Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TEGANGAN

TINGGI

OLEH :
SANDI T2120017

PRODI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ICSHAN GORONTALO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat serta karunianya kepada kami sehingga berhasil
menyelesaikan laporan praktikum ini.

Dalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari bahwa masih


ada banyak kekurangan dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan dan
wawasan serta pengalaman yang penulis miliki. Untuk itu penulis mohon
maaf atas segala kekurangan tersebut, kami mengharapkan segala saran
dan kritik serta masukkan yang bersifat membangun bagi penulis.

Akhir kata, penulis mengucapkan terimah kasih kepada semua


pihak yang turut membantu dalam penyelesaian laporan ini, semoga Allah
SWT meridhoi segala usaha kita.

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1. Latar Belakang................................................................................................2
1.2. Tujuan.............................................................................................................2
1.3. Batasan Maslalah............................................................................................2
1.4. Manfaat...........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................3
2.1. Landasan Teori...............................................................................................3
2.2. Pembangkitan Dan Pengukuran Tegangan Tinggi Ac...................................5
2.3. Kegagalan Dielektrik Udara...........................................................................6
2.4. Pengujian Issolasi Zat Cair............................................................................7
2.5. Pengujian Isolas I Padat................................................................................8
BAB III METODOLOGI PENGUJIAN.........................................................12
3.1 Alat dan Bahan..............................................................................................12
3.2 Tabel Pengujian Isolator Keramik.................................................................12
BAB IV ANALISA DATA................................................................................18
4.1 Tabel Hasil Pengujian....................................................................................18
4.2 Analisis Hasil Pengujian................................................................................19
BAB V PENUTUP.............................................................................................21
5.1 Kesimpulan....................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................22
LAMPIRAN.......................................................................................................23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada tegangan tinggi ac terdapat pengujian-pengujian yang harus
dilakukan dalam upaya pemeliharaan komponen-komponen kelistrikan
pada tegangan tinggi. Pengujian tersebut mencakup pengujian rugi-rugi
dielektrik, pengujian korona, pengujian kekuatan dielektrik, dan pengujian
ketahanan peralatan terhadap tegangan tinggi ac, maka untuk melakukan
pengujian tersebut dilakukan Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan
Tinggi ac.

Udara merupakan salah satu dielektrik, yang mana tidak dapat


menghantarkan arus listrik, namun pada titik tertentu dapat terjadi
tegangan tembus pada media dielektrik seperti udara. Maka dilakukan
pengujian Kegagalan Dielektrik Udara.

Polaritas dalam sistem tegangan tinggi dapat mempengaruhi


breakdown dielektrik udara, dimana akan terjadi fenomena stress tegangan
sebelum terjadi kegagalan isolasi pada udara. Maka untuk itu diperlukan
pengujian Efek Polaritas Tegangan Terhadap Breakdown Dielektrik
Udara.

Pada tegangan tinggi terdapat isolasi berupa zat cair, contoh


penggunaan isolasi zat cair yaitu berupa minyak transformator. Dari
penggunaan isolasi zat cair diperlukan pengujian untuk mengetahui
kemampuan dielektrik isolasi tersebut. Maka pada percobaan ini dilakukan
Pengujian Isolasi Zat Cair.

Pengujian yang sama juga dilakukan pada isolasi padat seperti


isolasi porselin dan isolasi kaca untuk mengetahui tegangan tembus dari
kedua bahan tersebut.

1
Dilaksanakannya percobaan percobaan diatas adalah sebagai
pengujian dari teori teori yang sudah dipelajari pada semester
sebelumnya,juga sebagai tambahan ilmu baru dengan peralatan yang
sebelumnya belum pernah dikenal dan agar dapat mengetahui karakteristik
dari tiap bahan isolasi yang di gunakan dalam percobaan.

1.2. Tujuan

Adapun tujuan-tujuan dari pelaksanaan praktikum teknik tegangan


tinggi ini adalah :

1. Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi AC


2. Kegagalan Dielektrik Udara
3. Pengujian Isolasi Zat Cair
4. Pengujian Isolasi Porselin dan isolaasi kaca

1.3. Batasan Masalah

Batasan masalah pada praktikum ini yaitu :

