Laporan Praktikum Biokimia
Laporan Praktikum Biokimia
LAPORAN LENGKAP
PRAKTIKUM BIOKIMIA
OLEH :
ARDANA KURNIAJI
I1A2 10 097
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012
2
I. PENDAHULUAN
Lipid adalah salah satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam
tumbuhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia
ialah lipid. Untuk memberikan defenisi yang jelas tentang lipid sangat sukar,
sebab senyawa yang termasuk lipid tidak mempunyai rumus struktur yang serupa
atau mirip. Para ahli biokimia sepakat bahwa lemak dan senyawa organik yang
mempunyai sifat fisika seperti lemak, dimasukkan kedalam satu kelompok yang
Kebutuhan akan lemak sebagai sebagai sumber energi yang efisien ketika
tersimpan dalam jaringan adiposa menjadi penting untuk dipahami. Salah satu
fungsi lipid membantu dalam pembentukan membran sel pada hewan maupun
tumbuhan. Dimana pada hewan lemak pada umumnya berupa zat padat,
sedangkan pada tumbuhan berupa zat cair. Hal ini sesuai pernyataan Suryani
(2008) bahwa Lemak hewan pada umumnya berupa zat padat pada suhu ruangan,
sedangkan lemak yang berasal dari tumbuhan berupa zat cair. Lemak yang
mempunyai titik lebur tinggi mengandung asam lemak jenuh, sedangkan lemak
cair atau yang biasa disebut minyak mengandung asam lemak tidak jenuh. Lemak
nama suatu golongan senyawa organik yang meliputi sejumlah senyawa yang
terdapat di alam yang semuanya dapat larut dalam pelarut-pelarut organik tetapi
sukar larut atau tidak larut dalam air. Pelarut organik yang dimaksud adalah
3
pelarut organik non polar, misalnya benzene, pentane, dietil eter dan karbon
tetraklorida. Dengan pelarut-pelarut tersebut lipid dapat diekstrak dari sel dan
jaringan tumbuhan ataupun hewan. Struktur memiliki kepala yang bersifat polar
dan ekor hidrokabon yang bersifat nonpolar Dalam suatu larutan, kepala yang
amfipatik ( memiliki dua kutub positif dan negatif ). Selain itu, lipida dapat
membentuk formasi satu lapis lipida (monolayers), dua lapis lipida (bilayers),
lebih jauh mengenai reaksi-reaksi yang terjadi pada lemak serta mengidentifikasi
Adapun manfaat yang didapatkan dalam praktikum kali ini, pada reaksi uji
lemak yaitu dapat mengetahui kelarutan lemak yang akan terjadi dengan beberapa
Lipid didefinisikan sebagai senyawa yang tak larut dalam air yang
diektraksi dari makhluk hidup dengan menggunakan pelarut yang kurang polar
atau pelarut non polar. Istilah lipid mencangkup golongan senyawa-senyawa yang
memiliki keanekragaman struktur, dan tidak ada skema penggolongan lipid yang
bisa diterima diseluruh dunia. Ciri khas yang umum dijumpai disemua lipid
dengan reduksi rantai segera setelah rantai itu terbentuk (Kuchel dan Ralston,
2002).
Lipid sangat penting di dalam tubuh, baik untuk struktur maupun fungsi
Lipid merupakan bentuk energi tubuh yang paling pekat. Sel-sel otak
hanya menggunakan glukosa tetapi jaringan tubuh lainnya seperti otot jantung
lebih memilih lipid sebagai sumber energi. Asam lemak akan mengalami oksidasi
beta di hati membentuk asetil KoA. Asetil KoA dapat langsung memasuki siklus
krebs, tidak perlu melalui jalur glikolisis. Reaksi ini disebut sebagai reaksi
oksidasi-beta karena yang dioksidasi adalah atom karbon kedua (James, dkk.,
2008).
