Anda di halaman 1dari 8

A.

LATAR BELAKANG

Islam merupakan agama yang berupaya menjadi “ way of life” dengan sistem ajaran yang
sempurna yang mencakup segala aspek kehidupan manusia baik masalah dunia maupun akhirat
yang semua sudah terangkum didalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, hukum-hukum yang ada
dalam Al-Qur’an sudah dijelaskan secara detail, namun ada juga hukum-hukum yang masih
sifatnya umum sehingga dibutuhkan adanya penjelasan dengan hadist-hadist Nabi.

Islam juga bukan agama kaku dan beku yang tidak bisa berubah, akan tetapi dalam agama islam
diperbolehkan adanya ijtihad bagi para ulama. Ijtihad merupakan upaya memikirkan sesuatu
dengan sunguh-sungguh yang dilakukan oleh orang yang mempunyai derajat ilmu yang tinggi
(faqih) yang menghasilkan suatu produk tentang hukum syara’ yang bersifat amaliah melalui
cara istimbath. Hal ini diperbolehkan dengan berkembangan zaman dan banyaknya masalah
baru yang sebelumnya belum diterangkan dalam Al-Qur’an maupaun As-Sunah sehingga ulama
dibperbolehkan untuk berijtihad agar mampu memberikan solusi atuu penjelsan atas persoalan-
persoalan yang muncul

Dalam hal beribadah dibedakan atas ibadah yang bersifat madhah dan ghairu mahdhah. Ibadah
madhah merupakan ibadah yang telah ditentukan waktu dan tata caranya yang ada dalam al-
qu’an dan ajaran Nabi seperti salat, puasa. Sedangkan ibadah ghairu mahdhah merupakan ibadah
yang banyak berorientasi pada muamalah yakni mengatur hubungan antar manusia dengan
sesama dan lingkungannya, contohnya adalah masalah yang akan dibahas yaitu asuransi.

Asuransi muncul sekitar abad ke-13 dan abad ke- 14 di italia dalam bentuk asuransi perjalanan
lautan. Hal ini tentunya belum dibahas dalam masalah fiqih klasik. Karena asuransi berkembang
didunia barat maka wataknya lebih kental dengan konvensianal maupun kapitalisme yang
didalamnya terkandung unsur riba yang sangat ditentang dalam ajaran islam.

Adanya persoalan tersebut maka membuka pintu ijtihad bagi para ulama untuk menyelesaikan
masalah ini. Hasilnya banyak ulama yang mengharamkan asuransi seperti Sayid Sabiq ,
Muhammad yusuf Qardhawi, mereka berangggapan asuransi banyak unsur judi dan
ketidakpastian. Adapula ulama yang memperbolehkan asuransi seperti Abdul wahab khallaf
dengan mempertimbangkan maslahah atau manfaatnya.
Asuransi adalah pertanggungan atau perjanjian antara dua belah pihak, dimana pihak satu
berkewajiban membayar iuran/kontribusi/premi. Pihak yang lainnya memiliki kewajiban
memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran/kontribusi/premi apabila terjadi
sesuatu yang menimpa pihak pertama atau barang miliknya sesuai dengan perjanjian yang sudah
dibuat)

Asuransi jiwa, yaitu perjanjian yang mengharuskan perusahaan asuransi memberikan sejumlah
uang kepada nasabah atau kepada orang ketiga, ketika nasabah (atau orang ketiga) itu meninggal
dunia, ataupun pemberiaan dalam keadaan nasabah (atau orang ketiga) itu masih hidup sampai
umur tertentu. Pemberian perusahaan asuransi ini sebagai ganti dari angsuran-angsuran yang
telah disetorkan oleh nasabah terdahulu.

HUKUM ASURANSI TIJÂRI

Asuransi tijâri (yang merupakan usaha untuk mencari keuntungan) dengan semua jenisnya,
hukumnya haram,

Asuransi kesehatan adalah sebuah jenis produk asuransi yang secara khusus menjamin biaya
kesehatan atau perawatan para anggota asuransi tersebut jika mereka jatuh sakit atau mengalami
kecelakaan. Secara garis besar ada dua jenis perawatan yang ditawarkan perusahaan-perusahaan
asuransi, yaitu rawat inap (in-patient treatment) dan rawat jalan (out-patient treatment).

Asuransi Berdasarkan Jenis Perawatan

Jenis asuransi ini terdapat dua macam yaitu jenis asuransi dengan rawat jalan serta rawat inap.

 Perawatan Rawat Jalan (out-patient)

Jenis asuransi ini akan memberikan sebuah perlindungan terhadap para anggotanya yang akan
berobat jalan.

