Anda di halaman 1dari 67

DIREKTORAT ANEKA ENERGI BARU DAN ENERGI TERBARUKAN

DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI


KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
2021
SAMBUTAN
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi

Setiap aktivitas yang dilakukan pada Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) wajib
memenuhi ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Lingkup penerapan K3 harus
sudah dimulai pada tahap konstruksi, operasi sampai pemeliharaan dengan tujuan
mempertahankan keberlanjutan PLTM, menghilangkan/menurunkan risiko dan dampak yang
ditimbulkan dari kecelakaan kerja serta dampak terhadap lingkungan. Dengan penerapan K3
yang memenuhi ketentuan, diharapkan Unit PLTM terkait dapat menjadi pelopor keselamatan
dan kesehatan kerja di bidang PLTM karena memiliki sistem yang andal dalam memproduksi
energi listrik, aman bagi tenaga kerja dan komponen PLTM serta menghasilkan energi yang
ramah lingkungan.

Aktivitas PLTM merupakan sebuah kegiatan yang memiliki keberlanjutan sehingga perlu
berinovasi, beradaptasi dan meningkatkan kompetensi sumber daya manusia terutama di
bidang K3, sebab teknologi pembangkit listrik menggunakan tenaga air akan terus
berkembang. Oleh karena itu, untuk mewujudkan kegiatan PLTM yang nihil kecelakaan
merupakan tantangan dan harapan bagi semua pihak sehingga tercipta keamanan dan
kenyamanan dalam bekerja. Dengan menerapkan program K3, diharapkan tujuan tersebut
dapat dicapai oleh semua pengembang maupun pihak yang terlibat dalam aktivitas di PLTM.

Buku panduan ini dapat dijadikan acuan para stakeholder dalam melaksanakan penerapan K3
di PLTM, meskipun contoh-contoh kasus yang diberikan cukup terbatas.

Akhir kata, kami berharap Buku Panduan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pembangkit
Listrik Tenaga Minihidro ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berpartisipasi
dalam pengembangan PLTM di Indonesia.

Jakarta, November 2021


Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan
dan Konservasi Energi

Dadan Kusdiana

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Buku Panduan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) telah
selesai disusun. Tujuan penulisan buku ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada
stakeholder di bidang PLTM mengenai pentingnya penerapan K3 pada PLTM untuk
mengurangi risiko dan dampak yang ditimbulkan akibat kecelakaan kerja terutama pada
tenaga kerja dan komponen atau sistem PLTM serta lingkungan di sekitarnya. Buku ini
ditujukan kepada semua pihak yang terkait dengan pengembangan PLTM seperti Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, BUMN maupun Swasta serta instansi lainnya dalam
melaksanakan program K3 di bidang PLTM.

Keselamatan tenaga kerja merupakan aspek yang harus diutamakan dalam aktivitas di PLTM,
selain instalasi PLTM itu sendiri. Kurangnya pemahaman mengenai K3 bisa berdampak fatal
bagi tenaga kerja dan komponen serta lingkungan di sekitar PLTM. Dengan menerapkan
program K3, pengelolaan risiko pengukuran dan pengendalian bahaya, diharapkan dapat
menurunkan bahkan menihilkan angka kecelakaan yang mungkin terjadi pada seluruh
tahapan PLTM mulai dari konstruksi, operasi sampai dengan pemeliharaan.

Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam buku ini. Oleh karena itu
diperlukan saran dan masukan pihak terkait untuk menyempurnakan buku panduan ini.
Semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh stakeholder. Akhir kata, kami
mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan buku
panduan ini, dan kami juga menyampaikan permohonan maaf apabila masih terdapat
kekurangan dalam panduan ini.

Jakarta, November 2021

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

SAMBUTAN ............................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ v
DAFTAR TABEL .................................................................................................................... v
DAFTAR SINGKATAN .......................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 7
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 7
1.2 Tujuan, Sasaran Pengguna dan Ruang Lingkup ............................................... 8
1.3 Regulasi K3 di Indonesia ................................................................................... 9
1.4 Istilah dan Definisi ........................................................................................... 10
1.5 Gambaran Umum PLTM ................................................................................. 13
1.5.1 Prinsip Kerja PLTM ............................................................................... 13
1.5.2 Proses Pemanfaatan Energi Air Menjadi PLTM ..................................... 14
1.5.3 Komponen PLTM .................................................................................. 15
1.6 Ruang Lingkup K3 ........................................................................................... 20
1.6.1 Manajemen Risiko ................................................................................. 20
1.6.2 Sistem Manajemen K3 (SMK3) ............................................................. 21
1.6.3 Personil K3 Berkompetensi ................................................................... 22
1.6.4 Penerapan Higiene dan Sanitasi ........................................................... 23
1.6.5 Jaminan Ketenagakerjaan ..................................................................... 23
1.6.6 Pengelolaan Lingkungan Sekitar PLTM................................................. 23
BAB II IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA DAN RISIKO PLTM ......................................... 25
2.1 Jenis-Jenis Bahaya ......................................................................................... 25
2.2 Identifikasi Sumber Bahaya ............................................................................. 27
2.2.1 Tenaga Kerja......................................................................................... 27
2.2.2 Komponen/Sistem PLTM....................................................................... 27
2.2.3 Faktor Bahan/Material dan Alat Kerja .................................................... 28
2.2.4 Faktor Lingkungan Kerja di Sekitar PLTM ............................................. 28
2.2.5 Pekerjaan dengan Risiko Tinggi ............................................................ 28
2.3 Analisis Risiko/Dampak ................................................................................... 29
2.4 Dokumen Identifikasi Potensi Bahaya Dan Risiko ........................................... 30
BAB III ANALISIS DAN PENGENDALIAN RISIKO.............................................................. 31
3.1. Pengendalian Bahaya pada Tenaga Kerja dan Komponen PLTM ................... 31
3.2. Pengendalian pada Bahan Kimia Berbahaya (BKB) ........................................ 40

iii
3.3. Pengendalian Bahaya pada Sistem Manajemen K3 Kontraktor/Subkontraktor 40
3.4. Pengendalian pada Pekerjaan Berisiko Tinggi ................................................ 41
3.5. Pengendalian Bahaya Melalui Instruksi Singkat .............................................. 41
3.6. Pengendalian Bahaya Melalui Check List ........................................................ 43
3.7. Pengendalian Bahaya Melalui Penggunaan APD ............................................ 45
3.8. Pengendalian Bahaya Melalui Rambu-Rambu ................................................ 47
3.9. Penanganan Kecelakaan Kerja di PLTM ......................................................... 48
BAB IV MONITORING DAN LAPORAN PENERAPAN K3 .................................................. 51
4.1. Monitoring dan Evaluasi Penerapan K3........................................................... 51
4.2. Laporan Penerapan K3 ................................................................................... 52
Bibliografi ............................................................................................................................. 54
Lampiran I: Contoh LDKB/MSDS ......................................................................................... 55
Lampiran II: Contoh Izin Kerja (Work Permit) ....................................................................... 64

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Hubungan antara tenaga kerja, alat dan bahan/material dengan K3 di
lingkungan kerja ……………………………………………………………… 7
Gambar 1.2 Skema sistem PLTM …………………………………………………………. 14
Gambar 1.3 Bendung ………………………………………………………………………... 16
Gambar 1.4 Saluran penyadap …………………………………………………………….. 16
Gambar 1.5 Saluran pembawa ……………………………………………………………... 16
Gambar 1.6 Bak pengendap ……………………………………………………………….. 17
Gambar 1.7 Bak penenang …………………………………………………………………. 17
Gambar 1.8 Saluran pelimpah ……………………………………………………………… 17
Gambar 1.9 Pipa pesat ……………………………………………………………………… 18
Gambar 1.10 Rumah pembangkit ………………………………………………………….. 18
Gambar 1.11 Saluran pembuang …………………………………………………………... 18
Gambar 1.12 Turbin …………………………………………………………………………. 19
Gambar 1.13 Sistem transmisi mekanik (pulley dan belt) ………………………………... 19
Gambar 1.14 Generator …………………………………………………………………….. 19
Gambar 1.15 Panel control …………………………………………………………………. 20
Gambar 3.1 Pengendalian bahaya dan potensi risiko menggunakan rambu-rambu … 48

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Identifikasi bahaya dan pengendalian risiko pada tahap persiapan
pembangunan PLTM …………………………………………………………….. 32
Tabel 3.2 Identifikasi bahaya dan pengendalain risiko pada tahap konstruksi PLTM .. 33
Tabel 3.3 Identifikasi bahaya dan pengendalian risiko pada pengoperasian dan
pemeliharaan PLTM ……………………………………………………………... 35
Tabel 3.4 Informasi pada LDKB ……………………………………………………………. 40
Tabel 3.5 Pengendalian risiko untuk infografis atau buku saku …………………………. 42
Tabel 3.6 Contoh formulir inspeksi keselamatan di tempat kerja ………………………. 43
Tabel 3.7 APD dan fungsinya ………………………………………………………………. 46

v
DAFTAR SINGKATAN

APAR Alat Pemadam Api Ringan


APD Alat Pelindung Diri
BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
DAS Daerah Aliran Sungai
HSE Health, Safety, and Environment
JKK Jaminan Kecelakaan Kerja
JKM Jaminan Kematian
K3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
LDKB Lembar Data Keselamatan bahan
MSDS Material Safety Data Sheet
NAB Nilai Ambang Batas
PLTM Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro
PP Peraturan Pemerintah
RK3 Rencana K3
SKKNI Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
SDM Sumber Daya Manusia
SMK3 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
SNI Standar Nasional Indonesia
SOP Standard of Operational Procedure

vi
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang
sangat penting dalam suatu pekerjaan karena kecelakaan kerja mulai dengan risiko yang
ringan sampai yang berat dapat terjadi kapan saja. Setiap unit organisasi memiliki kewajiban
untuk memastikan bahwa pekerja dan orang lain yang terlibat dalam organisasi tersebut tetap
berada dalam kondisi aman sepanjang waktu. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. UU Nomor 1 1970 diturunkan dalam bentuk
Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 yang menginstruksikan pembentukan Sistem
Manajemen K3 (SMK3) untuk setiap perusahaan yang memiliki tenaga kerja paling sedikit
100 personil atau perusahaan yang memiliki tingkat potensi bahaya tinggi.

Gambar 1.1 Hubungan antara tenaga kerja, alat dan bahan/material dengan K3 di
lingkungan kerja

K3 di sektor PLTM menjadi salah satu aspek penting yang harus diterapkan dalam
mendukung setiap kegiatan pengembangan energi terbarukan. Praktik K3 umumnya meliputi
pencegahan, pemberian sanksi, dan kompensasi, juga penyembuhan luka dan perawatan
untuk pekerja dan menyediakan perawatan kesehatan dan cuti sakit. Penerapan K3 menjadi
prioritas utama bagi pengembang maupun pemerintah guna memastikan kegiatan PLTM
berjalan aman, selamat dan dapat memberikan manfaat bagi negara dan masyarakat, karena
energi yang dihasilkan oleh PLTM sangat diperlukan oleh masyarakat dan industri dimana
lokasi PLTA memiliki potensi bahaya dan risiko baik dari lingkungan di sekitarnya maupun
aktifitas internal di dalam manajemen pengembang seperti human error.

7
Setiap pengembang PLTM diwajibkan memiliki satu unit kerja untuk menangani K3 atau
dikenal juga dengan istilah Health, Safety, and Environment (HSE). Tujuannya adalah
menjamin kegiatan PLTM berjalan dengan aman, nihil kecelakaan, tidak membahayakan
manusia, dan tidak merusak lingkungan. Ada dua jenis potensi bahaya dalam kegiatan PLTM,
baik dari mulai tahap pembangunan sampai dengan tahap pengoperasian dan pemeliharaan.
Kedua potensi itu antara lain bencana alam dan bahaya yang ditimbulkan dari kegiatan
konstruksi, pengoperasian dan pemeliharaan PLTM.

Belajar dari peristiwa bencana yang terjadi pada beberapa PLTM, maka pengembang harus
memiliki pengetahuan, pemahaman dan kesadaran tentang K3 untuk memberikan jaminan
kondisi kerja yang aman dan menjamin keselamatan pekerja maupun orang lain di sekitarnya.
Pengembang maupun kontraktor pelaksana pembangunan atau kontraktor dengan perjanjian
kerja harus menyiapkan tim khusus untuk memantau dan menganalisis potensi bahaya dan
risiko kegiatan PLTM dan menyiapkan langkah-langkah pengendalian yang diperlukan untuk
menihilkan kecelakaan kerja. Dengan demikian, diharapkan tidak terjadi peristiwa yang tidak
menyenangkan selama kegiatan berlangsung serta lingkungan kerja dan sekitarnya dapat
terjaga dengan baik.

1.2 Tujuan, Sasaran Pengguna dan Ruang Lingkup

Tujuan Panduan K3
Panduan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Bidang Pembangkit Listrik Tenaga
Minihidro (PLTM) bertujuan untuk memberikan petunjuk mengenai tata cara mengidentifikasi,
memberikan rekomendasi, mengendalikan dan mencegah atau mengurangi potensi bahaya
dan risiko terjadinya kecelakaan kerja baik pada sumber daya manusia (SDM), peralatan atau
sistem PLTM maupun lingkungan kerja. Lingkungan kerja PLTM pada buku ini meliputi area
bangunan sipil sampai dengan rumah pembangkit serta kondisi topografi di sekitar komponen
PLTM.

Buku panduan ini diharapkan dapat menjadi rujukan dalam penyusunan dan penerapan K3 di
bidang PLTM untuk meningkatkan efektifitas kerja melalui perlindungan yang terukur,
terstruktur, dan terintegrasi. Selain itu, panduan ini diharapkan dapat mencegah dan
mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat serta menjamin operasional sistem
pembangkit secara optimal dan menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman, dan
efisien untuk mendorong produktivitas khususnya di bidang PLTM.

8
Sasaran Pengguna
Buku panduan ini ditujukan kepada seluruh stakeholder antara lain Pemilik/Pengembang
PLTM, Manajemen (pengelola), Operator Instalasi (tenaga teknis) PLTM, Auditor, Inspektur
di bidang PLTM, Pengawas PLTM, Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat.

Ruang Lingkup Buku Panduan


Buku panduan ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan aspek keselamatan pekerja,
komponen/sistem, lingkungan sekitar PLTM dan kesehatan pada pekerja mulai dari tahap
persiapan, konstruksi, pengoperasian sampai dengan pemeliharaan. Pokok bahasan dimulai
dari klasifikasi potensi bahaya, identifikasi dan pengendalian risiko serta contoh kegiatan yang
berpotensi menimbulkan bahaya dan risiko pada PLTM.