1. Pengujian dan pembangkitan tegangan tinggi ac

2. Pengujian kekuatan dielektrik dari bahan isolasi.

1.4. Manfaat

Dengan melakukan pengujian kita bisa mengetahui tegangan


tembus dari setiap bahaan isolasi agar bisaa diaplikasikan di lapangan.
Selain itu juga,dengan praktikum ini dapat menambah wawasan bagi
setiap mahasiswa dan sebaagai acuan untuk praktikum-praktikum yang
akan dilakukan selanjutnya.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Peluahan parsia (partial discharge) adalah peristiwa


pelepasan/loncatan bunga api listrik yang terjadi pada suatu bagian isolasi
(pada rongga dalam atau pada permukaan) sebagai akibat adanya beda
potensial yang tinggi dalam isolasi tersebut. Peluahan parsialdapat terjadi
pada bahan isolasi padat, bahan isolasi cair maupun bahan isolasi gas.
Mekanisme kegagalan pada bahan isolasi padat meliputi kegagalan asasi
(intrinsik), elektro mekanik, streamer, thermal dan kegagalan erosi.
Kegagalan pada bahan isolasi cair disebabkan oleh adanya kavitasi,
adanya butiran pada zat cair dan tercampurnya bahan isolasi cair. Pada
bahan isolasi gas mekanisme townsend dan mekanisme streamer
merupakan penyebab kegagalan.Dari uraian di atas menunjukkan bahwa
kegagalan isolasi ini berkaitan dengan adanya peluahan parsial (Abdul
Syamsir, 2003).

Pengukuran peluahan parsial pada peralatan tegangan tinggi


merupakan hal yang sangat penting karena dari data yang diperoleh dan
interpretasinya dapat ditentukan reabiliti suatu peralatan yang disebabkan
oleh penuaan (agging) dan resiko kegagalan dapat dianalisis. Spesifikasi
pengujian partial discharge tergantung pada tipe peralatan tes dan bahan
isolasi yang digunakan pada proses konstruksi suatu peralatan. Adanya
partial discharge di dalam bahan isolasi dapat ditentukan dengan tiga
metode yaitu: dengan pengukuran tegangan pada objek, dengan peng-
ukuran arus di dalam rangkaian luar dan mengukur intensitas radiasi
gelombang elektromagnetik yang disebabkan karena adanya peluahan
parsial.

3
Kegagalan isolasi (insulation breakdown, insulation failure)
disebabkan karena beberapa hal antara lain isolasi tersebut sudah lama
dipakai, berkurangnya kekuatan dielektrik dan karena isolasi tersebut
dikenakan tegangan lebih. Pada prinsipnya tegangan pada isolator
merupakan suatu tarikan atau tekanan (stress) yang harus dilawan oleh
gaya dalam isolator itu sendiri agar isolator tidak gagal. Dalam struktur
molekul material isolasi, elektron-elektron terikat erat pada molekulnya,
dan ikatan ini mengadakan perlawanan terhadap tekanan yang disebabkan
oleh tegangan. Bila ikatan ini putus pada suatu tempat maka sifat isolasi
pada tempat itu hilang. Bila pada bahan isolasi tersebut diberikan tegangan
akan terjadi perpindahan elektron-elektron dari suatu molekul ke molekul
lainnya sehingga timbul arus konduksi atau arus bocor. Karakteristik
isolator akan berubah bila material tersebut kemasukan suatu
ketidakmurnian (impurity) seperti adanya arang atau kelembaban dalam
isolasi yang dapat menurunkan tegangan gagal (Ariawan, Putu Rusdi,
2010).

Bahan isolasi digunakan untuk memisahkan bagian-bagian


bertegangan atau bagian-bagian yang aktif. Untuk itu sifat kelistrikannya
memegang peran yang sangat penting, namun demikian sifat mekanis,
sifat thermal, ketahanan terhadap bahan kimia serta sifat lainnya perlu
diperhatikan (Muhaimin, 1999). Maksud pengujian isolasi adalah untuk
mengetahui kinerja isolasi, supaya kegagalan dalam operasi dapat
dihindarkan sebelumnya (Artono Arismunandar, 1983).

Mekanisme flashover Pada Isolasi Padat, kegagalan isolasi adalah


kondisi dimana suatu isolator tidak dapat berfungsi sebagai isolasi karena
tidak mampu menanggung tegangan yang ditahannya. Pada isolasi padat,
terjadinya kegagalan dapat dibedakan dalam 2 kategori yaitu: kegagalan
tembus (breakdown voltage) dan kegagalan pada permukaan isolator
(flashover). Kegagalan berupa tembus berkaitan dengan adanya rongga
udara pada isolator yang menyebabkan partial discharge, rongga udara ini

