Anda di halaman 1dari 12

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM EKONOMI PEMBANGUNAN

Ainun Nufus

221410146

Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten

anandaainunnufus@gmail.com

Abstrak

Pancasila adalah sebuah dasar dari visi kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Implementasi pancasila
dalam bidang ekonomi sebagai pembangunan ekonomi nasional, yang sebenarnya merupakan tujuan nasional
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ilmu Ekonomi Pembangunan mengacu pada masalah-masalah perkembangan
ekonomi di negara-negara terbelakang. Jenis penelitian ini merupakan penelitian library research (studi
perpustakaan) dan meteode penulisan yang digunakan yakni deskriptif kualitatif. Sumber rujukan primer yaitu
membaca dan menulis serta mengolah bahan penelitian yang ada di pustaka seperti buku, referensi, artikel jurnal,
berita dan lainnya. Ekonomi menurut Pancasila berdasarkan asas kebersamaan, kekeluargaan artinya walaupun
terjadi persaingan namun tetap dalam tujuan bersama sehingga tidak terjadi persaingan bebas yang saling
mematikan. Menurut Mubyarto Sistem Ekonomi Pancasila adalah “aturan main” kehidupan ekonomi atau
hubungan-hubungan ekonomi antar pelaku-pelaku ekonomi yang didasarkan pada etika atau moral Pancasila dengan
tujuan akhir mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila disini memiliki peran penting
sebagai falsafah bangsa Indonesia untuk menjaga penerapan nilai-nilai luhur dan rasa keadilan masyarakat serta
menyaring ideologi maupun metode-metode lain yang curang dan tidak jujur.

Kata kunci: Pancasila; Implementasi Pancasila; Ekonomi Pembangunan.

PENDAHULUAN

Pancasila adalah sebuah dasar dari visi kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Kedudukan dan fungsi
Pancasila sangat penting bagi kepribadian bangsa, jiwa, ideologi, bangsa, kesepakatan luhur, kepribadian Indonesia,
serta tujuan nasional. Kita sebagai warga negara Indonesia, sudah seharusnya tahu bahwa yang menjadi Ideologi
Indonesia merupakan Pancasila. Selain Pancasila merupakan pedoman bagi seluruh masyarakat Indonesia dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa juga bernegara, Pancasila ini merupakan nilai-nilai luhur yang perlu kita hayati
dengan sepenuh hati. Penghayatan mengenai nilai-nilai Pancasila tersebut jika dipelajari secara mendalam akan
membuat kita lebih memperkuat jati diri, karakter juga identitas kita yang memiliki sikap atau kepribadian
Pancasila.
Implementasi pancasila dalam bidang ekonomi sebagai pembangunan ekonomi nasional, yang sebenarnya
merupakan tujuan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia. Implementasi pancasila dibidang ekonomi saat ini
lebih didasarkan pada nilai-nilai moral. Hakikat nilai-nilai luhur tersebut telah menjadi pedoman bagi bangsa
Indonesia selama berabad-abad. Pancasila sebagai pedoman hidup bangsa Indonesia harus selalu dipatuhi dan
dijadikan pedoman dalam berinteraksi antar individu maupun kelompok, yang seringkali diabaikan dalam kehidupan
bangsa Indonesia. Akibat masuknya aset global dari berbagai belahan dunia, eksistensi Pancasila kini terancam
karena kebebasan yang berlebihan.

Ilmu Ekonomi Pembangunan mengacu pada masalah-masalah perkembangan ekonomi di negara-negara


terbelakang. Kendati studi perkembangan ekonomi telah menarik perhatian para ahli ekonomi sejak Kaum
Merkantilis dan Adam Smith sampai Marx dan Keynes, namun mereka hanya tertarik pada masalah yang pada
hakikatnya bersifat statis dan umumnya lebih dikaitkan dengan kerangka acuan lembaga budaya atau sosial Eropa
Barat. Baru pada tahun empat puluhan dan khususnya sesudah Perang Dunia II, para ahli ekonomi mulai
mencurahkan perhatiannya pada masalah negara terbelakang. Perhatian mereka di dalam ekonomi pembangunan
lebih didorong oleh gelombang kebangkitan politik yang melanda bangsa Asia dan Afrika sesudah Perang Dunia II.
Keinginan negara ini untuk melancarkan pembangunan ekonomi yang cepat dibarengi dengan kesadaran bangsa-
bangsa di negara maju bahwa "kemiskinan di suatu tempat merupakan bahaya bagi kemakmuran di mana pun," telah
membangkitkan minat pada subyek ini. Sebagaimana Meier dan Baldwin katakan: "Pengkajian mengenai
kemiskinan bangsa-bangsa bahkan terasa lebih mendesak daripada pengkajian kemakmurannya."