Maksudnya yaitu pasien tersebut tidak di rawat inap di rumah sakit. Pasien tersebut hanya datang
ke rumah sakit hanya untuk berobat dan kemudian biayanya akan ditanggung oleh asuransi
kesehatan tersebut.

 Perawatan Rawat Inap (in-patient)

Berbeda dengan jenis perawatan rawat jalan, jenis perawatan inap ini akan memberikan
perlindungan kepada para anggotanya yang membutuhkan rawat inap di sebuah rumah sakit.

Jadi jenis asuransi tersebut akan memberikan proteksi dari biaya berobat sampai dengan biaya
kamar rumah sakit.

Asuransi Kesehatan Berdasarkan Pengelolaan Dana


Berdasarkan mengenai pengelolaan dananya, maka asuransi dibedakan menjadi dua yaitu
asuransi yang dikelola pemerintah serta swasta.

 Asuransi yang Dikelola Pemerintah

Pemerintah sebenarnya peduli dengan kesehatan para rakyatnya, oleh sebab itu maka mereka
juga menyediakan jenis asuransi terhadap rakyatnya yang sedang membutuhkan.

Contohnya yaitu pemerintah telah menyediakan BPJS Kesehatan untuk perlindungan kesehatan
bagi para masyarakat umum. proses pengajuan tersebut mudah serta terjangkau.

 Asuransi yang Dikelola Swasta

Selain pemerintah, pihak swasta juga telah menyediakan jenis asuransi kesehatan bagi para
masyarakat.

Bebeda dengan pemerintah bahwa asuransi ini lebih megerucut serta tidak bersifat umum.

Maksudnya yaitu dalam jenis asuransi ini banyak berbagai penawaran perlindungan dengan
spesifik.

Asuransi Kesehatan Berdasarkan Keanggotaan

Asuransi kesehatan berdasarkan dengan anggotanya ini maksudnya yaitu kepemilikan asuransi
tersebut diwajibkan atau dengan sukarela bagi para anggotanya dalam suatu kelompok. Jadi, ada
asuransi wajib serta sukarela.

 Asuransi Wajib

Asuransi wajib ini merupakan jenis asuransi yang harus dimiliki oleh setiap orang karena
keanggotannya dalam sebuah perusahaan atau instansi.

Misalnya yaitu dalam sebuah perusahaan diwajibkan untuk para pegawainya mempunyai
asuransi tertentu.

 Asuransi Sukarela

Asuransi sukarela ini merupakan jenis asuransi yang tidak wajib dimiliki oleh setiap orang.
Orang tersebut dapat memilih atau mengikuti jenis asuransi tersebut atau tidak.

Asuransi kesehatan Berdasarkan Jumlah Dana Pertanggungan

Berdasarkan jumlah dari dana pertanggungannya, jenis asuransi kesehatan ini dibagi menjadi dua
yaitu asuransi me-cover semua serta menanggung biaya tinggi.

 Asuransi Kesehatan Penuh


Jenis asuransi kesehatan ini akan menanggung seluruh biaya pengobatan serta rumah sakit. Tidak
peduli dengan biaya yang tinggi maupun rendah, setiap pembayaran tersebut juga akan
ditanggung oleh para pihak asuransi.

 Asuransi Kesehatan yang Menanggung Biaya Tinggi

Jenis asuransi tersebut hanya menanggung pembayaran pengobatan serta rumah sakit dengan
jumlah yang tinggi saja.

Jumlah tersebut juga tergantung dengan penawaran asuransi serta polis yang telah diterangkan
sebelumnya.

Asuransi Kesehatan Berdasarkan Pihak Tertanggung

Asuransi kesehatan dengan berdasarkan pihak tertanggung juga dibagi menjadi dua yaitu jenis
asuransi individu dan kelompok.

 Asuransi Individu

Jenis asuransi kesehatan tersebut hanya menanggung biaya pengobatan serta rumah sakit dari
satu orang saja tidak lebih. Yaitu, nama dari orang yang terlah tertulis dalam polis asuransi
kesehatan.

 Asuransi Kelompok

Jenis asuransi kelompok ini berbeda dengan asuransi individu. Asuransi ini akan memberikan
berbagai perlindungan kepada lebih dari satu orang.

Contohnya yaitu asuransi kelompok untuk organisasi, keluarga atau perusahaan. Syaratnya yaitu
anggota kelompok tersebut minimal terdiri dari 5 orang.

Asuransi Kesehatan Berdasarkan Cara Klaim

Macam macam asuransi kesehatan beserta manfaatnya berdasarkan cara klaim, bisa silahkan
anda simak penjelasannya sebagai berikut.