4
muncul ketika ada udara yang tejadi saat pembuatan isolator tersebut.
Berbeda dengan kegagalan tembus, kegagalan flashover biasanya ditandai
dengan adanya loncatan busur api dari kedua elektroda yang mengapit
isolator tersebut. Munculnya busur api dipengaruhi oleh lingkungan
disekitar isolator dan kondisi permukaan isolator. Adanya pengaruh
lingkungan disekitar isolator yang berbeda-beda membuat setiap
perhitungan tegangan gagal memerlukan suatu faktor koreksi untuk
mendapatkan hasil tegangan gagal standarnya. Untuk mendapatkan
tegangan gagal standar maka dilakukan suatu koreksi dengan
menggunakan suhu udara, tekanan udara, dan kelembaban udara ketika
tegangan gagal tersebut terjadi.

2.2. Pembangkitan Dan Pengukuran Tegangaan Tinggi Ac

Sekarang ini saluran transmisi dan distribusi bekerja pada tegangan


ac, karena itu kebanyakan perlatan uji / test equipment berhubungan
dengan tegangan tinggi ac untuk membangkitkan tegangan tinggi ac untuk
keperluan pengujian dan percobaan digunakan transformator uj, meskipun
peralatan di dalam suatu sistem umunya memakai sistem 3-fasa,dalam hal
pengujian tegangan tinggi ac digunakan Trafo uji 1-fasa. Trafo uji untuk
keperluan ini memiliki daya relative lebih kecil dari trafo daya. Bagian
utama trafo uji adalah isolasi, yang digunakan untuk mengisolir kumparan
tegangan tinggi dengan inti, tangki, dan kumparan tegangan rendah. Harga
suatu trafo uji terutama ditentukan oleh harga isolasinya. Isolasi ini
dirancang agar mampu memikul tegangan maksimum yang dibangkitkan.
Saat trafo uji bekerja, terjadi terpaan elektrik pada isolasinya. Tebal isolasi
yang digunakan pada trafo uji sebanding dengan terpaan elektrik yang
dipikul isolasi tersebut. Jika terpaan elektrik yang dipikul suatu isolasi
semakin besar, maka isolasi harus semakin tebal sehingga volume isolasi
semakin banyak. Oleh karena itu, terpaan elektrik pada isolasi pada trafo
uji harus diusahakan sekecil mungkin agar isolasi yang digunakan juga

5
sesedikit mungkin. Konstuksi lilitan dan isolasinya harus dirancang
sedemikian rupa sehingga dihasilkan terpaaan elektrik merata

Salah satu cara untuk membangkitkan tegangan tinggi dengan


peralatan yang cukup portabel, mudah dalam penggunaannya, dan biaya
yang cukup murah adalah dengan menggunakan kumparan tesla.
Kumparan tesla merupakan alat yang mampu menghasilkan tegangan
tinggi bolak-balik mulai dari ribuan volt sampai jutaan volt dengan
frekuensi berkisar antara puluhan kilohertz sampai dengan orde MHz.
Tegangan keluaran kumparan tesla berbentuk pulsa dengan lebar pulsa
bervariasi dari nano detik sampai ratusan mikro detiK.
2.3. Kegagalan Dielektrik Udara
Udara dan gas termasuk bahan isolasi yang banyak digunakan untuk
mengisolasi peralatan listrik tegangan tinggi karena biayanya lebih murah
dibandingkan bahan isolasi yang lainnya. Isolasi dimaksudkan untuk
memisahkan dua atau lebih penghantar listrik yang bertegangan, sehingga
antara penghantar penghantar yang bertegangan tidak terjadi lompatan
listrik ( flashover ) atau percikan ( sparkover ).

Bahan isolasi gas terutama udara merupakan bahan isolasi yang


banyak digunakan pada peralatan tegangan tinggi karena udara pada
keadaan normal ( udara yang ideal ) merupakan isolator yang sempurna
dan juga paling banyak digunakan karena murah, mudah dan sederhana.
Menurut standart VDE ( VDE 0433-2 ) bentuk elektroda yang digunakan
dalam pengujian tegangan tembus gas adalah elektroda bolabola. Untuk
mengetahui pengaruh bentuk elektroda terhadap besarnya tegangan tembus
pada isolasi udara perlu dilakukan pengujian pada bentuk elektroda yang
lain. Bentuk elektroda yang dapat digunakan adalah elektroda bola-bidang,
jarum bidan dan beberapa elektoda yang lain.