1.3 Regulasi K3 di Indonesia

Pada saat pedoman ini disusun, belum terdapat Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) yang spesifik untuk sektor PLTM di Indonesia. Namun, Indonesia
telah memiliki undang-undang dan peraturan terkait antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
4. UU Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja
5. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2015 Tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja Dan Jaminan Kematian
7. Peraturan Pemerintah Nomor 88 Tahun 2019 tentang Kesehatan Kerja
8. Peraturan Presiden Nomor 34 Tahun 2014 tentang Pengesahan Convention Concerning
The Promotional Framework For Occupational Safety And Health/convention 187, 2006
(konvensi Mengenai Kerangka Kerja Peningkatan Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja/konvensi 187, 2006)
9. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2019 tentang Penyakit Akibat Kerja
10. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor PER-01/MEN/1992 tentang Syarat - Syarat
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pesawat Karbid
11. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 26 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Penilaian Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
12. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 12 Tahun 2015 tentang Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Listrik Di Tempat Kerja

9
13. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Organisasi Dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis Bidang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
14. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 31 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per.02/men/1989 Tentang Pengawasan Instalasi
Penyalur Petir
15. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 33 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 12 Tahun 2015 Tentang Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Listrik Di Tempat Kerja
16. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 9 Tahun 2016 tentang Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Dalam Pekerjaan Ketinggian
17. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 37 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Bejana Tekanan dan Tangki Timbun
18. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 38 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pesawat Tenaga dan Produksi
19. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
20. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 21/PRT/M/2019
Tahun 2019 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
21. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 8 Tahun 2020 tentang Keselamatan dan
Kesehatan kerja Pesawat Angkat dan Angkut
22. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 11/SE/M/2019
Tahun 2019 tentang Petunjuk Teknis Biaya Penyelenggaraan Sistem Manajemen
Keselamatan Konstruksi

1.4 Istilah dan Definisi

ahli K3 konstruksi
tenaga ahli yang mempunyai kompetensi khusus di bidang K3 Konstruksi dalam
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi SMKK yang dibuktikan dengan sertifikat
pelatihan yang diterbitkan oleh lembaga sertifikasi profesi atau instansi yang berwenang
sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja.

faktor biologi
faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas tenaga kerja yang bersifat biologi, disebabkan oleh
makhluk hidup meliputi hewan, tumbuhan dan produknya serta mikroorganisme yang dapat
mengakibatkan penyakit akibat kerja.

10
faktor ergonomi
faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas tenaga kerja, disebabkan oleh ketidaksesuaian
antara fasilitas kerja yang meliputi cara kerja, posisi kerja, alat kerja, dan beban angkat
terhadap tenaga kerja.

faktor fisika
faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas tenaga kerja yang bersifat fisika, disebabkan oleh
penggunaan mesin, peralatan, bahan, dan kondisi lingkungan di sekitar tempat kerja yang
dapat mengakibatkan gangguan dan penyakit akibat kerja pada tenaga kerja, meliputi iklim
kerja, kebisingan, getaran, radiasi gelombang mikro, radiasi ultra ungu (ultra violet), radiasi
medan magnet statis, tekanan udara dan pencahayaan.

faktor kimia
faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas tenaga kerja yang bersifat kimiawi, disebabkan oleh
penggunaan bahan kimia dan turunannya di tempat kerja yang dapat menyebabkan penyakit
pada tenaga kerja, meliputi kontaminan kimia di udara berupa gas, uap, dan partikulat.

faktor psikologi
faktor yang mempengaruhi aktivitas tenaga kerja, disebabkan oleh hubungan antar personal
di tempat kerja, peran dan tanggung jawab terhadap pekerjaan.

getaran
gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak balik dari kedudukan
keseimbangannya.

higiene
usaha kesehatan preventif yang menitikberatkan kegiatannya kepada usaha kesehatan
individu maupun usaha pribadi hidup manusia.

insiden
kejadian yang timbul dari, atau disebabkan oleh, pekerjaan yang dapat atau memang
mengakibatkan cedera dan gangguan kesehatan dalam hubungan kerja.

kebisingan
semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau
alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.

11
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) PLTM
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disebut K3 adalah upaya terencana,
terpadu, dan sistematis yang dilakukan guna menciptakan kegiatan usaha yang aman untuk
mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

lingkungan kerja
aspek higiene di tempat kerja yang di dalamnya mencakup faktor fisika, kimia, biologi,
ergonomi dan psikologi yang keberadaannya di tempat kerja dapat mempengaruhi
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja.

manajemen risiko
aktivitas terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi dalam kaitannya
dengan risiko.

nilai ambang batas (NAB)


standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu
(time weight average) yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau
gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari tiduk melebihi 8 jam jam sehari atau 40
jam seminggu.

pengendalian
tindakan yang memelihara dan/atau memodifikasi risiko.

petugas keselamatan konstruksi


orang atau petugas K3 Konstruksi yang memiliki sertifikat yang diterbitkan oleh unit kerja yang
menangani Keselamatan Konstruksi di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat dan/atau yang diterbitkan oleh lembaga atau instansi yang berwenang sesuai dengan
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia dan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

rencana K3 kontrak (RK3K)


Dokumen lengkap rencana penyelenggaraan SMK3 dan merupakan satu kesatuan dengan
dokumen kontrak suatu pekerjaan konstruksi, yang dibuat oleh penyedia jasa dan disetujui
oleh pengguna jasa, untuk selanjutnya dijadikan sebagai sarana interaksi antara penyedia
jasa dengan pengguna jasa dalam penyelenggaraan SMK3

12
risiko
pengaruh dari ketidakpastian pada sasaran

sanitasi
usaha kesehatan preventif yang menitikberatkan kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan
hidup manusia

sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)


bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian
risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien
dan produktif

stakeholder/pemangku kepentingan
orang atau organisasi yang dapat mempengaruhi, atau dipengaruhi, atau menganggap dirinya
dipengaruhi oleh suatu keputusan atau aktivitas

tenaga kerja
setiap orang yang melakukan aktivitas pekerjaan di lingkungan PLTM

1.5 Gambaran Umum PLTM

Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro atau disingkat PLTM adalah pembangkit yang
memanfaatkan energi hidrolik air dengan daya listrik yang dibangkitkan lebih besar dari 1 MW
sampai dengan 10 MW. Berdasarkan SNI 8396:2019, PLTM merupakan salah satu
pembangkit listrik tenaga air yang termasuk dalam klasifikasi PLTA skala kecil menggunakan
skema run off river dengan tinggi bendung sampai dengan 15 m diukur dari tapak sampai
dengan mercu bendung.

1.5.1 Prinsip Kerja PLTM

PLTA merupakan pembangkit listrik yang mengandalkan energi potensial dan kinetik dari air
untuk menghasilkan energi listrik. Ada beberapa komponen utama dari PLTM seperti
bendung, saluran pelimpah, rumah pembangkit, dan transmisi hubung.

13
Gambar 1.2 Skema sistem PLTM

PLTM umumnya dibangun pada daerah yang mempunyai potensi tinggi jatuh dan debit air
yang dapat dikonversi menjadi energi listrk. Prinsip kerja PLTM adalah memanfaatkan energi
potensial air yang diubah menjadi energi mekanik oleh turbin, dan kemudian diubah menjadi
energi listrik oleh generator. Selanjutnya, energi listrik diteruskan ke gardu hubung untuk
diinterkoneksikan dengan jaringan. Air yang sudah melewati turbin akan disalurkan ke sungai
agar bisa dimanfaatkan oleh warga sebagai sumber kehidupan. Skema sistem PLTM
ditunjukkan pada Gambar 1.2.

1.5.2 Proses Pemanfaatan Energi Air Menjadi PLTM

Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam pengembangan dan pemanfaatan energi
air menjadi energi listrik antara lain tahap persiapan, tahap pembangunan/konstruksi serta
tahap pengoperasian dan pemeliharaan. Dari aspek K3, masing-masing tahapan memiliki
risiko dan potensi bahaya yang akan dianalisis dan dikendalikan untuk mengurangi atau
menihilkan kecelakaan kerja pada PLTM. Gambaran aktivitas pada setiap tahapan dijelaskan
secara singkat sebagai berikut:

a. Tahap persiapan
Tahap persiapan yang dimaksud adalah tahapan sebelum dilakukan pekerjaan kontruksi.
Tahapan ini meliputi survei atau pengukuran ulang untuk konstruksi, pembukaan dan
pematangan lahan, pembuatan akses jalan, mobilisasi dan demobilisasi peralatan dan
material serta pembuatan gudang sementara atau bedeng. Potensi risiko yang dapat
dipetakan pada tahapan ini antara lain terkait keselamatan dan kesehatan tenaga kerja.

14
Risiko keselamatan terkait penggunaan peralatan, proses mobilisasi dan demobilisasi
serta serangan binatang liar, adapun risiko kesehatan yang mungkin terjadi adalah
terdapat penyakit atau hewan endemik seperti malaria maupun penyakit yang disebabkan
oleh debu dan partikel lainnya dari proses pembukaan lahan.

b. Tahap pembangunan/konstruksi
Tahap konstruksi dimulai dari proses pembangunan PLTM sampai selesainya
komisioning PLTM. Kontruksi dilakukan pada setiap komponen PLTM yaitu bendung,
saluran pembawa, bak penenang pipa pesat, rumah pembangkit dan saluran
pembuangan air ke sungai induk, pemasangan turbin dan generator, pemasangan
peralatan kontrol dan pemasangan transmisi sampai di gardu hubung. Selanjutnya
dilakukan komisioning untuk menguji coba PLTM sebelum dilakukan operasi secara
komersial. Beberapa risiko yang dapat dipetakan pada tahap konstruksi antara lainrisiko
terkait penggunaan peralatan, kejatuhan benda-benda, longsoran tanah ataupun
terperosok dalam lubang galian serta risiko lainnya.

c. Tahap pengoperasian dan pemeliharaan


Tahap pengoperasian dan pemeliharaan dimulai setelah dilakukan uji komisioning dan
sertifikasi laik operasi. Pengoperasian PLTM dimulai dari pengisian air pada bangunan
sipil, membuka pintu air dan katup-katup turbin, pemeriksaan suara dan getaran serta
melakukan sinkronisasi dan sambungan ke jaringan. Adapun pemeliharaan PLTM
meliputi pembersihan sampah, inspeksi jalur bangunan air (komponen sipil), sambungan
transmisi ke gardu hubung dan perawatan ringan sampai berat pada komponen
mekanikal elektrikal. Bahaya keselamatan yang dapat dipetakan pada tahap ini antara
lain terkait bahaya kelistrikan, serangan binatang buas serta terjatuh pada bangunan air.
Adapun bahaya kesehatan yang utama kemungkinan adanya penyakit endemik di lokasi
sekitar PLTM

1.5.3 Komponen PLTM

Komponen-komponen utama dalam sistem PLTM terbagi menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu
komponen sipil, komponen mekanikal dan elektrikal. Masing-masing komponen ditunjukkan
dilihat sebagai berikut:

15
a. Komponen sipil terdiri dari:
- Bendung (weir)

Gambar 1.3 Bendung

- Saluran penyadap (intake)

Gambar 1.4 Saluran penyadap

- Saluran pembawa (headrace)

Gambar 1.5 Saluran pembawa

16
- Bak pengendap (sand trap)

Gambar 1.6 Bak pengendap

- Bak penenang (forebay)

Gambar 1.7 Bak penenang

- Saluran pelimpah (spillway)

Gambar 1.8 Saluran pelimpah

17
- Pipa pesat (penstock)

Gambar 1.9 Pipa pesat

- Rumah pembangkit (power house)

Gambar 1.10 Rumah pembangkit

- Saluran pembuang (tail race)

Gambar 1.11 Saluran pembuang

18
b. Komponen mekanikal terdiri dari:
- Turbin

Gambar 1.12 Turbin

- Sistem transmisi mekanik (gear box atau pulley dan sabuk/belt)

Gambar 1.13 Contoh sistem transmisi mekanik menggunakan gear box

c. Komponen elektrikal terdiri dari:


- Generator

Gambar 1.14 Generator

19
- Kotak panel/peralatan kontrol

Gambar 1.15 Panel kontrol

1.6 Ruang Lingkup K3

Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada dasarnya mencakup semua aspek yang
berhubungan dengan tenaga kerja, peralatan serta material yang digunakan di lingkungan
kerja. Ada beberapa ruang lingkup pada penerapan K3 yang terdiri dari:
1. Manajemen risiko
2. Sistem Manajemen K3 (SMK3)
3. Personil K3 berkompetensi
4. Penerapan higiene dan sanitasi
5. Jaminan ketenagakerjaan
6. Pengelolaan Lingkungan Sekitar PLTM

1.6.1 Manajemen Risiko

Manajemen Risiko K3 merupakan upaya mencegah terjadinya kecelakaan kerja secara


komprehensif, terencana dan terstruktur dalam suatu sistem melalui pengelolaan risiko
melalui proses identifikasi dan analisis risiko yang ada. Ada beberapa tahapan yang dapat
dilakukan dalam proses manjemen risiko yaitu:
a. Identifikasi risiko merupakan proses kajian area-area dan proses-proses teknis yang
memiliki risiko potensial yang akan dikelola, baik yang sudah pernah terjadi maupun yang
diperkirakan dapat terjadi.
b. Analisa risiko merupakan proses menilai risiko yang telah teridentifikasi menggunakan
matriks risiko untuk menentukan besarnya risiko (risk = likelihood x consequences).
c. Evaluasi risiko merupakan proses penilaian risiko untuk menentukan apakah risiko yang
terjadi dapat diterima atau tidak dapat diterima.

20
d. Pencengahan risiko merupakan proses, cara atau tindakan mencegah aktivitas
berbahaya yang memiliki dampak atau risiko sehingga kecelakaan kerja tidak
terjadi/dapat dihindari
e. Pengendalian risiko merupakan upaya untuk menghindari risiko, mengurangi frekuensi
terjadinya risiko, mengurangi konsekuensi dari terjadinya risiko, mentransfer risiko secara
penuh atau sebagian kepada pihak lain yang lebih berkompeten menangani risiko.
f. Pemantauan dan telaah ulang merupakan proses evaluasi yang sistematis dari hasil kerja
proses penanganan risiko yang telah dilakukan dan sebagai dasar dalam penyusunan
strategi penanganan risiko yang lebih baik di kemudian hari.

1.6.2 Sistem Manajemen K3 (SMK3)

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau biasa disebut SMK3 merupakan
bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur proses dan sumber daya yang
dibutuhkan bagi pengembangan pencapaian , pengkajian dan pemeliharaan kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman. Dalam menerapkan SMK3, setiap
perusahaan wajib melaksanakan:
1. penetapan kebijakan K3
2. perencanaan K3
3. pelaksanaan rencana K3
4. pemantauan dan evaluasi kinerja K3
5. peninjauan dan peningkatan kinerja K3

Menurut PP Nomor 50 Tahun 2012, SMK3 harus dibentuk apabila sebuah perusahaan
memiliki tenaga kerja lebih dari 100 orang atau pekerjaan tersebut memiliki potensi bahaya
yang tinggi. Meskipun demikian, perusahaan yang tidak memenuhi kriteria sesuai PP Nomor
50 Tahun 2012 wajib memiliki unit K3 untuk menjamin keamanan tenaga kerja di tempat kerja
sesuai undang-undang. SMK3 biasanya digunakan sebagai salah satu syarat wajib diajukan
oleh penyedia jasa dalam proses tender yang berisi Rencana K3 (RK3K). RK3 pada proses
tender menjadi acuan penerapan SMK3 pada pelaksanaan konstruksi. Setelah pekerjaan
selesai, penyedia jasa diwajibkan untuk membuat laporan hasil kinerja SMK3, statistik
kecelakaan, penyakit akibat kerja serta usulan perbaikan untuk proyek sejenis yang akan
datang.

21
SMK3 pada saat konstruksi PLTM dapat mengacu pada Permen PUPR Nomor
21/PRT/M/2019 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi dimana setiap
aktivitas konstruksi yang memilki risiko keselamatan harus menggunakan tenaga ahli K3
dan/atau Petugas Keselamatan Konstruksi. Ahli K3 yang diperlukan terdiri dari Ahli K3
Konstruksi dan Petugas Keselamatan Konstruksi.

