Anda di halaman 1dari 8

PANITIA PEMBANGUNAN RUMAH GENDANG PANGKA

Alamat; Pangka, RT 003/RW 003, Desa Golo Wedong, Kec. Kuwus Barat, Kab. Manggarai Barat

Pangka, 03 Agustus 2022

Nomor :-
Lampiran : 1 (Satu) Jilid Kepada Yth.
Perihal : Permohonan Bantuan Dana Hibah Bapak Bupati Kabupaten Manggarai Barat
Pengadaan sarana dan Prasarana
Rumah Adat Gendang Pangka Di

Labuan Bajo

Dengan Hormat,

Dalam rangka melestarikan dan mempertahankan Warisan Budaya dan leluhur masyarakat manggarai
serta menyatukan masyarakat yang hidup dalam satu kampung yang terdiri dari berbagai garis keturunan dan
suku yang berbeda, maka diperlukan keberadaan rumah Gendang sebagai salah satu simbol pemersatu
kebudayaan masyarakat adat yang merupakan pusat tempat untuk menyelesaikan berbagai hal yang berkaitan
dengan adat. Adapun simbol Rumah Gendang tersebut akan lebih bermakna jika di sertai dengan adanya
sarana dan Prasarana yang menunjang.

Berkaitan hal tersebut, maka kami keluarga besar “Pa’ang Olo Ngaong Muhi” kampung Pangka akan
pentingnya Sarana dan Prasarana Penunjang rumah Gendang dimana sarana dan Prasarana dalam Rumah
Gendang Pangka belum Memadai. Namun demikian ditengah upaya yang dimaksud kami mengalami kesulitan
dan keterbatasan biaya/keuangan.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas , kami sangat mengharapakan bantuan dari Pemerintah
Kabupaten Manggarai Barat melalui Bapak Bupati dan Pimpinan Instansi terkait agar berkenan membantu kami
dalam upaya Pengadaan sarana dan Prasarana tersebut..

Demikian permohonan ini kami buat, besar harapan kami agar bapak Bupati menyetujui usulan kami ini,
dan sebelumnya kami menyampaikan terima kasih.

Panitia Pelaksana

Ketua Sekretaris

Ludovikus Ambuk Herkulianus A. Jemarut


Mengetahui

Kepala Desa Golo Wedong

Tembusan:
Lavianus Dadut
Disampaikan dengan Hormat Kepada:
1. Kepala Dinas Parawisata, Ekonomi
Kreatif dan Kebudayaan Kab. Mangarai
Barat
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Rumah Gendang (Hekang Gendang) adalah rumah adat khas Manggarai yang
terdapat diberbagai penjuru Manggarai. Rumah Gendang bagi masyarakat Manggarai tidak saja
sekedar ungkapan legendaris kehidupan nenek moyang, melainkan juga suatu pernyataan secara
utuh dan konkret tentang tata pamong desa, organisasi sosial serta sistem kemasyarakatan,
sehingga tak pelak menjadi titik sentral kehidupan warganya. Sistem nilai budaya yang dihasilkan
dari proses kehidupan rumah Gendang, menyangkut soal makna dari hidup manusia; makna dari
pekerjaan; karya dan amal perbuatan; persepsi mengenai waktu; hubungan manusia dengan alam
sekitar; soal hubungan dengan sesama. Dapat dikatakan bahwa rumah Gendang memberikan
makna tersendiri bagi masyarakat Manggarai. Rumah Gendang adalah pusat kebudayaan mereka
karena disanalah seluruh kegiatan dan segala proses kehidupan berjalan dari waktu ke waktu.

Rumah Gendang memang bukan sebuah hunian mewah dengan aneka perabotan
canggih seperti yang diidamkan oleh masyarakat modern saat ini. Rumah Gendang cukuplah
dilukiskan sebagai sebuah hunian yang sederhana dengan perabotan seadanya. Namun, dibalik
kesederhanaan itu, rumah Gendang menyimpan sekian banyak makna dan sarat akan nilai-nilai
kehidupan yang unggul. Tak dapat dipungkiri bahwa rumah Gendang telah menjadi simbol yang
kokoh dari kehidupan komunal masyarakat Manggarai. Dengan adanya rumah Gendang dan
menjalani segala proses kehidupan di tempat tersebut, masyarakat Manggarai menunjukkan
bahwa mereka juga memiliki naluri untuk selalu hidup bersama dan berdampingan dengan warga
masyarakat lainnya. Mereka mencintai kedamaian dalam komunitas yang harmonis sehingga
mereka berusaha keras untuk mempertahankan tradisi rumah Gendang ini. Harapan ini didukung
oleh kesadaran setiap individu untuk menyelaraskan setiap kepentingannya dengan kepentingan
bersama. Kesadaran tersebut dilandasi oleh alam pikiran religio-magis, yang menganggap bahwa
setiap warga mempunyai nilai dan kedudukan serta hak hidup yang sama dalam lingkungan
masyarakatnya.

