Anda di halaman 1dari 2

M.

Farhan S Al Ayubi

XI MIA 3

Menginterpretasi Naskah Drama “ROH”

Karya Wisran Hadi


Menginterpretasi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memberikan apresiasi
dalam bentuk tulisan yang berisi pemberian kesan, pendapat, atau saran yang terdapat dalam
naskah drama seperti tema, penokohan, latar / setting , amanat, dan alur. Sebelum
menginterpretasi sebuah naskah drama kita harus membaca dan memahami secara seksama, agar
kita dapat mendapatkan unsur unsur yang terdapat pada naskah drama tersebut

Interpretasi kali ini akan menginterpretasi naskah lakon yang berjudul Roh karya Wisran
Hadi. Lakon berjudul “Roh” ini merupakan salah satu dari banyak naskah yang dituliskan
Wisran Had. Lakon berjudul “Roh” yang diterbitkan PT. Grasindo 2005 ini merupakan drama
terbaik di Sumatera Barat, dan drama karya Wisran Hadi ini merupakan juara harapan II dalam
sayembara menulis naskah drama dkj 2003.

Drama Roh karya Wisran Hadi,  menceritakan tentang seorang dukun yang dapat
membuat hubungan antara manusia dengan roh atau arwah nenek moyang melalui seorang
perantara yang bernama Manda. Dalam drama ini, meminta bantuan seorang perantara
merupakan usaha terakhir yang dilakukan oleh Ibu Suri untuk mengobati Suri dan menemukan
dimana Suri berada. Namun usaha tersebut tidak kunjung berhasil, anak yang dicari cari oleh ibu
suri tersebut tidak pernah muncul dalam drama tersebut.

Drama Roh ini memiliki unsur intrinsik seperti memiliki tema mistik / alam ghaib, lebih
spesifiknya lakon ini memiliki tema tentang ritual pemanggilan roh roh nenek moyang, drama
dinilai memiliki tema mistik / alam ghaib karena ceritanya berhubungan dengan hal hal yang
berbau mistis seperti, sesajian, roh, dukun, dan masih banyak lagi. Lakon ini memiliki alur maju,
yaitu lakon tersebut menceritakan sebuah drama yang tidak ada hubungannya dengan kejadian
dalam drama tersebut yang sudah terjadi.

Dalam drama tersebut memiliki dua pemeran utama yaitu manda dan ibu suri. pemeran
pembantu dalam drama tersebut terdapat 13 tokoh yang memiliki karakter atau tokoh yang
berbeda beda. Hampir di setiap adegan manda dan ibu suri muncul. Manda memiliki watak yang
pemberani, karena dalam adegan tersebut manda dengan beraninya memanggil roh roh ghaib
yang menakutkan, sedangkan ibu suri memiliki sifat yang berkebalikan dengan ibu ibu suri yang
di adegan tersebut memiliki sifat penakut dan ibu suri juga memiliki watak mudah menyerah dan
sering mengeluh, watak tersebut dibuktikan karena ibu suri tidak sanggup dalam menjalani
syarat syarat dari pemain 1 dan 2. Di adegan tersebut juga ada beberapa pemain selain manda
dan ibu suri, seperti pemain 1 yaitu datuk ketumanggunngan, pemain 2 yaitu datuk perpatih nan
sebatang, yang memiliki sifat yang bijak dan baik, dan pada adegan ini ibu suri harus
melaksanakan syarat nya yaitu dia harus merelakan suri merantau.

Pada adegan kedua yang bermain peran disini ibu suri, manda, tokoh 3 sebagai sutan dan
tokoh 4 sebagai raja kaciak. Pada adegan ini konflik cerita mulai memuncak karena ibu suri
sudah keras kepala hal itu dibuktikan ketika tokoh 3 dan 4 mengatakan bahwa suri sudah
dipasung di daerah rantau, dan tokoh 3 dan 4 memiliki watak penipu. Pada adegan ketiga yang
bermain peran adalah ibu suri, manda, tokoh 5 sampai 11, tokoh 5 sampai 11 memiliki watak
penipu karena mereka mengaku sebagai roh dari suri yang dicari cari oleh ibu suri. pada adegan
terakhir yang bermain peran adalah ibu suri, manda dan tokoh 12 dan 13, tokoh 12 memiliki sifat
penakut karena dia padahal tidak dijahati tapi dia sudah menangis ketakutan, dan tokoh 13
memiliki sifat sombong karena dia menyombongi dirinya yang terkenal.

Amanat yang terdapat di dalam naskah lakon Roh yaitu Jangan sampai kita
menyekutukan Tuhan, karena hanya kepada Tuhanlah kita meminta pertolongan, bukan kepada
roh atau arwah nenek moyang. Jika manusia meminta pertolongan kepasa Syetan, pekerjaan itu
disebut syirik, menduakan keesaan Tuhan dan termasuk dosa besar yang tidak dapat diampuni.

Nilai ekstrinsik Secara garis besar, drama “Roh” ini benyak sekali mengandung NILAI
BUDAYA. Drama ini menjelaskan tentang seorang manusia atau perantara yang dikenal dalam
masyarakat tradisi sebagai seorang yang lebih daripada dukun biasa. Dia dapat membuat
hubungan antara manusia yang masih hidup dengan roh dari orang yang telah lama meninggal

Anda mungkin juga menyukai