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan penelitian library research (studi perpustakaan), yaitu serangkaian kegiatan
yang berkenan dengan perpustakaan. Meteode penulisan yang digunakan yakni deskriptif kualitatif, deskriptif yaitu
suatu rumusan masalah yang memandu penelitian untuk mengeksplorasi atau memotret situasi sosial yang akan
diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam. Sumber rujukan primer yaitu membaca dan menulis serta mengolah
bahan penelitian yang ada di pustaka seperti buku, referensi, artikel jurnal, berita dan lainnya. Penelitian ini
merupakan metode kualitatif. Sebagaimana menurut Lexy J. Meleong, metode kualitatif ini sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data dekriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang dapat diamati.
Pembahasan yang utama adalah tentang implementasi pancasila dalam ekonomi pembangunan serta penjelasan dari
hal tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk membahas suatu implementasi pancasila dalam ekonomi
pembangunan.

PEMBAHASAN

Sistem Hukum Ekonomi Indonesia yang Berlandaskan pada Nilai-Nilai Pancasila


Nilai-nilai Pancasila sebagaimana dinyatakan dalam Tap MPRS No.XX/MPRS/1966, pada hakikatnya
adalah pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum serta cita-cita moral luhur yang meliputi suasana kejiwaan,
serta watak bangsa Indonesia. Dilihat dari kedudukannya, Pancasila sumber hukum yang paling tinggi, yang berarti
menjadikan Pancasila sebagai ukuran dalam menilai hukum di Indonesia. Aturan-aturan hukum yang diterapkan
dalam masyarakat harus mencerminkan kesadaran dan rasa keadilan sesuai dengan kepribadian dan falsafah hidup
bangsa Indonesia.

Pancasila secara dinamis dapat memenuhi tuntutan perkembangan zaman yang akan terus bergerak maju.
Dalam pembangunan sistem hukum ekonomi nasional, maka harus mengacu pada :

1. Pancasila

Pancasila sebagai landasan awal dari politik hukum dan peraturan per-UU ini dimaksudkan agar
kebijakannya sejalan sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat Indonesia dengan tetap membuka diri
terhadap berbagai hal-hal yang positif yang diharapkan akan membawa kemajuan.

2. UUD 1945

Merupakan landasan formal dan konstitusional dalam politik hukum dan peraturan Perundang-undangan
sehingga setiap kebijakannya mendapatkan legitimasi konstitusional sebagai salah satu bentuk penjabaran negara
berdasarkan atas hukum (rechtsstaat) dan asas konstitusionalisme.

3. Peraturan atau Kebijakan implementatif dari politik peraturan perundang-undangan

Yang dimaksud disini adalah peraturan atau kebijakan yang memuat aturan-aturan yang berkaitan dengan
politik hukum dan peraturan Perundang-undangan yang bersifat implementatif dari landasan filosofis,
konstitusional, operasional, formal, dan procedural.

Sistem Ekonomi Pancasila

Ekonomi Pancasila adalah sebuah sistem ekonomi yang digali dan berlandaskan pada ideologi Pancasila,
sebuah sistem perekonomian yang digali lima sila dari Pancasila yakni sistem ekonomi yang digali dan dibangun
dari nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia menganut demokrasi ekonomi.
Tindakan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan kemakmuran masyarakat dengan berpegang pada politik
ekonomi. Politik dan ekonomi merupakan suatu hal yang penting, politik dan ekonomi harus sejalan, mendorong
ekonomi untuk kemakmuran yang meliputi segala yang diinginkan manusia untuk memperoleh penghidupan yang
lebih sempurna. Politik yang tidak ditunjang ekonomi tidak akan berjalan lancar bila tidak ditunjang oleh
pergerakkan politik.

Sistem ekonomi Pancasila dijiwai oleh ideologi Pancasila berazaskan kekeluargaan dan gotongroyong,
sesuai dengan falsafah bangsa Indonesia yang berlandaskan Pancasila, memberikan kebebasan kepada setiap warga
negara untuk berusaha atau membangun usaha perekonomian. Pancasila merupakan ideologi dan pandangan hidup
bangsa, maka Pancasila dengan berbagai silanya merupakan landasan etika politik ekonominya yakni landasan
moral spiritual dikembangkan pedoman dasar strategi dan kebijakan pembangunan nasional.

