Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ETIKA PROFESI

TINJAUAN TATA KELOLA, KONSEP, PRINSIP, DAN PRAKTIK DI INDONESIA


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah etika profesi
Dosen : Dini Martinda Lestari, SE., M. Ak

Disusun oleh :
Kelompok 7
MUHAMMAD FIGO ABDI RAGYL 11021900209
LENI FITRIANI 11021900231

7A-AKUNTANSI PAJAK
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS BINA BANGSA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmatnya
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti dan
sesuai dengan harapan. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Dini Martinda Lestari,
S., M. Ak sebagai dosen pengampu mata kuliah Etika Profesi yang telah membantu memberikan
arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu
penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga
apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Serang, 18 Desember 2022

Kelompok 7

i
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................... ……………………i

DAFTAR ISI ..................................................................................... ……………………ii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................. ……………………1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. ……………………1


1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………….1
1.3 Tujuan................................................................................................. ……………………1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................. ……………………2

A. Alasan Diperlukan Tata Kelola Yang Baik ........................................ ……………………2


B. Definisi Dan Prinsip Dasar Tata Kelola ............................................. ……………………6
C. Tinjauan Da Struktur Tata Kelola Di Indonesia................................. ……………………9
D. Overview Prinsip-Prinsip Tata Kelola Menurut Oecd. ...................... …………………..11
E. Manfaat Tata Kelola Bagi Korporat Dan Lingkungan. ...................... …………………..13
F. Overview Regulasi Dan Pedoman Tata Kelola Di Indinesia ............ …………………..14
G. Instrumen Penilaian Dan Bukti Empiris Terhadap Praktik Tata Keloladi Indonesia Dan
Asean……………………………………………………………………………………..14
H. Penilaian Berdasarkan Asean Cg Scorecard Dari Asean Capital Market Forum
............................................................................................................ ………………….15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Good corporate governance (GCG) atau tata kelola perusahaan yang baik merupakan
pradigma yang berkembang di Indonesia saat in. karena jika kita ingin meningkatkan kwalitas
perusahaan maka kita juga peril mengimplementasikan Good Corporate Governanc. Dengan
begitu maka perusahaan akan sukses dan bisa tetap bertahan dalam jangka yang lama. Sekaligus
bisa memenangkan bisnis secara internasiona.
Tata kelola perusahaan yang baik mampu mengurangi resiko yang mungkin berbagai keputusan
yang menyangkut pribadi dibuat oleh direksi dan dewan pengawas.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian latar belakang dapat ditarik rumusan masalahnya diantaranya:
Apa definisi etika dalam profesi?

1. Apakah pengaruh dewan direksi terhadap tata kelola perusahaan?


2. Bagaimana mengelola perusahaan dengan baik?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
Untuk mengetahui bagaimana cara mengelola perusahaan yang baik

1
BAB II
PEMBAHASAN
TINJAUAN TATA KELOLA KONSEP, PRINSIP, DAN PRAKTIK DI
INDONESIA

A. Alasan Diperlukan Tata Kelola yang Baik

Perkembangan tata kelola perusahaan berangkat dari teori keagenan (agency


theory) yang dikembangkanoleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976. Teori
tersebut mendasarkan hubungan kontrak antara principal dan agen. Prinsipal
merupakan pihak yang memiliki sumberdaya dan memberikan mandat kepada
agenuntuk bertindak atas namaprinsipal, sedangkan agen merupakan pihak yang
diberi amanat oleh prinsipal untuk mengelola sumberdaya. Agen berkewajiban untuk
mempertanggungjawabkan apayang telahdiamanahkan oleh prinsipal kepadanya serta
memiliki kewenangan pengambilan keputusan yang akanmempengaruhi
kesejahteraan prinsipal.