1.6.3 Personil K3 Berkompetensi

Penerapan K3 sangat diperlukan untuk melindungi tenaga kerja dari faktor bahaya yang
mungkin timbul, dan meminimalkan risiko kerugian yang dialami oleh perusahaan. Sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, setiap perusahaan wajib melaksanakan upaya K3 untuk
melindungi keselamatan tenaga kerja dan sarana produksi. Untuk itu diperlukan Sumber Daya
Manusia (SDM) bidang K3 yang profesional dan kompeten dalam mengembangkan,
mengkoordinir, memfasilitasi dan melaksanakan program-program K3 dalam tempat kerja,
sehingga diperlukan pembinaan dan pengembangan kompetensi SDM K3.

Pengembangan SDM yang memiliki kompetensi K3 dapat dilakukan melalui pendidikan formal
di universitas maupun secara informal pada lembaga sertifikasi kompentensi. Secara umum,
jabatan K3 berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 38 Tahun 2019 mengenai
SKKNI bidang K3 antara lain Operator/Petugas, Teknisi/Analis dan Ahli K3. Berdasarkan
SKKNI, secara umum, personil K3 diharapkan memiliki kemampuan untuk:
a. Merencanakan penerapan prinsip-prinsip K3 di tempat kerja
b. Melaksanakan penerapan prinsip-prinsip K3 di tempat kerja
c. Mengevaluasi penerapan prinsip-prinsip K3 di tempat kerja

Personil K3 yang diperlukan pada saat konstruksi PLTM harus memiliki komptensi sesuai
bidang yang telah ditentukan dan terbagi dalam beberapa Unit Keselamatan Konstruksi
(UKK). Menurut Peraturan Menteri PUPR Nomor 21/PRT/M/2019 personil K3 konstruksi harus
memiliki kompetensi kerja atau sertifikat pelatihan. Anggota UKK terdiri dari:
a. petugas tanggap darurat;
b. petugas pemadam kebakaran;
c. petugas pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K);
d. petugas pengatur lalu lintas;
e. tenaga kesehatan; dan/atau
f. petugas pengelolaan lingkungan.

22
1.6.4 Penerapan Higiene dan Sanitasi

Higiene merupakan kondisi kebersiihan yang berhubungan dengan personal di tempat kerja,
sedangkan sanitasi merupakan kebersihan terkait lingkungan hidup. Penerapan higiene dan
sanitasi pada perusahaan biasanya meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Pengelolaan bangunan
b. Fasilitas pemeliharaan kebersihan dengan memperhatikan sumber air
c. Dilengkapi dengan suasana kerja yang lengkap dengan alat yang memadai.
d. Pemeliharaan air bersih
e. Pengelolaan sampah
f. Pengelolaan limbah
g. Disinfeksi
h. Sterilisasi

1.6.5 Jaminan Ketenagakerjaan

Jaminan kecelakaan kerja diselenggarakan oleh Pemerintah melalui BPJS Ketenagakerjaan


yang meliputi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM). Setiap
perusaahaan wajib mendaftarkan tenaga kerjanya pada program BPJS ketenagakerjaan
sesuai ketentuan yang berlaku. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) merupakan program
jaminan sosial yang diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial
dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pelayanan kesehatan dan
santunan uang tunai apabila seorang pekerja mengalami kecelakaan kerja atau menderita
penyakit akibat kerja. Ketentuan lebih lanjut mengenai JKK dan JKM diatur sesuai peraturan
yang berlaku.

1.6.6 Pengelolaan Lingkungan Sekitar PLTM

Selain tenaga kerja dan sistem/komponen PLTM, penerapan K3 juga harus memperhatikan
aspek lingkungan di sekitarnya. Upaya pengelolaan lingkungan di sekitar PLTM merupakan
bagian mitigasi bahaya keselamatan pada tenaga kerja dan komponen pembangkit. Contoh
pengelolaan lingkungan di sekitar PLTM antara lain menjaga kebersihan di area pembangkit,
melakukan pemeliharaan dan perawatan tanaman liar, memperkuat struktur tanah atau tebing
dengan membangun talud atau bangunan penahan tanah. Pengelolaan lingkungan berfungsi
untuk mengurangi atau menghindari risiko keselamatan yang disebabkan oleh bencana
maupun potensi munculnya gangguan hewan liar di sekitar PLTM.

23
Upaya pengelolaan lingkungan di sekitar PLTM dapat merujuk pada Panduan Operasi dan
Pemeliharaan PLTMH serta Panduan pengelolaan lingkungan PLTMH. Stakeholder dapat
memodifikasi aktivitas pengelolaan lingkungan sesuai dengan kebutuhan pada masing-
masing PLTM berdasarkan contoh yang diberikan. Kedua panduan tersebut dapat diunduh
secara gratis melalui website Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi
Energi.

24
BAB II IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA DAN RISIKO PLTM

Sebelum melakukan identifikasi sumber bahaya, perlu diketahui bahwa bahaya dapat dibagi
menjadi dua yaitu bahaya keselamatan dan bahaya kesehatan.
1. Bahaya keselamatan ialah suatu potensi bahaya yang dapat menimbulkan risiko
langsung yang dapat mengakibatkan keselamatan dan menyebabkan kecelakaan
langsung sehingga menimbulkan cedera seperti luka bakar, luka sayat, patah tulang,
cedera punggung atau bahkan kematian. Contoh bahaya keselamatan yang utama
adalah sebagai berikut:
a. Terpeleset atau tersandung karena kabel listrik di lantai atau terdapat cairan
tumpah.
b. Kebakaran atau ledakan yang disebabkan oleh bahan mudah terbakar atau bahan
kimia peledak atau korsleting
c. Kontak langsung dengan mesin yang berputar seperti turbin dan generator
d. Bekerja menggunakan perancah atau tangga.
e. Sistem tekanan seperti pipa pesat, bendung atau bak penenang
f. Kejatuhan benda
2. Bahaya kesehatan merupakan potensi bahaya yang menimbulkan dampak jangka
panjang pada kesehatan atau bahkan menyebabkan sakit akibat kerja misalnya saja
kehilangan pendengaran karena suara yang berisik, terjadinya masalah pernapasan
yang disebabkan oleh paparan zat kimia atau bahkan cedera sendi.

2.1 Jenis-Jenis Bahaya

Penyebab terjadinya kecelakaan akibat kerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya faktor fisik/mekanik, faktor kimia, faktor biologi, faktor biomekanik/ergonomi dan
faktor mental/psikologi. Faktor-faktor bahaya tersebut secara singkat dideskripsikan sebagai
berikut:

a. Faktor Fisik/Mekanika
Faktor fisik merupakan potensi yang menyebabkan gangguan terhadap kesehatan dan
keselamatan tenaga kerja apabila pekerjaan dilakukan secara kontinyu dalam waktu yang
cukup lama. Faktor penyebabnya antara lain kebisingan, cahaya/penerangan, getaran,
mesin/alat kerja, tekanan, suhu, listrik dan gelombang mikro dan sinar ultra ungu.

25
b. Faktor Biologi
Faktor biologi adalah potensi bahaya yang bersumber dari tanaman, binatang, organisme
atau mikro organisme yang dapat mengancam kesehatan. Contoh faktor biologi antara
lain virus, jamur, tanaman pengganggu, binatang.

c. Faktor Kimia
Faktor kimia adalah potensi bahaya yang berasal dari bahan bahan kimia baik yeng
berbentuk cair, padat, atau di lingkungan sekitar. Bahan kimia beracun dapat merusak
sistem dan organ tubuh manusia apabila masuk ke dalam pembuluh darah. Proses
masuknya bahan kimia ke dalam tubuh manusia dapat terjadi melalui tiga hal yaitu
dengan cara menghirup (inhalasi), pencernaan (menelan) maupun melalui kontak dengan
kulit luar. Potensi bahaya bahan kimia bersumber dari bahan yang bersifat korosif, iritan,
mudah terbakar/menyala, mudah meledak, radioaktif, reaktif dan beracun.

d. Faktor Biomekanik/Ergonomi
Biomekanik merupakan bidang kajian ergonomi yang berhubungan dengan mekanisme
tubuh dalam melakukan suatu pekerjaan, misalnya keterlibatan otot manusia dalam
bekerja dan sebagainya. Faktor ini sebagai akibat dari cara kerja, posisi kerja, alat kerja,
lingkungan kerja yang salah, dan kontruksi yang salah. Efek terhadap tubuh: kelelahan
fisik, nyeri otot, deformirtas tulang, perubahan bentuk, dislokasi, dan kecelakaan.
Ergonomi sebagai ilmu, teknologi, dan seni berupaya menyerasikan alat, cara, proses,
dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan, dan batasan manusia untuk
terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman, dan tercapai
efisiensi yang setinggi-tingginya.

e. Faktor Psikologis
Jika ingin memaksimalkan produktivitas, perlu menciptakan tempat kerja di mana tenaga
kerja merasa aman dan dihormati. Isu ini melampaui keselamatan fisik dan termasuk
melindungi kesejahteraan diri, martabat dan mental tenaga kerja. Intimidasi sering
mengancam rasa keamanan tenaga kerja di tempat kerja, sebagai contoh antara lain
memukul atau mendorong, berteriak, mengejek atau mengolok-olok, mengancam untuk
memberikan penilaian kinerja yang buruk, menolak makan dengan seseorang, kritik oleh
seorang manajer secara publik, beban kerja berlebihan serta faktor psikologis lainnya.

26
2.2 Identifikasi Sumber Bahaya

Sumber bahaya pada PLTM dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok yaitu dari
faktor tenaga kerja, komponen/sistem PLTM, faktor lain yang meliputi penggunaan bahan
kimia, material dan alat kerja yang digunakan serta lingkungan di sekitar PLTM dan pekerjaan
yang memiliki risiko tinggi. Selain itu, terdapat faktor eksternal yang berhubungan dengan
bencana seperti banjir bandang, longsor dan sebagainya. oleh karena itu perlu dilakukan
identifikasi sumber bahaya berdasarkan kategori tersebut.

2.2.1 Tenaga Kerja

Faktor tenaga kerja yang biasanya disebut sebagai human error memberikan kontribusi yang
paling besar dalam kecelakaan kerja. Meskipun demikian, faktor kesalahan yang berasal dari
tenaga kerja tersebut terjadi bukan hanya dari faktor tenaga kerja saja, melainkan faktor
kesalahan pada perancangan dan prosedur kerja. Sumber bahaya yang termasuk dalam
kategori human error antara lain:
a. Faktor berasal dari luar ataupun dari dalam individu.
b. Faktor situasi, misalnya perencanaan sistem, perencanaan prosedur kerja,
pengambilan keputusan, dan mengeksekusi pekerjaan.
c. Tingkat analisis, misalnya persepsi pada masing-masing individu

2.2.2 Komponen/Sistem PLTM

Sumber bahaya yang berasal dari komponen atau sistem PLTMH umumnya disebabkan oleh
kegagalan hasil konstruksi maupun peralatan yang digunakan pada PLTM. Kegagalan
komponen/sistem biasanya berasal dari spesifikasi teknis yang tidak sesuai standar, faktor
keamanan desain yang kurang memadai serta perawatan dan pemeliharaan peralatan yang
tidak sesuai jadwal. Beberapa contoh kegagalan komponen/sistem PLTM yang mungkin
terjadi antara lain:
a. Bendung tidak dapat menahan debit banjir terlalu lama
b. Pipa pesat tidak dapat menerima tekanan air terlalu tinggi
c. Instalasi peralatan tidak sesuai standar
d. Pemasangan turbin dan generator yang tidak sesuai ketentuan
e. Tidak ada komponen pelindung bagain bagian yang berputar atau menghasilkan listrik
f. Tidak tersedianya pengaman atau pagar pembatas pada area bangunan sipil
g. Rambu-rambu tanda bahaya tidak tersedia di sekitar PLTM

27
2.2.3 Faktor Bahan/Material dan Alat Kerja

Selain faktor manusia dan komponen/sistem PLTM, terdapat berbagai faktor lain yang
membuat aktivitas PLTM memiliki potensi bahaya seperti faktor bahan atau material yang
digunakan serta faktor alat kerja. Bahaya yang berasal dari bahan kimia pada PLTM mungkin
tidak terlalu banyak ditemui. Akan tetapi pada beberapa PLTM dapat dijumpai adanya genset
yang memerlukan bahan bakar minyak sehingga perlu disimpan dengan baik. Selain itu,
terdapat pula penggunaan pestisida/herbisida pada pemeliharaan lingkungan sekitar yang
dapat menyebabkan keracunan, potongan material logam serta debu. Oleh karena itu perlu
perhatian khusus pada saat menyimpan bahan yang mudah terbakar atau mengandung racun
serta selalu menjaga kebersihan workshop dan tempat kerja lainnya.

Potensi bahaya yang ditimbulkan dari penggunaan alat kerja terdiri dari paparan kebisingan,
getaran dan sebagainya. Selain itu, inspeksi dan pemeliharaan alat kerja harus dilakukan
secara berkala untuk menghindari bahaya keselamatan penggunaan alat kerja. Cara kerja
atau posisi kerja juga perlu diperhatikan karena berdampak pada faktor ergonomik tenaga
kerja. Hal ini harus diidentifikasi atau diawasi oleh pengawas agar tenaga kerja terhindar
potensi bahaya ergonomik akibat cara kerja yang dilakukan.

2.2.4 Faktor Lingkungan Kerja di Sekitar PLTM

Faktor bahaya lingkungan kerja dapat diidentifikasi dari jenis sumber bahaya yang telah
dijelaskan sebelumnya yaitu faktor fisika, kimia, biologi, ergonomi dan psikologi. Selain itu
dapat dilakukan identifikasi pada aspek higiene dan sanitasi serta kebersihan lingkungan di
area sekitar PLTM. Aspek lain yang perlu mendapat perhatian adalah kondisi tanah dan
struktur tanah di sekitar bangunan sipil, jalan akses dan jalan inspeksi serta tebing (jika ada)
di sekitar PLTM.

2.2.5 Pekerjaan dengan Risiko Tinggi

Pekerjaan dengan risiko tinggi dapat ditemui pada masing-masing tahapan PLTM. Hal ini bisa
berdampak pada tenaga kerja, komponen dan sistem PLTM maupun di lingkungan sekitarnya.
Contoh pekerjaan yang memiliki risiko tinggi pada PLTM antara lain pada saat melakukan
pengecoran beton pada komponen bangunan sipil, menaikkan atau menurunkan suplai listrik
ke jaringan, pengajuan pemeliharaan PLTM serta pekerjaan vital lainnya. Oleh karena itu
perlu dilakukan identifikasi dan klasifikasi pekerjaan vital pada PLTM agar bahaya dan potensi
risiko dapat dipetakan dan dilaksanakan sesuai prosedur yang berlaku.

28
2.3 Analisis Risiko/Dampak

Risiko K3 biasanya berkaitan dengan sumber bahaya serta dampaknya dalam aktivitas bisnis
yang menyakut aspek manusia, peralatan, material, dan lingkungan kerja. Umumnya risiko
K3 dikonotasikan sebagai hal negatif (negative impact) antara lain karena berhubungan
dengan beberapa hal antara lain:
a. kecelakaan terhadap manusia dan aset perusahaan
b. kebakaran dan peledakan
c. penyakit akibat kerja
d. kerusakan sarana produksi
e. gangguan operasi.