Namun pada kenyataannya, udara yang sesungguhnya tidak hanya


terdiri dari molekul-molekul netral saja tetapi ada sebagian kecil

6
didalamnya berupa ionion dan elektron-elektron bebas, yang akan
mengakibatkan udara dan gas mengalirkan arus walaupun dalam kapasitas
yang terbatas atau kecil. Jika gas dipanasi sampai suhu yang cukup tinggi,
maka banyak atom netral akan memperoleh energi yang diperlukan untuk
mengionisasikan atom- atom yang mereka bentur. Selain temperatur, jarak
sela antar penghantar yang bertegangan juga akan menentukan laju
pergerakan elektron dalam dielektrik udara. Peningkatan temperatur akan
mempengaruhi pertambahan energi yang dapat mempercepat pergerakan
elektron-elektron di udara sehingga berakibat pada penurunan kekuatan
dielektrik udara dalam fungsinya sebagai bahan isolasi. Dan jarak sela
yang semakin lebar akan menghambat laju pergerakan elektron sehingga
diperlukan energi yang lebih besar untuk proses ionisasi.

Dalam pengukuran tegangan tembus dielektrik udara, dimaksudkan


untuk mempelajari karakteristik isolasi udara terhadap tegangan yang
diterapkan. Dengan mengetahui karakteristik tegangan tembusnya maka
dapat diketahui seberapa besar kemampuan isolasi yang akan digunakan
untuk mengisolasi suatu peralatan tegangan tinggi. Sehingga dapat
digunakan untuk memilih jenis isolasi.
2.4. Isolasi Zat Cair
Minyak trafo merupakan bahan isolasi cair, minyak ini secara luas
digunakan sebagai bahan dielektrik pada berbagai peralatan tenaga seperti
transformator, circuit breaker, switchgear, kabel daya, dsb. Sebagai bahan
dielektrik minyak trafo dapat bekerja ganda. Fungsi utama adalah sebagai
solasi media diantara bagian-bagian yang mengandung beda potensial agar
tidak terjadi lompatan listrik (flash-over) atau api (spark-over), dan fungsi
lainnya sebagai media pendingin pada trafo, kabel daya, atau sebagai
media pemadam busur api pada circuit breaker Minyak trafo mineral
tersusun atas senyawa utama hidrokarbon yang terdiri atas senyawa
hidrokarbon parafanik, senyawa hidrokarbon naftenik dan senyawa
hidrokarbon aromatik. Selain ketiga senyawa itu masih mengandung

7
senyawa tambahan aditif yang zat kandungannya kecil yang berguna untuk
meningkatkan pengaruh oksidasi, penyerapan gas, dan sebagainya.
Ada beberapa alasan mengapa bahan isolasi diisolasi secara luas
digunakan pada beberapa peralatan seperti bahan isolasi cair yang
memiliki kerapatan 1000 kali atau lebih dibandingkan bahan isolasi gas,
sehingga memiliki kekuatan dielektrik yang lebih tinggi, bahan isolasi
akan mengisi celah atau ruang yang akan diisi bahan. isolasi dapat
menghilangkan panas yang timbul akibat dan bahan isolasi akan
memperbaiki perbaikan jika terjadi pembuangan (discharge). Bahan
isolasi cair ideal adalah mepunyai nilai-nilai yang tinggi untuk kekuatan
dielektrik, volume resistivitas, panas jenis, dan konduktivitasnya. Selain
itu bahan isolasi harus memiliki nilai yang rendah untuk faktor kerugian,
kerapatan, dan kekentalan. Bahan isolasi cair juga hanus memiliki si fat
tidak menimbulkan korosi, tidak mudah menyala, tidak aman, dan
kestabilan kimia.

Ketika bahan isolasi (bahan dielektrik) cair tersebut digunakan


pada peralatan listrik maka bahan dielektrik tersebut akan dikenai tekanan
– tekanan baik berupa tekanan elektrik maupun panas. Setiap bahan
dielektrik memiliki batas kekuatan untuk tekanan elektrik. Jika tekanan
elektrik yang dipikul oleh bahan dielektrik melampaui batas
kemampuannya maka bahan dielektrik akan menghantarkan (tembus
listrik/ breakdown) dan mengalami kegagalan sebagai isolator.
kemampuan bahan dielektrik untuk tekanan tekanan elektrik tertinggi
tanpa menimbulkan tembusan kekuatan dielektrik.

Adanya bahan-bahan lain yang terkandung dalam bahan isolasi


seperti oksigen, air, pan, kotoran- kotoran hasil dekomposisi bahan padat,
dapat menurunkan kekuatan bahan dielektrik cair.