Perusahaan berinteraksi dengan berbagai pihak dalam menjalankan usahanya,


antara lain dengan Direksi/Manajemen, pemegang saham pengendali dan non-
pengendali, kreditor, pemerintah, karyawan,masyarakat. Sumberdaya tidak hanya
berupa modal finansial tetapi antara lain juga modal intelektual danketrampilan,
layanan publik/infrastruktur, sumber daya alam. Contoh hubungan prinsipal-agen
tidak hanyaterbatas pada hubungan antara pemegang saham dan manager, hubungan
prinsipal-agen dapat pula terjadihubungan antara:

a. Kreditor (prinsipal) dan Manajemen (agen).

b. Pemegang Saham Non-Pengendali (prinsipal) dan Pemegang Saham Pengendali


(agen).

c. Pemerintah (prinsipal) dan Manajemen (agen).

d. Karyawan (prinsipal)-Manajemen (agen).

e. Publik (prinsipal)-Manajemen (agen).

2
3

Agen sebagai pihak yang bertugas untuk mengelola perusahaan mempunyai


lebih banyak informasimengenai perusahaan dibanding prinsipal. Hal inilah yang
mengakibatkan adanya ketidakseimbanganinformasi antara prinsipal dan agen.
Ketidakseimbangan informasi karena adanya distribusi informasi yangtidak sama
antara prinsipal dan agen disebut dengan asimetri informasi (asymmetric information).

Tanpa pengawasan yang kuat, agen cenderung untuk mengejar


kepentingannya sendiri (yaitu, self interest),yang mungkin bertentangan dengan
kepentingan prinsipal. Dengan tingkat asimetri informasi yang tinggi,tindakan agen
tidak dapat dilihat/diamati dengan baik sehingga agen akan cenderung melakukan
tindakanyang menguntungkan dirinya dan merugikan prinsipal.

Contoh-contoh manifestasi konflik kepentingan. Antara prinsipal dan agen


adalah: pemegang saham - manajemen (Enron, Worldcom, Bank Global),pemegang
saham pengendali pemegang saham non-pengendali (Parmalat, Bank Century,
Satyam),kreditur- manajemen (Bank Century, Parmalat, Great River Garment),
masyarakat - manajemen (IntiIndorayon).

Berikut adalah penjelasan lebih rinci terhadap beberapa konflik kepentingan.

1. Konflik Pemegang Saham dan Manajer

Perilaku mementingkan diri sendiri (self interest) dari manager (agen) akan
menimbulkan konflik dengankepentingan pemegang saham (prinsipal). Manajer lebih
suka pertumbuhan dan ukuran perusahaanmenjadi besar karena berarti akan mendapat
keamanan kerja yang lebih besar, kompensasi yang lebihbesar, prestise yang lebih
besar dan pengeluaran diskresioner yang lebih besar. Konfik antara manajer
danpemegang saham dapat berbentuk:

1) Manajer melakukan shirking (lalai) dimana manager tidak bekerja dengan upaya
terbaik mereka.Contoh masalah ini dapat dilihat pada kasus Bank Global, kasus
Enron dan Worldcom.
4

2) Konsumsi penghasilan tambahan yang berlebihan (perquisites) dapat berbentuk


manfaat langsungmaupun manfaat tidak langsung. Manfaat langsung misalnya
penggunaan mobil perusahaan yangterlalu mewah dan pengeluaran pengeluaran lain
yang tidak perlu, sedangkan manfaat tidak langsungmisalnya ruangan kantor yang
terlalu mewah.