Tidak dapat disangkal bahwa hangatnya polemik tentang sistem ekonomi Indonesia sekitar tahun 1980-an
berkisar kepada gagasan Mubyarto mengenai Sistem Ekonomi Pancasila (SEP) sebenarnya telah dilontarkan lebih
dulu oleh Emil Salim dalam suatu artikel pada harian Kompas tanggal 30 Juni 1996. Buku “Membangun Sistem
Ekonomi” karya Mubyarto menegaskan betapa konsistennya Pak Muby, demikian dia biasa dipanggil, dalam
memperkenalkan dan mempopulerkan sistem ekonomi yang pas dan khas bagi Indonesia.

Di kalangan para pakar terdapat dua cara pandang terhadap SEP. Pertama, jalur yuridis formal, yang
berangkat dari keyakinan bahwa landasan hukum SEP adalah pasal 33 UUD 1945, yang dilatarbelakangi oleh jiwa
Pembukaan UUD 1945 dan dilengkapi oleh pasal 23, 27 ayat 2, 34, serta penjelasan pasal 2 UUD 1945. Pelopor
jalur ini, misalnya adalah Sri-Edi Swasono dan Potan Arif Harahap.

Jalur kedua adalah jalur orientasi, yang menghubungkan sila-sila dalam Pancasila. Termasuk dalam kubu
inilah adalah Emil Salim, Mubyarto, dan Sumitro Djojohadikusumo. Pada dasarnya mereka menafsirkan SEP
sebagai sistem ekonomi yang berorientasi pada sila I, II, III, IV, dan V.

Perbandingan SEP versi Emil Salim, Mubyarto, dan Sumitro Djojohadikusumo

SIL EMIL SALIM MUBYARTO SUMITRO


A DJOJOHADIKUSUMO
I Mengenal etika dan moral Roda perekonomian digerakkan Ikhtiar untuk senantiasa hidup
agama oleh rangsangan ekonomi, sosial, dekat dengan Tuhan Yang Maha
dan moral Esa
II Titik berat pada nuansa Ada kehendak kuat dari Ikhtiar untuk mengurangi &
manusiawi dalam menggalang masyarakat untuk mewujudkan memberantas kemiskinan dan
hubungan ekonomi dalam kemerataan sosial (egalitarian), pengangguran dalam penataan
perkembangan masyarakat sesuai asas kemanusiaan perekonomian masyarakat
III Membuka kesempatan Nasionalisme menjiwai setiap Pola kebijakan ekonomi & cara
ekonomi secara adil bagi kebijaksanaan ekonomi penyelenggaraannya tidak
semua, lepas dari kedudukan menimbulkan kekuatan yang
suku, agama, ras, atau daerah mengganggu persatun bangsa &
kesatuan negara
IV Bermuara pada pelaksanaan Koperasi merupakan sokoguru Rakyat berperan dan
demokrasi ekonomi & politik perekonomian dan merupakan berpartisipasi aktif dalam usaha
bentuk paling kongrit dari usaha pembangunan
bersama
V Memberi warna egalitarian dan Imbangan yang tegas antara Pola pembagian hasil produksi
social equity dalam proses perencanaan ditingkat nasional lebih merata antar golongan,
pembangunan dan desentralisasi daerah, kota-desa

Jalur ketiga adalah rekonstruktursionis-konstitusional yang bertujuan menstransformasikan ekonomi rakyat


yang tradisional dan kapitalisme-kolonial menjadi ekonomi modern yang berbasis koperasi yang diamanatkan oleh
konstitusi dengan ciri:

1) SEP mengutamakan kemakmuran masyarakat, bukan orang-seorang;


2) SEP berlandaskan demokrasi ekonomi yang sesuai dengan pasal 33 UUD 1945 dengan syarat adanya
partisipasi total dari rakyat dalam pembangunan nasional, diikutsertakan dalam kepemilikan, proses
produksi, dan menikmati hasil produksinya;
3) Adanya perencanaan ekonomi nasional sebagai diamanahkan dalam pasal 33 ayat 2 dan UUD 1945 dan
GBHN;
4) Negara berperan dalam menciptakan lapangan kerja, membuat kebijakan dalam bidang ekonomi dan
menegakkan pelaksanaanya, melaksanakan pelayanan kepada keluarga yang sangat miskin dan tidak
sanggup bekerja secara produktif, serta melakukan perkuatan usaha ekonomi rakyat melalui koperasi;
5) Membentuk dan memperkuat BUMN yang berusaha dicabang produksi yang penting dan menguasai hajat
hidup orang banyak;
6) Menerapkan sistem ekonomi pasar yang berazaskan kekeluargaan dan kemitraan yang setara antara pelaku
ekonomi (BUMN, koperasi, swasta) sebagai pelaksanaan pasal 33 ayat UUD 1945;
7) Koperasi harus menjadi soko guru ekonomi rakyat dan menjadi jiwa dari BUMN dan swasta; serta
8) Swasta berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja.