2.5. Isolasi Padat

1. Isolasi porselin

8
Porselin merupakan keramik polikristalin yang umumnya
mempunyai fasa quartz, mulit dan lebih dari 10% volumenya adalah bahan
keramik yang keras, kuat, berwarna putih, tembus cahaya, tidak poros,
halus dibakar pada suhu tinggi dan bersifat isolator listrik. Salah satu
contoh pengembangan porselin adalah pembuatan busi (Spark
plugs).Tahun 1930 dikembangkan industri porselin untuk bahan isolator
frekuensi tinggi. Kemudian pengembangan dilakukan secara inteensif oleh
MC.Dugel Borkett yang menghasilkan isolator alumina yang dapat
digunakan pada kondisi tekanan tinggi. Pada dasarnya material porselin
dibentuk dari bahhan baku : feldsfar, kaolin (ball clay) dan kuarsa.
Pengujian pada bahan isolator bertujuan untuk mengetahui nilai dari
korona ataupun tegangan tembusnya. Untuk maksud tertentu, misalnya
perbaikan sifat fisisnya dilakukan penambahan aditif tertentu, antara lain :
kapur, talk, dolomite dan lainnya.baditif ini juga dapat berfungsi untuk
meningkatkan plastisitas bodi, kekuatan, memudahkan pembentukannya
dan dan terbentuknya struktur tertentu. Klasifikasi keramik porselin
dibedakan berdasarkan komposisi, sifat-sifat, dan aplikasinya. Aplikasi
keramik porselin lainnya adalah sebagai bahan stop kontak, sekring busi,
isolator jaringan listrik, sakelar pemutus tegangan listrik daan sebagainya.

2. Isolasi kaca

Kaca merupakan bahan yang terbetuk apabila bahan cair tidak


berkristal disejukkan dengan cepat, dengan itu tidak memberikan cukup
masa untuk jaringan kristal bisa trebentuk.

Kaca merupakan bahan kuat, tahan panas, keras dan secara biologi
merupakan bahan yang tidak aktif, yang dapat dibentuk menjadi
permukaan yang tahan dan licin. Ciri-ciri ini menjadikan kaca sebagai
bahan yang sangat berguna. Komponen pertama kaca ialah silica. Silica
ialah galian yang mengandung silicon dioksida. Nama IUPAC silicon
dioksida ialah silicon (IV) oksida. Wujud silika awalnya adalah pasir,

9
yaitu pasir silika. Kaca merupakan substansi kimia yang serupa dengan
kuarsa. Silika mempunyai titik lebur sekitar 2000o C. Dua komponen
penting dalam pembuatan kaca yang baik adalah mencampurkan soda
(sodium karbonat Na2CO3), atau potasy dengan kalium karbonat, yang
dapat menurunkan titik lebur kaca menjadi 1000o C. Bahan soda menjadi
kaca larut, sedangkan kapur (kalsium oksida, CaO) adalah bahan yang
menyebkan kaca sukar larut.

Silikon (IV) oksida adalah molekul kovalen raksasa. Oleh karena


itu, silkon (IV) oksida dapat digunakan untuk mengtasi setiap ikatan
kovalen antara atom dalam struktur raksasa. Maka silicon (IV) oksida
mempunyai titik lebur yang sangat tinggi, yaitu 1710o C. pada silicon (IV)
oksida, setiap atom silikon diikat secara kovalen kepada 4 atom oksigen
dalam bentuk tetrahedron dengan sudut antara ikatan 109.5 . Unit itu
diulangi secara tidak sehingga dengan tiap atom oksigen terikat pada 2
atom silikon untuk membentuk molekul kovalen raksasa seperti struktur
berlian.

Kaca adalah substansi yang dibuat dengan pendinginan bahan-


bahan yang dilelehkan, tidak berbentuk kristal tetapi tetap pada kondisi
berongga. Kaca pada umumnya terdiri dari campuran silikat dan beberapa
senyawa antara lain : borat, pospat. Kaca dibuat dengan cara dilelehkan
beberapa senyawa silikat (pasir), alkali (Na dan K) dengan bahan lain
(kapur, oksida timah hitam). Karena itu sifat dari kaca tergantung dari
komposisi bahan-bahan pembentuknya. Massa jenis kaca berkisar antara 2
hingga 8,1 g/cm3 kekuatan tekannya 6000 hingga 21000 kg/cm2, kekuatan
tariknya 1 hingga 300 kg/cm2. Karena kekuatan tariknya relatife kecil,
maka kaca adalah bahan yang legas.

