OLEH
ANDI HELMA MEILANI P 101040
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………..
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………….....
PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………..
1. Penerapan 6 sasaran keselamatan pasien……………………………………………
a. Identifikasi pasient dengan tepat……………………………………………………….
b. Tingkatkan komunitas yang efektif…………………………………………………….
c. Tingkatkan keamanan obat yang perlu diwaspadai……………………………………
d. Pastikan tepat lokasi tepat prosedur tepat pasient operasi……………………………..
e. Kurang risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan……………………………………
f. Kurang resiko pasient jatuh……………………………………………………………
2. Penerapan early warning score di ruang perawatan……………………………………….
3. Penerapan prinsip dan implementasi upaya pencegahan penularan………………………..
a. Cuci tangan……………………………………………………………………………
d. Cara melakukan desinfektan………………………………………………………….
e. Cara melakukan sterilisasi…………………………………………………………….
KESIMPULAN……………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………....
A. 6 sasaran keselamatan pasien tersebut sebagai berikut :
1) Ketepatan identifikasi pasien Ketepatan identitas pasien merupakan sasaran pertama
yang harus diperhatikan pasien untuk mengurangi terjadinya kejadian yang tidak
diinginkan selama di rumah sakit. Perawat harus memperhatikan apakah identitas pasien
sudah benar atau tidak, untuk memastikan ketepatan identitas pasien perawat harus
mengsingkronkan data yang dimiliki dengan gelang identitas yng digunakan oleh pasien,
selain itu perawat juga bisa menanyakan langsung kepada pasien mengenai nama pasien,
umur pasien dan tempat serta tanggal lahir pasien Ketepatan identitas pasien sangat wajib
diperhatikan untuk menghindari kesalahan dalam pemberian asuhan keperawatan maupun
pemberian terapi, salam pemberian terapi dan asuhan keperawatan dapat mempengaruhi
kesehatan dan keselamatan pasien selama dirumah sakit, dampak yang sangat besar akan
dialami oleh pasien apabila perawat teledor dalam memberikan terapi dan asuhan
keperawaran akibat tidak teliti dalam mengnali identitas pasien.
2) Peningkatan komunikasi yang efektif Komunikasi sangatlah penting untuk
melaksanakan asuhan keperawatan yang akan diberikan perawat terhadap pasien.
Sebelum perawat menangani pasien , perawat harus mengumpulkan data-data yang
dimiliki oleh pasien yang tentunya didaapat dari pasien itu sendiri. Apabila perawat tidak
memiliki komunikasi yang efektif maka perawat tidak akan bisa mendapat data objektif
dari pasien, apabila perawat tidak dapat membina hubungan saling percaya terhadap
pasien maka pasien pun enggan untuk memberikan masalah nya kepada perawat, selain
itu apabila perawat tidak dapat berkomunikasi secara efektif kepada pasien maka dia
tidak akan mengetahui hal penting apa saja yang harus dia tanyakan kepada pasien, bukan
malah mendapat informasi penting dengan pasien ,perawat malah mendapatkan hal tidak
penting bahkan membuat pasien marah kepadanya. Komunikasi efektif selain dilakukan
perawat kepada pasien, dilakukan juga terhadap perawat dengan tenaga medis yang
lainnya, apabila perawat tidak dapat berkomunikasi secara efektif terhadap tenaga medis
lain mengenai sesuatu yang berhubungan dengan pasien maka juga akan mempengaruhi
keselamatan pasien. Misalnya data yang perawat dapat dari pasien A adalah B, namun
karena perawat tidak dapat mengkomunikasikan dengan bener kepada tenaga medis yang
lain, baik itu dokter, farmasi dan ahli gizi sehingga tenaga medis lainnya bukan
memahami pasien A dengan data B malah berasumsi pasien A dengan data C
dikarenakan kesalahan perawat dalam menyampaikan komunikasi kepada tenaga medis
lainnya, ini dapat berbahaya kepada keselamatan pasien karena beda data yang diberi
beda pula layanan kesehatan yang akan diterima.
3) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai Obat merupakan salah satu terapi
yang diberikan kepada pasien yang bertujuan untuk membantu pasien untuk pulih
kekeadaan semula atau membantu pasien mengurangi rasa sakit yang dialaminya, maka
dari itu perawat harus mengawasi dan mewaspadai pemberian obat kepada pasien untuk
mencapai tujuan dari pemberian obat itu. Salah satu cara untuk meningkatkan
keselamatan pasien adalah dengan memperhatikan proses pemberian obat. Ada 30 prinsip
pemberian obat yang harus diperhatikan perawat dalam memberikan obat kepada pasien,
prinsip ini sudah sangat berkembang yang awalnya hanya 7 prinsip benar pemberian obat
berkembang menjadi 30 prinsip benar pemberian obat, perkembangan ini bukan untuk
menambah beban kerja perawat namun merupakan salah satu cara untuk mengurangi
kecelakaan pasien yang diakibatkan oleh kesalahan pemberian obat. Meningkatkan
keamanan obat merupakan cara untuk menghindari kesalahan-kesalahan dalam
pemberian obat, apabila pasien salah menerima obat maka akan berakibat fatal untuk
kesehatan pasien. Umumnya pemberian obat kepada pasien dilakukan oleh bagian
farmasi atau apoteker namun tak jarang ini menjadi tugas perawat diakibatkan oleh
minimnya tenaga kesehatan dibidang tersebut. Jika pemberian obat diberikan oleh
farmasi ataupun apoteker perawat tak juga harus lepas tangan sepenuhnya terhadap
pemberian obat kepada pasien, perawat juga harus mewaspadai ataupun memantau proses
pemberian obat tersebut, agar obat yang diberikan kepada pasien benar dan tepat..
5) Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan Rumah sakit merupakan
tempat berkumpulnya sarang penyakit dan tempat seorang pasien berharap dapat sehat
dan tak merasa kesakitan. Sasaran penting keselamatan pasien ke lima meruapakan
pengurangan resiko infeksi, infeksi sangat mudah terjadi dirumah sakit, mulai dari
kelalaian perawat dalam memperhatikan alat-alat yang digunakan pasien dalam
pengobatan dirumah sakit hingga kelalaian perawat menjaga kebersihan diri sebelum
menangani pasien. Umumnya pasien kerumah sakit untuk sehat ,namun kelalaian-
kelalaian yang dilakukan tenaga medis malah membuat pasien terinfeksi penyakit baru,
hal ini lah yang harus dihindari agar angka kecelakaan dirumah sakit dapat kerkurang.
Kecelakaan dirumah sakit bukan hanya pasien dalam keadaan fisik luar yang terganggu
namun juga keadaan fisik dalam dan keadaan fisiologisnya. Maka dari itu perawat harus
memahami bagaimana cara untuk mencegah pasien terinfeksi akibat pelayanan
kesehatan, salah satu caranya bisa selalu memastikan setiap alat kesehatan yang
digunakan ditubuh atau sebelum digunakan dalam keadaan bersih dan steril kemudia
selalu membersihkan diri serta menggunakan alat pelindung diri sebelum, saat dan
setelah melakukan interaksi dengan pasien. Saat ini sangat marak terjadi infeksi
nosokomial dirumah sakit oleh sebab itu penting bagi perawat mengetahui, memahami
dan mengaplikasikan sasaran ke lima ini untuk meningkatkan angka keselamatan pasien
dirumah sakit.