Kerugian akibat kecelakaan dan kejadian lainnya merupakan risiko yang harus dihadapi oleh
setiap organisasi atau perusahaan. Aktivitas pada PLTM memiliki risiko yang dapat merugikan
perusahaan maupun tenaga kerja mulai dari tahapan konstruksi, operasi maupun saat
pemeliharaan. Beberapa contoh risiko dan dampak yang ditimbulkan pada bidang PLTM
antara lain:

a. Terjatuh atau terpeleset


Risiko terjatuh atau terpeleset dapat terjadi mulai dari tahap konstruksi sampai dengan
tahap pemeliharaan PLTM. Risiko ini dapat bersumber dari kondisi lantai atau jalur
inspeksi yang licin, bekerja di ketinggian pada saat instalasi dan lain sebagainya. Risiko
jatuh dan terpeleset juga bisa ditemui di area kantor maupun ruang kontrol di PLTM.
Adapun dampak yang ditimbulkan dapat bermacam-macam terutama kepada tenaga
kerja maupun aset perusahaan seperti luka kecil, cedera otot, keseleo dan lain
sebagainya. Adapun dampak yang ditimbulkan pada aset dapat berupa kerusakan
peralatan kantor, pagar pembatas bahkan instalasi listrik pada ruang kontrol maupun
rumah pembangkit sehingga mengganggu produksi energi listrik.

b. Tertimpa objek
kecelakaan kerja berupa tertimpa objek bisa terjadi di manapun. Bahkan, objek yang jatuh
dari bagian atas lemari maupun penyimpanan barang lainnya bisa menyebabkan cedera
apabila terjadi tanpa ada antisipasi sebelumnya. Kasus tertimpa objek atau benda bisa
berakibat fatal pada pekerja maupun peralatan PLTM. hal ini biasa ditemui pada tahap
konstruksi maupun operasi pemeliharaan. Pada tahap operasi, hal tersebut bisa saja
terjadi karena adanya guncangan akibat gempa sehingga perlu mengatur benda-benda
atau alat bantu pada area instalasi komponen elektromekanik PLTM. Kasus tertimpa

29
objek atau benda-benda memiliki dampak pada keselamatan tenaga kerja maupun
proses produksi listrik PLTM

c. Cedera karena gerakan repetitif


Cedera gerakan repetitif termasuk kategori risiko berdasarkan faktor ergonomi. Hal ini
bisa terjadi pasa saat operasi dimana tenaga kerja banyak menghabiskan waktu di depan
komputer dengan pekerjaan yang berulang maupun monoton. Dampak yang ditimbulkan
antara lain cedera persendian karena kesalahan gerak atau ketegangan otot yang terjadi
terus menerus atau dalam jangka panjang.

d. Luka gores
Luka gores bisa bersumber dari peralatan berputar (alat kerja) maupun komponen yang
sudah terpasang seperti pagar pembatas dan pekerjaan metal lainnya. Biasanya hal ini
disebabkan oleh finishing pekerjaan metal yang kurang baik teliti maupun residu
pekerjaan metal atau tidak adanya inspeksi secara berkala pada alat-alat alat kerja. Jika
kecelakaan kerja semacam ini kerap terjadi, sebaiknya membuat jadwal inspeksi dan
pemeliharaan alat kerja, sosialisasikan cara aman pengoperasian alat maupun
memberikan rambu-rambu pada area yang berpotensi memberikan luka.

e. Terpapar suara bising


Area bising sering dijumpai pada bagian rumah pembangkit. Sumber suara biasanya
berasal dari turbin dan generator. Dampak yang ditimbulkan dapat berupa berkurangnya
kemampuan pendengaran. Kesehatan telinga menjadi taruhan bagi pekerja yang setiap
harinya harus terpapar suara bising. Istilah bagi kondisi ini adalah industrial deafness jika
tidak dilakukan penanganan yang tepat. Selain harus mengenakan alat pelindung telinga,
pekerja juga harus mencari jeda untuk berada di tempat lebih sepi di tiap interval waktu
tertentu.

2.4 Dokumen Identifikasi Potensi Bahaya Dan Risiko

Seluruh hasil identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang telah dilakukan akan disusun dan
dijadikan sebuah dokumen yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pengoperasian dan
pemeliharaan PLTM. Dokumen identifikasi bahaya dan penilaian risiko biasanya disebut
Hazard Identification Risk Assesment (HIRA). Hasil identifikasi bahaya dan potensi risiko
biasanya disertai penilaian/scoring pada masing-masing tahapan kegiatan PLTM. Penilaian
risiko harus dilakukan oleh personil yang memiliki sertifikat kompetensi bidang K3. Dengan
demikian, prioritas penanganan potensi bahaya dan risiko dapat dilakukan berdasarkan
kriterianya.

30
BAB III ANALISIS DAN PENGENDALIAN RISIKO

Analisis dan pengendalian lingkungan kerja meliputi faktor-faktor seperti faktor fisika, kimia,
biologi, ergonomi dan psikologi terhadap tenaga kerja. Pengukuran lingkungan kerja harus
dilakukan sesuai dengan metoda uji yang telah ditetapkan.

Pengendalian lingkungan kerja dapat dilakukan setelah dilakukan pengukuran. Hal ini
dilakukan agar tingkat pajanan faktor kimia dan fisika berada di bawah NAB, serta faktor-faktor
seperti faktor biologi, ergonomik dan psikologi dapat memenuhi standar. Pengendalian
lingkungan kerja dapat dilakukan sesuai dengan hirarki pengendalian, mulai dari eliminasi,
subtitusi, rekayasa teknis, administratif, hingga penggunaan alat pelindung diri yang telah
dijelaskan sebelumnya. Adapun nilai ambang batas dan standar lainnya telah diatur sesuai
ketentuan yang berlaku.

Pada bidang PLTM, terdapat dua komponen pengendalian yang dilakukan yaitu pada tenaga
kerja dan komponen/sistem PLTM. Pada tenaga kerja, pengendalian yang dilakukan meliputi
faktor fisik/mekanik, kimia, biologi, ergonomi, psikologi, penerapan sistem higiene dan sanitasi
serta penggunaan APD. Sedangkan pada komponen/sistem PLTM, dilakukan pengukuran
dan pengendalian yang berhubungan dengan komponen/sistem PLTM yang memberikan
dampak pada komponen/sistem tersebut mulai dari komponen sipil sampai dengan komponen
elektrikal mekanikal dan bangunan yang terdapat peralatan maupun tenaga kerja.

3.1. Pengendalian Bahaya pada Tenaga Kerja dan Komponen PLTM

Potensi bahaya biasanya sudah mulai diidentifikasi pada saat awal konstruksi. Berbagai
macam pekerjaan yang akan dilakukan dapat digambarkan dengan jelas beserta prosedur
dan potensi bahaya yang ditimbulkannya. Beberapa bahaya terkait kegiatan konstruksi antara
lain bekerja di ketinggian, kegagalan struktur, kegagalan peralatan dan metode kerja dan lain
sebagainya. Selain itu, identifikasi potensi bahaya juga dapat dilakukan berdasarkan sumber
bahaya yang berdampak pada tenaga kerja seperti faktor fisika, kimia biologi dan sebagainya.

Beberapa contoh upaya pengendalian bahaya pada aktivitas PLTM baik pada tahap
konstruksi, operasi maupun pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan dapat dimodifikasi
sesuai keperluan.

31
Tabel 3.1 Identifikasi bahaya dan pengendalian risiko pada tahap persiapan pembangunan PLTM
Risiko Pengendalian
Aktivitas Sub Aktivitas Bahaya Tenaga Kerja Peralatan/ Pengendalian (Eksisting) Tambahan /
Komponen Mitigasi
pembukaan Lahan pemotongan a. tidak memahami instruksi a. cidera akibat kerusakan alat a. memberikan arahan sebelum APD diinspeksi oleh
rumput/tanaman b. tidak mahir menggunakan alat pemakaian potong pengerjaan tim K3 secara rutin.
potong rumput/pohon alat potong b. memeriksa kondisi peralatan
c. terpapar sinar matahari b. dehidrasi c. menggunakan APD

perataan lahan a. tidak memahami instruksi tersengat/ digigit kerusakan a. memberikan arahan sebelum APD diinspeksi oleh
b. kurang memperhatikan binatang eskavator pengerjaan tim K3 secara rutin.
kelandaian lahan (eskavator b. memastikan pekerja dalam kondisi
terguling) siap kerja
c. gangguan binatang c. memeriksa kelayakan eskavator
d. penggunaan APD
pembuatan talud a. tertimpa longsoran tanah a. cidera ringan alat kerja tertimbun a. Menetapkan SOP pekerjaan SOP ditetapkan oleh
b. faktor ergonomi b. cidera otot longsoran tanah b. Menggunakan APD tim dan
c. terpapar sinar matahari c. dehidrasi atau beton c. Memasang rambu-rambu disosialisasikan
d. terpeleset/terjatuh
pembuatan a. pembuatan gudang a. kejatuhan benda a. cidera ringan - a. Menggunakan APD APD alat potong
gudang dan b. pembuatan bedeng b. jatuh dari ketinggian sampai berat b. memastikan sambungan kabel aman diinspeksi oleh tim
bedeng c. pembuatan pagar c. terkena potongan logam b. luka c. memasang rambu rambu K3 secara rutin.
pembatas d. kabel peralatan terkelupas c. tersengat
listrik

mobilisasi dan a. pembuatan jalan a. tertabrak kendaraan berat a. cidera ringan a. eskavator a. memasang rambu-rambu petunjuk a. pengecekan
demobilisasi alat b. pemasangan atau alat perata lahan sampai berat terperosok ke dan peringatan administrasi dan
dan bahan rambu rambu b. tidak ada rambu-rambu b. gangguan dalam galian b. menetapkan petugas pengatur lalu kelaikan
c. pengaturan lalu petunjuk dan peringatan kesehatan b. kecelakaan lintas di areal proyek angkutan
lintas c. tidak menguasai medan pada tenaga pada alat c. menggunakan APD dan masker material
sekitar kerja angkutan b. APD diinspeksi
d. Infeksi saluran pernafasan material oleh tim K3
e. pengganggu produktivitas secara rutin.
tenaga kerja

32
Tabel 3.2 Identifikasi bahaya dan pengendalain risiko pada tahap konstruksi PLTM
Risiko Pengendalian
Aktivitas Sub Aktivitas Bahaya Tenaga Kerja Peralatan/ Pengendalian (Eksisting) Tambahan /
Komponen Mitigasi
pekerjaan sipil Konstruksi pada a. longsornya galian a. cidera ringan kerusakan pada a. memberikan arahan kepada pekerja a. peralatan
a. bendung dan intake b. pekerja terperosok ke dalam sampai berat alat/mesin yang b. memasang rambu rambu diinspeksi oleh
b. saluran pembawa galian b. luka ringan digunakan c. menggunakan APD tim K3 secara
c. bak penenang dan c. tertimpa beton sampai berat d. mengatur rotasi jam kerja rutin.
pelimpah d. terjatuh dari ketinggian b. mencatat keluar
d. rumah pembangkit e. kejatuhan benda masuk tenaga
e. saluran pembuang f. terkena potongan besi kerja di area
g. terkena mesin yang berputar konstruksi
pekerjaan metal a. pembuatan blok a. tertimpa beton a. cidera ringan a. kerusakan pada a. memberikan arahan kepada pekerja a. APD alat yang
angkur b. kejatuhan benda sampai berat alat/mesin yang b. memasang rambu rambu digunakan
b. pemotongan logam c. terkena potongan logam b. luka ringan digunakan c. menggunakan APD diinspeksi oleh
c. pekerjaan las d. terkena mesin yang berputar sampai berat b. material logam d. melakukan isolasi pada sambungan- tim K3 secara
d. pembuatan dan e. salah posisi saat patah/ bengkok sambungan listrik ke peralatan rutin.
pemasangan pipa mengangkat material sehinga tidak b. mencatat keluar
pesat, trashrack, f. tersengat listrik dapat masuk tenaga
pintu air dan dimanfaatkan kerja di area
stoplogpagar konstruksi
pembatas
komponen a. pemasangan turbin, a. kejatuhan benda a. cidera ringan a. kerusakan pada a. membuat SOP pemasangan a. peralatan yang
mekanikal generator dan b. salah posisi kerja sampai berat turbin dan komponen mekanikal elektrikal digunakan
elektrikal kelengkapannya c. tali crane putus b. luka ringan generator b. memasang rambu rambu diinspeksi oleh
b. pemasangan d. bekerja di ruang sempit sampai berat maupun c. menggunakan APD tim K3 secara
peralatan kontrol e. struktur alat angkat angkut peralatan kontrol d. menggunakan peralatan sesuai rutin.
c. penyambungan kurang memadai b. kerusakan pada kebutuhan di lokasi b. memastikan
instalasi kelistrikan alat angkat e. mengatur posisi dan jadwal tenaga hanya tenaga
angkut kerja kerja terpilih
yang berada di
area instalasi

33
Risiko Pengendalian
Aktivitas Sub Aktivitas Bahaya Tenaga Kerja Peralatan/ Pengendalian (Eksisting) Tambahan /
Komponen Mitigasi
pekerjaan a. pemasangan tiang a. longsornya galian a. cidera ringan a. kerusakan pada a. membuat SOP pemasangan jaringan a. APD alat yang
jaringan sampai listrik b. terperosok ke dalam galian sampai berat alat/mesin yang sampai gardu hubung digunakan
ke gardu hubung b. pemasangan trafo c. gangguan binatang liar b. luka ringan digunakan b. memasang rambu rambu diinspeksi oleh
(GH) c. penarikan kabel d. kejatuhan benda sampai berat b. tiang listrik c. menggunakan APD tim K3 secara
d. penyambungan ke e. tali sling putus risiko bengkok/patah d. menggunakan peralatan sesuai rutin.
GH f. alat angkat angkut kurang c. kematian c. kebakaran pada kebutuhan di lokasi b. memastikan
memadai tenaga kerja trafo e. mengatur posisi dan jadwal tenaga hanya tenaga
g. jatuh dari ketinggian kerja kerja yang ada
di lokasi
komisioning a. pengukuran dimensi c. bekerja di atas air a. cidera ringan a. risiko kebakaran a. membuat SOP dan langkah langkah a. APD alat yang
bangunan sipil, d. bekerja di tepi bangunan sipil sampai berat pada instalasi komisioning digunakan
head, debit, daya e. paparan kebisingan dan b. luka ringan kelistrikan b. memasang rambu rambu diinspeksi oleh
teoritis, putaran, getaran pada turbin sampai berat b. PLTM tidak dapat c. menggunakan APD tim K3 secara
tekanan, daya f. kabel-kabel sambungan c. risiko dioperasikan d. menggunakan alat bantu komunikasi rutin.
listrik, arus, kendor kematian dalam waktu untuk mengatur uji komisioning b. memastikan
frekuensi, suhu g. terjatuh ke dalam bangunan tenaga kerja dekat e. menempatkan kamera pengawas di hanya pihak
generator, bearing air d. penurunan c. PLTM belum ruang kontrol terkait yang
b. uji coba PLTM h. tersengat listrik atau terkena indera dapat f. melakukan pengecekan secara visual berada di area
mesin yang berputar pendengaran memproduksi untuk memastikan kesiapan uji komisioning
energi listrik komisioning
penggunaan a. pemotongan papan a. risiko kegagalan peralatan a. risiko Kerusakan komponen a. melakukan perawatan peralatan APD alat yang
peralatan kerja b. pemotongan b. kabel sambungan listrik kematian PLTM secara berkala digunakan diinspeksi
material logam terkelupas b. gangguan b. menjaga kondisi psikologis tenaga oleh tim K3 secara
c. aktivitas dengan c. getaran alat melebihi NAB peredaran kerja rutin.
alat bantu yang darah dan c. memasang pelindung/sangkar pada
menyebabkan syaraf komponen yang berpotensi
getaran lainnya c. angioenous menimbulkan bahaya
(kebas) pada
jari-jari atau
tangan