 Cashless

Cashless ini merupakan jenis metode klaim asuransi dengan memakai sebuah kartu sebagai tanda
kepemilikan asuransi tersebut.
Jadi, pada saat anda berobat maka anda tinggal menunjukkan kartu asuransi tersebut kemudian
biaya pengobatan anda juga akan dialihkan ke perusahaan asuransi kesehatan.

 Reimbursement

Reimbursement merupakan jenis metode klaim asuransi yang mengharuskan para pemiliknya
tersebut membayar terlebih dahulu biaya rumah sakit serta pengobatan.

Selanjutnya para pihak asuransi tersebut akan mengganti tagihan asuransi tersebut.

Berikut adalah rincian mengapa asuransi menjadi terlarang:

1. Akad yang terjadi dalam asuransi adalah akad untuk mencari keuntungan (mu’awadhot). Jika
kita tinjau lebih mendalam, akad asuransi sendiri mengandung ghoror (unsur ketidak jelasan).
Ketidak jelasan pertama dari kapan waktu nasahab akan menerima timbal balik berupa klaim.
Tidak setiap orang yang menjadi nasabah bisa mendapatkan klaim. Ketika ia mendapatkan
accident atau resiko, baru ia bisa meminta klaim. Padahal accident di sini bersifat tak tentu, tidak
ada yang bisa mengetahuinya. Boleh jadi seseorang mendapatkan accident setiap tahunnya,
boleh jadi selama bertahun-tahun ia tidak mendapatkan accident. Ini sisi ghoror pada waktu.

Sisi ghoror lainnya adalah dari sisi besaran klaim sebagai timbal balik yang akan diperoleh.
Tidak diketahui pula besaran klaim tersebut. Padahal Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
melarang jual beli yang mengandung ghoror atau spekulasi tinggi sebagaimana dalam hadits dari
Abu Hurairah, ia berkata,

‫صا ِة َوع َْن بَي ِْع ْال َغ َر ِر‬


َ ‫ ع َْن بَي ِْع ْال َح‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫نَهَى َرسُو ُل هَّللا‬

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari jual beli hashoh (hasil lemparan
kerikil, itulah yang dibeli) dan melarang dari jual beli ghoror (mengandung unsur ketidak
jelasan)” (HR. Muslim no. 1513).

2. Dari sisi lain, asuransi mengandung qimar atau unsur judi. Bisa saja nasabah tidak
mendapatkan accident atau bisa pula terjadi sekali, dan seterusnya. Di sini berarti ada spekulasi
yang besar. Pihak pemberi asuransi bisa jadi untung karena tidak mengeluarkan ganti rugi apa-
apa. Suatu waktu pihak asuransi bisa rugi besar karena banyak yang mendapatkan musibah atau
accident. Dari sisi nasabah sendiri, ia bisa jadi tidak mendapatkan klaim apa-apa karena tidak
pernah sekali pun mengalami accident atau mendapatkan resiko. Bahkan ada nasabah yang baru
membayar premi beberapa kali, namun ia berhak mendapatkan klaimnya secara utuh, atau
sebaliknya. Inilah judi yang mengandung spekulasi tinggi. Padahal Allah jelas-jelas telah
melarang judi berdasarkan keumuman ayat,

َ‫صابُ َواَأْل ْزاَل ُم ِرجْ سٌ ِم ْن َع َم ِل ال َّش ْيطَا ِن فَاجْ تَنِبُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬
َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ َآ َمنُوا ِإنَّ َما ْال َخ ْم ُر َو ْال َم ْي ِس ُر َواَأْل ْن‬
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, maysir (berjudi),
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan.
Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan” (QS. Al Maidah:
90). Di antara bentuk maysir adalah judi.

3. Asuransi mengandung unsur riba fadhel (riba perniagaan karena adanya sesuatu yang
berlebih) dan riba nasi’ah (riba karena penundaan) secara bersamaan. Bila perusahaan asuransi
membayar ke nasabahnya atau ke ahli warisnya uang klaim yang disepakati, dalam jumlah lebih
besar dari nominal premi yang ia terima, maka itu adalah riba fadhel. Adapun bila perusahaan
membayar klaim sebesar premi  yang ia terima namun ada penundaan, maka itu adalah riba
nasi’ah (penundaan). Dalam hal ini nasabah seolah-olah memberi pinjaman pada pihak asuransi.
Tidak diragukan kedua riba tersebut haram menurut dalil dan ijma’ (kesepakatan ulama).

