rumah anti gempa yaitu rumah Teletubbies. NGO (Non-Governmental Organisation) memberi bantuan untuk membangun rumah agar bisa dihuni warga yang terdampak bencana gempa bumi. Rumah didesain khusus, tujuanya antisipasi jika terjadi gempa lagi, rumah tetap berdiri kokoh dan tidak roboh ataupun rusak.
Memilki Bentuk Unik Setengah Lingkaran
Rumah-rumah di dusun Nglepen berbentuk setengah lingkaran. Rumah dome
di dusun Nglepen, Prambanan, didesain dengan atap berbentuk kubah dan denah berbentuk lingkaran. Jumlah rumah 71 buah, mempunyai beberapa km/wc komunal untuk setiap 12 rumah. Diameter rumah dome 7 m, dua lantai, luas sekitar 38 m2. Pembangunan dimulai 10 Oktober 2006, dan mulai dihuni warga akhir April 2007. Tahan Gempa dan Bencana Lain Rumah Teletubbies dirancang sedemikian rupa dengan teknologi khusus. Konsepnya dipertimbangkan agar kokoh. Karena bentuk dan konstruksinya, rumah Teletubbies dipercaya tahan gempa, tahan api, badai, dan juga bisa tahan dari terpaan angin dengan kecepatan hingga 450 km/jam.. Rumah ini juga anti rayap, tikus, dan jamur.
Satu-satunya di Asia Tenggara
Rumah Dome atau Rumah Teletubbies tidak terdapat di semua negara. Dari laman situs The Dome For The World Foundation, rumah dome hanya ada di 5 negara sasaran penerima bantuan, yaitu Indonesia, India, Belize, Haiti, dan Etiopia. Ini artinya di Asia Tenggara Indonesia menjadi satu-satunya yang memiliki rumah dome atau rumah Teletubbies. Hal tersebut tentunya menjadi kebanggan karena menambah keunikan negara Indonesia
Kontroversi Rumah Teletubbies
Rumah Teletubbies memang memberi manfaat bagi warga. Apalagi kontruksinya yang lebih kokoh sehingga dapat tahan bencana. Hal tersebut tentunya memberikan rasa tenang kepada warga yang menghuni rumah Teletubbies. Namun dibalik manfaatnya, warga mengalami suka duka dalam menghuni rumah Teletubbies. Dilansir dari rappler.com, sebagian besar penduduk dusun Nglepen yang berprofesi sebagai petani dan peternak mengaku kesulitan menyesuaikan dengan hunian mungil tersebut. (Saraswati, 2007 : 137) menjelaskan bahwa warga mengeluh karena rumah sempit, panas, dsb. Namun pada akhirnya warga mampu beradaptasi dengan hunian unik tersebut. Warga melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa.
Menjadi Kampung Wisata
Karena keunikan bentuk Rumah Teletubbies, Dinas pariwisata melirik adanya potensi besar untuk menjadikan Rumah Teletubbies menjadi kampung wisata. Akhirnya dengan bantuan dari Dinas Pariwisata setempat, muncul Pokdarwis (kelomppok sadar wisata) untuk mengelola dusun Nglepen sebagai kampung wisata, sekaligus mempertanggungjawabkan pengelolaan pada penduduk setempat. Dengan bantuan pemda setempat, Pokdarwis memberikan pelatihan dan penyuluhan pada penduduk setempat. Mereka dilatih untuk mengelola kampung wisata rumah Teletubbies. Tujuanya agar pengelolaan bisa tertata dan berhasil menjadi kampung wisata yang menarik. Ternyata keberadaan rumah Teletubbies mampu menarik wisatawan untuk berkunjung melihat keunikan bentuk yang disuguhkan oleh rumah Teletubbies. Wisatawan terus berdatangan dan jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun. deretan pengunjung sejak 2008 hingga Maret 2017 tercatat di papan tulis putih di dinding kantor Pokdarwis di dusun Nglepen. Jumlahnya terus bertambah setiap tahun, dari 3.407 pengunjung sepanjang tahun 2008 hingga berjumlah 30.255 pada tahun 2016. Hal tersebut berarti jumlah pengunjung naik secara signifikan. Bagi wisatawan, Pokdarwis menetapkan tarif masuk yang berbeda sejak awal 2008 hingga tarif terbaru saat ini, saat ini harga yang dipatok sebesar Rp5.000 per orang. Ada pula jasa wisata paket seperti outbond, homestay, trekking, edukasi tentang rumah dome, hingga jasa Jeep atau gerobak tradisional yang ditarik dengan sapi dengan tarif antara Rp20 ribu per orang hingga Rp300 ribu. Pemasukan yang diperoleh tersebut mampu menghidupkan perekonomian dusun Nglepen. Penduduk sekitar juga ikut berpartisipasi secara langsung dalam mengelola kampung wisata Rumah Teletubbies. Contohnya perempuan dan ibu rumah tangga yang dilibatkan dalam urusan domestik, seperti mengelola katering ataupun UKM makanan olahan tradisional. Lelaki yang menyediakan jasa trekking,outbond, dll Mengalami Perkembangan dan Perubahan Bentuk
Rumah Teletubbies yang kini berwarna, sumber : galerywisataasyik.blogspot.com
Setelah sekian lama dihuni, sebagian warga akhirnya melakukan renovasi
dengan memoles cat warna-warni sehingga memberi kesan lebih ceria seperti gambar di atas. Selain itu beberapa warga menambah bangunan di samping kiri atau kanan rumah Teletubbies karena kebutuhan walaupun sempat ditegur oleh pokdarwis (kelompok sadar wisata) karena takut mengubah bentuk khas dari rumah Teletubbies itu sendiri. Beberapa penduduk ada juga yang memilih untuk mewariskan rumah tersebut kepada anak atau cucu lalu membangun rumah di lokasi lain. Daftar Pustaka Haryanto, E. 2022. “Ada Kampung Teletubbies Nyata di Yogyakarta, Bentuk Rumahnya Unik Katanya Tahan Gempa” dalam https://www.indozone.id. Diunduh pada 21 Desember 2022 Nugroho, D. S. 2017. Desa Wisata Sebagai Community Based Tourism. UPAJIWA DEWANTARA: Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Manajemen Daulat Rakyat, Vol 1. No 2, pp. 68-82. DOI: https://doi.org/10.9744/dimensi.35.2.pp.%20136-142 Pitaloka, D.A. 2017. “Suka duka warga Sleman yang tinggal di Rumah Teletubbies” dalam https://www.rappler.com. Dunduh pada 21 Desember 2022 Rasyid, S. 2020. “5 Potret Unik Kampung Teletubbies di Jogja, Satu-satunya di Asia Tenggara” dalam https://www.merdeka.com. Diunduh 21 Desember 2022. Saraswati, T. 2007. Kontroversi Rumah Dome di Nglepen, Prambanan, DI Yogyakarta. DIMENSI (Journal of Architecture and Built Environment), 35(2), 136-142. Diakses dari core.ac.uk
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 271 PMK.06 2015 Tentang Tata Cara Penggunaan Pemindahtanganan Pemusnahan Dan Penghapusan Barang Milik Negara Pada Perwakilan Republik Indonesia Di Luar Negeri