Anda di halaman 1dari 37

Laporan Pendahuluan CV.

Multikreasi Engineering

LAPORAN
PENDAHULUAN

Bab 5

METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN

5.1 Umum
Sesuai dengan kerangka acuan tugas, Lingkup pekerjaan konsultan dapat disusun
dalam rencana jadwal pelaksanaan pekerjaan yang meliputi kegiatan :
 Pekerjaan persiapan
 Pekerjaan Perencanaan Teknis jalan yang terdiri dari :
o Tahap Pengumpulan Data Lapangan
o Tahap Analisa Data, Desain dan Penyiapan Gambar Desain
o Tahap pengadaan Dokumen Lelang
 Pekerjaan Penyusunan Laporan

Secara garis besar kegiatan pelaksanaan Perencanaan Teknis Program peningkatan


dan pemeliharaan jalan dijelaskan dengan diagram alir (flow chart) gambar 5.1.

5.2 Persiapan
Sebelum memulai kegiatan pekerjaan, konsultan akan mengadakan konsultasi dahulu
dengan Kepala Dinas, yaitu untuk mendapatkan konfirmasi mengenai ruas-ruas jalan
yang akan ditangani.

Konsultan akan berusaha pula untuk mendapatkan informasi umum mengenai kondisi
ruas jalan yang akan disurvai, sehingga dapat dipersiapkan hal-hal yang akan
diperlukan dalam pelaksanaan survei disetiap ruas jalan.

Penjelasan tahapan persiapan disajikan dalam diagram alir gambar 5.2.

5- 1
Laporan Pendahuluan CV. Multikreasi Engineering

Gambar 5. 1 Diagram alur pelaksanaan perencanaan teknis program peningkatan dan


pemeliharaan jalan

5- 2
Laporan Pendahuluan CV. Multikreasi Engineering

MOBILISASI TENAGA
SPMK/ MULAI DAN ALAT
KONTRAK
RENCANA KERJA

PENGUMPULAN DATA
PENUNJANG TIDAK
DISKUS
I
YA

KOORDINASI DENGAN SURVEY


INSTANSI TERKAIT PENDAHULUAN

HASIL SURVEY AWAL

YA
TIDAK
DISKUS
A I

Gambar 5. 2 Diagram alir kegiatan persiapan

5.3 Pengumpulan data


Kegiatan pengumpulan data meliputi data penunjang (data sekunder) dan data-data
lapangan (data primer).

5.3.1 Data penunjang


Data-data penunjang diperlukan sebagai informasi awal untuk kegiatan pengumpulan
data-data lapangan. Data-data penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut.

5.3.1.1 Peta sekunder

 Peta jaringan jalan, berisi informasi jaringan jalan yang sudah ada beserta batas-
batas wilayah dengan skala 1:1000000 s/d 1:500000 yang diterbitkan oleh
Departemen pekerjaan umum.
 Peta topografi, berisi informasi topografi dengan skala 1:250000 s/d 1:25000 yang
diterbitkan oleh Jawatan Topografi AD (JANTOP).
 Peta geologi, berisi informasi geologi dengan penjelasan formasi batuan, proses
pembentukan, serta struktur geologi dengan skala 1:250000 yang diterbitkan oleh
Direktorat geologi departemen pertambangan.
 Peta udara, berisi informasi penyebaran formasi batuan , penyebaran vegetasi,
permukiman, dan lain sebagainya.

5- 3
Laporan Pendahuluan CV. Multikreasi Engineering

 Peta rupa bumi, berisi informasi tata-guna lahan juga topografi skala 1:50000,
yang diterbitkan oleh BAKOSURTANAL.

5.3.1.2 Data Hidro-meteorolgi

Meliputi data-data angin, suhu, kelembaban udara , curah hujan dan lain yang
diterbitkan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika setempat. Data peta curah hujan
untuk daerah yang belum ada stasium BMG.

5.3.2 Data lapangan


Pengumpulan data Lapangan yang dilaksanakan dalam pekerjaan ini dilakukan
dengan menggunakan cara desain full/DED, yaitu cara pengumpulan data
lapangan yang telah dikembangkan oleh Dit. Jend. Bina Marga sejak tahun 1983.
Gambar 5.3 memperlihatkan bagan alir kegiatan pengambilan data lapangan.

5- 4
Laporan Pendahuluan CV. Multikreasi Engineering

PENGAMATAN LAPANGAN
A Kondisi lapis perkerasan skala RCI
Kondisi bangunan fasilitas jalan (drainase jalan,
penguat/ pengaman tebing timbunan/galian,
pengaman/ rambu2
Komponen jalan (jalur lalu-lintas, median/
pemisah jalur, bahu jalan,kurb,trotoar,dll)

PENGUKURAN
Trase jalan (koordinat,elevasi)
Lebar jalur lalu-lintas
Lebar bahu
Lebar median
Ukuran fasilitas drainase (jembatan pendek/
gorong2, saluran)
Penguat/pengaman tebing galian/timbunan
Komponen jalan (jalur lalu-lintas, median/
pemisah jalur, bahu jalan,kurb,trotoar,dll)

PENGUJIAN LAPANGAN
Daya dukung tanah bawah permukaan/sub-grade
(CBR) dengan DCP
Pengujian lendutan balik konstruksi perkerasan
(D) dengan BB

PENGOLAHAN DATA
Geometrik jalan
Konstruksi perkerasan (untuk mengolah data
digunakan bantuan perangkat lunak (soft
ware) RDS.
Komponen jalan
Fasilitsa jalan (drainase, penguat/pengaman
tebing timbunan/galian)

Gambar 5. 3 Bagan alir kegiatan pengumpulan data lapang dan analisa data

Jenis kegiatan yang akan dilaksanakan di lapangan beserta pendekatan dan metodologi
pelaksanaannya dijelaskan pada uraian-uraian berikut ini.