34
Risiko Pengendalian
Aktivitas Sub Aktivitas Bahaya Tenaga Kerja Peralatan/ Pengendalian (Eksisting) Tambahan /
Komponen Mitigasi
melakukan bahaya kegagalan a. metode kerja tidak ada a. terjadi a. kerusakan a. menetapkan SOP pekerjaan SOP dievaluasi
pekerjaan metode kerja b. metode kerja tidak sesuai kecelakaan komponen PLTM b. melakukan pemantauan pekerjaan secara berkla oleh
konstruksi PLTM standar, kerja b. target kapasitas c. menjaga kondisi psikologis tenaga manajemen
c. metode kerja tidak dipatuhi b. gangguan tidak terpenuhi kerja
kesehatan c. keuangan d. mensosialisasikan SOP kepada
c. gangguan perusahaan pekerja
psikologis terganggu
d. produksi listrik
terganggu
melakukan penyakit penular terinfeksi virus sarscov2 dll a. demam dan a. disninfeksi a. menggunakan APD APD alat potong
pekerjaan memerlukan b. penggunaan b. mencatat keluar masuk tenaga kerja diinspeksi oleh tim
konstruksi PLTM perawatan APD dan masker di area konstruksi K3 secara rutin.
lebih lanjut c. memberikan
b. hilangnya suplemen/vitamin
fungsi
beberapa
panca indra
pembuatan banjir dari hulu Penjaga pada pos pengamat a. tersapu kerusakan pada pelatihan penanganan keadaan tanggap
banguan pengalih menyebabkan debit air sering kosong banjir komponen sipil darurat dan evakuasi
aliran sementara pada komponen sipil b. risiko cidera
melebihi NAB ringan
hingga berat

Tabel 3.3 Identifikasi bahaya dan pengendalian risiko pada pengoperasian dan pemeliharaan PLTM
Risiko Pengendalian
Aktivitas Sub Aktivitas Bahaya Pengendalian saat ini
Tenaga Kerja Peralatan/Komponen Tambahan / Mitigasi
pekerjaan startup pekerjaan startup dan a. gangguan binatang pada a. cidera otot pipa pesat pecah akibat a. memastikan area sekitar memastikan tenaga kerja
dan penghentian penghentian operasi PLTM area pintu air akibat gerakan kenaikan tekanan tiba- bersih dari binatang yang ditunjuk memahami
operasi PLTM (pembukaan/ penutupan b. tekanan tinggi pada pipa berulang tiba pengganggu prosedur awal
pintu air dan katup) pesat b. gigitan hewan b. mempelajari manual book pengoperasian PLTM
berbisa atau untuk pengoperasian
endemik c. membuka pintu air dan
katup secara perlahan-
lahan

35
Risiko Pengendalian
Aktivitas Sub Aktivitas Bahaya Pengendalian saat ini
Tenaga Kerja Peralatan/Komponen Tambahan / Mitigasi
inspeksi visual a. komponen sipil a. bangunan sipil a. cidera otot a. kerusakan pada a. memastikan area APD alat potong
komponen PLTM b. komponen mekanikal retak/roboh akibat gerakan komponen akibat bangunan sipil berfungsi diinspeksi oleh tim K3
elektrikal b. terjatuh ketika memeriksa berulang atau kejatuhan dengan baik dan bersih secara rutin.
c. sistem distribusi listrik level muka air kesulitan benda/pohon dari tanaman
c. gangguan pada jalur membuka b. bahaya korsleting pengganggu serta air
inspeksi pintu/katup akibat tanaman yang yang tergenang
d. terdapat tanaman b. gigitan binatang mengenai jalur b. membersihan jalur
pengganggu di dekat berbisa atau transmisi inspeksi PLTM
jalulr transmisi hewan endemik c. produksi listrik c. memastikan jarak aman
e. gangguan binatang pada menurun tanaman dari Komponen
jalur transmisi sampai PLTM
dengan gardu hubung d. menggunakan APD
pengoperasian a. melakukan interkoneksi a. sambungan sambungan a. cidera karena a. kebakaran akibat a. memastikan seluruh APD diinspeksi oleh tim
PLTM ke jaringan kendor/tidak sempurna tersengat listrik sambungan tidak sambungan terisolasi dan K3 secara rutin.
b. pemeriksaan b. terdapat kabel yang b. penurunan sempurna terpasang dengan baik
temperatur, generator, terkelupas indera b. ketidakeimbangan b. menggunakan APD
bearing, putaran dan c. getaran melebihi nilai pendengaran komponen berputar c. mengukur getaran dan
getaran NAB c. gangguan akibat getaran kebisingan secara berkala
turbin/generator d. kebisingan melebihi NAB kesehatan c. produksi listrik
akibat getaran menurun
pemeliharaan a. pemeriksaan struktur a. terperosok ke dalam air a. cidera otot a. longsor pada a. memastikan seluruh struk a. APD diinspeksi oleh
komponen sipil komponen bangunan karena struktur yang akibat gerakan bangunan sipil tur bangunan air tim K3 secara rutin.
sipil rentan/licin berulang atau b. penurunan produksi berfungsi dengan baik b. memasang rambu-
b. pemeriksaan pada b. cidera otot akibat terjatuh kesulitan listrik akibat b. memastikan tidak rambu peringatan
struktur tanah atau atau terpeleset di sekitar membuka kurangnya pasokan terdapat binatang
tebing di sekitar bangunan air pintu/katup air penggangu
bangunan sipil c. gangguan binatang b. gigitan binatang c. kerusakan pada c. menggunakan APD
c. pemeriksaan liar/berbisa berbisa atau turbin akibat d. memberikan pagar
sedimentasi dan hewan endemik sedimentasi dan pembatas pada bangunan
sampah pada c. risiko kematian sampah air
bangunan sipil akbat
tenggelam

36
Risiko Pengendalian
Aktivitas Sub Aktivitas Bahaya Pengendalian saat ini
Tenaga Kerja Peralatan/Komponen Tambahan / Mitigasi
pemeliharaan a. perawatan rutin a. kejatuhan benda a. tersengat listrik a. risiko kebakaran a. membuat jalur inspeksi APD diinspeksi oleh tim
komponen b. perawatan ringan b. tersandung material atau b. risiko kematian b. produksi listrik dan perawatan K3 secara rutin.
mekanikal elektrikal c. perawatan berat komponen di rumah c. cidera ringan terhenti b. membersihkan jalur
d. pemeriksaan pembangkit atau ruang hingga berat inspeksi dari material atau
sambungan kontrol komponen yang tidak
sambungan c. tersengat listrik akibat digunakan
sambungan kabel tidak menggunakan APD
sempurna atau terkelupas
pemeliharaan a. membersihkan ruang a. sisa makanan a. digigit binatang a. kabel-kabel digigit a. memastikan kebersihan APD dan alat yang
ruang kerja dan kerja dan lingkungan mengundang binatang berbisa binatang pengerat ruang kerja digunakan diinspeksi
lingkungan sekitar sekitar PLTM pengerat b. risiko penyakit b. risiko kebakaran b. melakukan pengecekan oleh tim K3 secara rutin.
PLTM b. membersihkan b. rumput pengganggu dari binatang pada ruang rutin pada ruang kerja
lingkungan sekitar dari menjadi sarang binatang pengerat kerja/kontrol c. memastikan kebersihan
tanaman pengganggu berbisa c. risiko kesehatan c. gangguan operasi lingkungan sekitar
c. melakukan perawatan c. lereng atau tebing akibat ruang pada PLTM d. membangun talud
pada struktur tanah berpotensi longsor kerja yang tidak pelindung lereng
yang berpotensi bersih
merusak bangunan di
sekitar PLTM
PLTM beroperasi bahaya kegagalan design a. struktur bangunan tidak tertimpa komponen/ a. biaya proyek a. menetapkan SOP a. SOP dievaluasi oleh
secara normal struktural sesuai standar material bangunan bertambah pekerjaan tim K3 secara
b. perhitungan desain b. perubahan hadwal b. bekerja sesuai ketentuan berkala.
kurang akurat produksi listrik yang berlaku b. Mengkaji desain
c. menjaga kondisi PLTM dengan teliti
psikologis (bagi
perancang sturktur)
PLTM beroperasi bahaya kegagalan a. kondisi alat tidak layak a. luka a. kerusakan a. melakukan perawatan a. menetapkan SOP
secara normal peralatan pakai b. patah tulang komponen PLTM peralatan secara berkala pekerjaan
b. operator tidak memiliki c. kematian b. produksi listrik b. menjaga kondisi b. SOP dievaluasi
kompetensi terganggu psikologis tenaga kerja secara berkala oleh
c. kapasitas alat tidak sesua c. memasang tim manajemen
d. bagian mesin bergerak pelindung/sangkar pada
tdk dilindungi komponen yang
berpotensi menimbulkan
bahaya

37
Risiko Pengendalian
Aktivitas Sub Aktivitas Bahaya Pengendalian saat ini
Tenaga Kerja Peralatan/Komponen Tambahan / Mitigasi
pekerjaan bahaya kegagalan metode a. metode kerja tidak ada a. terjadi a. kegagalan konstruksi a. menetapkan SOP SOP dievaluasi oleh tim
pengoperasian kerja b. metode kerja tidak sesuai kecelakaan PLTM pekerjaan K3 secara berkala.
atau pemeliharaan standar, kerja b. target kapasitas b. melakukan pemantauan
PLTM c. metode kerja tidak b. gangguan tidak terpenuhi pekerjaan
dipatuhi kesehatan dan c. keuangan c. menjaga kondisi
psikologis perusahaan psikologis tenaga kerja
terganggu d. mensosialisasikan SOP
d. produksi listrik kepada pekerja
terganggu
bekerja di area bahaya ruang terbatas a. pengaturan tata letak d. cidera otot - a. mengatur ulang tata letak SOP dievaluasi oleh tim
PLTM yang kurang baik e. keseleo komponen manajemen secara
b. puang kontrol kurang luas f. kesemutan b. mengatur waktu kerja dan berkala.
c. posisi kerja tidak bebas istirahat
c. menggunakan alat bantu
bekerja di area penyakit penular terinfeksi virus sarscov2 dll a. demam dan a. disninfeksi a. menggunakan APD a. SOP dievaluasi oleh
PLTM memerlukan b. penggunaan APD b. mencatat keluar masuk tim K3 secara
perawatan lebih dan masker tenaga kerja di area berkala.
lanjut c. memberikan PLTM b. APD alat potong
b. hilangnya fungsi suplemen/vitamin diinspeksi oleh tim K3
beberapa panca secara rutin.
indra
bekerja di area kelebihan jam kerja pekerja tidak disiplin/ tidak a. kelelahan - rotasi jadwal kerja/piket jadwal dievaluasi oleh
PLTM sesuai jadwal (menunggu manajemen secara
pergantian shift) berkala.
b. psikologi tenaga
kerja terganggu
bekerja di area kondisi lokasi PLTM yang jenuh dan bosan a. tidak memiliki a. pemasangan mengadakan gathering dan
PLTM monoton semangat kerja komponen tidak outbond
b. psikologi tenaga presisi
kerja terganggu b. produksi listrik tidak
sesuai desain
bekerja di area kerusakan peralatan atau korsleting a. tersengat listrik a. kerusakan pada a. pelatihan penanganan APD diinspeksi oleh tim
PLTM kebakaran di ruang panel b. risiko terluka komponen keadaan tanggap darurat K3 secara rutin.
listrik bakar elektromekanik dan pemadaman api.
b. produktivitas PLTM b. menyediakan APAR
terganggu c. penggunaan APD

38
Risiko Pengendalian
Aktivitas Sub Aktivitas Bahaya Pengendalian saat ini
Tenaga Kerja Peralatan/Komponen Tambahan / Mitigasi
PLTM beroperasi banjir dari hulu penjaga pada pos pengamat a. tersapu banjir a. kerusakan pada a. membangun saluran pelatihan penanganan
secara normal menyebabkan debit air sering kosong b. risiko cidera komponen sipil pelimpah/pengalih keadaan tanggap darurat
pada komponen sipil ringan hingga b. produktivitas PLTM b. membagi debit aliran dan evakuasi
melebihi NAB berat terganggu melalui penjaga di
komponen sipil
PLTM beroperasi terjadi korosi pada a. risiko kesehatan akibat bahaya kesehatan a. kerusakan pada a. pemeriksaan secara melakukan inspeksi rutin
secara normal komponen metal korosi yang ditimbulkan komponen PLTM berkala pada komponen metal
b. kebocoran pipa pesat oleh korosi b. produktivitas PLTM b. pengecatan ulang
komponen metal terganggu komponen metal
bekerja di area tenaga kerja lalai a. tidak mematuhi instruksi a. kecelakaan a. kerusakan pada a. regulasi dan monitoring a. APD diinspeksi oleh
PLTM kerja kerja komponen PLTM ketat untuk penggunaan tim K3 secara rutin.
b. tidak menggunakan APD b. risiko cidera b. produktivitas PLTM APD selama jam kerja b. pelatihan setiap 6
permanen terganggu b. memasang rambu-rambu bulan sekali dan
c. risiko kematian bahaya transisi yang
maksimal
pemeliharaan penyimpanan material atau a. Herbisida a. Keracunan - mengatur penyimpanan gudang penyimpanan
lingkungan PLTM zat beracun b. Pecahan bola lampu b. kematian material beracun sesuai diinspeksi oleh Tim K3
standar secara berkala

39
3.2. Pengendalian pada Bahan Kimia Berbahaya (BKB)

Pengendalian bahaya pada BKB dapat dilakukan melalui penyediaan Lembar Data
Keselamatan Bahan/Material Safety Data Sheet (LDKB/MSDS) dan label. Informasi LDKB
dan label pada setiap bahan harus mengandung informasi paling sedikit sebagaimana
ditunjukkan oleh Tabel 3.4. Selanjutnya LDKB dan label ditempatkan pada posisi yang mudah
diketahui oleh tenaga kerja maupun pengawas. Pada bagian ini diperlukan personil K3 dan
Ahli K3 yang menguasai ilmu kimia sehingga dapat mengidentifikasi dan mengendalikan
bahaya dan potensi risiko dari BKB dengan lebih teliti. Contoh formulir LDKB dapat dilihat
pada Lampiran I.

Tabel 3.4. Informasi pada LDKB dan label


LDKB Label
1. Identitas Bahan dan Perusahaan 1. Nama produk
2. Komposisi Bahan 2. Identifikasi Bahaya
3. Identifikasi Bahaya 3. Tanda Bahaya dan Artinya
4. Tindakan P3K 4. Uraian Risiko dan Penanggulangannya
5. Tindakan Penanggulangan Kebakaran 5. Tindakan Pencegahan
6. Tindakan Mengatasi Kebocoran dan 6. Instruksi apabila Terkena atau Terpapar
Tumpahan 7. Instruksi Kebakaran
7. Penyimpanan dan Penanganan Bahan 8. Instruksi Tumpahan atau Bocoran
8. Pengendalian Pemajanan dan APD 9. Instruksi Pengisian dan Penyimpanan
9. Sifat Fisika dan Kimia 10. Referensi
10. Stabilitas dan Reaktifitas Bahan 11. Nama Alamat dan Nomor Telepon
11. Informasi Toksikologi Produsen atau Distributor
12. Informasi Ekologi
13. Pembuangan Limbah
14. Pengangkutan Bahan
15. Informasi Kebijakan yang Berlaku
16. Informasi Lain yang Diperlukan.