5
molekul lemak. Fosfolid dan Glikolipid ini merupakan konstituen intgral struktur
dinding sel. Sterol juga berfungsi sebagai building block. Struktural di sel dan
membran serta sebagai konstituen hormon dan metabolit lain. Karena tidak larut
dalam darah. Asam lemak bebas hanya terdapat dalam jumlah kecil di dalam
komponen lipid utama yang dijumpai dalam plasma adalah trigliserida, koleterol,
dan fosfolipid. Ketiganya terdapat dan diangkut dalam darah sebagai lipoprotein,
suatu kompleks makromolekul yang sangat besar dari lipid dan protein khusus
selanjutnya akan terbentuk aldehida. Inilah yang menyebabkan terjadinya bau dan
rasa yang tidak enak atau tengik. Kelembaban udara, cahaya, suhu tinggi dan
ketengikan. Gliserol yang diperoleh dari hasil penyabunan lemak atau minyak
adalah suatu zat cair yang tidak berwarna dan mempunyai rasa yang manis
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, Tanggal 8 Mei 2012, pukul
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum reaksi uji protein dapat
Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum uji protein
No. Nama Alat dan Bahan Kegunaan
A. Alat
1. Tabung Reaksi Sebagai tempat reaksi suatu larutan yang akan
diamati
2. Hot Plate Untuk memanaskan larutan
3. Batang Pengaduk Untuk mengaduk larutan
4. Pipet Tetes Mengambil larutan yang akan diamati tanpa
teliti
5. Spatula Mengaduk larutan dalam tabung reaksi
B. Bahan
1. Minyak goreng Sebagai Bahan Perekasi
2. Mentega Sebagai Bahan Perekasi
3. Bensin Sebagai Bahan Pereaksi
4. Air Sebagai Bahan Pereaksi
5. n-heksan Sebagai Bahan Pereaksi
6. Alkohol 95% Sebagai Bahan Pereaksi
7. NaOH 0,1 M Sebagai Bahan Pereaksi
Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum reaksi uji protein adalah
sebagai berikut:
4.2. Pembahasan
menggunakan larutan minyak goreng pada pereaksi 1 ml air hasil reaksi minyak
tidak dapat larut dalam air, kondisi demikian sama dengan perlakuan
menggunakan mentega. Berat massa jenis air sehingga air tidak dapat menyatu
dengan minyak yang massa jenisnya lebih rendah (heterogen) begitu halnya
dengan mentega sehingga larutan air termasuk dalam larutan polar. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Herlina dan Hendra (2002) bahwa lemak dan minyak adalah
salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid , yaitu senyawa organik
yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik
non-polar.
homogen dimana bensin dapat larut sempurna dalam larutan minyak goreng
Sedangkan pada alkohol 95% hasil reaksi minyak dan mentega tidak dapat larut
pada larutan alkohol, yang berarti bahwa alkohol merupakan larutan polar. Hal ini
polar yang hanya dapat larut dalam pelarut non polar seperti minyak goreng.
minyak dan mentega, dimana larutan n-heksan tidak dapat larut sempurna
meskipun nonpolar, hal ini dikarenakan terjadi emulsi yang tidak stabil sehingga
hasil NaOH tidak dapat larut, namun pada minyak goreng terjadi emulsi yang
sedangkan pada mentega yang seharusnya menghasilkan hasil reaksi yang sama
dengan minyak, namun tidak terjadi emulsi yang stabil, sehingga mentega
Menurut Hanifah (2011) bahwa pada mentega terdapat kadar natrium yang
mana pada mentega asin jauh lebih banyak (843 mg per 100 g) dibandingkan
keseimbangan asam dan basa sehingga kondisi netral akan terus terjadi, yang itu
.
11
5.1. Kesimpulan
dan hanya dapat larut sempurna pada larutan lain yang sifatnya nonpolar.