Menurut Mubyarto Sistem Ekonomi Pancasila adalah “aturan main” kehidupan ekonomi atau hubungan-
hubungan ekonomi antar pelaku-pelaku ekonomi yang didasarkan pada etika atau moral Pancasila dengan tujuan
akhir mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Ciri Ekonomi Pancasila menurut Mubyarto :

a. Pengembangan koperasi penggunaan insentif sosial dan moral.


b. Komitmen pada upaya pemerataan.
c. Kebijakan ekonomi nasionalis.
d. Keseimbangan antara perencanaan terpusat.
e. Pelaksanaan secara terdesentralisasi.

Sistem Ekonomi Pancasila adalah keseluruhan lembaga-lembaga ekonomi yang dilaksanakan atau
dipergunakan oleh Bangsa Indonesia dalam mencapai cita-cita yang telah ditetapkan. Landasan idiil sistem ekonomi
Indonesia adalah Pancasila dan UUD 1945. Maka dari itu sistem ekonomi Indonesia adalah sistem ekonomi yang
berorientasi kepada Ketuhanan Yang Maha Esa (berlakunya etik dan moral agama); Kemanusiaan yang adil dan
beradab (tidak mengenal pemerasan atau eksploitasi); Persatuan Indonesia (berlakunya kebersamaan, asas
kekeluargaan, sosio-nasionalisme, serta sosio-demokrasi dalam ekonomi); Kerakyatan (mengutamakan kehidupan
ekonomi rakyat dan hajat hidup orang banyak); serta Keadilan Sosial (adanya persamaan/emansipasi, kemakmuran
masyarakat yang utama bukan kemakmuran orang perorangan). Dalam sistem ekonomi Pancasila keadilan menjadi
sangat utama dalam sistem ekonomi Indonesia.

Kelebihan sistem ekonomi Pancasila adalah diantaranya:

a. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar asas kekeluargaan;


b. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup rakyat banyak dikuasai oleh
negara;
c. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan digunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat;
d. Sumber-sumber kekayaan dan keuangan negara digunakan dengan permuwakafan lembaga perwakilan
rakyat serta pengawasan terhadap kebijakannya ada pada lembaga perwakilan rakyat pula;
e. Warga negara memiliki kebebasan dalam memilih pekerjaan yang dikehendaki serta mempunyai hak akan
pekerjaan dan penghidupan yang layak;
f. Hak milik perorangan diakui dan pemanfaatannya tidak boleh bertentangan dengan kepentingan
masyarakat;
g. Potensi, inisiatif dan daya kreasi setiap warga negara dikembangkan sepenuhnya dalam batas yang tidak
merugikan kepentingan umum;
h. Fakir miskin dan anak terlantar diurus dan dijamin oleh negara.

Sedangkan kekurangannya adalah diantaranya:

a. Sistem free fight liberalism (sistem persaingan bebas yang saling menghancurkan);
b. Sistem terpusat, yang dapat mematikan potensi, kreasi, dan inisiatif warga masyarakat;
c. Pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam bentuk monopoli yang merugikan masyarakat

