Anda di halaman 1dari 4

Potensi Immersive VR stimulation hemianopia berbasis Rehabilitasi visual

Potential Immersive Virtual Reality Stimulation: Innovation for Hemianopia based Visual Rehabilitation:
A Mini Review

Introduction

Method
metode yang digunakan pada paper mini review ini ialah evidence-based yang focus pada evaluasi
jurnal-jurnal sebelumnya. Tahap yang dilakukan yaitu: menentukan kelayakan jurnal, menentukan
sumber jurnal, pemilihan literature, pengumpulan dan pemilihan data, kemudian diolah. Search engine
yang digunakan oleh penulis yaitu: PubMed, Nature, ScienceDirect, PlosOne, Springer, dan Google
Schoolar dengan keyword virtual reality, hemianopia, rehabilitation.

Result

Sensitivitas kontras pada penelitian meningkat , analisis 2 kasus sesi stimulasi audiovisual 19/20
mengindikasikan adanya perbaikan pada lapang pandang pasien.

Sensitivitas kontras meingkat pada kedua kasus. Pengukuran menggunakan analisis binocular Esterman
dan monocular Humphrey emnunjukkan adanya perbaikan pada bidang visual pada kasus 1. Pada ksus 2
ditemukan peningkatan skor kualitas hidup. Sedangkan pada kedua kasus ditemukan adanya
peningkatan kecepatan membaca .

Penggunaan virtual reality oleh pasien:

Pasien menggunakan protocol stimulasi audiovisual IVR di rumah masing-masing menggunakan HMD
Oculus Go yang dapat dikendalikan jarak jauh . pada kasus pertama dilakukan selama 7 minggu,
sedangkan pada kasus kedua dilakukan rehabilitasi selama 6 minggu.

Pasien melakukan satu sesi stimulasi audiovisual virtua reality 2 hari sekali. Satu sesi terdiri atas 3 blok,
15 kali percobaan selama 20 detik. Sama dengan 3x5 menit stimulasi audiovisual selama terus
menekrus.

Prinsip stimulasi audiovisual sesuai dengan paradigma 3D-MOT yang terdiri atas 8 bola kuning dengan
kontras yang tinggi dari background hitam yang fiturnya disesuaikan dengan kemampuan visual pasien
yang rendah (luminosity = 100 cd/m2, size = 1.57° of visual angle). Salah satu bola diatur berubah
menjadi warna merah selama 5 detik kemudian beralih Kembali ke kuning. Bola bergerak selama 20
detik mengikuti jalur linier acak, memantul satu sama lain di dinding kubus 3D visual saat terjadi
tabrakan. Rentang keseluruhan pergerakan bola mencakup 78derajat dan 50 derajat dari sudut
horizontal dan vertical. Kecepatan awal bola dapat disesuaikan dari 3 derajat per detik hingga 240
derajat per detik. Suara spasial dari 50Hz, 25-65 dBHL berkorelasi dengan pergerakan target.

Setelah 20 detik pergerakan bola berhenti , pasien diminta untuk menunjuk menggunakan laser virtual,
bola mana yang ditargetkan. Apabila benar, maka kecepatan bola akan ditingkatkan . apabila salah
(pasien memilih distraktor), maka kecepatan bola dikurangi.
Kasus 1:

Parameter stimulasi audiovisual (kecepatan bola awal, durasi percobaan, jumlah target, jumlah total
bola, jumlah blok, dan jumlah sesi) diupdate dan dikirimkan kepada pasien jarak jauh dari laboratorium
setiap 2 hari selama 7 minggu. Pada kasus 1, pasien dapat menyelesaikan stimulasi audioovisual dengan
melakukan 1 sesi sari 3 blok dari 15 percobaan masing-masing 20 detik, setiap 1 hari dalam 2 hari.
Untuk stimulasi terus menerus audiovisual selama 4 jam 45 menit. Penilaian dilakukan pre-treatment
dan post-treatment pada minggu ke 7 menunjukkan adanya peningkatan cs/ sensitivitas terhadap
kontras di kedua oculus sinistra dan dextra.

Contras sensitivity meningkat pada 2 siklus per derajat. Analisis bidang visual menunjukkan adanya
peningkatan pada uji lapang pandang binocular Esterman dari 66 menjadi 69 pada minggu ketiga dan
menjadi 73 pada minggu ke tujuh. Lingkaran hitam enunjukkan pasien kehilangan titik, kotak merah
menunjukkan perolehan poin.

Analisis bidang visual monocular menggunakan Humphrey full-field analysis. Adanya peningkatan jumlah
point yang dapat dilihat pada lapang pandang mata sinistra.