6. Pengurangan resiko pasien jatuh Sasaran keselamatan yang terakhir yang harus
diketahui perawat adalah resiko jatuh. Masih sering terjadi pasien jatuh, baik dari tempat
tidur atau pada saat berjalan ingin kekamar mandi. Hal ini harus diperhatikan oleh
perawat. Perawat harus memastikan keselamatan pasien selama berada dirumah sakit,
merawat harus memastikan bahwa pasien tidak terjatuh selama dirumah sakit karena ini
akan mempengaruhi kondisi fisik dari pasien. Namun mengenai pasien jatuh tak mesti
perawat 24 jam harus bersama pasien dan menjaga pasien agar tak jatuh. Perawat dapat
memberika pendidikan kesehatan dan keselamatan terhadap keluarga pasien yang
menjaga untuk memperhatikan keadaan pasien dan selalu mendampingi pasien pada saat
ingin berjalan kekamar mandi, dan selalu memperhatikan keselamatan pasien selama
ditempat tidur.
2. Punggung Tangan
Cara mencuci tangan selanjutnya dilakukan dengan menggosok sela-sela jari. Area tersebut
dinilai menjadi tempat favorit bersarangnya kuman dan patogen penyebab penyakit karena
tersembunyi dan jarang dijamah.
3. Sela-Sela Jari
Cara mencuci tangan selanjutnya dilakukan dengan menggosok sela-sela jari. Area tersebut
dinilai menjadi tempat favorit bersarangnya kuman dan patogen penyebab penyakit karena
tersembunyi dan jarang dijamah
4. Punggung Jari
Setelah sela-sela jari, mencuci tangan dilakukan pada punggung jari tangan dengan gerakan
saling mengunci. Gerakan ini bertujuan agar area tersebut benar-benar sudah terkena sabun,
sehingga kuman pun mati.
5. Jempol
Cara mencuci tangan selanjutnya dilakukan dengan membersihkan jempol kanan dan kiri
secara bergantian. Gerakan dilakukan dengan cara memutar. Pastikan seluruh area jempol
terkena sabun dan dibersihkan secara menyeluruh.
Cara mencuci tangan yang terakhir dilakukan di bagian ujung jari atau kuku. Caranya dengan
menguncupkan tangan. Tujuannya agar ujung jari dan kuku benar-benar bersih dan bebas dari
kuman yang menyelip di antara kuku.
Mencuci tangan dengan benar, baik sebelum maupun sesudah menjenguk pasien di ruang
isolasi
d. Cara melakukan desinfektan
1. Penyemprotan disinfektan langsung kepada manusia dan mahluk hidup lainnya (tumbuhan dan
hewan) secara langsung tidak disarankan. Hal ini di samping tidak efektif, juga dikuatirkan akan
mengganggu ekosistem mikoroorganisme pada lingkungan.
2. Penggunaan bilik (chamber) untuk penyemprotan dengan disinfektan langsung kepada manusia
tidak disarankan, kecuali menggunakan cairan antiseptik yang sudah dipastikan aman dan
melindungi bagian tubuh yang terbuka terhadap paparan.
3. Untuk manusia, pencegahan terhadap penularan virus dapat dilakukan dengan sering cuci tangan
menggunakan sabun atau hand sanitizer serta menjaga pola makan dan pola hidup sehat untuk
menjaga daya tahan tubuh.
4. Penyemprotan disinfektan terhadap lingkungan perlu dipertimbangkan dengan membatasi jumlah
dan daerah yang disemprot misalnya ruangan yang membutuhkan sterilitas di rumah sakit dan
ruangan di mana terdapat PDP.
5. Cara terbaik menggunakan disinfektan adalah langsung mengelap/mengusapkan pada benda-
benda, seperti permukaan meja, kursi, gagang pintu, tombol lift, dll yang diperkirakan rentan
tertempel virus Covid-19.
e. Cara melakukan sterilisasi
1. Sterilisasi uap Adalah proses sterilisasi thermal yang menggunakan uap jenuh dibawah
tekanan selama 15 menit pada suhu 121o . Kecuali dinyatakan lain, berlangsung di suatu
bejana yang disebut otoklaf, dan mungkin merupakan proses sterilisasi paling banyak
dilakukan.
