Anda di halaman 1dari 6

Rusak

Andika Kurniawan

Titik terberat puisi dan sajak


Adalah ketika pikiran sudah abstrak
Tak ada lagi kata kata yang mampu dirangkai
Oleh rima dan diksi yang teruntai

Titik terberat puisi dan syair


Adalah ketika raga telah mencair
Hancur dan tak lagi ada tangan tangan peduli
Yang membuatnya utuh kembali

Aku
Saat ini telah hilang kata
Untuk menyatakan segala sakit yang ada
Semua yang ingin kuucapkan
Menguap di ambang kenyataan

Aku
Saat ini telah hilang diksi
Untuk menggambarkan luka hati
Semua yang ingin di rangkai
Sudah terlebih dahulu mati terbantai

Apa? Apa kau merasa puisi ini jelek?


Silahkan. Karena itu memang benar
Diksi diksinya saja telah hilang karena sudah kau jatuhkan
Rima rimanya saja sudah hancur karena hati penulisnya sudah kau kubur
Apa lagi? Kau mau rusakkan lagi puisi ini?

2021
Ketika Kau Berhenti Tertawa
Andika Kurniawan

Tak ada lagi ucap yang kurasa saat ini


Semua hanya sepi
Yang menyeruak hingga ke tepi
Tak ada lagi sapamu yang menetes kalbu
Seperti yang dulu kau berikan

Tak ada lagi senyummu kurasa saat ini


Semuanya jatuh memudar
Tak ada lagi sinar
Yang biasanya mekar dengan tegar
Seperti yang dulu kau layangkan

Tak ada lagi tawamu kurasa saat ini


Ketika kau perlahan beranjak pergi
Meninggalkan diri yang terbengkalai
Ditelan kelamnya kenyataan
Di ujung kata perpisahan

Andai ku tahu sedari dulu


Ketika kau berhenti tertawa itu karenaku
Mungkin aku takkan melepasmu
Andai ku tahu, sebabnya dirimu sepi membisu
Mungkin aku yang pergi, bukan kamu

2021
Azalea
Andika Kurniawan

Sebelum mentari ini pergi


Izinkan aku sedikit berbisik
Padamu, Azalea
Menyertai segenap daun yang bergemerisik
Manakala tiupan angin kian mengusik

Sebelum senja ini memudar


Izinkan aku melayangkan harap
Padamu, Azalea
Menyertai awan yang mulai hilang
Menjemput malam yang begitu tenang

Azalea
Jika malam ini tiba
Kenang kenanglah daku di dalam bayang
Jangan biarkan segala cerita jatuh menghilang
Disapu ribuan bintang

2021
Nada
Andika Kurniawan

Selaksa nada mengalun tanpa jeda


Menyusupi ruang hampa di angkasa
Engkau, menjelma menjadi denting yang terbanting
Engkau, menjelma menjadi melodi yang menggema

Perlahan, nada menggema dalam simfoni semesta


Membawakan lagu lagu yang membawa gelora
Engkau, laksana alunan biola
Menenangkan duka nestapa

Tiba-tiba. Nada yang terayun mengalun


Bergetar di oktaf ketiga
Sejenak kau pun menghela nafas
Setelah c minor mu terhempas

Putus
Senar biolamu putus tergesek air mata
Alunan nada yang indah menggema
Tersentak begitu saja.

Namun, engkau adalah nada sejati


Engkau tetap bernyanyi walaupun putus senarmu
Engkau adalah melodi alam
Yang membawa dering denting penghapus kelam

2021
Semesta pada Bencana
Andika Kurniawan

Semesta berkata kepada angkasa


Agar tak diturunkannya angkara
Sehingga tak menjadikan murka buana
Ditengah kelam luas segara

Semesta berkata kepada rembulan


Agar tak pergi dari kegelapan
Yang memayungi alam fana
Di saat mentari pergi berkelana

Semesta berbisik kepada awan


Agar rinai hujan tak berjatuhan
Semesta berbisik dengan perlahan
Seakan menyuruhnya untuk bertahan

Semesta berteriak kepada badai


Biar ia tak semakin mencerai berai
Dalam hembusnya yang terbias
Ia menghancurkan buana hingga rata

Semesta bertanya pada bencana


Mengapa ia enggan mendengar ucapannya
Bencana menjawab dengan murka
Ini semua ulah manusia

2021
Biodata

Nama : Andika Kurniawan


E-mail : andikakurniawan1509@gmail.com
Facebook : Andy
Instagram : jesuisandy15
No. Dana : 085811004915

Anda mungkin juga menyukai