Sedangkan pada larutan polar seperti NaOH akan terjadi pengendapan atau
5.2. Saran
Saran yang dapat diajukan pada praktikum kali ini adalah sebaiknya dalam
I. PENDAHULUAN
yang terjadi dalam tubuh, sehingga tidak terjadi penggunaan energi yang banyak.
Menurut Wane (2011) bahwa protein adalah senyawa organik kompleks dengan
amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Protein
mengandung molekul karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur
serta fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel
halnya polimer lain, protein memiliki rantai yang panjang dan juga dapat
mengalami cross-linking dan lain-lain. Selain itu protein juga dapat berperan
yang sangat penting bagi tubuh makhluk hidup, maka dilakukanlah praktikum ini
guna melakukan uji cobe terhadap beberapa reaksi yang melibatkan protein.
13
reaksi uji protein pada pengendapan protein oleh garam-garam anorganik, reaksi
uji protein pada uji koagulasi, dan reaksi uji protein pada denaturasi protein.
Adapun manfaat yang didapatkan dalam praktikum kali ini, pada semua
reaksi uji protein yaitu dapat mengetahui kandungan yang terdapat pada larutan
sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen,
oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting
dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus.Kebanyakan protein
merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis protein lain berperan dalam fungsi
struktural atau mekanis, seperti misalnya protein yang membentuk batang dan
Tidak semua protein adalah enzim. Keratin protein struktural pada rambut
polipeptida dari suatu protein juga memiliki monomer yang tersusun dalam
tatanan linear tertentu (struktur primer protein) tetapi monomernya adalah kedua
puluh asam amino tersebut. Dengan demikian, asam nukleat dan protein berisi
informasi yang ditulis dalam dua bahasa kimia yang berbeda (Campbell, 2002).
maupun kuartener dari suatu protein mengalami modifikasi tanpa ada pemecahan
ikatan peptida. Denaturasi dapat berupa rusaknya struktur tiga matra dari suatu
protein. Denaturasi protein ada dua macam, yaitu pengembangan rantai peptide
(terjadi pada polipeptida) dan pemecahan protein menjadi unit yang lebih kecil
2011).
15
satu atau lebih sifat khusus. Sifat khusus tersebut mempunyai daya angkut
tertentu dalam garam encer atau asam encer; dan mempunyai aktivitas sebagai
gelombang ultrasonik dan pengocokan yang kuat atau bahan-bahan kimia tertentu
dapat mengalami proses denaturasi. Denaturasi protein itu sendiri dapat diartikan
sebagai suatu proses perubahan konfigurasi tiga dimensi molekul protein tanpa
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, Tanggal 17 Mei 2012, pukul
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum reaksi uji protein dapat
Tabel 4. Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum uji protein
No. Nama Alat dan Bahan Kegunaan
A. Alat
1. Tabung Reaksi Sebagai tempat reaksi suatu larutan yang akan
diamati
2. Hot Plate Untuk memanaskan larutan
3. Batang Pengaduk Untuk mengaduk larutan
4. Pipet Tetes Mengambil larutan yang akan diamati tanpa
teliti
5. Pipet Skala Mengambil larutan yang akan diamati teliti
6. Gegep Menjepit tabung reaksi yang telah dipanaskan
7. Beker Sebagai wadah untuk tabung yang dipanaskan
B. Bahan
1. Putih Telur ayam Sebagai obyek amatan (Protein)
(Albumin)
2. Ammonium Sulfat Sebagai bahan penguji larutan
3. Perekasi Biuret Sebagai Bahan Perekasi
4. Asam Asetat Sebagai Bahan Perekasi
5. Perekasi Millon Sebagai Bahan Pereaksi
6. HCL 0,1 M Sebagai Bahan Pereaksi
7. NaOH 0,1 M Sebagai Bahan Pereaksi
8. Buffer asetat 1 M Sebagai Bahan Pereaksi
9. Air Sebagai Bahan Pereaksi
17
Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum reaksi uji protein adalah
sebagai berikut:
Ammonium yang tertinggal tidak larut lagi (terbentuk larutan lewat jenuh),
menyaring.