Model Pembangunan Ekonomi di Dunia

Jika mengamati perkembangan Negara-negara Industri Maju (NIM) sekarang, seperti Amerika Serikat
(AS), Uni Eropa (UE) dan Jepang, dapat kita simpulkan bahwa masing-masing negara tersebut masuk dalam
kategori “Model Pembangunan” yang berbeda. AS adalah sebuah Model Liberal-Kapitalis karena ciri-ciri peran
swasta dan pasar yang dominan dan relative keilnya peran negara dalam intervensi ekonomi dan sosial serta hamper
absennya peran serikat nuruh dan sistem jaminan social. UE umumnya adalah kelompok negara-negara dalam
kategori Model Sosial-Demokrat (meski pemerintah negara-negara anggotanya tak seluruhnya berasal dari partai
sosialis/buruh). Hal itu krena meski peran swasta dan mekanisme psarnya relative kuat, namun peran Negara juga
sangat dan peran serikat buruh serta system jaminan sosialnya sangat kuat untuk secara bersama-sama (negara,
buruh, dan system jaminan sosial) mengoreksi kegagalan pasar dalam rangka kebijakan redistribusi pendapatan,
melindungi kelompok masyarakat miskin dan menciptakan kesejahteraan sosial.
Sementara Jepang dengan kemajuan ekonomi dan industrinya yang setara dengan AS dan UE, tetapi model
pembangunannya unik dan khas Asia. Jika di AS dan UE, antara Negara dan Swasta serta mekanisme pasar menjadi
entitas uang terpisah dan berinteraksi secara dialektris (saling koreksi dan konfliktual) serta hampir absennya peran
agama (menjadi hanya urusan pribadi) dan telah terhapusnya nilai-nilai tradisional oleh modernisasi dan karenanya
kudua negara tersebut mengembangkan Sekularisme yang memisahkan antara negara sebagai urusan publik dan
agama sebagai urusan pribadi. Sementara, dalam model Jepang. Negara, swasta, dan pasar bekerjasama sehingga
dikenallah apa yang disebut “Japan Incorporation” dengan peran kultur trdisional dan agamanya yang sangat kuat
beriringan dengan modernisasi, pembangunan ekonomi, dan industrinya. Sementara kesamaan dari ketiga model
pembangunan tersebut, peran Iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) sangat menentukan kemajuan ekonominya
(knowledge based economy).

Prospek Ekonomi Indonesia

Dalam melihat masa depan ekonomi Indonesia, ada baiknya direnungkan Kembali pemikiran ekonomi
Bung Hatta sebagai “Bapak Bangsa” yang pokok-pokok pemikirannya amat visioner dan komprehensif. Pemikiran
ekonomi Bung Hatta tersebut, menurut banyak studi telah tertuang dalam psal-pasal ekonomi UUD 1945, terutama
pasal-pasal 27 (ayat 2), 33 (ayat 1, 2, dan 3), dan 34 (ayat 1) dan merupakan sebuah Mazhab Pemikiran Ekonomi
berbasis Konstitusi.

Dengan melihat prinsip-prinsip tersebut, sistem ini sangat dekat dengan gagasan “Negara Kesejahteraan”
yang merupakan bentuk “ekonomi kekeluargaan yang modern”, dimana peran negara yang besar dengan
pemerintahan yang efisien dan berih untuk menyejahterakan rakyat dengan memerankan empat peran seperti yang
disebut sebelumnya. Juga bersamaan dengan mekanisme pasar yang menghasilkan pelaku ekonomi (BUMN, swasta,
dan Koperasi) yang efisien dan efektif sehingga perekonomian berkemampuan menjmin kesempatan kerja penuh
dan menghapus kemiskinan serta berjalannya “sistem jaminan sosial”. Sistem ini telah dipertontonkan sebagai
model yang dapat dicontoh bisa seperti Eropa Utara dan Barat (Western Model, WM) atau Jepang (Asian Model,
JM).

Macam-Macam Strategi Pembangunan Ekonomi

1) Strategi Pembangunan Seimbang

Strategi pembangunan ekonomi memiliki makna bagaikan pembangunan beberapa macam industri yang
dilakukan bersamaan dan akhirnya industri-industri tersebut bisa membentuk sebuah pasar. Keseimbangan
pembangunan di berbagai macam bagian seperti bagian pertanian, bagian domestik, bagian produksi dan bagian
lainnya, juga salah satu pengertian dari strategi pembangunan seimbang. Maksud dari sebutan tersebut ialah teori
pembangunan seimbang ini mengwajibkan untuk semua macam bagian ekonomi untuk membangun secara bersama-
sama dengan terpadu agar semua bagian berkembang dengan serempak. Maka dari itu perlu adanya keteraturan
untuk dua sisi ini yaitu bagian permintaan dan penawaran.
Pada bagian penawaran sendiri bertugas dalam membagikan desakan pada pembangunan bersama dari
semua bagian yang berhubungan serta mempunyai fungsi yaitu meningkatkan penawaran barang. Untuk sisi
permintaan menyediakan peluang untuk kerja yang besar dan menambahkan pendapat untuk permintaan barang
serta jasa bisa tumbuh. Jika industri-industri ini dibangun secara bersamaan maka akan menyerap tenaga kerja yang
besar dan akan menciptakan permintaan barang yang banyak dan akhimya barang akan habis terjual.