Rumah Gendang selain sebagai tempat kediaman juga merupakan pusat segala kegiatan
tradisional warga masyarakat. Apabila diamati secara lebih seksama, kegiatan di rumah Gendang
menyerupai suatu proses pendidikan tradisional yang bersifat non-formal. Rumah Gendang
menjadi tempat dan sekaligus menjadi sarana yang efektif bagi masyarakat Manggarai untuk
membina keakraban satu sama lain. Di tempat inilah mereka mulai berbincang-bincang untuk
saling bertukar pikiran mengenai berbagai pengalaman, pengetahuan dan keterampilan satu sama
lain. Hal seperti itu bukanlah sesuatu yang sukar untuk dilakukan, meskipun pada malam hari atau
bahkan pada saat cuaca buruk sekalipun, sebab mereka berada di bawah satu atap. Demikianlah
pengalaman, pengetahuan dan keterampilan diwariskan secara lisan kepada generasi penerus.

Dalam suasana kehidupan di rumah Gendang, setiap warga selalu dengan sukarela dan
terbuka terhadap warga lainnya dalam memberikan petunjuk dan bimbingan dalam mengerjakan
sesuatu. Kesempatan seperti itu juga terbuka bagi kelompok dari luar rumah adat. Meski terbilang
sangat sederhana dan jauh dari kesan mewah, rumah Gendang tetaplah bernilai tinggi bagi
masyarakat Manngarai. Oleh karena itu sangat penting kiranya bagi kita untuk mencermati lebih
jauh pandangan masyarakat Manggarai mengenai rumah Gendang yang tercermin dalam
beberapa aspek berikut ini :
Rumah yang dikaji dalam buku ini bukan sekadar rumah biasa, melainkan rumah adat
atau rumah utama dari suatu komunitas orang Manggarai; suatu rumah komunal yang menjadi
tanda dan simbol dari suatu kelompok masyarakat ini. Rumah tersebut dalam tradisi orang
Manggarai disebut sebagai mbaru gendang. Ada pula istilah lain yang dipakai yakni mbaru
tembong, mbaru mésé, mbaru adak, dan mbaru tambor. Dalam tradisi lain di Asia Tenggara
rumah adat seperti ini disebut sebagai “great house” (rumah besar), rumah yang secara nominal
menyatukan komunitas patriarkal (Errington, 1989: 238; Allerton, 2003: 121-122). John L. Gordon
(1975: 128), seorang yang pernah meneliti tentang Manggarai, menerjemahkan mbaru gendang
ke dalam bahasa Inggris dengan istilah big clan house (rumah keluarga/klan besar) karena didiami
oleh keluarga besar suatu suku ataupun klan. Maribeth Erb, profesor dari National University of
Singapore (NUS), seorang yang banyak menulis mengenai Manggarai, menerjemahkannya
secara literal yakni drum house(Erb, 2007: 250).Bagi orang Manggarai, mbaru gendang bukanlah
sekadar sebuah bangunan fisik dan karya arsitektur belaka. Mbaru gendang memperlihatkan
aspek yang lebih luas, baik fisik, sosial, kultural, maupun religius. Mbaru gendang adalah simbol
kebudayaan dan lambang identitas. Mbaru gendang adalah pusat di mana pemerintahan
kampung, kebudayaan, dan agama tradisional orang Manggarai berada. Ia rumah yang sosial,
sakral, dan kultural. Rumah ini juga menjadi ruang pengadilan (fungsi yudikatif) karena segala
perkara, persoalan, dan konflik warga digelar dan diselesaikan di rumah ini. Rumah ini berfungsi
seperti gedung parlemen (legislatif), karena di rumah ini wakil-wakil suku berdiam. Mereka
membuat aneka keputusan, aturan, pertemuan, dan tata kehidupan kampung di sini. Suara-suara
klan juga disalurkan melalui kehadiran mereka. Di rumah ini, pusat pemerintahan (fungsi eksekutif)
kampung berada. Unsur penguasa/pemerintah kampung berdiam dan mengatur kehidupan
warganya berdiam di dalam rumah ini. Sejalan dengan sejarah kehidupan orang Manggarai yang
terus berubah dan bertranformasi, demikian pula mbaru gendang mengalami perubahan dari
waktu ke waktu. Perubahan ini menyangkut banyak aspek seperti bentuk fisik dan konstruksi
arsitektur ekterior dan interior rumah, fungsi rumah bagi komunitas, pemaknaan masyarakat atas
rumah dan lain-lain. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh aneka faktor, baik dari
dalamkomunitas kampung itu sendiri, perubahan cara dan tatanan hidup masyarakat, maupun
karena pengaruh luar seperti kebijakan negara, perkembangan pariwisata, dan pengaruh
globalisasi. Keberadaan serta perubahan-perubahan ini pantas untuk dipertanyakan. Adapun
perubahan perubahan tersebut bisa disebabkan oleh sarana prasarana Rumah adat tersebut
uyang kurang memadai. Oleh karena itu perlu Rumah Adat Gendang Pangka sangat membutuh
Bantuan Dana Hibah untuk menunjang Sarana dan Prasarana yang ada di Rumah Adat Gendang
Pangka.