2. Konflik antara Kreditur dan Pemegang Saham

Ketika membahas konflik Kreditur - Pemegang Saham ini, diasumsikan


manager bertindak mewakilipemegang saham yang mengadakan kontrak dengan
kreditur. Masalah keagenan terkait hutang terjadiketika manajer sebagai perwakilan
pemegang saham berusaha mentransfer kesejahteraan dari krediturke pemegang
saham dan atau dirinya sendiri. Ketika perusahaan mengeluarkan hutang yang
berisiko,perusahaan memiliki pilihan untuk gagal membayar hutang. Konflik ini
dapat terwujud dalam tiga carayaitu: aset substitusi, underinvestment dan claim
dilution.

a. Asset Substitution Problem

Aset substitusi terjadi ketika sebuah perusahaan menukar investasi pada aset-
aset berisiko rendah kepadainvestasi pada aset berisiko tinggi. Substitusi aset ini
menyebabkan meningkatnya resiko. Peningkatanlevel resiko ini akan berdampak
negatif terhadap kreditur karena meningkatnya kemungkinanperusahaan gagal dalam
membayar hutang. Pengalihan aset menimbulkan risiko yang lebih tinggibagi kreditur
dengan tanpa memberikan tambahan kompensasi bagi mereka karena mereka
hanyamendapatkan imbal hasil tetap dari hutang yang diberikan kepada perusahaan.
Maka dapat dikatakanbahwa substitusi aset ini akan mentransfer keuntungan dari
kreditur kepada para pemegang saham.

b. Underinvestment

Underinvestment terjadi ketika perusahaan menolak untuk berinvestasi pada


aset yang berisiko rendahdengan tujuan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang
saham, namun hal ini berarti denganlebihmengabaikan kepentingan kreditur. Proyek
5

berisiko rendah akan memberikan keamanan yangbagi pemegang utang karena aliran
kas yang dihasilkan dapat melunasi pinjaman. Namun arus kasyang aman tersebut
tidak menghasilkan imbal hasil yang memadai untuk pemegang saham.
Akibatnyaproyek ini ditolak oleh perusahaan meskipun dapat meningkatkan nilai
perusahaan secara keseluruhan.

c. Claim Dilution

Divestasi perusahaan untuk penciptaan sebuah entitas baru melalui penerbitan


saham baru adalahsituasi lain yang mengarah kekonflik antara pemegang saham dan
pemegang obligasi. Manajemendapat mentransfer kekayaan kepada pemegang saham
yang ada atau yang baru dengan menerbitkanutang baru. Dengan menerbitkan utang
baru, risiko keuangan perusahaan meningkat dan nilai obligasiakan berkurang.

3. Konflik antara Pemegang Saham Pengendali dan Pemegang Saham Minoritas

Dalam konflik pemegang saham pengendali - pemegang saham minoritas,


pemegang saham pengendalidapat menggunakan kekuasaan mereka untuk
menguntungkan diri sendiri dengan mengorbankankepentingan para pemegang saham
minoritas atau apa yang disebut dengan ekspropriasi.

a. Pemegang saham pengendali dapat mengekspropriasi kekayaan pemegang saham


non-pengendalimelalui antara lain transaksi dengan pihak terafiliasi (RPT).

b. Transaksi antara pihak terafiliasi mungkin tidak dilakukan dengan harga dan
persyaratan dan kondisiyang sama antara pihak ketiga. Contohnya, perusahaan
terbuka membeli bahan baku dengan hargadi mark-up dari perusahaan yang 100
persen sahamnya dimiliki pemegang saham pengendaliperusahaan terbuka tersebut.
Kerugian di perusahaan terbuka sebagian ditanggung pemegangnon-pengendali
sementara keuntungan di perusahaan privat sepenuhnya dinikmati
pemegangpengendali. Akibatnya terjadi transfer kekayaan dari pemegang saham non-
pengendali ke pemegangsaham. Contoh : Bank Century, Parmalat dan Satyam.
6

Tata kelola korporat berperan untuk mengatasi konflik kepentingan ini dengan
melindungi kepentinganprinsipal, mengurangi tingkat informasi asimetri dan
mengawasi agen. Tata kelola yang baik akan memberikanperlindungan yang
memadai dan memperlakukan pemegang saham dan pemangku kepentingan
lainnyasecara adil. Tata kelola mengatur pembagian tugas, hak, dan kewajiban pihak-
pihak dalam organisasiterhadap kehidupan perusahaan, termasuk para pemegang
saham, direksi, dewan komisaris dan semuapemangku kepentingan. Pembagian tugas,
hak, dan kewajiban juga berfungsi sebagai pedoman pengawasandan pengevaluasian
kinerja dewan komisaris dan direksi/manajemen perusahaan.