2. Uji koagulasi
millon.
3. Denaturasi protein
larutan protein.
2. Uji koagulasi
3. Denaturasi protein
4.2. Pembahasan
amino yang dapat dipengaruhi oleh senyawa lain yang memiliki sifat sebagai
terlihat berbeda. Perbedaan tersebut ditunjukan dengan hasil reaksi yang terjadi,
dimana sebelum pemberian pereaksi, terlebih dahulu hasil yang diperoleh adalah
terbentuknya endapan pada reaksi garam amonium dan putih telur (larutan
protein) hal ini dikarenakan adanya kompetisi antara ion-ion garam amonium
dengan molekul protein untuk mengikat air. Karena ion-ion dari garam amonium
lebih mudah dalam mengikat air, menyebabkan kelarutan protein dalam air
berkurang. Dengan penambahan garam secara kontinyu, molekul air akan keluar
dimana hasil yang diperoleh nampak larutan millon tidak dapat melarutkan
endapan hasil filtrat, namun mampu untuk membentuk endapan baru. Terjadinya
21
endapan ini dikarenakan sifat millon sebagai larutan merkuro dan merkuri nitrat
dalan asam nitrat, maka jika direaksikan dengan protein akan membentuk endapan
putih. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sumardjo (2006) bahwa reaksi millon
digunakan khusus untuk protein yang mengandung asam amino radikal hidroksi
Sedangkan pada uji biuret, hal berbeda ditunjukan dengan biuret yang
larut sempurna pada hasil filtrat garam anorganik sebelumnya. Sehingga tidak
terbentuk lagi endapan. Hal ini sesuai dengan sifat protein yang endapannya akan
larut bila ditambahkan dengan larutan biuret. Hal ini juga yang menunjukkan
pereaksi air tidak menghasilkan perubahan atau dalam hal ini tidak terjadi lagi
koagulasi, hal ini dikarenakan air tidak dapat mengurangi atau meningkatkan
larutan millon yang larut dalam endapan II atau terjadi lagi koagulasi dikarenakan
endapan albumin yang terjadi setelah penambahan asam asetat, bila direaksikan
dengan pereaksi millon memberikan hasil positif. Hal ini menunjukkan bahwa
endapan tersebut masih bersifat sebagai protein, hanya saja telah terjadi
mengendap. Perubahan struktur tesier albumin ini tidak dapat diubah kembali ke
bentuk semula, ini bisa dilihat dari tidak larutnya endapan albumin itu dalam air.
Buffer Asetat. Pada pereaksi HCl terjadi perubahan struktur protein namun tidak
perubahan struktur atau tidak terjadi denaturasi protein hal ini ditunjukan dengan
terjadi, hal ini dikarenakan buffer asetat mampu untuk memecah struktur
monomer asam amino sehingga terjadi perubahan warna menjadi merah yang
menunjukkan bahwa larutan tersebut mengandung asam amino yang telah diubah
mengendap bila berada pada titik isolistriknya, yaitu pH dimana jumlah muatan
positif sama dengan jumlah muatan negatifnya, protein albumin mengendap pada
titik isolistriknya, yaitu sekitar pH 4,7. Oleh sebab itu buffer asetat dengan
5.1. Kesimpulan
akan kembali dipecah oleh oleh larutan buffer dan dikoagulasikan oleh millon.