Pembangunan seimbang ini bertujuan menjaga proses pembangunan sehingga tidak akan menghadapi
kesulitan dalam mendapatkan bahan baku, pekerja, air maupun listrik serta alat untuk mengangkut hasil produksi ke
pasar. Maka bisa disimpulkan bahwa upaya pembangunan guna menata program pemodalan sebaik mungkin agar
pada setiap proses pembangunan masalah-masalah tidak akan ada baik dari sisi penawaran ataupun permintaan
disebut pembangunan seimbang. Tingkat investasi haruslah besar dan jauh melampaui ambang permodalan yang
dilakukan pada sebelum upaya pembangunan dilaksanakan jika memung ingin melaksanakan pembangunan
seimbang karena hal tersebutlah maka teori pembangunan seimbang ini disebut sebagai big pushtory (oori usaha
besar-besaran).

Hirschman, Strecken, Singer, dan Fleming banyak memberikan kritikan terhadap teori pembungan
seimbang. Singer mengkritik bahwa pada pandangan teori pembangunan seimbang yaitu menekankan menciptakan
pembangunan bersama pada berbagai bidang melupakan bidang pertanian. Pada bidang pertanian sangat susah
memenuhi permintaan pertambahan bulan pangan dan bahan baku untuk bidang industri, maka teori ini menurutnya
harus diperluas lagi agar bidang pertahanan bisa memenuhi permintaan kenaikan pada bidang industri. Walaupun
begitu Singer tidak sepenuhnya yakin NSB bisa menyediakan sumber daya yang besar apalagi masalah utama yang
terjadi di negara-negara sedang berkembang ialah kurangnya sumber daya yang ada. Namun bukan berarti Singer
menolak pandangan teori tersebut, karena pandangan tersebut memperlihatkan berharganya pengembangan pasar
serta kaitan yang intim antar pabrik saat membuat eksteralitas ekonomi. Singer dan Hirschman sebenarnya sama
pendapat tentang pembangunan seimbang.

Menurut Hirschman, teori ini tidak melihat bahwa kegiatan industri modern telah perlahan berkembang dan
sudah bisa menciptakan industri rumah tangga yang biasanya diimpor. Teori tersebut juga melupakan bahwa hasil
industri modern mengalami kenaikan pada pengeluaran sehingga tabungan mereka berkurang serta menjadikan
mereka lebih giat dalam bekerja. Jadi menurutnya pandangan tentang harusnya ada pembangunan seimbang tidak
lah seserius itu. Hirschman juga tidak yakin NSB bisa melancarkan program pembangunan dengan tidak adanya
dukungan dari luar, sebab hal ini mengharapkan daya ahi yang banyak dan NSB tidak mungkin mampu. Jika
kawasan telah sanggup melakukan prinsip pembangunan seimbang, lalu kawasan tersebut tidak NSB lagi.
Hirschman (dan Flening) juga bisa menciptakan ektemalitas disekonomis. Contohnya hal ini akan mengubah
bagaimana cara masyarakat bekerja. Hal ini akan menimbulkan kerugian untuk masyarakat. Kalau sampai hal
tersebut terjadi maka menciptakan baya sosial (social cost) bagi masyarakat.

2) Strategi Pembangunan Tak Seimbang


Hirschman dan Streeten mengatakan pembangunan tak seimbang ini akan searah untuk mengembangkan
kegiatan pembangunan di NSB. Hirschman mengatakan model ini didasari seputar pertimbangan, seperti:

1. Pembangunan ekonomi yang ada modelnya tidak seimbang secara sejarah


2. Agar meningkatkan ketepatan penggunaan sumber daya yang ada, dan
3. Pembangunan tak seimbang akan menciptakan kemacetan (blottlenecks) atau rintangan dalam proses
pertimbangan yang nantinya akan menjadi penggerak bagi pembangunan selanjutnya.