Kecepatan membaca juga mengalami peningkatan dari 109 kata per menit menjadi 160 kata per menit
dalam 3 minggu, serta 120 kata per menit pada minggu ke tujuh.
Jumlah titik yang dianalisis menggunakan binocular Esterman field meningkat dari 66 titik menjadi 69
titik yang terlihat pada minggu ke-3, kemudian pada minggu ke-7 meningkat menjadi 73 titik dengan
beberapa reorganisasi . 3 titik yang berdekatan pada heifield buta sinistra terdeteksi pada minggu ke-7.
Sehingga menunjukkan adnaya peningkatan persepsi visual perifer di blind field.

Kecepatan membaca meningkat dari 109 kata per menit menjadi 160 kata per menit pada minggu ke
tiga, pada minggu ketujuh 120 kata per menit.

Discussion

Pada penelitian rehabilitasi visual menggunakan virtual reality di rumah, menunjukkan adanya potensi
IVR HMD efektiv untuk pasien hemianopia. Pemeriksa dapat mengumpulkan data secara real-time
menggunakan wifi jarak jauh, sehingga tidak perlu langsung kerumah pasien dan pasien merasa nyaman.
Pasien dapat mengikuti stimulasi tanpa gangguan dan tanpa efek samping. Selama 4 jam 45 menit
stimulasi UVR 3D-MOT dapat meningkatkan beberapa komponen visual.

Penelitian menyebutkan efek Latihan dapat bertahan selama 1 minggu. Kedua kasus menunjukkan
peningkatan bidang penglihatan. .

Peningkatan yang signifikan dalam bidang visual monocular (uji Humphrey). Dominasi mata tidak
emmpengaruhi hasil tes bidang visual.

Efek positif persepsi visual dan kuaitas hidup diamati setelah <5 jam stimulasi IVR. Daidapati adanya
perbaikan tajam penglihatan minimal 40 jam pelatihan.

Restorasi lapang pandang pada pasien hemianopia menjadi topik pembahasna yang kontroversial
(10,43-46). Beberapa studi penelitian mengemukakan bahwa hemianopia dapat diperbaiki dengan
menigkatkan fungsi oculomotor dan melalui kompensasi Gerakan mata (40,41,47).

Penelitian yang lain menyatakan pemulihan persepsi visual blind hemifield dapat memiliki konsekuensi
pada fungsi reorganisasi dan konektivitas kortikal dan subkortikal struktur setelah rehabilitasi visual.
(11,14) .

Selain itu juga, bukti oterbaru menunjukkan bahwa stimulasi audiovisual , rangsangan pendengaran dan
visual berkorelasi secara temporal dan spasial dapat meningkatkan persepsi visual lebih efisien daripada
stimulasi visual saja (11,45,48).

Mekanisme pasti adanya pemulihan visual field masih belum dikeptahui. Restorasi bidang visual setelah
stimulasi audiovisual dapat melibatkan plastisitas saraf di area otak visual kortikal dan subkortikal (11,
14, 49, 50) dan peningkatan oculomotor dan kompensasi tGerakan mata (8,47) pada penelitian ini,
pasien melacak target dengan kontras tinggi, menghasilkan suara, mengkombinasikan penglihatan dan
pendengaran. Tracking ini membutuhkan control Gerakan mata dan proses audiovisual, sehingga
membantu untuk mengkalibrasi ulang persepsi audiovisual melalui neuroplastisitas dan secara
bersamaan menstimulasi kontrol okulomotor. Saat traveling melalui skotoma atau bidang buta, target
masih dapat dilacak menggunakan suara spasial yang berkorelasi, sehingga memperkuat asosiasi
audiovisual. Mempertimbangkan pasien hemianopia sering mengalami gangguan lokalisasi suara,
program stimulasi audiovisual juga dapat meningkatkan lokalisasi suara spasial. (7) paparan berulang
rangsangan mampu memaksimalkan pembelahran perseptual (51).

Peningkatan durasi program stimulasi (>7 minggu) dengan memperbanyak sesi per harinya (2 sesi 15
menit dipisahkan dengan istirahat beberapa jam untuk menghindari gejala akibat virtual reality) harus
dikembangkan lagi.

Efek positif dari terapi ini diamati sebagian besar pada penglihatan binokular (Esterman binocular field
test) dengan efek yang sedikit pada penglihatan monocular (Humphrey full-field test). Hal ini dapat
dijelaskan melalui peningkatan FS ???? yang terjadi pada kondisi binocular (35) memungkinkan lebih
banyak titik untuk dilihat dengan uji lapang pandang Esterman.

Stimulasi audiiovisual diperkirakan berdampak pada penglihatan binokular.

Conclusion

Program rehabilitasi visual ini diharapkan dapat dilakukan di rumah terutama pasien dengan tumor
otak. Setelah dilakukan pemberian rehabilitasi ini hasilnya ialah peningkatan persepsi visual dan kualitas
hidup pasien.

Anda mungkin juga menyukai