Dimana koagulasi dapat terjadi pada kondisi asam dan terjadinya denaturasi juga
diakibatkan oleh kondisi keasaman dan jumlah muatan positif sama dengan
5.2. Saran
Saran yang dapat diajukan pada praktikum kali ini adalah sebaiknya dalam
I. PENDAHULUAN
Tanpa adanya enzim, kehidupan yang kita kenal tidak mungkin ada.
enzim memegang peranan utama dalam kesehatan dan penyakit. .Meskipun dalam
keadaan sehat semua proses fisiologis akan berlangsung dengan cara yang
Enzim adalah suatu protein dan dihasilkan oleh sel hidup. Enzim adalah
reaksi kimia (biokimia) yang berlangsung di dalam sel itu sendiri. Sebagai contoh
adalah enzim α-amylase (dikenal juga sebagai enzim ptyalin) yang berperan
lebih sederhana. Enzim ini dihasilkan secara alami di mulut bersam-sama dengan
berlangsung sangat cepat didalam sel-sel hidup pada pH kira-kira netral dan pada
suhu tubuh. Ini dapat terjadi karena adanya enzim. Enzim disintesa di dalam sel,
tetapi setelah diextraksi diluar sel masih mempunyai aktivitas. Enzim bekerja
sangat sfesifik. Suatu enzim hanya dapat mengatalisa beberapa reaksi, malahan
seringkali hanya satu reaksi saja. Ini merupakan salah satu sifat penting enzim.
Ada segolongan enzim yang dapat mengatalisa jenis reaksi yang sama, misalnya
memindahkan fosfat, oxidasi-reduksi, dan sebagainya. Oleh karena itu ada suatu
25
praktikum ini untuk mengetahui lebih jauh mengenai enzim terutama reaksi-reaksi
yang terjadi.
pengaruh suhu terhadap aktifitas enzim dan pengaruh konsentrasi enzim dan
Adapun manfaat yang didapatkan dalam praktikum kali ini, pada reaksi uji
enzim untuk dapat mengetahui aktifitas enzim terhadap beberapa faktor byang
mempengaruhi.
26
perubahan-perubahan kimia dalam sistem biologi. Zat ini dihasilkan oleh organ-
organ hewan dan tanaman, yang secara katalik menjalankan berbagai reaksi,
dalam alat-alat atau organ-organ organisme hidup berupa larutan koloidal dalam
cairan tubuh, seperti air ludah, darah, cairan lambung dan cairan pankreas
(Sumardjo, 2006).
bentuk tempat aktifnya dengan bentuk substratnya. Namun demikian, tempat aktif
itu bukanlah suatu tempat penerima yang kaku bagi substrat tersebut. Ketika
substrat memasuki tempat aktif, maka enzim akan terinduksi untuk mengubah
bentuknya sedikit sehingga tempat aktif akan lebih pas mengelilingi substrat itu
(Campbell, 2002).
berkurang. Hal ini memudahkan terikatnya molekul substrat pada sisi aktif enzim.
Aktifitas enzim meningkat dengan meningkatnya suhu sampai pada titik tertentu
residu asam amino enzim. Geometri ruang yang diperlukan untuk semua interaksi
antara substrat dan enzim menyebabkan setiap enzim selektif bagi substratnya,
dan memastikan bahwa yang dihasilkan hanyalah prodak spesifik (Marks, dkk.,
2000).
meskipun dalam konsentrasi yang rendah. Enzim adalah protein spesifik yang
dapat dimanfaatkan kembali karena enzim akan selalu muncul kembali dalam
keadaan utuh setelah substrat diubah menjadi produk. Untuk mempercepat reaksi-
reaksi dapat dilakukan dengan menaikkan suhu, namun hal tersebut tidak sesuai
sebagai sumber energi pengaktif bagi organisme (Setowati dan Furqonita, 2007).