3.3. Pengendalian Bahaya pada Sistem Manajemen K3 Kontraktor/Subkontraktor

Sebagian besar tahapan aktivitas PLTM dilaksanakan oleh pihak ketiga (penyedia jasa).
Kondisi ini mewajibkan penyedia jasa untuk melakukan proses penawaran disertai dokumen
perencanaan K3 atau yang biasa disebut Rencana K3 Kontrak (RK3K). Oleh karena itu,
pengendalian K3 pada penyedia jasa dapat dilakukan melalui proses penawaran kepada
pengguna jasa dengan melengkapi dokumen yang disyaratkan dalam RK3K. Adapun isi
dokumen RK3K meliputi
a. Kebijakan K3
b. Organisasi K3

40
c. Perencanaan K3 (Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendalian Risiko,
Pemenuhan Peraturan Perundang-undangan dan Persyaratan Lainnya, Sasaran dan
Program K3)
d. Pengendalian Operasional K3
e. Pemeriksaan dan Evaluasi Kinerja K3
f. Tinjauan Ulang K3

3.4. Pengendalian pada Pekerjaan Berisiko Tinggi

Pengendalian bahaya pada pekerjaan beresiko tinggi memerlukan sistem yang disebut work
permit (WP). Sistem WP merupakan sistem tertulis resmi untuk mengendalikan jenis
pekerjaan tertentu yang diidentifikasi sebagai pekerjaan yang berisiko tinggi. WP diterbitkan
apabila pekerja telah melewati pemeriksaan kesehatan, kelengkapan sarana dan prasarana
kerja, kondisi terbaru di lapangan, serta hal hal yang berkaitan dengan K3. Adapun tipe izin
kerja antara lain izin kerja pekerjaan dingin (cold work permit), izin kerja pekerjaan panas (hot
work permit), izin kerja listrik (electrical work permit), izin kerja memasuki ruang terbatas
(confined space entry permit) dan izin kerja pekerjaan khusus (Special Work Permit).

Selain izin kerja, terdapat metode lain untuk mengendalikan potensi bahaya pada pekerjaan
berisiko tinggi yaitu Lock-out Tag-out (LOTO). LOTO merupakan gabungan antara penerapan
metode mekanis atau disebut dengan pemasangan gembok dan sistem peringatan tertulis
(pemasangan label) yang dipasang pada suatu peralatan sebagai peringatan untuk orang lain
bahwa peralatan tersebut memiliki potensi bahaya atau sedang diisolasi dan tidak
diperbolehkan untuk dioperasikan selama gembok dan label masih terpasang pada peralatan
tersebut. Dengan demikian, pekerjaan yang memiliki risiko tinggi dapat dikendalikan melalui
work permit atau LOTO. Contoh WP dapat dilihat pada Lampiran II.

3.5. Pengendalian Bahaya Melalui Instruksi Singkat

Sebagian tenaga kerja mungkin tidak dapat menerima instruksi yang terlalu panjang terkait
K3. Sebagai penanggung jawab K3 pada instansinya, diperlukan kreativitas dan inovasi agar
pesan K3 dapat diterima dengan baik misalnya melalui tabel ataupun buku saku serta
infografis. Beberapa contoh pengendalian K3 pada PLTM yang dapat dibuatkan infografis
maupun buku saku dapat dilihat pada Tabel 3.5.

41
Tabel 3.5 Pengendalian risiko untuk infografis atau buku saku
No. Bahaya Pengendalian Keterangan
1 Tersengat listrik Pastikan sumber power maupun Pekerjaan Startup,
pengkabelan dalam kondisi aman Komponen Turbin
dan normal (sistem isolasi dan
grounding bagus)
2 Tergelincir Pastikan area bersih dari hal lain Pekerjaan Startup,
yang membuat licin AreaTurbin,
Bangunan Sipil dan
Generator
3 Tertimpa Pastikan area aman dari kondisi Pekerjaan Startup,
peralatan/Kejatuhan peralatan yang dapat jatuh dan Area Generator
Benda menimpa pekerja dilokasi/area
bekerja dan pastikan peralatan
kerja disimpan pada tempatnya
dan dalam kondisi aman
4 Tersandung Pastikan di area kerja terutama Pekerjaan Startup,
akses jalan untuk bekerja tidak AreaTurbin, Sipil dan
terhalangi oleh peralatan ataupun Generator
barang yang dapat menyebabkan
tersandung
5 Kesalahan Manuver Pastikan line Up peralatan sesuai Pekerjaan Startup,
Peralatan dengan urutan SOP dan AreaTurbin dan
dilengkapi dengan ceklist Generator
peralatan
6 Kepala terbentur Pastikan ada identifikasi/petunjuk Pekerjaan Startup,
benda peralatan di area kerja rambu AreaTurbin dan
rambu peralatan yang dapat Generator
membahayakan kerja rambu
rambu peralatan yang dapat
membahayakan
7 Disengat binatang Pastikan area travelling dalam Pekerjaan Startup
berbisa kondisi bersih dari sampah
sehingga keberadaan binatang
berbisa dapat terdeteksi
8 Radiasi panas yang Pastikan komponen Pekerjaan Startup,
dapat elektromekanik dan panel-panel Area Generator
mengakibatkan luka listrik tidak ada kebocoran panas
bakar pada body mesin mapun panel
9 Motor Terbakar Pastikan sistem pendinginannya Pekerjaan Startup,
normal sesuai AreaTurbin dan
Generator
10 Ledakan pada Pastikan prosedur kerja dilakukan Pekerjaan Startup,
penstock karena sesuai dengan yang Bangunan Sipil
over Pressure direkomendasikan
11 Tenggelam Pastikan telah memasang pagar Area Bangunan Sipil
pengaman dengan baik di pinggir
saluran air
12 Hanyut Pastikan menggunakan peralatan Area Bangunan Sipil
kerja yang memadai agar tidak
terbawa arus
42
No. Bahaya Pengendalian Keterangan
13 Terperosok bekas Pastikan memberi tanda pada Area Bangunan Sipil
galian bekas galian tanah jika ada
14 Terperosok pada Pastikan inspeksi visual bahwa Area Bangunan Sipil
dinding bangunan kondisi tepi bangunan air dalam
air keadaan baik
15 Terjatuh ke dalam Pastikan telah memasang pagar Area Bangunan Sipil
air pengaman dengan baik di pinggir
saluran air
16 Gangguan binatang Pastikan area yang akan dilalui di Area Bangunan Sipil
sekitar bangunan sipil terbebas
dari binatang pengganggu
17 Terjepit Perhatikan posisi kerja agar tidak Area Bangunan Sipil
ada bagian tubuh yang terjepit
18 Kebisingan Gunakan APD Area Turbin dan
Generator
19 Kebakaran Sediakan APAR Area Turbin dan
Generator
20 Vibrasi Mengoperasikan kenaikan putaran Area Turbin dan
turbin sesuai parameter dan Generator
memantau critical speed

3.6. Pengendalian Bahaya Melalui Check List

Pengendalian menggunakan ceklist biasa dilakukan pada saat PLTM beroperasi secara
normal. Pengendalian dilakukan dengan mengisi formulir yang ditetapkan. Contoh identifikasi
dan pengendalian menggunakan ceklist pada PLTM ditunjukkan oada Tabel 3.6 dan dapat
dimodifikasi sesuai keperluan.

Tabel 3.6 Contoh formulir inspeksi keselamatan di tempat kerja


Kondisi
No Deskripsi Keterangan
Baik Buruk
1 Rute Pejalan Kaki
• Jalan berlubang
• Bisa digunakan pejalan kaki
• Rute jalan keluar darurat ditandai dan dapat
diidentifikasi dengan jelas.
2 Peralatan Keselamatan (P3K, APAR)
• Semua peralatan keselamatan diberi label
dan siap untuk digunakan
• Semua peralatan darurat/keselamatan
diperiksa dan siap untuk digunakan
• Alat pemadam kebakaran diperiksa setiap
bulan dan diuji setiap tahun.
• P3K disediakan dan dipantau secara
memadai di lokasi kerja.

43
Kondisi
No Deskripsi Keterangan
Baik Buruk
3 Peralatan
• Ruang penyimpanan yang memadai
disediakan untuk alat dan perlengkapan.
• Alat diperiksa sebelum setiap penggunaan.
• Peralatan dan perlengkapan yang rusak
sudah tidak digunakan
• Alat-alat portabel di grounding secara efektif
• Ruang yang memadai disediakan di sekitar
dan di antara peralatan untuk memungkinkan
jalur melintas, servis, penyimpanan dan
pembuangan limbah yang aman
• Semua peralatan permanen dibaut ke lantai
atau diamankan untuk mencegah pergerakan
selama digunakan
• Pelindung mesin disediakan untuk semua
pinch point potensial dan pada bagian yang
berputurar/memoting untuk melindungi
operator
• Peralatan penanganan material (backhoe,
truk, crane) secara rutin diperksa sebelum
digunakan dan tidak diigunakan jika ada
kerusakan
4 Ruang Terbatas
• Ruang terbatas diidentifikasi dan diberi label
di area kerja
• Ada prosedur (izin) digunakan untuk
memasuki ruang terbatas
• Ada prosedur diberlakukan untuk
penanganan darurat ruang terbatas
• Peralatan yang sesuai tersedia di area kerja
• Ada orang siaga selain orang yang
memasuki ruang terbatas
5 Alat Pelindung Diri
• Jenis dan ukuran APD yang sesuai tersedia
untuk setiap pekerjaan
• Karyawan menggunakan APD yang sesuai
untuk pekerjaannya.
• APD yang digunakan dalam kondisi bersih
dan baik
• Ruang yang memadai disediakan untuk
penyimpanan APD
• Ada peraturan untuk pembersihan dan/atau
sanitasi APD
6 Penyimpanan Material
• Ruang yang cukup dan tepat disediakan
untuk penyimpanan material
• Penyimpanan material tidak menghalagi
tempat berjalan atau jalan keluar
• Ruang penyimpanan memadai untuk
material yang disimpan

44
Kondisi
No Deskripsi Keterangan
Baik Buruk
• Material disusun, ditumpuk, atau disusun di
rak dengan cara aman dari risiko terjatuh
• Tidak menyimpan material secara berlebihan
di area kerja
7 Keselamatan Kebakaran
• Cairan yang mudah terbakar disimpan dalam
wadah tertutup ketika tidak digunakan.
• APAR tersedia dan digunakan untuk
menangani cairan dan gas yang mudah
terbakar
8 Kondisi Darurat
• Rute evakuasi darurat dan titik berkumpul
ditetapkan dan ditampilkan di area kerja.
• Latihan evakuasi dilakukan secara berkala.
• Prosedur darurat ditetapkan untuk area
tersebut dan karyawan sudah mengetahui
prosedurnya
9 Area flaring
• Pagar keamanan dalam kondisi baik dan
pintu terkunci
• Alat pemadam kebakaran tersedia di area
tersebut (diinspeksi dan diuji).
• Pipa dan aksesoris dalam kondisi baik
• Memastikan panel listrik yang telah
diinspeksi dalam keadaan tertutup kembali
• Ruang yang memadai disediakan untuk
penyimpanan APD
• Area flaring dalam kondisi yang baik
• Tanda-tanda peringatan ditempatkan di area
tersebut

3.7. Pengendalian Bahaya Melalui Penggunaan APD

APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang
fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. APD
ini terdiri dari kelengkapan wajib yang digunakan oleh pekerja sesuai dengan bahaya dan
risiko kerja yang digunakan untuk menjaga keselamatan pekerja sekaligus orang di
sekelilingnya. Kewajiban ini tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No. Per.08/Men/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri. Dan pengusaha wajib untuk
menyediakan APD sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) bagi pekerjanya.

45
Tabel 3.7 APD dan fungsinya
No Gambar Fungsi
1 Helmet • Melindungi kepala dari kejatuhan benda-
benda keras.
• Standar klasifikasi dibedakan menjadi 2 yaitu
impact types dan electrical classes. Impact
types dibedakan menjadi tipe I dan tipe II,
sedangkan electrical classes dibedakan
menjadi kelas A/G, kelas B/E, dan kelas C.

2 Hood • Melindungi kepala dari bahaya bahan kimia,


api dan panas radiasi yang tinggi, perubahan
iklim, dll.
• Hood/topi/tudung terbuat dari bahan yang
tidak mempunyai celah atau lubang, biasanya
terbuat dari asbes, kulit, wool, katun yang
dicampur dengan aluminium, dll.

3 Sabuk keselamatan atau safety • Membatasi gerak pekerja agar tidak terjatuh
belt atau terlepas dari posisi yang diinginkan.
• Sabuk keselamatan ini terdiri dari harness,
lanyard, safety rope, dan sabuk lainnya yang
digunakan bersamaan dengan beberapa alat
lainnya seperti karabiner, rope clamp,
decender, dan lain-lain

4 Sepatu boot • melindungi kaki dari benturan atau tertimpa


benda berat, tertusuk benda tajam, terkena
cairan panas atau dingin, uap panas, bahan
kimia berbahaya ataupun permukaan licin.

5 Masker • melindungi organ pernafasan dengan cara


menyaring vemaran bahan kimia, mikro-
organisme, partikel debu, aerosol, uap, asap,
ataupun gas.

6 Pelindung telinga • terdiri dari sumbat telinga (ear plug) atau


penutup telinga (ear muff)
• melindungi telinga dari kebisingan ataupun
tekanan.

46
No Gambar Fungsi
8 Kacamata pengaman • melindungi mata dari paparan partikel yang
melayang di udara ataupun di air, percikan
benda kecil, benda panas, ataupun uap panas.
• menghalangi pancaran cahaya yang langsung
ke mata, benturan serta pukulan benda keras
dan tajam.
9 Sarung tangan • melindungi jari-jari tangan dari api, suhu
panas, suhu dingin, radiasi, arus listrik, bahan
kimia, benturan, pukulan, tergores benda
tajam ataupun infeksi dari zat patogen seperti
virus dan bakteri.

10 Rompi safety • reflektor pada rompi mempermudah orang lain


untuk mengenali posisi pekerja sehingga
memperkecil risiko kecelakaan.

3.8. Pengendalian Bahaya Melalui Rambu-Rambu

Pengendalian bahaya dapat dilakukan melaui rambu-rambu dimana rambu-rambu K3


merupakan simbol yang memiliki warna, bentuk, dan tulisan yang berfungsi untuk
memberikan informasi yang boleh, tidak boleh atau yang harus dilakukan pada suatu tempat
tertentu. Tujuan dari diciptakannya rambu-rambu adalah agar tercipta perlindungan bagi
pekerja, benda, maupun peralatan yang digunakan agar selalu aman dan sehat. Rambu-
rambu yang diperlukan tertuang dalam Peraturan Menteri nomor 21/PRT/M/2019 tentang
Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi.

47
Gambar 3.1 Pengendalian bahaya dan potensi risiko menggunakan rambu-rambu

3.9. Penanganan Kecelakaan Kerja di PLTM

Penanganan kecelakaan kerja dapat dimulai dari pertolongan pertama biasanya dilakukan
oleh orang yang bukan ahlinya melainkan orang yang berada pada kejadian atau insiden
tersebut, sambil menunggu dari pihak yang lebih ahli. Pertolongan pertama hanya tindakan
pecegahan dan penanganan secara sementara bukan tindakan pengobatan yang
sesungguhnya, dari suatu diagnosa penyakit agar si penderita sembuh dari penyakit yang
dialami.