Hirschman menyatakan beragam bidang kesatuan ekonomi mengalami perkembangan atas percepatan yang
bertentangan apabila dipantau kegiatan pembangunan yang berjalan sedang kurun waktu tertentu, yang berarti
pembangun berlangsung dengan produktif tidak seimbang. Kemajuan bimbingan pemimpin akan mendorong
perkembangan bidang lain, serupa juga perkembangan pada suatu pabrik akan mendorong perkembangan bidang
lain, serupa juga perkembangan pada suatu pabrik akan mendorong perkembangan pabrik lainnya mempunyai
keterkaitan kuat dengan pabrik yang sedang mengalami kemajuan tersebut. Kemajuan ini makin sejalan jika
dilakukan di NSB sebab kawasan-kawasan ini mempunyai kesulitan dalam kurangnya sumber daya. Seraya
menjalankan kegiatan pembangunan tak seimbang ini bahwa upaya pembangunan pada kurun waktu tertentu
dipusatkan untuk memajukan investasi yang termotivasi pada beberapa bidang pada waktu berikutnya, sehingga
sumber daya yang langka ini bisa dipakai pada setiap bagian pembangunan secara lebih sesuai di setiap
pembangunan. Pembangunan tak seimbang ini akan menimbulkan provokasi serta ketidakseimbangan pada proses
ekonomi yang akan memerankan acuan agar dilaksanakannya penanaman modal yang lebih besar di masa depan.
Maka dari itu, perkembangan tak seimbang akan memacu pembangunan ekonomi pada kurun waktu yang akan
datang.

Hirschman menganalisis teori pembangunan tak seimbang dan persoalan pokok yang ada yaitu apa saja
cara yang diperlukan untuk menentukan yang mana proyek pertama yang harus didahulukan pembangunannya,
diketahui proyek tersebut perlu modal dan sumber daya lain melebihi yang ada, karena hal tersebut bisa
menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang maksimal. Substitution choices dan postponement choices merupakan
cara pengalokasian sumber daya.

Cara pilihan pengganti merupakan model agar bisa memastikan rencana mana yang harus dilaksanakan.
Cara pilihan penundaan merupakan cara untuk memastikan barisan rencana yang akan dilakukan. Berdasarkan
prinsip tersebut, Hirschman menganalisis masalah alokasi sumber daya antar bidang prasarana dengan bidang
industri yang bisa menghasilkan langsung barang yang dibutuhkan masyarakat. Adapun cara pendekatan yang bisa
dilakukan dalam pengembangan 2 sektor ini ialah dengan 3 cara pendekatan yaitu pembangunan seimbang antara
kedua bidang tersebut pembangunan tak seimbang dimana penekanan lebih pada pembangunan bidang prasarana
dan yang terakhir pembangunan tak seimbang dimana penekanan lebih dibidang produktif. Kebanyakan NSB
memprogram pembangunan lebih sering ditekankan pada pembangunan prasarana untuk mempercepat
pembangunan produktif. Namun menurut Hirschmun lebih baik mendahulukan pembangunan sektor produktif
karena cara ini bisa menghindari pemborosan penggunaan prasarana.
Dalam sektor produktif mekanisme pendorong pembangunan (inducement mechanism) yang tercipta akibat
hubungan antara berbagai industri yang menyediakan barang yang nantinya digunakan sebagai bahan mentah oleh
industri lainnya menurut Hirschman bisa dibedakan menjadi 2 macam. Pertama pengaruh keterkaitan ke belakang
(backward lingkage effects) yang memiliki arti jenjang rangsangan yang dihasilkan bagi pembangunan suatu pabrik
terhadap perkembangan pabrik yang mempersiapkan bahan baku untuk pabrik tersebut. Kedua yaitu pengaruh
koneksi ke hadapan yaitu tingkat rangsangan yang dihasilkan oleh pembangunan suatu pabrik terhadap
perkembangan pabrik yang memanfaatkan barang pabrik utama sebagai data bukunya. Hirschman mengatakan
terdapat 2 golongan yang dikelompokkan berdasarkan besamya tingkat keterkaitan antar pabrik satelit dan pabrik
non satelite.

Karakteristik pabrik satelit yang bisa memastikan apakah suatu pabrik itu satelit ataupun tidak yaitu:

1. Lokasinya antar industri tersebut dengan industri induk (utama) berdekatan agar meningkatkan efesiensi
kegiatannya.
2. Menggunakan input barang-barang pabrik utama maupun menciptakan barang masukan dan pabrik induk
namun tidak masukan utama.
3. Pabrik induk pembangunan lebih besar dari pabrik tersebut.

Kaitan ke belakang atau ke depan bisa merangsang perkembangan kedua golongan industri tersebut yang
disebabkan oleh pembangunan suatu pabrik utama. Perkembangan pabrik satelit atau non satelit bisa dilarang oleh
pembangunan suatu industri induk. Pertumbuhan pabrik utama jelas memajukan perkembangan pabrik satelitnya
namun pabrik non satelit baru akan terpengaruh hanya bila pabrik-pabrik menggunakan barangnya meningkat secara
bersamaan agar tercipta pekan yang loyal berkembang bagi produk pabrik non satelit tersebut.