28
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, Tanggal 17 Mei 2012, pukul
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum reaksi uji enzim dapat
Tabel 8. Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum uji enzim
No. Nama Alat dan Bahan Kegunaan
A. Alat
1. Tabung Reaksi Sebagai tempat reaksi suatu larutan yang akan
diamati
2. Hot Plate Untuk memanaskan larutan
3. Batang Pengaduk Untuk mengaduk larutan
4. Pipet Ukur Mengambil larutan yang akan diamati dengan
teliti
5. Spatula Mengaduk larutan dalam tabung reaksi
6. Gelas Kimia Sebagai wadah saat memanaskan
B. Bahan
1. Larutan Amilum 2 % Sebagai Bahan Perekasi
2. Larutan Iondium Sebagai Bahan Perekasi
3. Enzim Amilase Sebagai Bahan Pereaksi
4. Reagent Benedict Sebagai Bahan Pereaksi
5. Es batu Untuk mendinginkan suhu
Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum reaksi uji enzim adalah
sebagai berikut:
menit.
berturut-turut dengan larutan enzim amilase dengan 0,5 ml; 1,0 ml;
Hasil pengamatan pengaruh suhu terhadap aktifitas enzim dapat dilihat pada
tabel 9.
4.2. Pembahasan
warna dan struktur enzim pada beberapa perlakuan. Pada saat uji suhu 0oC hasil
pada larutan iodium tidak terjadi perubahan warna namun pada uji benedict terjadi
lebih encer yang mengindikasikan kerja enzim terhambat. Menurut Rachman, dkk.
(2012) bahwa suhu yang terlalu rendah dapat menghambat kerja enzim.
Sedangkan pada suhu 20-30oC hasil reaksi pada larutan Iodium tidak
terjadi perubahan warna begitu pula pada uji benedict. Namun pada suhu 70-80oC
hasil reaksi pada uji iodium terjadi perubahan warna menjadi keputihan
sedangkan pada uji beneditc juga terjadi perubahan warna biru. Menurut Rachman
dkk. (2012) bahwa enzim dapat bekerja pada suhu optimum, yaitu antara 300 – 40
0
C, yakni suhu ruangan.
Hal yang berbeda terjadi pada Suhu 100oC dimana hasil reaksi pada uji
iodium menunjukkan tidak terjadi perubahan warna namun larutan lebih encer
terjadi perubahan warna dari biru menjadi hijau yang juga mengindikasikan
32
terjadi perubahan struktur enzim. Hal ini pula sesuai dengan pernyataan Rachman
dkk. (2012) bahwa suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan enzim rusak dan
mengalami denaturasi. Maka dapat diamati perubahan warna enzim yang berubah
keseluruhan.
terhadap aktifitas enzim yang menggunakan dua larutan uji dengan larutan
konsentrasi enzim amilase 0,5 ml dengan uji iodium diperoleh konsentrasi rendah
dan reaksi lambat karena hanya terdapat endapat berwarna hitam dan larutan
berwarna cokelat sedangkan pada uji benedict konsentrasi enzim rendah dan
reaksi lambat.
tinggi pada uji iodium dikarenakan perubahan reaksi yang cepat, endapan sedikit
dengan warna keputihan sedangkan pada uji benedict konsentrasi enzim tinggi
dan juga reaksi cepat. Hal ini jauh berbeda dengan hasil reaksi pada konsentrasi
enzim amilase 1,5 dimana konsentrasi enzim lebih tinggi dengan reaksi yang
cepat dan tidak terjadi endapan begitu pula pada uji benedict konsentrasi enzim
tinggi dan reaksi lebih cepat. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar
konsentrasi enzim maka semakin besar pula reaksi yang terjadi, sesuai dengan
enzim, makin besar konsentrasi enzim makin tinggi pula kecepatan reaksi, dengan
5.1. Kesimpulan
disimpulkan bahwa suhu mempengaruhi kerja enzim, semakin rendah suhu maka
kerja enzim akan terhambat namun jika suhu tinggi 70-100oC maa enzim akan
rusak atau mengalami denaturasi, maka kerja enzim yang optimum akan berjalan
pada suhu kamar. Enzim juga dipengaruhi oleh konsentrasi enzim, semakin tinggi
5.2. Saran
Saran yang dapat diajukan pada praktikum kali ini adalah sebaiknya dalam
I. PENDAHULUAN
hidrogen dan oksigen. Sebagai salah satu jenis zat gizi, fungsi utama karbohidrat
bagi penduduk di seluruh dunia, karena banyakdi dapat di alam dan harganya
usus dan memberi bentuk pada feses. Selulosa dalam serat makanan mengatur
dan jantung koroner yang berkaitan dengan kadar kolesterol darah tinggi. Laktosa
dalam susu membantu absorpsi kalsium. Laktosa lebih lama tinggal dalam saluran
(Hidayat, 2009).