B. TUJUAN
Tujuan utama dari Penambahan Sapras Rumah adat Gendang Pangka ini antara lain :

1. Melestarikan nilai-nilai budaya tradisi ;


2. Mendidik dan menguatkan mental generasi muda secara turun temurun akan pentingnya
nilai-nilai budaya tradisional.
3. Mengangkat nilai-nilai tradisi dan Budaya Masyarakat Desa khusus Kampung Pangka ;
4. Menyelamatkan tradisi-tradisi sosial di rumah Gendang Pangka
5. Mendukung program Pemerintah dalam melestarikan nilai budaya dan tradisi Manggarai,
khususnya kekayaan kebudayaan di Manggarai Barat;
6. Berperan serta aktif menyelamatkan kekayaan warisan budaya yang ada di Manggarai Barat
Propinsi Nusa Tenggara Timur
Untuk itu, tujuan utama proposal ini adalah agar Pemerintah Kabupaten manggarai Barat
dapat memberikan bantuan dana Hibah dalam rangka melaksanakan kegiatan Revitalisasidan
Pengadaan sarana dan Prasarana Rumah Adat Gendang Pangka, agar keberlansungan dan
kelestariannya dapat terjaga, terpelihara dengan baik karena bagian dari asset kebudayaan
masyarakat Kampung Pangka, asset Pemerintah Kabupaten Manggarai khususnya dan aset bagi
Pemerintah Republik Indonesia Umumnya.

C. BENTUK BANTUAN

Bentuk bantuan yang diperlukan untuk merevitalisasi Rumah adat Gendang Pangk adalah
dalam bentuk bantuan dana atau bantuan dana sosial untuk pengadaan macam peralatan.
Bantuan dana yang diperlukan berdasarkan Rincian Anggaran Biaya (RAB) Rumah Adat Gendang
Pangka ini akan dipergunakan dengan penuh tanggungjawab dan dipergunakan dengan sebaik-
baiknya untuk kegiatan revitalisasi rumah adat Gendang Pangka, dengan sistem pengelolaan
berasaskan masyarakat setempat (swakelola) untuk melaksanakan kegiatan dimaksud.

D. MANFAATAN
Manfaat dari Finishing dan Pengadaan Sarana Prasarana Rumah adat Gendang Pangka
dianggap memiliki nilai yang sangat positif bagi masyarakat adat Kampung Pangka dalam rangka
pelestarian nilai-nilai tradisi yang dimiliki masyarakat adat Manggarai

E. TAHAPAN KEGIATAN

Tahapan kegiatan Finishing rumah adat Gendang Pangka yang direncanakanan Sebagai
berikut :

1. Identifikasi kebutuhan revitalisasi ;


2. Pengadaan bahan bangunan dan perlatan ;
3. Pengerjaan revitalisasi rumah Adat Gendang Pangka ;
4. Finalisasi kegiatan;
5. Pelaporan penggunaan anggaran, dan ;
6. Penyerahan dokumen kegiatan.