2. Sterilisasi panas kering Sterilisasi cara ini menggunakan suatu siklus Oven modern yang
dilengkapi udara yang dipanaskan dan disaring. Rentang suhu khas yang dapat diterima
di dalam bejana sterilisasi kosong adalah lebih kurang 15o , jika alat sterilisasi beroperasi
pada suhu tidak kurang dari 250o .
3. Sterilisasi gas Bahan aktif yang digunakan adalah gas etilen oksida yang dinetralkan
dengan gas inert, tetapi keburukan gas etilen oksida ini adalah sangat mudah terbakar,
bersifat mutagenik, kemungkinan meninggalkan residu toksik di dalam bahan yang
disterilkan, terutama yang mengandung ion klorida
4. Sterilisasi dengan penyaringan Sterilisasi larutan yang labil terhadap panas sering
dilakukan dengan penyaringan menggunakan bahan yang dapat menahan mikroba,
hingga mikroba yang dikandungnya dapat dipisahkan secara fisika.
PENUTUP
Kesimpulan
Ketepatan identifikasi pasien Ketepatan identitas pasien merupakan sasaran pertama yang harus
diperhatikan pasien untuk mengurangi terjadinya kejadian yang tidak diinginkan selama di
rumah sakit. Perawat harus memperhatikan apakah identitas pasien sudah benar atau tidak, untuk
memastikan ketepatan identitas pasien perawat harus mengsingkronkan data yang dimiliki
dengan gelang identitas yng digunakan oleh pasien, selain itu perawat juga bisa menanyakan
langsung kepada pasien mengenai nama pasien, umur pasien dan tempat serta tanggal lahir
pasien Ketepatan identitas pasien sangat wajib diperhatikan untuk menghindari kesalahan dalam
pemberian asuhan keperawatan maupun pemberian terapi, salam pemberian terapi dan asuhan
keperawatan dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan pasien selama dirumah sakit,
dampak yang sangat besar akan dialami oleh pasien apabila perawat teledor dalam memberikan
terapi dan asuhan keperawaran akibat tidak teliti dalam mengnali identitas pasien.
Terdapat 7 parameter yang harus dipantau dalam menilai EWS yaitu pernafasan, saturasi
oksigen, tekanan darah saat jantung memompa darah ke seluruh tubuh, nadi, suhu tubuh, tingkat
kesadaran, dan alat bantu nafas yang digunakan pasien untuk mempertahankan saturasi oksigen.
Makin tinggi nilai EWS maka makin menurun kondisi pasien. Hal tersebut menjadi indikasi
pasien memerlukan tindakan lebih cepat ataupun observasi dan pertolongan yang lebih intensif.
Dalam mendukung pelaksanaan EWS, terdapat pengembangan inovasi melalui aplikasi Sistem
Informasi Reminder (SI-REM).
a. Cuci tangan
1. Telapak Tangan
Cara mencuci tangan yang pertama dilakukan dengan mengambil sabun dan
meletakkannya di telapak tangan. Basahi tangan, lalu gosokkan kedua telapak tangan
tersebut.
2. Punggung Tangan
Cara mencuci tangan selanjutnya dilakukan dengan menggosok sela-sela jari. Area tersebut
dinilai menjadi tempat favorit bersarangnya kuman dan patogen penyebab penyakit karena
tersembunyi dan jarang dijamah.
3. Sela-Sela Jari
Cara mencuci tangan selanjutnya dilakukan dengan menggosok sela-sela jari. Area tersebut
dinilai menjadi tempat favorit bersarangnya kuman dan patogen penyebab penyakit karena
tersembunyi dan jarang dijamah
4. Punggung Jari
Setelah sela-sela jari, mencuci tangan dilakukan pada punggung jari tangan dengan gerakan
saling mengunci. Gerakan ini bertujuan agar area tersebut benar-benar sudah terkena sabun,
sehingga kuman pun mati.