Sistematika urutan pertolongan pertama pada korban kecelakaan adalah:


a. Jangan panik
b. Jauhkan atau hindarkan korban dari kecelakaan berikutnya.
c. Perhatikan pernafasan dan denyut jantung korban.
d. Perhatikan tanda-tanda shock.
e. Jangan memindahkan korban secara terburu-buru.

Berikut ini diberikan contoh pertolongan pertama pada beberapa kasus sekitar PLTM.
a. Tersengat arus listrik
• Sedapat mungkin penghantar harus bebas dari tegangan.
• Memposisikan korban pada keadaan yang lebih nyaman dan baik.
• Penolong harus dalam keadaan nyaman dan aman terlebih dahulu.
• Pastikan bahwa kondisi korban aman dari ancaman bahaya yang lainnya.

48
• Sedapat mungkin korban jauh dari kerumunan orang itu akan membuat dirinya
menjadi lebih baik dan tidak terlalu shock
• Berikan air minum setelah kondisi korban lebih baik
• biarkan korban untuk beristirahat sejenak guna memulihkan kondisinya.

b. Korban luka
• Basuh luka mengunakan air bersih dan antiseptik, bila luka tampak kotor.
• Segera balut luka dengan menggunakan pembalut yang steril; jangan membalut
luka menggunakan bahan seperti, kain atau pita.
• Pada saat membalut luka posisikan badan atau organ tubuh yang luka terangkat
keatas.

c. Korban patah tulang


Tulang yang patah harus diusahakan agar jangan banyak berberak. Balutlah bagian itu
pada bidai (splints), meskipun belum tentu tulangnya patah. Untuk lengan yang patah
cukup dipakai satu papan bidai saja, sedangkan untuk kaki diperlukan dua atau tiga
papan. Sebagai pembalut dapat digunakan pita, kain atau tali yang lunak. Bandutlah bidai
di beberapa tempat sehingga sendi yang berhubungan dengan bagian badan yang patah
tak dapat bergerak. Apabila bidai yang khusus untuk tulang patah tidak ada, lengan yang
patah untuk sementara dibandut pada dada (ditekuk pada sisi) atau digantung dengan
kain segitiga; tungkai kaki yang patah dibandut pada papan atau tongkat. Jika tak ada
papan atau bandut pada tungkai kaki yang utuh. Aturan di atas tidak berlaku bagi tulang
belakang atau tulang punggung yang patah. Dalam hal ini geserlah korban dengan hati-
hati pada meja datar yang kuat. Jangan sekali-kali mengangkat badan korban.

d. Korban tenggelam.
Untuk menolong orang yang tenggelam, peganglah ia dari belakang untuk menjaga
keselamatan diri penolong. Peganglah di bawah ketiak atau dagunya, sementara lutut
penolong didorongkan ke punggung korban. Jika perlu tutup hidungnya secara paksa
dengan jari. Setelah penderita sampai di darat, kendurkan semua pakaian yang
menyesakkan dirinya, bersihkan mulutnya dari pasir atau lumpur, dan lepaskan gigi
palsunya apabila menggunakan gigi palsu, dan penolong berdiri di tengah-tengahnya
dengan kaki mengangkang. Tempatkan kedua tangan penolong pada perut penderita
dekat pada rusuk yang paling bawah, lalu angkatlah sehingga kepala penderita merunduk
ke lantai dan air ke luar dari mulutnya. Jika pernafasan berhenti, segera lakukan
pernafasan buatan.

49
50
BAB IV MONITORING DAN LAPORAN PENERAPAN K3

Penerapan K3 yang terlaksana dengan baik akan berkorelasi dengan berkurangnya angka
kecelakaan kerja. Oleh karena itu diperlukan monitoring dan evaluasi terhadap laporan
pelaksanaan K3 secara berkala pada sistem PLTM dan struktur pengelolanya. Monitoring dan
evaluasi juga digunakan untuk menganalisa seberapa sukses dan efektif penerapan sistem
K3 yang telah dijalankan dalam mengurangi dan menihilkan dampak yang tidak diinginkan
dalam pekerjaan di lingkungan PLTM dan sekitarnya.

4.1. Monitoring dan Evaluasi Penerapan K3

Monitoring atau pemantauan dilakukan terhadap sistem dan metode penerapan K3 yang
melibatkan pengumpulan informasi-informasi berkaitan dengan bahaya K3, berbagai macam
pengukuran dan penelitian berkaitan dengan risiko K3, jam lembur tenaga kerja serta
penggunaan peralatan/mesin/perlengkapan/bahan/material beserta cara-cara
penggunaannya di tempat kerja. Pengukuran dan pemantauan serta evaluasi kinerja K3
bertujuan memantau kejadian-kejadian kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, menyediakan
data untuk pengukuran/evaluasi efektivitas pelaksanaan K3 dan menyediakan data untuk
menilai kompetensi personil K3.

Langkah utama monitoring dan evaluasi adalah memantau standar atau metode selama
proses pelaksanaan program K3 dan menetapkan standar acuan atau indikator penilaian
untuk dibandingkan. Beberapa hal yang dilakukan saat pemantauan antara lain:
1. Mengumpulkan data pelaksanaan kegiatan/proses kegiatan yang dipilih untuk
dibandingkan dengan standar/indikator
2. Mengamati perubahan lingkungan dan mengkaji pengaruhnya terhadap kegiatan PLTM.
3. Mengolah data yang diperoleh dan melakukan analisis data untuk perumusan
rekomendasi tindak lanjut.
4. Menyusun laporan hasil monitoring, pengendalian dan tindak lanjut kepada pihak yang
berkepentingan sebagai wujud akuntabilitas dan proses pengambilan keputusan lebih
lanjut.

Pengukuran dan evaluasi kinerja penerapan K3 dapat dilakukan sesuai peraturan yang
berlaku. Pada saat penyusunan buku panduan ini, peraturan yang mengatur tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.

51
Nilai ambang batas serta indeks maksimum dari faktor kimia, biologi, fisika dan faktor lainnya
diuraikan secara lengkap beserta potensi dampak yang ditimbulkannya.

Evaluasi penerapan K3 juga dapat dilakukan pada prosedur penanganan standar (SOP) yang
dimiliki oleh pengembang PLTM. Kegiatan ini merupakan bagian inspeksi terhadap SOP
maupun metode yang digunakan dalam pelaksanaan K3.

4.2. Laporan Penerapan K3

Karena besarnya risiko yang harus ditanggung baik oleh perusahaan maupun karyawan
ketika kecelakaan terjadi, pemahaman tentang keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja
harus disosialisasikan. Pemahaman tentang K3 dapat diperoleh melalui pelatihan secara
formal maupun mengkaji laporan-laporan penerapan K3 yang telah dilakukan. Oleh karena
itu, untuk diperlukan pembuatan laporan pelaksanaan K3 dengan format sesuai ketentuan
yang berlaku.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018,
maka pengembang PLTM wajib melakukan audit K3 (baik secara internal maupun eksternal)
serta melaporkan hasil monitoring dan penerapan K3 kepada Unit Pengawasan
Ketenagakerjaan sesuai ketentuan perudang-undangan. Pelaporan internal kepada Unit
Pengawasan Ketenagakerjaan dapat dilakukan secara periodik seperti laporan triwulanan
maupun per enam bulan sekali. Sedangkan pelaporan hasil audit eksternal disampaikan
minimal sekali dalam setahun dan disarankan untuk mengirimkan tembusannya kepada
Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Koservasi Energi c.q Direktorat Aneka Energi
Baru dan Energi Terbarukan.

Format laporan K3 paling sedikit memuat beberapa hal berikut:


1. Pofil perusahaan dan unit K3
2. Manajemen risiko yang dilakukan
3. Pengukuran dan pengendalian risiko yang diterapkan
4. Pengembangan kapasitas personil K3
5. Metode evaluasi pelaksanaan K3 yang dilakukan
6. Hambatan yang dihadapi dalam penerapan K3 di PLTM

Untuk memudahkan pembuatan laporan K3, dapat digunakan formular pengukuran yang telah
disediakan dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun

52
2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja. Formulir pemeriksaan
pelaksanaan kegiatan K3 di PLTM antara lain:
1. Formulir pemeriksaan dan pengujian iklim kerja panas
2. Formulir pemeriksaan dan pengujian kebisingan
3. Formulir pemeriksaan dan pengujian getaran untuk pemaparan lengan dan
tangan/seluruh tubuh
4. Formulir pemeriksaan dan pengujian frekuensi radio dan gelombang mikro
5. Formulir pemeriksaan dan pengujian radiasi sinar ultra violet
6. Formulir pemeriksaan dan pengujian medan magnet statis
7. Formulir pemeriksaan dan pengujian pencahayaan ditempat kerja
8. Formulir pemeriksaan dan pengujian debu
9. Formulir pemeriksaan dan pengujian gas atau uap berbahaya
10. Formulir pemeriksaan dan pengujian indokator pajanan biologi bahan kimia
11. Formulir pemeriksaan dan pengujian mikrobiologi
12. Formulir pemeriksaan dan pengujian faktor ergonomi
13. Formulir pemeriksaan dan pengujian psikologi
14. Formulir pemeriksaan dan pengujian penerapan higiene dan sanitasi bangunan tempat
kerja
15. Formulir pemeriksaan tempat sampah
16. Formulir pemeriksaan ruang udara (cubic space)
17. Formulir pemeriksaan ketatarumahtanggaan (housekeeping) peralatan dan bahan
18. Formulir surat keterangan hasil pemeriksaan dan pengujian lingkungan kerja yang
memenuhi maupun tidak memenuhi persyaratan K3 dari Kementerian Tenaga Kerja atau
Dinas Tenaga Kerja Provinsi yang terdisi dari:
a. Surat keterangan faktor fisika, kimia, biologi, ergonomi dan psikologi di tempat kerja
b. Surat keterangan penerapan higiene dan sanitasi di tempat kerja

53
Bibliografi

Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia,


Serial Rekayasa Keselamatan Jalan Panduan Teknis 3, Keselamatan Di
Lokasi Pekerjaan Jalan.

Sari, R. A., dan Budi, K. Y. (2017), Analisis Risiko K3 di PLTA Berdasarkan Hazard
Identification Risk Analysis and Risk Control (HIRARC), Prosiding SNTI dan
SATELIT 2017 (pp. B285-290), Malang, Jurusan Teknik Industri Universitas
Brawijaya.

International Labour Organization (2013), Modul Lima, Keselamatan dan Kesehatan


Kerja di Tempat Kerja, Pedoman Pelatihan Untuk Manajer Dan Pekerja,
Jakarta

https://jdih.kemnaker.go.id/keselamatan-kerja.html, diakses pada 27 Juli 2021

54
Lampiran I: Contoh LDKB/MSDS

LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN (LDKB)

Tanggal cetak ...........


Tanggal revisi ...........

1. Identifikasi Produk Kimia dan Perusahaan

Kode Produk .................


Nama Produk .................

Penggunaan yang direkomendasikan : (sebutkan untuk material apa)

Alamat & Nomor Kontak Produsen Alamat & Nomor Kontak Pemasok /
............................................................ Importir
............................................................ ............................................................
Telp. ................................................... ............................................................
Fax. .................................................... Telp. ...................................................
Fax. ....................................................

2. IDENTIFIKASI BAHAYA

Klasifikasi bahan kima berbahaya atau campuran


Cairan mudah menyala Kategori ... - (............)
Toksisitas aspirasi Kategori ... - (............)
Toksisitas akut, terhirup (uap) Kategori ... - (............)
Toksisitas akut, terhirup (debu dan kabut) Kategori ... - (............)
Korosi/iritasi pada kulit Kategori ... - (............)
Kerusakan mata serius/iritasi pada mata Kategori ... - (............)
Mutagenisitas pada sel nutfah Kategori ... - (............)
Toksisitas terhadap reproduksi Kategori ... - (............)
Toksisitas pada organ sasaran spesifik - paparan tunggal Kategori ... - (............)
Kategori 1 - (H370) Sistem saraf utama.
Kategori 3 - (H335) Iritasi pernafasan.
Toksisitas pada organ sasaran spesifik - paparan berulang Kategori ... - (............)
Kategori 1 - (H372) sistem peredaran darah, hati,
sistem syaraf, sistem pernafasan.
Toksisitas akuatik akut Kategori ... - (............)

Elemen label

Kata sinyal Bahaya

55
Pernyataan bahaya
H226 : Cairan dan uap mudah menyala
H304 : Mungkin fatal jika tertelan dan memasuki saluran/jalan udara
H315 : Menyebabkan iritasi kulit
H319 : Menyebabkan iritasi mata yang serius
H332 : Berbahaya jika terhirup
H341 : Diduga menyebabkan kerusakan genetik
H360 : Dapat merusak kesuburan atau janin
H401 : Toksik pada kehidupan perairan.
H335 : Dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan
H370 : Menyebabkan kerusakan pada organ berikut: keracunan secara menyeluruh
H372 : Menyebabkan kerusakan pada organ melalui paparan yang lama atau
berulang : sistem peredaran darah, hati, sistem syaraf, sistem pernafasan.

Pernyataan kehati-hatian- pencegahan


a. Dapatkan instruksi khusus sebelum menggunakannya
b. Jangan menanganinya sampai seluruh instruksi peringatan selesai dibaca dan dipahami
c. Gunakan peralatan perlindungan diri seperti yang ditentukan
d. Gunakan hanya di luar atau di area yang mempunyai ventilasi udara yang baik
e. Basuh muka, tangan dan mana-mana kulit yang terpapar dengan teliti seusai menanganinya
f. Jangan menghirup debu/asap/gas/kabut/uap/semburan
g. Dilarang makan, minum atau merokok saat menggunakan produk ini
h. Hindari pelepasan ke lingkungan
i. Jauhkan dari panas/percikan api /nyala terbuka/permukaan panas - Dilarang merokok
j. Pastikan kemasan tetap tertutup rapat.
k. Berikan grounding/bounding antara kemasan dan peralatan penerimaan
l. Hanya gunakan alat yang tidak menimbulkan percikan
m. Ambil langkah pencegahan terhadap terbentuknya listrik statik

Penyataan peringatan
a. Jika terpapar: Hubungi segera PUSAT PENANGANAN KORBAN KERACUNAN atau
dokter/tenaga medis
b. JIKA TERKENA MATA: Bilas secara hati-hati dengan air selama beberapa menit. Lepaskan
lensa kontak, jika digunakan dan mudah untuk dilakukan. Teruskan membilas
c. Jika iritasi mata berkelanjutan: Hubungi dokter/tenaga medis
d. Jika iritasi kulit terjadi: Hubungi dokter/tenaga medis
e. JIKA PADA KULIT (atau rambut): Lepaskan / Tanggalkan segera semua pakaian yang
tercemar. Bilas kulit dengan air / di pancuran
f. Cuci pakaian yang tercemar sebelum digunakan kembali
g. JIKA TERHIRUP: Pindahkan korban ke area berudara segar dan pastikan beristirahat pada
posisi yang nyaman untuk bernafas
h. Hubungi PUSAT PENANGANAN KORBAN KERACUNAN atau dokter / tenaga medis jika
anda merasa kurang sehat
i. JIKA TERTELAN: Hubungi segera PUSAT PENANGANAN KORBAN KERACUNAN atau
dokter / tenaga medis
j. JANGAN dimuntahkan
k. Jika terjadi kebakaran: Gunakan CO2, bahan kimia kering, atau busa untuk pemadaman

56
Penyataan kehati-hatian - Penyimpanan
a. Simpan di tempat terkunci
b. Simpan di tempat yang mempunyai ventilasi udara yang baik. Pastikan dingin

Penyataan kehati-hatian - Pembuangan


Buang isi / wadah ke pabrik pembuangan limbah sesuai dengan peraturan
Lokal/Nasional/Internasional yang berlaku

Informasi lain Bahaya lain


Dapat berbahaya jika tertelan

Bahaya yang tidak diklasifikasikan (HNOC)


......................................................................