yang terdiri dari 1 gugus cincin. Contoh dari monosakarida yang banyak terdapat
di dalam sel tubuh manusia adalah glukosa, fruktosa dan galaktosa. Glukosa di
dalam industri pangan lebih dikenal sebagai dekstrosa atau juga gula anggur. Di
alam, glukosa banyak terkandung di dalam buah-buahan, sayuran dan juga sirup
jagung. Fruktosa dikenal juga sebagai gula buah dan merupakan gula dengan rasa
35
yang paling manis. Di alam fruktosa banyak terkandung di dalam madu (bersama
sehingga tidak terdapat di alam secara bebas. Selain sebagai molekul tunggal,
senyawa karbohidrat kompleks pati (starch) atau selulosa (Irawan, 2007). Oleh
sebab itu dilakukan paraktikum ini guna mengetahui lebih jauh mengenai
Karbohidrat.
terhadap karbohidrat.
Adapun manfaat yang didapatkan dalam praktikum kali ini, pada reaksi uji
enzim untuk dapat mengetahui bentuk dan hasil reaksi benedict pada karbohidrat.
36
Karbohidrat atau hidrat arang atau zat pati, berasal dari bahan baku nabati.
Kadar karbohidrat dalam pakan ikan, dapat berkisar antara 10 –50%. Kemampuan
Hidrogen dan Oksigen, dan pada umumnya unsur Hidrogen clan oksigen dalam
beberapa asam amino dan sebagian dari gliserol lemak. Akan tetapi sebagian
karbohidrat nabati dalam glikogen bentuk glikogen, hanya dijumpai pada otot dan
hati dan karbohidrat dalam bentuk laktosa hanya dijumpai di dalam susu. Pada
tumbuh-tumbuhan, karbohidrat di bentuk dari basil reaksi CO2 dan H2O melalui
2003).
maupun dalam batang tanaman. Selain dari sumber nabati, karbohidrat juga berasal
dari pangan hewani yang terbentuk dalam jumlah yang kecil melalui proses biosintesa
glikogen dan sintesa secara kimiawi. Karbohidrat dapat dioksida menjadi energi,
misalnya glukosa dalam sel jaringan manusia dan hewan. Dalam tubuh, karbohidrat
mengalami perubahan atau metabolisme yang menghasilkan antara lain glukosa yang
terdapat dalam darah. Sedangkan karbohidrat yang disintesa dalam hati berupa
glikogen digunakan oleh sel-sel pada jaringan otot sebagai sumber energy (Pujianto,
2008).
38
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, Tanggal 22 Mei 2012, pukul
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum reaksi uji karbohdirat
Tabel 11. Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum uji karbohidrat
No. Nama Alat dan Bahan Kegunaan
A. Alat
6. Tabung Reaksi Sebagai tempat reaksi suatu larutan yang akan
diamati
7. Pemanas Air Untuk memanaskan larutan
8. Pipet Ukur Mengambil larutan yang akan diamati dengan
teliti
9. Gelas Kimia Sebagai wadah saat memanaskan
B. Bahan
8. Larutan Sukrosa Sebagai Bahan Perekasi
9. Larutan Glukosa Sebagai Bahan Perekasi
10. Larutan Benedict Sebagai Bahan Pereaksi
selama 5 menit.
Hasil pengamatan reaksi benedict karbohidrat dapat dilihat pada tabel 12.