BAB II

RENCANA PEMANFAATAN HIBAH

2.1 Bidang yang Dipilih


Hasil dari identifikasi potensi dan masalah yang ada di Rumah Gendang Pangka adalah Sarana
dan Prasarana Penunjang Rumah Adat

2.2 Pertanggung Jawaban


Dana Hibah yang diterima oleh Rumah Gendang Pangka yang telah memenuhi syarat wajib
dipertanggung jawabkan sesuai dengan pemanfaatannya.
Adapun hal-hal yang perlu dilakukan adalah
1. Mencatat setiap pemasukan dan pengeluaran dana Hibah Rumah Adat Gendang Pangka
dalam suatu buku khas
2. Menuliskan dalam Kuintasi dan atau nota setiap penerimaan dan pengeluaran dana
Program pemberdaayaan Gendang Pangka .
3. Membuatkan daftar hadir dan notulensi jika dana program digunakan untuk membiayai
rapat/pertemuan
4. Mendokumentasikan kondisi awal dan kondisi akhir sesudah dana program dimanfaatkan
untuk setiap sarana dan prasarana serta semua kegiatan berkaiatan dengan penggunaan
Dana Hibah.

BAB III

WAKTU DAN LOKASI HIBAH

A. Waktu
Adapaun waktu yang digunakan dalam penggunaaan Dana hibah untuk pengadaan
Sarana Prasarana di Rumah Gendang Pangka adalah dilakukan setelah Dana tersebut
dialokasikan ke rumah Gendang Pangka dan sampai pada tahap pelaporan.

B. Lokasi
Lokasi untuk Penggunaan Dana Hibah Terbut adalah pada tabel berikut:

alamat
Nama pengunaan
No Kabupaten Kecamatan Desa
Hibah
RT RW

Sarana dan Prasarana


1 Manggarai Barat Kuwus Barat Golo wedong Pangka 003 003
Gendang Pangka

BAB IV

JENIS HIBAH YANG DIBUTUHKAN

Adapun jenis-jenis hibah yang dibutuhkan adalah untuk kebutuhan sarana dan prasarana
rumah Gendang Pangka sebagai berikut:

NO JENIS HIBAH VOLUME KETERANGAN


1 Gong 6 Buah
2 Gendang 4 Buah
3 Perlengkapan Caci ( Gendang dan Koret) 4 Buah
4 Pakaian Caci 2 Lembar
5 Tikar/ Loce 20 Buah
6 Bantal Duduk (Tange Umpuk) 20 Buah
7 Kursi 300 Buah
8 Instalasi Listrik Paket
9 Perlengkapan Dapur Paket
10 Cat Dinding Paket
11 Meja 2 Buah
12 Terpal 10 Buah
BAB V
NILAI HIBAH DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)

Adapun Rencana Anggaran Biaya (RAB) awal yang dibutuh untuk sarana Prasarana Gendang Pangka
adalah:

NO JENIS HIBAH VOLUME BIAYA TOTAL KET.

1 Gong 6 Buah Rp 1.500.000 Rp 9.000.000


2 Gendang 4 Buah Rp 2.000.000 Rp 8.000.000
3 Perlengkapan Caci ( Ngiling dan 4 Buah Rp 4.000.000 Rp 16.000.000
Koret)
4 Pakaian Caci 2 Lembar Rp 10.000.000 Rp 20.000.000
5 Tikar/ Loce 20 Buah RP 500.000 Rp 10.000.000
6 Bantal Duduk (Tange Umpuk) 20 Buah Rp 200.000 Rp 4.000.000
7 Kursi 300 Buah Rp 100.000 Rp 3.000.000
8 Instalasi Listrik Paket Rp 6.000.000 Rp 6.000.000
9 Perlengkapan Dapur Paket Rp 10.000.000 Rp 13.000.000
10 Cat Dinding Paket Rp 5.000.000 Rp 5.000.000
11 Meja 2 Buah Rp 500.000 Rp 1.000.000
12 Terpal 10 Buah Rp 500.000 Rp 5.000.000
Jumlah Rp 100.000.000

BAB VI

PENUTUP

Nilai budaya dan adat istiadat dalam masyarakat lebih khusus kaum generasi muda akan lebih baik jika
di dukung oleh sarana dan praarana yang memadai. Oleh kraena bantuan dana hibah dari pemerintah
merupakan suatu upaya untuk mendukung prasaran dan Prasarana tersebut. Begitupun Rumah adat
Gendang Pangka yang sangat ini sangat memerlukan bantuan Dana Hibah tersebut sebagai
penunjang sarana dan Prasarana Gendang Pangka.
Lampiran:

Anda mungkin juga menyukai