PENUTUP

Menurut Mubyarto Sistem Ekonomi Pancasila adalah “aturan main” kehidupan ekonomi atau hubungan-
hubungan ekonomi antar pelaku-pelaku ekonomi yang didasarkan pada etika atau moral Pancasila dengan tujuan
akhir mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila disini memiliki peran penting sebagai
falsafah bangsa Indonesia untuk menjaga penerapan nilai-nilai luhur dan rasa keadilan masyarakat serta menyaring
ideologi maupun metode-metode lain yang curang dan tidak jujur.

Ekonomi menurut Pancasila berdasarkan asas kebersamaan, kekeluargaan artinya walaupun terjadi
persaingan namun tetap dalam tujuan bersama sehingga tidak terjadi persaingan bebas yang saling mematikan.
Penerapan Pancasila dalam bidang ekonomi yaitu dengan menerapkan sistem ekonomi Pancasila yang menekankan
pada harmoni dalam mekanisme harga dan sosial, bukan pada mekanisme pasar yang bersasaran ekonomi
kerakyatan agar rakyat bebas dari kemiskinan, keterbelakangan, penjajahan/ketergantungan, rasa was-was, dan rasa
ketidakadilan dalam kegiatan ekonomi yang menyangkut hajat hidup orang banyak.
Ilmu Ekonomi Pembangunan mengacu pada masalah-masalah perkembangan ekonomi di negara-negara
terbelakang.

REFERENSI

Agusalim, Leslari., dkk. 2014. Rekontruksi Ekonomi Pancasila sebagai Perwujudan Keberlanjutan Pembangunan
Naional. Jurnal Kesejahteraan Sosial, Vol 1 No 01

Amalia, Fitri., dkk. 2022. Ekonomi Pembangunan. Bandung: Penerbit Widina

Baswir, R. 2009. Ekonomi Kerakyatan vs Neoliberalisme. Yogyakarta: Tim Ahli Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan
Universitas Gadjah Mada

Damanhuri, Didin S. 2019. Buku 1 Ekonomi Pancasila Dalam Pusaran Globalisasi (Bianglala Catatan Harian
Facebook). Bogor: IPB Press

Damanhuri, Didin S. & Ahmad Erani Yustika. 2020. Buku 2 Ekonomi Pancasila dalam Pusaran Globalisasi
(Pemikiran dan Kebijakan). Bogor: IPB Press

Dumairy & Tarli Nugroho. 2014. Ekonomi Pancasila Warisan Pemikiran Mubyarto. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press

Harahap, Isnaini. 2019. Ekonomi Pembangunan: Pendekatan Transdisipliner. Perdana Publishing

Hatta. 1960. Beberapa Pasal Ekonomi. Djakarta: Balai Pustaka

Jhingan, M.L. 2016. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: Rajawali Pers

Kaelan. 2014. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma

Kung, Hans. 1997. Etika Ekonomi-Politik Global. Yogyakarta: Penerbit Qalam

Pangestu, Fajar Puja., dkk. 2021. Ekonomi Pancasila Sebagai Pedoman Dalam Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan SDGs (Substainible Development Goals). Prosiding Seminar Nasional Ekonomi
Pembangunan, Vol 1 No 3, 210-219

Purba, Bonaraja. 2021. Ekonomi Pembangunan. Medan: Yayasan Kita Menulis

Saputra, Inggar. 2017. Implementasi Nilai Pancasila dalam Mengatasi Korupsi di Indonesia. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol 1 No 2

Siregar, Robert Tua., dkk. 2021. Ekonomi Pembangunan: Tinjauan Manajemen dan Implementasi Pembangunan
Daerah. Medan: Yayasan Kita Menulis

Tjakrawerdaja, Subiakto., dkk. 2016. Sistem Ekonomi Pancasila. Jakarta: Universitas Trilogi
Todaro, Michael P. 2000. Ekonomi Untuk Negara Berkembang 2. Jakarta: Bumi Aksara

Tria, Putri Novi., dkk. 2022. Implementasi Pancasila dalam Bidang Ekonomi di Era Globalisasi. Gema Keadilan,
Vol 9 No 3

Widhyartono, Widhyartono., dkk. 2019. Pemikiran Kedaulatan Ekonomi Sukarno dan Aspek Hukum dalam
Ekonomi Pancasila. Melayunes Law, Vol 3 No 1, 107-134

Anda mungkin juga menyukai