B. Definisi dan Prinsip Dasar Tata Kelola

Definisi

Sebagai sebuah konsep, corporate governance memiliki banyak definisi,


berikut beberapa definisi CG:

a. Corporate governance adalah suatu sistem yang berfungsi untuk mengarahkan dan
mengendalikanorganisasi (Cadbury Report, 1992).

b. Corporate governance merupakan seperangkat tata hubungan diantara manajemen


perseroan (direksi),dewan komisaris, pemegang saham dan para pemangku
kepentingan lainnya (OECD).

c. Corporate governance sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam


menjalankan perusahaan,dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham
dalam jangka panjang, dengan tetapmemperhatikan kepentingan pemangku
kepentingan yang lain (IICG).

d. Good corporate governance adalah suatu tata kelola yang menerapkan prinsip-prinsip
keterbukaan(transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban
(responsibility), independensi(independency), dan kewajaran (fairness) (Peraturan
Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 tentangPelaksanaan Good Corporate Governance
Bagi Bank Umum).
7

e. Corporate governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ
BUMN untukmeningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna
mewujudkan nilai pemegangsaham dalam jangka panjang lainnya berlandaskan
peraturan perundang-undangan dan nilai-nilaietika (Keputusan Menteri BUMN
Nomor kep-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktik GoodCorporate
Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)).

Berdasarkan uraian mengenai corporate governance tersebut, maka dapat


disimpulkan bahwa Corporategovernance adalah suatu sistem, proses, seperangkat
peraturan yang mengatur hubungan antara berbagaipihak yang berkepentingan
(pemangku kepentingan) demi tercapainya tujuan organisasi.

Prinsip Dasar

Setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas GCG diterapkan pada setiap
aspek bisnis dan di semuajajaran perusahaan. Asas GCG yaitu transparansi,
akuntabilitas, responsibilitas, independensi sertakewajaran dan kesetaraan diperlukan
untuk mencapai kesinambungan usaha (sustainability) perusahaandengan
memperhatikan pemangku kepentingan (stakeholders). Secara umum terdapat lima (5)
prinsipdalam GCG menurut KNKG (2006) yang disingkat TARIF. Berikut penjelasan
Mengenai masing-masingprinsip tersebut.

1. Transparansi (Transparency).

Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus


menyediakan informasi yangmaterial dan relevan dengan cara yang mudah diakses
dan dipahami oleh pemangku kepentingan.Perusahaan harus mengambil inisiatif
untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkanoleh peraturan
perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan
olehpemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.

2. Akuntabilitas (Accountability).
8

Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara


transparan dan wajar. Untuk ituperusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan
sesuai dengan kepentingan perusahaan dengantetap memperhitungkan kepentingan
pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitasmerupakan prasyarat
yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. Akuntabilitasjuga
berlaku bagi Direksi yang mengelola perusahaan dan Dewan Komisaris yang
mengawasi Direksi.

3. Responsibilitas (Responsibility).

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta


melaksanakan tanggung jawabterhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat
terpelihara kesinambungan usaha dalam jangkapanjang dan mendapat pengakuan
sebagai good corporate citizen.

4. Independensi (Independency).

Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara


independen sehinggamasing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan
tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness).

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa


memperhatikan kepentinganpemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya
berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.Perusahaan harus memberikan
kesempatan kepada pemangku kepentingan untuk memberikanmasukan dan
menyampaikan pendapat bagi kepentingan perusahaan serta membuka akses
terhadapinformasi sesuai dengan prinsip transparansi dalam lingkup kedudukan
masing-masing. Perusahaanharus memberikan perlakuan yang setara dan wajar
kepada pemangku kepentingan sesuai denganmanfaat dan kontribusi yang diberikan
kepada perusahaan.