5. Jempol
Cara mencuci tangan selanjutnya dilakukan dengan membersihkan jempol kanan dan kiri
secara bergantian. Gerakan dilakukan dengan cara memutar. Pastikan seluruh area jempol
terkena sabun dan dibersihkan secara menyeluruh.
Cara mencuci tangan yang terakhir dilakukan di bagian ujung jari atau kuku. Caranya dengan
menguncupkan tangan. Tujuannya agar ujung jari dan kuku benar-benar bersih dan bebas dari
kuman yang menyelip di antara kuku.
Mencuci tangan dengan benar, baik sebelum maupun sesudah menjenguk pasien di ruang
isolasi
d. Cara melakukan desinfektan
6. Penyemprotan disinfektan langsung kepada manusia dan mahluk hidup lainnya (tumbuhan dan
hewan) secara langsung tidak disarankan. Hal ini di samping tidak efektif, juga dikuatirkan akan
mengganggu ekosistem mikoroorganisme pada lingkungan.
7. Penggunaan bilik (chamber) untuk penyemprotan dengan disinfektan langsung kepada manusia
tidak disarankan, kecuali menggunakan cairan antiseptik yang sudah dipastikan aman dan
melindungi bagian tubuh yang terbuka terhadap paparan.
8. Untuk manusia, pencegahan terhadap penularan virus dapat dilakukan dengan sering cuci tangan
menggunakan sabun atau hand sanitizer serta menjaga pola makan dan pola hidup sehat untuk
menjaga daya tahan tubuh.
9. Penyemprotan disinfektan terhadap lingkungan perlu dipertimbangkan dengan membatasi jumlah
dan daerah yang disemprot misalnya ruangan yang membutuhkan sterilitas di rumah sakit dan
ruangan di mana terdapat PDP.
10. Cara terbaik menggunakan disinfektan adalah langsung mengelap/mengusapkan pada benda-
benda, seperti permukaan meja, kursi, gagang pintu, tombol lift, dll yang diperkirakan rentan
tertempel virus Covid-19.
e. Cara melakukan sterilisasi
1. Sterilisasi uap Adalah proses sterilisasi thermal yang menggunakan uap jenuh dibawah
tekanan selama 15 menit pada suhu 121o . Kecuali dinyatakan lain, berlangsung di suatu
bejana yang disebut otoklaf, dan mungkin merupakan proses sterilisasi paling banyak
dilakukan.
2. Sterilisasi panas kering Sterilisasi cara ini menggunakan suatu siklus Oven modern yang
dilengkapi udara yang dipanaskan dan disaring. Rentang suhu khas yang dapat diterima
di dalam bejana sterilisasi kosong adalah lebih kurang 15o , jika alat sterilisasi beroperasi
pada suhu tidak kurang dari 250o .
3. Sterilisasi gas Bahan aktif yang digunakan adalah gas etilen oksida yang dinetralkan
dengan gas inert, tetapi keburukan gas etilen oksida ini adalah sangat mudah terbakar,
bersifat mutagenik, kemungkinan meninggalkan residu toksik di dalam bahan yang
disterilkan, terutama yang mengandung ion klorida
4. Sterilisasi dengan penyaringan Sterilisasi larutan yang labil terhadap panas sering
dilakukan dengan penyaringan menggunakan bahan yang dapat menahan mikroba,
hingga mikroba yang dikandungnya dapat dipisahkan secara fisika.
DAFTAR PUSTAKA
https://rsud.ntbprov.go.id/2020/06/10/bagaimana-keseharian-
tenagakesehatan-di-ruang-isolasi/
https://osf.io/67szh/download/?format=pdf
https://ejr.stikesmuhkudus.ac.id/index.php/jikk/article/download/887/847
https://farmasi.ugm.ac.id/id/cara-penggunaan-disinfektan-yang-tepat-untuk-
mencegah-penyebaran-covid-19/