3. KOMPOSISI / INFORMASI KANDUNGAN BAHAN


Identitas Bahan Kimia .............................................
Bahan tunggal/campuran .............................................

Nama Kimia Sinonim Nomor CAS Berat-%


............................................ ................................. ................................. .................................
............................................ ................................. ................................. .................................

4. TINDAKAN PERTOLONGAN PERTAMA

Saran umum Penanganan medis segera diperlukan jika terjadi kecelakaan


atau kondisi tidak sehat , segera dapatkan bantuan medis (jika
memungkinkan, tunjukkan cara penggunaan atau lembar data
keselamatan bahan dari produk ini) . Jika gejala berkelanjutan,
hubungi tenaga medis
Saran terhirup Pindahkan korban ke area berudara segar Jika pernafasan
tidak teratur atau berhenti, beri bantuan pernafasan. Hindari
kontak langsung dengan kulit. Gunakan penghalang untuk
penafasan mulut ke mulut. Hubungi tenaga medis. Bantuan
pernafasan dan/atau oksigen mungkin diperlukan. Pindahkan
ke area berudara segar jika terjadi penghirupan uap tidak
sengaja. Jika gejala berkelanjutan, hubungi tenaga medis.
Setelah kontak Segera cuci bersih dengan air yang banyak. Cuci pakaian yang
kulit terkontaminasi sebelum digunakan kembali. Jika iritasi kulit
berlanjut, hubungi dokter. Segera cuci bersih dengan sabun
dan banyak air. Perhatian medis segera tidak diperlukan.
Segera cuci bersih dengan sabun dan banyak air saat
menanggalkan semua pakaian dan sepatu yang terkontaminasi
Setelah kontak Basuh dengan air yang banyak dengan segera. Setelah
mata pembilasan awal, lepas lensa kontak dan teruskan membilas
untuk sekurang-kurangnya selama 15 menit. Pastikan mata
terbuka lebar sewaktu membilas Jika gejala berkelanjutan,
hubungi tenaga medis
Setelah tertelan JANGAN paksa muntah. Minum banyak air Jika gejala
berkelanjutan, hubungi tenaga medis. Bilas mulut dan
bersihkan mulut dengan air dan seterusnya minum air yang
banyak. Jangan beri apa-apa melalui mulut kepada orang yang
tidak sadarkan diri .Hubungi tenaga medis

57
Gejala dan efek yang paling penting, kedua-duanya akut dan jangan terlambat
Indikasi dimana perawatan medis segera dan perawatan khusus diperlukan

Perlindungan diri dengan .................................................................................


Tindakan pertolongan .................................................................................
pertama

Catatan untuk dokter Rawat sesuai dengan gejalanya

5. LANGKAH-LANGKAH PEMADAMAN API

Media pemadam yang sesuai


Media pemadam yang Gunakan langkah-langkah pemadaman yang sesuai
sesuai dengan keadaan setempat dan lingkungan
Media Pemadam khusus Dinginkan drum dengan semprotan air
Prosedur pemadam Jika api terlalu sulit untuk dipadamkan, lindungi lingkungan
khusus dan biarkan api terbakar dengan sendirinya sampai habis

Bahaya khusus yang timbul dari bahan kimia


Simpan produk dan wadah kosong jauh dari panas dan sumber api.

Peralatan pelindung dan peringatan untuk petugas pemadam kebakaran


Pakai alat bantu pernafasan dan baju pelindung

6. TINDAKAN ATAS KEBOCORAN/PELEPASAN YANG TIDAK SENGAJA

Langkah kehati-hatian personal


Pindahkan semua sumber nyala (pijar) Evakuasi personil ke area yang aman. Pastikan
ventilasi yang memadai, terutama di area terbatas Gunakan alat perlindungan diri seperti
yang telah ditentukan. Hindari berada pada arah bertentangan dengan
tumpahan/kebocoran

Langkah kehati-hatian lingkungan Langkah kehati-hatian lingkungan


Mencegah kebocoran lebih lanjut atau tumpahan jika aman untuk melakukannya.
Mencegah produk dari memasuki saluran pembuangan. Jangan menyiram ke dalam air
permukaan atau sistem pembuangan air limbah

Metode dan bahan untuk pembendungan dan pembersihan


Metode pembendungan Cegah kebocoran lebih lanjut atau tumpahan jika aman
untuk melakukannya
Kaedah pembersihan Angkat dan pindahkan ke dalam kemasan yang telah
diberi label dengan benar.
Membendung dan merendam dengan bahan penyerap
inert (seperti pasir, gel silika, pengikat asam, pengikat
universal, serbuk gergaji).

58
7. PENANGANAN DAN PENYIMPANAN

Langkah kehati-hatian untuk penanganan bahan yang aman


Saran untuk penanganan bahan yang aman
a. Pastikan ventilasi yang memadai, terutama di area terbatas.
b. Jauhkan daripada panas, percikan api, nyala api dan sumber penyalaan yang lain
(seperti lampu petunjuk, motor elektrik dan listrik statik ).
c. Ambil tindakan pencegahan terhadap timbulnya listrik statik.
d. Gunakan alat dan peralatan yang explosion proof.
e. Semua peralatan yang digunakan sewaktu menangani produk tersebut harus
digrounding.
f. Pergunakan exhaust.
g. Pergunakan alat pelindung diri seperti yang telah ditentukan.
h. Jangan menghirup debu/asap/gas/kabut/uap/semburan.

Kondisi penyimpanan yang aman, termasuk adanya inkompatibilitas.


Kondisi penyimpanan
a. Pastikan kemasan tertutup rapat di tempat yang kering dan sejuk.
b. Simpan dalam kemasan dengan label yang benar.
c. Pastikan kemasan selalu ditutup rapat dan disimpan di tempat yang dingin dan
mempunyai ventilasi udara yang baik.

Penanganan pencegahan Bahan atau Campuran yang tidak sesuai


Tidak ada informasi yang tersedia

8. PENGENDALIAN PAPARAN / PERLINDUNGAN DIRI

Pedoman paparan
Nama Kimia Indonesia
.................................. ..................................
.................................. ..................................
.................................. ..................................
.................................. ..................................
.................................. ..................................

Nama Kimia ACGIH OSHA PEL NIOSH IDLH


.................................. .......................... ................................ ..........................

Pengendalian rekayasa
Pastikan cukup ventilasi ,khususnya di area yang terbatas

Alat Pelindung Diri (APD)


Pelindung Tangan Sarung tangan dibuat dari plastik atau karet
Pelindung mata/muka Kacamata goggles yang rapat/ Kaca pelindung wajah
Perlindungan kulit Sepatu antistatic. Pakailah pakaian tahan/menghambat
dan badan api/nyala. Sarung tangan dibuat dari plastik atau karet.
Pakailah Apron pelindung yang sesuai.

59
9. SIFAT-SIFAT FISIK DAN KIMIA

Keadaan fisik
Bentuk fisik Cairan
Tampilan Tidak data yang tersedia
Warna Tidak berwarna
Bau Tidak data yang tersedia
Nilai Ambang Kebauan Tidak data yang tersedia
pH Tidak ada data tersedia
Titik leleh … °F / ... °C
Titik beku Tidak data yang tersedia
Titik didih awal Tidak data yang tersedia
Titik didih Tidak ada data tersedia
Titik nyala … °F / ... °C

Metode
Kadar penguapan Tidak ada data tersedia
Kemudahbakaran (padatan, gas) Tidak ada data tersedia
Batas ledakan
Batas atas
Batas bawah

Tekanan uap @ 20 ° C (kPa) 0,67

Kerapatan uap ..............


Catatan
Koefisien partisi ..............
Specifik gravity ..............
Kelarutan dalam air ..............
Kelarutan .............. Catatan
Suhu nyala otomatis ...... °F / ...... °C
Suhu penguraian ..............
Viskositas dinamis ..............

10. KESTABILAN DAN REAKTIVITAS

Reaktivitas
Tidak ada informasi yang tersedia

Stabilitas
Stabil pada kondisi normal

Kemungkinan terjadinya reaksi yang berbahaya


Tidak ada pada proses normal

Kondisi yang harus dihindari


Panas, nyala dan percikan api

Bahan-bahan yang Inkompatibel


Tidak ada informasi yang tersedia

Tingkat bahaya pada produk yang terdekomposisi


Tidak ada pada kondisi penggunaan normal

60
11. INFORMASI TOKSIKOLOGI

Informasi tentang kemungkinan rute paparan


Terhirup Tidak ada data tersedia

Kontak mata Tidak ada data tersedia

Kontak kulit Tidak ada data tersedia

Tertelan Jika tertelan dapat menyebabkan iritasi membran mukosa

Informasi tentang efek toksikologi Keracunan akut


Nama Kimia Oral LD50 Dermis LD 50 Inhalasi LC 50
.................. = ......... mg/kg ( Rat ) ..................................... = ... mg/L ( Rat ) .. h

Efek tertunda, segera dan seperti efek kronik dari paparan jangka pendek ke jangka
panjang
Iritasi kulit
Tidak ada data yang tersedia

Kerusakan mata yang parah /iritasi mata


Tidak ada data yang terseda

Sensitisasi
Tidak ada data yang tersedia

Mutagen sel germ


Tidak data yang tersedia

Karsinogen
Tabel di bawah menunjukkan apakah setiap agensi telah membuat daftar bahan-bahan
kimia sebagai karsinogen
Nama Kimia Indonesia IARC
............. ............... ...............

Toksisitas reproduktif
Tidak ada data yang tersedia

STOT-paparan tunggal
Tidak ada data yang tersedia

STOT - Paparan berulang


Tidak ada data yang tersedia

Toksisitas Kronis
Hindari paparan berulang dapat menyebabkan efek buruk terhadap hati. Mengandung
sesuatu yang dikenali atau diduga sebagai toksin reproduktif

Bahaya tertelan
Tidak ada data yang tersedia

Pengukuran tingkat keracunan secara numerik


Tidak ada data yang tersedia

61
12. INFORMASI EKOLOGI

0% dari campuran terdiri dari komponen (komponen-komponen) yang tingkat bahaya terhadap
lingkungan perairan tidak diketahui.

Nama Kimia Tumbuhan Ikan Udang-udangan


Algae/akuatik

Persisten dan penguraian


Tidak ada data yang tersedia .

Bioakumulasi
Tidak ada data yang tersedia .

Mobilitas
Tidak ada data yang tersedia .

Efek buruk lain


Tidak ada data yang tersedia

13. PERTIMBANGAN PEMBUANGAN

Sisa dari Residu / Produk yang Tidak Digunakan

Pembuangan sepatutnya mengikuti undang-undang dan peraturan regional,nasional yang


berlaku. Produk ini dapat didaur ulang

14. INFORMASI PENGANGKUTAN


IMDG
Nama pengiriman yang benar .............................
Kelas bahaya .............................
No. UN/ID UN…....................
Grup kemasan .............................
EmS-No .............................
Peruntukan khusus .............................
Pencemar lautan .............................
Bahaya lingkungan .............................
Uraian .............................

RID
No. UN/ID .............................
Nama pengiriman yang benar .............................
Kelas bahaya .........................
Grup kemasan .............................
Bahaya lingkungan .............................
Kode klasifikasi .............................
Peruntukan khusus .............................
Uraian .............................

62
ADR
No. UN/ID .............................
Nama pengiriman yang benar .............................
Kelas bahaya .............................
Grup kemasan .............................
Bahaya lingkungan .............................
Peruntukan khusus .............................
Kode klasifikasi .............................
Kode Batasan terowongan .............................
Uraian .............................

IATA
No. UN/ID .............................
Nama pengiriman yang benar .............................
Kelas bahaya .............................
Grup kemasan .............................
Kode ERG .............................
Peruntukan khusus .............................
Uraian .............................

15. Informasi Peraturan

Peraturan Nasional
Sebutkan aturan terkait

16. INFORMASI LAIN

Tanggal disahkan: .................................

Catatan Revisi
...................................................................................................................................

Referensi
...................................................................................................................................

Informasi lain

...................................................................................................................................

63
Lampiran II: Contoh Izin Kerja (Work Permit)

Rev. ...
Formulir Ijin Kerja Kontraktor (Contractor Work Permit) Halaman ... dari ...

INFORMASI
UMUM
Nama Perusahaan
Departemen Pengguna
Lokasi Kerja
Uraian Kerja
Tanggal /Jam mulai Tanggal/ Jam
selesai
DAFTAR PERIKSA Y T
1. Pekerja telah terlatih & kompeten untuk pekerjaan khusus ini?
2. Pengawas pekerjaan ini memiliki pengetahuan/ kecakapan yang dibutuhkan untuk
mengawasi pekerjaan dimaksud?
3. Apakah pekerjaan ini memiliki Standard Operation Procedure (SOP)?
4. Penilaian Resiko (JSA) telah dilakukan? (lampirkan)
5. Penilaian Resiko telah mencakup rencana pertolongan darurat?
6. Peralatan Kerja dan peralatan keselamatan dalam kondisi layak dan aman untuk
digunakan?
7. Pekerjaan tersebut menggunakan peralatan khusus yang terdaftar (misal: crane,
boiler, dll)
8. Pekerjaan ini telah dikomunikasikan dengan pengawas dan karyawan?
IZIN TAMBAHAN Y T (lampirkan, jika jawabannya Ya) Y T
Electrical (Lock Out Tag Out) Izin Memasuki Ruang Terbatas
Ijin kerja bekerja diketinggian (1.8 Izin Kerja Panas
meter)
Ijin penggunaan Bahan Berbahaya
Beracun (B3)
BAHAYA K3L BERESIKO TINGGI Y T BAHAYA K3L BERESIKO Y T
TINGGI
Api – bahan yang mudah menyala atau Sumber energi (listrik, uap, mekanis)
terbakar
Percikan bunga api, pemotongan, dan Kerja pada ketinggian /Lubang terbuka
penggerindan.
Debu/kabut/asap atau bahan kimia Akses, jalan keluar dan pergerakan
berbahaya terbatas
PENANGGUNG JAWAB PELAKSANA
Menyatakan bahwa lokasi kerja telah Menyatakan bahwa prosedur keselamatan telah
diperiksa, dan semua tindakan diperiksa dan izin bekerja diberikan.
pencegahan akan dipatuhi.

64
Penerima permit - Pemberi permit -
Nama Nama
Paraf Tang Paraf Tanggal/
gal/ Jam
Jam
Ijin Kerja Ini berlaku sampai dengan hari/ tanggal / Jam :

65
DIREKTORAT ANEKA ENERGI BARU DAN ENERGI TERBARUKAN
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
Jl. Pegangsaan Timur No.1, Pegangsaan, Kecamatan Menteng,
Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10320
Telp : (021) 39830077
Fax : (021) 31901087
Email : info@ebtke.esdm.go.id

Anda mungkin juga menyukai