Titik pelembekan kaca berkisar antara 500 hingga 1700o C. Maka


sedikit kandungan SiO2 makin rendah titik pelembekan kaca. Demikian
pula halnya dengan muai panjang (a) nya, makin banyak kadar SiO 2 yang

10
dikandungnya akan makin kecil a nya. Muai panjang untuk kaca
berkisaran 5,5. 10-7 hingga 150. 10-7 m/0C. Nilai dari angka muai panjang
adalah sangat penting bagi suatu kaca dalam hubungnnya dengan
kemampuan kaca menahan perubahan suhu. Piranti dari kaca yang
dipanaskan atau didinginkan secara tiba-tiba akan merenggang. Hal ini
disebabkan distribusi suhu yang tidak merata pada lapisan luarnya dan
keadaan tersebut menyebabkan piranti retak. Jika kekuatan tarik piranti
kaca lebih rendah dari kekuatan tekannya, maka pendingin yang mendadak
pada permukaannya akan lebih memungkinkan terjadinya retakkan
dibandingkan dengan pemanasan tiba-tiba.

Kaca silika mempunyai sifat kelistrikan yang paling baik. Pada


suhu kamar besarnya resitivitas adalah 107 ohm-cm, er 3,8 dan sudut
dielektriknya pada 1 MHz adalah 0,0003. Jika kaca silika ditambhkan
natrium atau kalium, maka resitivitasnya akan turun, sudut kerugian
dielektriknya naik sedikit. Sering kali oksida logam alkali ditambahkan
pada pembuatan kaca dengan maksud agar sifat-sifat kaca menjadi lebih
baik. Oksida-oksida tersebut dimasukkan kedalam kaca sebagai pemurnian
bahan-bahan mentah. Keberadaa natrium dalam kaca adalah lebih baik
menguntungkan daripada kalium. Karena ion Na adalah sangat kecil
ukurannya dan sangat mudah bergerak di dalam medan listrik. Itulah
sebabnya mengapa Na dapat menambah konduktivitas kaca. Kaca yang
mengandung oksida-oksida 2 logam alkali yang berbeda dimungkinkan
mempunyai sifat isolasi yang lebih tinggi dibandingkan jika kuantitas
oksidanya hanya mengandung 1 bagian dari kuantitas oksida 2 logam
(efek netralisasi atau polialkalin). Kemampuan isolasi kaca juga dapat
lebih baik jika ditambah PbO atau BaO, karena ion Pb dan Ba memiliki
massa yang relative tinggi, dan jika diberi muatan, ion-ion ini sulit
bergerak, sehingga resitivittas dari kaca ini tetap terjaga.

11
BAB III

METODOLOGI PENGUJIAN

3.1 Alat dan Bahan

1. alat

a) Transformator uji tegangan tinggi 100 kv


b) Resistor tegangan tinggi
c) Elektroda tegangan tinggi
d) Peralatan grounding
e) Diode tegangan tinggi
f) Resistor pembagi tegangan
g) Kapasior tegangan tinggi
h) Control desk
i) Kabel jumper

2. bahan

a) Isolator Tarik 11 kv
b) Minyak trafo
c) udara

3.2 Tabel Pengujian Isolasi

1. Data Pengujian Isolasi padat


1. Isolasi porselin

1. bersih-kering

Tegangan input Tegangan tembus


No Pengujian
( volt AC ) ( kVAC )
1 I 220 79.7
2 II 220 78.8

12
3 III 220 82.0

2. bersih-basah

Tegangan input Tegangan tembus


No Pengujian
( volt AC ) ( kVAC )
1 I 220 3.3
2 II 220 3.6
3 III 220 4.1

2. Isolasi kaca
1. bersih-kering

Tegangan input Tegangan tembus


No Pengujian
( volt AC ) ( kVAC )
1 I 220 75.8
2 II 220 83.4
3 III 220 80.0

2. bersih-basah

Tegangan input Tegangan tembus


No Pengujian
( volt AC ) ( kVAC )
1 I 220 19.9
2 II 220 18.5
3 III 220 27.0

2. Data Pengujian isolasi cair


1. sebelum dipanaskan

Tegangan tembus
No Pengujian Jarak elektroda
( kVAC )
1 I 2.5 mm 16.1
2 II 2.5 mm 18.8

13
3 III 2.5 mm 20.5

2. setelah dipanaskan

Tegangan tembus
No Pengujian Jarak elektroda
( kVAC )
1 I 2.5 mm 31.6
2 II 2.5 mm 28.8
3 III 2.5 mm 26.7

