Anda di halaman 1dari 6

Nama : Indah Dwi Zahra

NIM : 22201241009

Tulisan Ini merupakan karya saya sendiri, bukan jiplakan atau dibuatkan orang
lain

Rumah Teletubbies, Bangunan Unik Anti Gempa

Kampung Teletubbies, Sumber : Goodnewsfromindonesia.id

Siapa yang tidak mengenal serial kartun fenomenal anak-anak berjudul


Teletubbies? Kartun ini menceritakan kisah 4 bersaudara yang tinggal di hunian
setengah lingkaran di perbukitan. Ternyata di dunia nyata ada hunian yang mirip
dengan rumah dalam serial kartun tersebut. Di Yogyakarta tepatnya di Dusun
Nglepen, Sengir, Sumberharjo, Prambanan, Sleman terdapat hunian unik yang
berbeda dengan hunian pada umumnya. Hunian tersebut Bernama Rumah Dome
atau sering disebut Rumah Teletubbies karena bentuknya yang mirip dengan hunian
teletubbies seperti di kartun anak-anak. Rumah ini berfungsi sebagai hunian warga
dusun sekaligus menjadi tempat wisata karena keunikan yang menjadi daya Tarik
tersendiri.
Berawal Karena Gempa
Rumah Teletubbies dibangun pada tahun 2006 usai terjadinya gempa di
Yogyakarta tak terkecuali Dusun New Nglepen. Kejadian itu tentu
memporakporandakan banyak rumah warga. Dari situlah muncul ide untuk
membangun rumah anti gempa yaitu rumah Teletubbies. NGO (Non-Governmental
Organisation) memberi bantuan untuk membangun rumah agar bisa dihuni warga
yang terdampak bencana gempa bumi. Rumah didesain khusus, tujuanya antisipasi
jika terjadi gempa lagi, rumah tetap berdiri kokoh dan tidak roboh ataupun rusak.

Memilki Bentuk Unik Setengah Lingkaran

Rumah-rumah di dusun Nglepen berbentuk setengah lingkaran. Rumah dome


di dusun Nglepen, Prambanan, didesain dengan atap berbentuk kubah dan denah
berbentuk lingkaran. Jumlah rumah 71 buah, mempunyai beberapa km/wc komunal
untuk setiap 12 rumah. Diameter rumah dome 7 m, dua lantai, luas sekitar 38 m2.
Pembangunan dimulai 10 Oktober 2006, dan mulai dihuni warga akhir April 2007.
Tahan Gempa dan Bencana Lain
Rumah Teletubbies dirancang sedemikian rupa dengan teknologi khusus.
Konsepnya dipertimbangkan agar kokoh. Karena bentuk dan konstruksinya, rumah
Teletubbies dipercaya tahan gempa, tahan api, badai, dan juga bisa tahan dari
terpaan angin dengan kecepatan hingga 450 km/jam.. Rumah ini juga anti rayap,
tikus, dan jamur.

Satu-satunya di Asia Tenggara


Rumah Dome atau Rumah Teletubbies tidak terdapat di semua negara. Dari
laman situs The Dome For The World Foundation, rumah dome hanya ada di 5
negara sasaran penerima bantuan, yaitu Indonesia, India, Belize, Haiti, dan Etiopia.
Ini artinya di Asia Tenggara Indonesia menjadi satu-satunya yang memiliki rumah
dome atau rumah Teletubbies. Hal tersebut tentunya menjadi kebanggan karena
menambah keunikan negara Indonesia

Kontroversi Rumah Teletubbies


Rumah Teletubbies memang memberi manfaat bagi warga. Apalagi
kontruksinya yang lebih kokoh sehingga dapat tahan bencana. Hal tersebut tentunya
memberikan rasa tenang kepada warga yang menghuni rumah Teletubbies. Namun
dibalik manfaatnya, warga mengalami suka duka dalam menghuni rumah
Teletubbies. Dilansir dari rappler.com, sebagian besar penduduk dusun Nglepen
yang berprofesi sebagai petani dan peternak mengaku kesulitan menyesuaikan
dengan hunian mungil tersebut. (Saraswati, 2007 : 137) menjelaskan bahwa warga
mengeluh karena rumah sempit, panas, dsb. Namun pada akhirnya warga mampu
beradaptasi dengan hunian unik tersebut. Warga melakukan aktivitas sehari-hari
seperti biasa.