C. Tinjauan Struktur Tata Kelola di Indonesia


9

Perbandingan Struktur Satu Dewan dan Dua Dewan

Struktur dewan terbagi menjadi dua model yaitu single-board system dan
dual-board system. Single-boardsystems banyak dipakai di negara Anglo-Saxon
seperti US, UK, Kanada dan Australia sedangkan dual-boardsystem banyak dipakai
di negara Eropa daratan seperti Jerman, Belanda. Indonesia termasuk menganutsistem
dual board.

Dalam sistim single-board, terdapat satu board of directors (BOD) yang terdiri
dari executive dan non-executive director. Direktur eksekutif bertanggung jawab
untuk kegiatan perusahaan sehari-hari sedangkannon executive tidak terlibat dalam
kegiatan perusahaan sehari hari tapi terlibat dalam pembuatan kebijakanstrategis
perusahaan dan melakukan pengawasan terhadap executive team. Dual board system
terdiri daridua dewan yaitu dewan pengawas (supervisory board) atau dikenal sebagai
dewan komisaris dan dewanpelaksana (executive board) atau dikenal sebagai dewan
direktur. Dalam dual-board system, peran dewankomisaris dan dewan direktur
dipisah secara jelas. Dewan komisaris akan mengawasi kerja dewan direktur.

Kelebihan dari sistem satu dewan adalah pengambilan keputusan dapat


dilakukan lebih cepat, seluruhanggota dewan mempunyai akses langsung kepada
seluruh informasi perusahaan sehingga seluruh dewanmengetahui kegiatan bisnis
sehari-hari perusahaan. Kelemahan sistem satu dewan adalah ketergantunganyang
tinggi pada CEO, tidak ada pemisahan antara fungsi pengawasan dan pelaksanaan.

Sedangkan kelemahan dari sistem tersebut adalah bahwa dewan komisaris


tidak mempunyai akses langsungkepada seluruh informasi perusahaan sehingga
tergantung pada informasi dari dewan direktur.

Kepengurusan perseroan terbatas di Indonesia menganut sistem dua dewan


(two board system) yaitu dewankomisaris dan dewan direktur yang mempunyai
wewenang dan tanggung jawab yang jelas sesuai denganfungsinya masing-masing.
Keduanya mempunyai tanggung jawab untuk memelihara kesinambunganusaha
10

perusahaan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, dewan komisaris dan Direktur
harus memilikikesamaan persepsi terhadap visi, misi, dan nilai-nilai perusahaan.

Organ Korporat: RUPS, Dewan Komisaris dan Direksi

Menurut UU PT No 40 tahun 2007, organ perseroan adalah Rapat Umum


Pemegang Saham, Direksi,dan Dewan Komisaris. Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) adalah organ perseroan yang mempunyai

wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam
batas yang ditentukan dalamundang-undang dan/atau anggaran dasar. Direksi adalah
organ perseroan yang berwenang dan bertanggungjawab penuh atas pengurusan
Perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuanperseroan
serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan
ketentuananggaran dasar. Dewan Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas
melakukan pengawasan secaraumum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar
serta memberi nasihat kepada Direksi.Berdasarkan teori keagenan, Dewan Komisaris
adalah organ yang diberi kepercayaan oleh prinsipal untukmengawasi agen (i.e.,
Direksi) sedangkan Direksi adalah organ yang diberi kepercayaan oleh prinsipal
untukmengelola sumberdaya yang dimiliki prinsipal.