4. Asuransi termasuk bentuk judi dengan taruhan yang terlarang. Judi kita ketahui terdapat
taruhan, maka ini sama halnya dengan premi yang ditanam. Premi di sini sama dengan taruhan
dalam judi. Namun yang mendapatkan klaim atau timbal balik tidak setiap orang, ada yang
mendapatkan, ada yang tidak sama sekali. Bentuk seperti ini diharamkan karena bentuk judi
yang terdapat taruhan hanya dibolehkan pada tiga permainan sebagaimana disebutkan dalam
hadits Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ق ِإالَّ فِى نَصْ ٍل َأوْ ُخفٍّ َأوْ َحافِ ٍر‬


َ َ‫الَ َسب‬

“Tidak ada taruhan dalam lomba kecuali dalam perlombaan memanah, pacuan unta, dan
pacuan kuda” (HR. Tirmidzi no. 1700, An Nasai no. 3585, Abu Daud no. 2574, Ibnu Majah no.
2878. Dinilai shahih oleh Syaikh Al Albani). Para ulama memisalkan tiga permainan di atas
dengan segala hal yang menolong dalam perjuangan Islam, seperti lomba untuk menghafal Al
Qur’an dan lomba menghafal hadits. Sedangkan asuransi tidak termasuk dalam hal ini.

5. Di dalam asuransi terdapat bentuk memakan harta orang lain dengan jalan yang batil. Pihak
asuransi mengambil harta namun tidak selalu memberikan timbal  balik. Padahal dalam akad
mu’awadhot (yang ada syarat mendapatkan keuntungan) harus ada timbal balik. Jika tidak, maka
termasuk dalam keumuman firman Allah Ta’ala,

‫اض ِم ْن ُك ْم‬ َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ َآ َمنُوا اَل تَْأ ُكلُوا َأ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَا ِط ِل ِإاَّل َأ ْن تَ ُكونَ تِ َج‬
ٍ ‫ارةً ع َْن تَ َر‬

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku saling ridho di antara kamu”
(QS. An Nisa’: 29). Tentu setiap orang tidak ridho jika telah memberikan uang, namun tidak
mendapatkan timbal balik atau keuntungan.

6. Di dalam asuransi ada bentuk pemaksaan tanpa ada sebab yang syar’i. Seakan-akan nasabah
itu memaksa accident itu terjadi. Lalu nasabah mengklaim pada pihak asuransi untuk
memberikan ganti rugi padahal penyebab accident bukan dari mereka. Pemaksaan seperti ini
jelas haramnya.

https://almanhaj.or.id/2589-asuransi-dan-hukumnya.html
KESIMPULAN

Asuransi adalah pertanggungan atau perjanjian antara dua belah pihak, dimana pihak satu
berkewajiban membayar iuran/kontribusi/premi. Pihak yang lainnya memiliki kewajiban
memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran/kontribusi/premi apabila terjadi
sesuatu yang menimpa pihak pertama atau barang miliknya sesuai dengan perjanjian yang sudah
dibuat)

Asuransi kesehatan adalah sebuah jenis produk asuransi yang secara khusus menjamin biaya
kesehatan atau perawatan para anggota asuransi tersebut jika mereka jatuh sakit atau mengalami
kecelakaan. Secara garis besar ada dua jenis perawatan yang ditawarkan perusahaan-perusahaan
asuransi, yaitu rawat inap (in-patient treatment) dan rawat jalan (out-patient treatment). Asuransi
berdasarkan jenis perawatan yaitu

 Perawatan Rawat Jalan (out-patient)


 Perawatan Rawat Inap (in-patient)

Asuransi Kesehatan Berdasarkan Pengelolaan Dana

 Asuransi yang Dikelola Pemerintah

 Asuransi yang Dikelola Swasta

Asuransi Kesehatan Berdasarkan Keanggotaan

 Asuransi Wajib

 Asuransi Sukarela

Asuransi kesehatan Berdasarkan Jumlah Dana Pertanggungan

 Asuransi Kesehatan Penuh

 Asuransi Kesehatan yang Menanggung Biaya Tinggi

Asuransi Kesehatan Berdasarkan Pihak Tertanggung

 Asuransi Individu

 Asuransi Kelompok

Asuransi Kesehatan Berdasarkan Cara Klaim

 Cashless

 Reimbursement

Berikut adalah rincian mengapa asuransi menjadi terlarang:


1. Akad yang terjadi dalam asuransi adalah akad untuk mencari keuntungan (mu’awadhot).
2. Dari sisi lain, asuransi mengandung qimar atau unsur judi
3. Asuransi mengandung unsur riba fadhel (riba perniagaan karena adanya sesuatu yang
berlebih) dan riba nasi’ah (riba karena penundaan) secara bersamaan
4. Asuransi termasuk bentuk judi dengan taruhan yang terlarang.
5. Di dalam asuransi terdapat bentuk memakan harta orang lain dengan jalan yang batil.
6. Di dalam asuransi ada bentuk pemaksaan tanpa ada sebab yang syar’i.

Anda mungkin juga menyukai