Menjadi Kampung Wisata


Karena keunikan bentuk Rumah Teletubbies, Dinas pariwisata melirik
adanya potensi besar untuk menjadikan Rumah Teletubbies menjadi kampung
wisata. Akhirnya dengan bantuan dari Dinas Pariwisata setempat, muncul
Pokdarwis (kelomppok sadar wisata) untuk mengelola dusun Nglepen sebagai
kampung wisata, sekaligus mempertanggungjawabkan pengelolaan pada penduduk
setempat.
Dengan bantuan pemda setempat, Pokdarwis memberikan pelatihan dan
penyuluhan pada penduduk setempat. Mereka dilatih untuk mengelola kampung
wisata rumah Teletubbies. Tujuanya agar pengelolaan bisa tertata dan berhasil
menjadi kampung wisata yang menarik.
Ternyata keberadaan rumah Teletubbies mampu menarik wisatawan untuk
berkunjung melihat keunikan bentuk yang disuguhkan oleh rumah Teletubbies.
Wisatawan terus berdatangan dan jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun.
deretan pengunjung sejak 2008 hingga Maret 2017 tercatat di papan tulis putih di
dinding kantor Pokdarwis di dusun Nglepen. Jumlahnya terus bertambah setiap
tahun, dari 3.407 pengunjung sepanjang tahun 2008 hingga berjumlah 30.255 pada
tahun 2016. Hal tersebut berarti jumlah pengunjung naik secara signifikan.
Bagi wisatawan, Pokdarwis menetapkan tarif masuk yang berbeda sejak
awal 2008 hingga tarif terbaru saat ini, saat ini harga yang dipatok sebesar Rp5.000
per orang. Ada pula jasa wisata paket seperti outbond, homestay, trekking, edukasi
tentang rumah dome, hingga jasa Jeep atau gerobak tradisional yang ditarik dengan
sapi dengan tarif antara Rp20 ribu per orang hingga Rp300 ribu.
Pemasukan yang diperoleh tersebut mampu menghidupkan perekonomian
dusun Nglepen. Penduduk sekitar juga ikut berpartisipasi secara langsung dalam
mengelola kampung wisata Rumah Teletubbies. Contohnya perempuan dan ibu
rumah tangga yang dilibatkan dalam urusan domestik, seperti mengelola katering
ataupun UKM makanan olahan tradisional. Lelaki yang menyediakan jasa
trekking,outbond, dll
Mengalami Perkembangan dan Perubahan Bentuk

Rumah Teletubbies yang kini berwarna, sumber : galerywisataasyik.blogspot.com

Setelah sekian lama dihuni, sebagian warga akhirnya melakukan renovasi


dengan memoles cat warna-warni sehingga memberi kesan lebih ceria seperti
gambar di atas. Selain itu beberapa warga menambah bangunan di samping kiri atau
kanan rumah Teletubbies karena kebutuhan walaupun sempat ditegur oleh
pokdarwis (kelompok sadar wisata) karena takut mengubah bentuk khas dari rumah
Teletubbies itu sendiri. Beberapa penduduk ada juga yang memilih untuk
mewariskan rumah tersebut kepada anak atau cucu lalu membangun rumah di lokasi
lain.
Daftar Pustaka
Haryanto, E. 2022. “Ada Kampung Teletubbies Nyata di Yogyakarta, Bentuk
Rumahnya Unik Katanya Tahan Gempa” dalam https://www.indozone.id.
Diunduh pada 21 Desember 2022
Nugroho, D. S. 2017. Desa Wisata Sebagai Community Based Tourism.
UPAJIWA DEWANTARA: Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Manajemen
Daulat Rakyat, Vol 1. No 2, pp. 68-82.
DOI: https://doi.org/10.9744/dimensi.35.2.pp.%20136-142
Pitaloka, D.A. 2017. “Suka duka warga Sleman yang tinggal di Rumah
Teletubbies” dalam https://www.rappler.com. Dunduh pada 21 Desember
2022
Rasyid, S. 2020. “5 Potret Unik Kampung Teletubbies di Jogja, Satu-satunya di
Asia Tenggara” dalam https://www.merdeka.com. Diunduh 21 Desember
2022.
Saraswati, T. 2007. Kontroversi Rumah Dome di Nglepen, Prambanan, DI
Yogyakarta. DIMENSI (Journal of Architecture and Built
Environment), 35(2), 136-142. Diakses dari core.ac.uk

Anda mungkin juga menyukai