Hubungan Antar Organ

RUPS merupakan wadah para pemegang saham untuk mengambil keputusan


penting yang berkaitandengan modal yang ditanam dalam perusahaan, dengan
memperhatikan ketentuan anggaran dasar danperaturan perundang-undangan.
Keputusan yang diambil dalam RUPS harus didasarkan pada kepentinganusaha
perusahaan dalam jangka panjang. RUPS dan atau pemegang saham tidak dapat
melakukan intervensiterhadap tugas, fungsi dan wewenang Dewan Komisaris dan
Direksi dengan tidak mengurangi wewenang RUPS untuk menjalankan haknya sesuai
dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan,termasuk untuk
melakukan penggantian atau pemberhentian anggota.
11

Dewan Komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab


secara kolektif untukmelakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi
serta memastikan bahwa perusahaanmelaksanakan GCG. Dewan Komisaris tidak
boleh turut serta dalam mengambil keputusan operasional.Sedangkan Direksi sebagai
organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolegial dalammengelola
perusahaan. Masing-masing anggota Direksi dapat melaksanakan tugas dan
mengambilkeputusan sesuai dengan pembagian tugas dan wewenangnya. Namun,
pelaksanaan tugas oleh masing-masing anggota Direksi tetap merupakan tanggung
jawab bersama.

D. Overview Prinsip-prinsip Tata Kelola Menurut OECD

Prinsip-prinsip CG OECD 2004 banyak dijadikan acuan masyarakat


internasional dalam pengembangancorporate governance. OECD menjelaskan tidak
ada satu model corporate governance yang cocok untuk semuanegara, masing-masing
negara memiliki karakteristik yang berbeda. Salah satu contoh adalah
keberadaansistem satu dewan dan dua dewan. Berhubung Indonesia menganut sistem
dua dewan, maka istilah "Board"dalam OECD umumnya diartikan sebagai "Dewan
Komisaris", dan "Key Executives" sebagai "Direksi".Terdapat enam prinsip corporate
governance dalam Prinsip-prinsip CG OECD. Keenam prinsip inimenjelaskan hal-hal
yang mencakup kerangka dasar corporate governance, hak pemegang saham,
kesetaraanperlakuan pemegang saham, peranan pemangku kepentingan, keterbukaan
dan transparansi, serta tanggungjawab dewan.

Prinsip I: Menjamin Kerangka Dasar Corporate governance yang Efektif

Prinsip I OECD ini menjelaskan dasar atau basis bagi pengembangan


kerangka Corporate governanceyang efektif. Secara umum prinsip I menyatakan
bahwa "Corporate governance harus dapat mendorongberlaku,terciptanya pasar yang
transparan dan efisien, sejalan dengan perundangan dan peraturan yangdan dapat
dengan jelas memisahkan fungsi dan tanggungjawab otoritas-otoritas yang memiliki
pengaturan,pengawasan, dan penegakan hukum".Prinsip ini menjelaskan pentingnya
12

peranan hukum dan regulator dalam menegakkan good corporategovernance.


Berhubung prinsip ini tidak secara langsung ditujukan ke perusahaan, maka prinsip
ini tidakdibahas secara rinci dalam subyek Tata Kelola.

Prinsip II: Hak-hak Pemegang Saham dan Peran Kunci Kepemilikan Saham

Prinsip ini menyatakan bahwa kerangka tata kelola harus melindungi dan
memfasilitasi pelaksanaan hak-hak pemegang saham. Hal ini terutama mengingat
pemegang saham suatu perusahaan publik memiliki hak-hak khusus seperti saham
tersebut dapat dibeli, dijual ataupun ditransfer tanpa halangan. Pemegang
sahamtersebut juga berhak atas keuntungan perusahaan sebesar porsi kepemilikannya.
Selain itu pemegang sahammempunyai hak untuk memperoleh informasi yang
relevan dan mempunyai hak untuk mempengaruhijalannya perusahaan melalui Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS).Prinsip ini diperlukan untuk mengatasi konflik
keagenan antara pemegang saham dan manajemenperusahaan. Dengan
dilaksanakannya prinsip ini maka kecil kemungkinan manajemen dapat
melaksanakantindakan menguntungkan dirinya dan merugikan perusahaan.