3. Data Pengujian Isolasi Gas


1. elektroda bola-bola
Jarak antar elektroda 5 mm

Tegangan input Tegangan tembus


No Pengujian
( volt AC ) ( kVAC )
1 I 220 10.2
2 II 220 10.4
3 III 220 10.4

Jarak antar elektroda 10 mm

Tegangan input Tegangan tembus


No Pengujian
( volt AC ) ( kVAC )
1 I 220 24.1
2 II 220 24.6
3 III 220 25.0

Jarak antar elektroda 15 mm

Tegangan input Tegangan tembus


No Pengujian
( volt AC ) ( kVAC )
1 I 220 36.2
2 II 220 37.0
3 III 220 37.7

14
2. elektroda bola-jarum
Jarak antar elektroda 5 mm

Tegangan input Tegangan tembus


No Pengujian
( volt AC ) ( kVAC )
1 I 220 8.0
2 II 220 8.7
3 III 220 8.5

Jarak antar elektroda 10 mm

Tegangan input Tegangan tembus


No Pengujian
( volt AC ) ( kVAC )
1 I 220 14.6
2 II 220 13.7
3 III 220 13.3

Jarak antar elektroda 15 mm

Tegangan input Tegangan tembus


No Pengujian
( volt AC ) ( kVAC )
1 I 220 18.1
2 II 220 18.4
3 III 220 19.4

3. elektroda bidang-bidang
Jarak antar elektroda 5 mm

Tegangan input Tegangan tembus


No Pengujian
( volt AC ) ( kVAC )
1 I 220 7.3
2 II 220 7.7
3 III 220 6.6

jarak antar elektroda 10 mm

15
Tegangan input Tegangan tembus
No Pengujian
( volt AC ) ( kVAC )
1 I 220 17.2
2 II 220 15.6
3 III 220 17.3

Jarak antar elektroda 15 mm

Tegangan input Tegangan tembus


No Pengujian
( volt AC ) ( kVAC )
1 I 220 23.4
2 II 220 28.7
3 III 220 28.3

4. elektroda bidang-jarum
Jarak antar elektroda 5 mm

Tegangan input Tegangan tembus


No Pengujian
( volt AC ) ( kVAC )
1 I 220 8.0
2 II 220 8.6
3 III 220 8.5

Jarak antar elektroda 10 mm

Tegangan input Tegangan tembus


No Pengujian
( volt AC ) ( kVAC )
1 I 220 12.7
2 II 220 12.5
3 III 220 12.9

Jarak antar elektroda 15 mm

Tegangan input Tegangan tembus


No Pengujian
( volt AC ) ( kVAC )
1 I 220 15.2

16
2 II 220 16.9
3 III 220 16.5

5. elektroda jarum-jarum
Jarak antar elektroda 5 mm

Tegangan input Tegangan tembus


No Pengujian
( volt AC ) ( kVAC )
1 I 220 9.6
2 II 220 10.3
3 III 220 10.4

Jarak antar elektroda 10 mm

Tegangan input Tegangan tembus


No Pengujian
( volt AC ) ( kVAC )
1 I 220 16.8
2 II 220 17.1
3 III 220 16.9

Jarak antar elektroda 15 mm

Tegangan input Tegangan tembus


No Pengujian
( volt AC ) ( kVAC )
1 I 220 21.8
2 II 220 21.5
3 III 220 22.0

17
BAB IV

HASIL DAN ANALISA DATA

4.1. Tabel Hasil Pengujian

1. Pengujian isolasi gas

Berikut merupakan table hasil pengujian kekuatan dielektrik udara


pada beberapa percobaan dengan beberapa jenis elektroda.

1) Table hasil pengujian isolasi gas

Jarak elektroda Tegangan


No Jenis elektroda (mm) tembus (kv)
5 10,266
1 Bola-bola 10 24,566
15 36,966
5 8,366
2 Pelat-jarum 10 12,7
15 16,2
5 8,466
3 Bola-jarum 10 13,866
15 18,633
5 10,1
4 Jarum-jarum 10 16,933
15 21,766
5 7,2
5 Pelat-pelat 10 16,7
15 26,8

Hasil pengujian isolasi cair dengan beberapa kondisi dan perlakuan


sebelum di uji.

18
1) Tabel hasil pengujian isolasi cair

Tegangan tembus
No Jenis Isolasi Kondisi (kv)
1 Shell diala b Dingin 18,466
2 Shell diala b Dingin ( dipanaskan terlebih 29,033
dahulu)

3. Pengujian isolasi padat

Hasil pengujian pada isolasi porselin dan isolasi kaca.