Cu2+ Cu+
III (1 ml glukosa) 2 ml benedict Terjadi perubahan Terjadi reduksi
warna menjadi
merah batu bata Oleh Gula
4.2. Pembahasan
hasil yang berbeda. Dimana pada percobaan uji karbohidrat dengan menggunakan
pereaksi benedict 2 ml, larutan sampel hasil yang diperoleh warna tidak berubah
yang mengindikasikan bahwa tidak terjadi reduksi oleh gula (Cu2+ Cu+).
Larutan sampel tersebut merupakan larutan dari gula yang dikonsumsi sehari-hari.
Kemudian pada uji sukrosa, dimana hasil yang diperoleh juga tidak
tidak mengandung gula. Sedangkan pada uji larutan Glukosa, hasil yang diperoleh
menunjukkan perubahan warna menjadi merah batu bata dari warna awal larutan.
Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi reduksi Cu2+ menjadi Cu+ dalam hal ini
peroksida, atau ion cupri (Cu2+). Pada reaksi sepreti ini, guka dioksidasi pada
penerima electron. Glukosa dan gula-gula lain yang mampu mereduksi senyawa
pengoksidasi disebut gula pereduksi. Sifat ini berguna dalam analisis gula.
Dengan mengukur jumlah dari senyawa pengoksidasi yang tereduksi oleh suatu
larutan gula tertentu, dapat dilakukan dengan pendugaan konsentrasi gula. Gula
seprti kompleks ion kupri (Cu2+) menjadi bentuk kupro (Cu+). Bahan pereduksi
pada reaksi-reaksi ini adalah bentuk rantai terbuka aldosa dan ketosa. Ujung
peruduksi dari suatu gula adalah ujung yang mengandung ggus aldehida atau keto
bebas.
42
5.1. Kesimpulan
struktur monosakarida dapat mereduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang terdapat pada
larutan Benedict.
5.2. Saran
Saran yang dapat diajukan pada praktikum kali ini adalah sebaiknya dalam
DAFTAR PUSTAKA
Marks, Dawn B., Allan D. Marks, Collen M. Smith. 2000. Biokimia. Penerbit
Buku Kedokteran. Jakarta.
Mutiara, Indah. 2008. Enzim. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Sumatera.
Pujianto, Agustoni. 2011. Uji Lipid. Makalah Kimia. Universitas Gajahmada.
Yogyakarta.
Pujianto, Agus. 2008. Kimia Makanan. Pendidikan Tata Boha. Universitas
Sumatera. Sumatera.
Rachman, Riyan Syah., Tampico P., Viona M., Tri Nanda., Ervansyah. 2012.
Enzim Kinetik dan Inhibitor. Universitas Brawijaya. Malang.
Rosdiana, Ramli. 2012. Mengenal Langkah dan Metode Analisis Protein.
(http://www.kesehatan123.com). Diakses pada tanggal 24 Mei
2012.
Sacher, A. Ronald., dan Richard A. 2005. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Setiowati, Tetty., dan Deswaty Furqonita. 2007. Biologi Interaktif. Azka Press.
Jakarta.
Sofyan, Muhamad. 2005. (Lipid. http://forum.upi.edu) . Dikases pada tanggal 25
Mei 2012.
Suadji, Bagod dan Siti Laila. 2007. Biologi Sains dalam kehidupan. Yudistira.
Jakarta.
Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. IKAPI
Kedokteran EGC. Jakarta : 540.
Sunarya, Yayan. 2003. Kimia Dasar II. Bandung: Alkemi Grafisindo Press.
Teguh. 2009. Kebutuhan Nutrisi Pakan Ikan dan Udang.
http://teguh8581.wordpress.com. Diakses pada tanggal 27 Mei
2012.
Wane. 2011. Protein adalah senyawa organik kompleks.
(http://wanenoor.blogspot.com). Diakses pada tanggal 22 Mei
2012.
45