Prinsip III: Perlakuan yang Adil terhadap Pemegang Saham

Prinsip ini menekankan perlunya kesetaraan perlakuan kepada seluruh


pemegang saham termasukpemegang saham minoritas (non-pengendali) dan
pemegang saham asing. Prinsip ini menekankanpentingnya kepercayaan investor di
modal.pasarDibanding pemegang saham pengendali, pemegang saham non-
pengendali mempunyai akses yang terbatasterhadap informasi mengenai perusahaan.
Mereka juga tidak mempunyai kendali langsung terhadapperusahaan. Kendala
tambahan bagi pemegang saham asing adalah mereka berlokasi di tempat
yangberbedatidak memungkinkan untuk hadir secara fisik pada RUPS. Selain itu
penggunaan bahasa yangakan lebih menyulitkan investor asing untuk memperoleh
informasi dibanding investor domestik. Keadaanini membuat kekayaan pemegang
saham non-pengendali dan asing menjadi rentan untuk diekspropriasipemegang
saham pengendali.Prinsip ke tiga diperlukan untuk mengatasi konflik keagenan antara
13

pemegang saham pengendali danpemegang saham non-pengendali sehingga


kemungkinan ekspropriasi kekayaan pemegang sahampengendali dapat dihindari.

E. Manfaat Tata Kelola bagi Korporat dan Lingkungan

Jika perusahaan menjalankan prinsip-prinsip CG sebagaimana dijelaskan dimuka


maka:

a. Tingkat informasi asimetri antara prinsipal dan agen akan berkurang serta terdapat
pengarahan danpengawasan yang efektif terhadap agen,

b. Kemungkinan berbagai konflik kepentingan antara prinsipal dan agen yang


merugikan prinsipal akansemakin berkurang.

Tata kelola perusahaan yang baik akan meningkatkan kepercayaan investor,


membantu melindungipemegang saham minoritas dan dapat mendorong pengambilan
keputusan yang lebih baik dan membinahubungan baik dengan pekerja, kreditur, dan
pemangku kepentingan lainnya. Ini merupakan prasyaratpenting untuk menarik
patient capital yang diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang
yangberkelanjutan.

Tata kelola yang baik juga akan menghasilkan:

a. Penciptaan dan peningkatan keunggulan kompetitif perusahaan,

b. Memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara efisien, mencegah penipuan dan


mal praktik,

c. Memberikan perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham,

d. Peningkatan nilai suatu perusahaan,

e. Memastikan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan,

f. Pengentasan kemiskinan dengan meningkatkan tanggung jawab sosial.

F. Overview Regulasi dan Pedoman Tata Kelola di Indonesia


14

Krisis Asia menjadi momentum penting yang mendorong urgensi reformasi


tata kelola perusahaan diAsia, dan juga di Indonesia. Krisis yang melanda Asia
tersebut mendorong pemerintah Indonesia untukbersungguh-sungguh menyelesaikan
masalah tata kelola perusahaan di Indonesia. Untuk itu, dibentuklahKomite Nasional
Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) pada tahun 1999 untuk
merekomendasikanprinsip-prinsip GCG nasional. Pada tahun 2004, KNKCG diubah
menjadi Komite Nasional KebijakanGovernance (KNKG) dengan pertimbangan
untuk memperluas cakupan ke tata kelola sektor publik (publicgovernance). KNKG
telah menerbitkan Pedoman Nasional Good Corporate Governance (Pedoman
NasionalGCG) pertama kali pada tahun 1999, yang kemudian direvisi pada tahun
2001 dan 2006.

Selanjutnya, untuk mendukung upaya reformasi yang dilakukan pemerintah,


bermunculan berbagai inisiatifyang digagas oleh berbagai kalangan yang menaruh
kepedulian untuk membangun kembali Indonesiasetelah krisis. Organisasi tersebut
antara lain, Indonesian Institute for Corporate Directorship (IICD),Indonesian
Institute for Corporate Governance (IICG), Forum for Corporate governance in
Indonesia (FCGI),Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI) dan Lembaga Komisaris
dan Direksi Indonesia (LKDI).