1) Tabel hasil pengujian isolasi padat

Tegangan
No Jenis Kondisi Korona (Kv) Tembus (kv)
1 Porselin Kering 17,933 80,166
2 Porselin Basah - 3,66
3 Kaca Kering 32,933 79,933
4 Kaca Basah 8,166 23,3

4.2. Analisa Hasil Pengujian

1. Analisa pengujian isolasi gas

Tegangan tembus pada isolasi gas sangat berpengaruh terhadap


sela dan bentuk dioada. Dioada semakin lama ditembus oleh arus listrik
jika memiliki sela yang jauh. Selain itu, dioada dengan bentuk yang
runcing akan mengalami tegangan tembus yang lebih kecil dari pada
bentuk dioada yang lain, ini disebabkan arus listri lebih suka pada tempat
yang runcing. Kalaau dibandingkan dengan elektroda dengan bentuk
bulat atau datar arus listrik akan berada pada setiap sisi permukaan
eklektroda sehingga akan lebih lama mengalami tegangan tembus.

19
2. Analisa pengujian isolasi cair

Minyak trafo yang dipanaskan terlebih dahulu memiliki nilai


tegangan tembus yang lebih besar. Proses pemanasan ini bertujuan untuk
menghilangkan air yang mungkin tercampur pada minyak trafo,
sebagaimana yang kita ketahui air merupakan zat cair yang dapat
menghantarkan arus listrik. Minyak trafo yang tidak dilakukan pemanasan
terlebih dahulu sebelum dilakukan pengujian memiliki nilai tegangan
tembus yang lebih kecil dikarenakan ada embun atau bahkan air yang
tercampur di dalamnya.

3. Analisa pengujian isolasi padat

Dalam keadaan basah nilai tegangan tembus dari isolator porselin


dan isolasi kaaca sangat rendah rendah jika dibandingkan dengan tegangan
dalam keadaan kering. Hal, ini terjadi karena air merupakan zat cair yang
bersifat konduktor. Dalam kondisi basah air akan merembes masuk ke
selah-selah isolasi sehingga isolasi akan mengalami tembus tegangan
dengan cepat. Jika tegangan kerja yang seharusnya adalah 11 kv, maka
isolasi ini sudah tidak layak pakai.

20
BAB V

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Tegangan tembus pada isolasi sangat berpengaruh terhadap bentuk


dan kondisi isolasi itu sendiri. Kondisi isolasi seperti basah, retak, lembah
dan sebagainya akan mempengaruhi nilai tegangan tembusnya. Oleh
katena itu, perlu adanya perawatan yang baik terhadap komponen
komponen isolasi agar masa pakainya lebih lama.

21
DAFTAR PUSTAKA

Doloksaribu, M., & lisnawaty, S. (2016). Uji fisis bahan isolator listrik
berbasis keramik porselin alumina. Jurnal Einstein, 4(2), 18-22.

Nugroho. Dedi (2010). Kegagalan Isolasi Minyak Trafo. Vol.3 No.2.


Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

Kumara, Luqman (2011). Efek Polaritas dan Fenomena Stres Tegangan


Sebelum Kegagalan Isolasi pada Sela Udara Jarum – Plat. Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.

Hani, Slamet (2016). Pengujian Tegangan Tembus Pada Isolasi Rubber


Dalam Rendaman Minyak. Vol. 9 No. 1. Institut Sains & Teknologi
AKPRIND Yogyakarta.

Anugrah Mochamad H.S (2017). Pengujian Tahanan Isolasi Kubikel


20kv. Institut Teknologi PLN.

Junaedi, Donny (2012). Perancangan Pembangkit Tegangan Tinggi


Direct Current Pada Sistem Electrospinning. No. 09 – 10. Pusat
Teknologi Bahan Bakar Nuklir – BATAN

Bagas Alga S, dkk (2014). Perancangan Pembangkitan Tegangan


Tinggi Ac Frekuensi Tinggi Menggunakan Kumparan Tesla Dengan
Rangkaian Resonansi Seri. VOL.3, NO.2. Universitas Diponegoro
Semarang.

Teguh Sasmito P, dkk (2012). Pengukuran Tegangan Tembus


Dielektrik Udara Pada Berbagai Sela Dan Bentuk Elektroda Dengan
Variasi Temperatur Sekitar. Universitas Diponegoro Semarang.

22
LAMPIRAN

23
24

Anda mungkin juga menyukai