G. Instrumen Penilaian dan Bukti Empiris Terhadap Praktik Tata Kelola di


Indonesia dan ASEAN

Ada 3 (tiga) penilaian utama terhadap tata kelola perusahaan di Indonesia


yang dilakukan oleh lembagainternasional, yaitu sebagai berikut:

a. Reports on the Observance of Standards and Codes (ROSC). The World Bank dan
InternationalMonetary Fund (IMF) bekerja sama dalam melakukan penilaian atas
penerapan Prinsip-prinsipTata Kelola Perusahaan yang disusun oleh Organisation for
Economic Co-operation and Development(OECD).
15

b. Credit Lyonnais Securities Asia (CLSA). CLSA merupakan asosiasi broker dan grup
investasi bersama-sama dengan the Asian Corporate governance Association (ACGA)
secara periodik (dua tahun sekali)menerbitkan Corporate governance Watch yang
merupakan survey atas praktik tata kelola di Asia sejaktahun 2002. Dalam CG Watch,
CLSA menilai tata kelola perusahaan di beberapa negara di Asia-Pasifik.Dalam CG
Watch tahun 2012, Indonesia mendapatkan nilai yang cukup baik dalam aspek
akuntansidan auditing, namun masih memerlukan perbaikan dalam aspek lainnya.
Dari dua belas negara yangdinilai, Indonesia menempati urutan terbawah.

c. ASEAN CG Scorecard. ASEAN Corporate governance Scorecard (ASEAN CG


Scorecard) diperkenalkansebagai suatu alat untuk memeringkat kinerja tata kelola
perusahaan publik dan terbuka di ASEAN.Inisiatif ASEAN CG Scorecard berasal
dari ASEAN Capital Market Forum (ACMF), yang merupakan

H. Penilaian Berdasarkan ASEAN CG Scorecard dari ASEAN Capital Market


Forum

a. Latar Belakang

Inisiatif tata kelola perusahaan ASEAN adalah salah satu dari beberapa
inisiatif integrasi pasar modalregional dari ASEAN Capital Markets Forum (ACMF).
Enam negara ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia,Filipina, Singapura, Thailand, dan
Vietnam setuju untuk berpartisipasi dalam inisiatif ini. Selanjutnyaenam ahli tata
kelola dari tiap negara terlibat untuk mengembangkan ASEAN CG Scorecard
atasdasar pengalaman nasional mereka, memvalidasinya terhadap praktik-praktik
terbaik pada duniainternasional dan akhirnya menerapkannya dengan menilai
perusahaan publik di negara-negaramasing-masing.

ASEAN CG Scorecard bertujuan untuk:

a. Meningkatkan standar-standar dan praktik-praktik tata kelola korporasi dari


perusahaan-perusahaan terbuka di ASEAN.
16

b. Menunjukkan perusahaan-perusahaan publik di ASEAN yang memiliki tata kelola


korporasi yangbaik dan menunjukkan kepada investor global bahwa perusahaan-
perusahaan ASEAN adalahtempat yang menarik untuk berinvestasi.

c. Melengkapi inisiatif-inisiatif Forum Pasar Modal ASEAN (ACMF) lainnya dan


mempromosikaASEAN sebagai suatu kelompok aset berkelas.
DAFTAR PUSTAKA

ACMF-ADB, ASEAN corporate governance scorecard: country report and


assessments 2012-2013, http:/www.adb.org?publications?asean-corporate-
governance-scorecard-country-reports-and-assessments-2012-2013

Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG),2006 ,pedoman umum good


corporate governance Indonesia, http:/www.ecgi.org/codes/dokuments/Indonesia

Peraturan Bapepam-LK No. X.K.I tentang keterbukaan informasi yang harus segera
diumumkan ke pulik

Anda mungkin juga menyukai