5.3.2.1 Pemeriksaan Benkelmen Beam

Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui besarnya nilai lendutan balik dari
konstruksi perkerasan jalan yang beraspal. Pemeriksaan akan dilakukan dengan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

5- 5
Laporan Pendahuluan CV. Multikreasi Engineering

1) truk yang ditumpangi akan dibebani beban gandar belakang sebesar 8,2 ton
dengan tekanan angin ban 80 psi.
2) Pengukuran beban gandar belakang akan dilakukan dengan menggunakan
jembatan timbang atau dengan alat alain yang telah terbukti dapat dipakai untuk
pengukuran beban gandar dan hasil pengukuran beban gandar akan dicatat
dengan jelas pada formulir pemeriksaan benkelmen beam.
3) Alat Benkelmen Beam yang dipakai akan mempunyai ukuran standar, misalnya
perbandingan batang 1 : 2.
Dimensi geometrik dari Benkelmen Beam harus dicatat dengan jelas pada formulir
pemeriksaan (Form : DL 2.1.1.)
4) Alat pembaca (dial Gauge) lendutan harus dalam kondisi yang baik dan skala
ketelitian pembacaan jarum penunjuk harus jelas dan dicatat dalam formulir
pemeriksaan (form : DL 2.1.1.)
5) Pemeriksaan lendutan balik harus dilakukan dengan interval pemeriksaan setiap
200 meter sepanjang ruas jalan beraspal yang ditetapkan.
6) Selama pemeriksaan, Konsultan akan mencatat hal-hal khusus yang dijumpai
seperti kondisi drainase, nama daerah yang dilalui, cuaca, waktu peninggian
permukaan jalan dan sebagainya.
7) Lokasi awal dan akhir akan dicatat pula dengan jelas mengenai patok kilometer
(Km) dan Sta-nya.
8) Semua data yang diperoleh dicatat dalam formulir pemeriksaan Bekelmen Beam
DL 2.1.

5.3.2.2 Dynamic Cone Penetrometer (DCP)

Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menilai CBR lapisan tanah dasar yang dilakukan
pada ruas-ruas jalan yang belum diaspal, seperti jalan tanah, jalan kerikil atau jalan
aspal yang telah rusak hingga tampak lapisan pondasinya.

Pemeriksaan akan dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :


 Pemeriksaan dengan menggunakan DCP standart
 Pemeriksaan dilakukan dengan interval 200 meter
 Pada jalan yang belum beraspal pemeriksaan harus dilakukan pada lapis
perkerasan dan pada tanah asli.

5- 6
Laporan Pendahuluan CV. Multikreasi Engineering

 Pemeriksaan dilakukan juga pada bagian yang diduga akan ada pelebaran
samping.
 Ketebalan dan jenis setiap bahan perkerasan yang ada seperti lapisan sirtu,lapisan
telford, lapisan pasir sebagainya akan dicatat selama pengamatan berlangsung.
 Pemeriksaan dilakukan hingga kedalaman 90 cm dari permukaan tanah dasar,
kecuali bila dijumpai lapisan tanah yang sangat keras (lapisan batuan)
 Selama pemeriksaan akan dicatat pula keadaan-keadaan khusus yang perlu
diperhatikan seperti timbunan, kondisi drainase, cuaca, waktu dan sebagainya.
 Lokasi awal dan akhir dari pemeriksaan akan dicatat secara jelas.
 Data yang diperoleh dari pemeriksaan ini, dicatat dalam formulir standar DCP
(Form : HR2.2.1 dan HR 2.2.2.).

5.3.2.3 Survai Kondisi dan Geometrik Jalan

Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan data umum mengenai
perkerasan yang ada dan kondisi geometrik jalan yang bersangkutan. Pemeriksanaan
dilakukan dengan metode yang disederhanakan, yaitu dengan mencatat kondisi rata-
rata setiap 1,0 kilometer selama berkendaraan dan mengisikan dalam formulir.

Data yang akan diperoleh dari pemeriksaan ini adalah :


1) Lebar perkerasan yang ada dalam meter
2) Jenis bahan perkerasan yang ada, misalnya AC, HRS, Nacas, Lasbutag, penetrasi
MacAdam, kerikil, tanah, soil cement dan sebagainya.
3) Nilai kekerasan jalan (Road Condition Inedex) akan diperoleh dari survai NAASRA
Roughess Meter atau ditentukan secara visual dengan ketentuan skala sebagai
berikut : (tabel 4.1)
4) Kondisi daerah samping jalan serta sarana utilitas yang ada seperti saluran
samping, gorong-gorong, bahu, kerb, kondisi drainase samping, jarak
pagar/bangunan penduduk/tebing kepinggir perkerasan.
5) Lokasi awal dan akhir pemeriksaan yang sesuai dengan lokasi yang ditentukan
untuk jenis pemeriksaan lainnya.
6) Data yang diperoleh dicatat dalam formulir (form. HR 3.1.)

5- 7
Laporan Pendahuluan CV. Multikreasi Engineering

7) Membuat foto dokumentasi inventarisasi geometri jalan minimal satu buah foto
per-kilometer.
8) Foto ditempel pada formulir dengan mencantumkan hal-hal yang diperoleh seperti
nomor dan nama ruas jalan, arah pengambilan foto dan tinggi petugas yang
memegang nomor Sta.
Tabel 6 . 1 Road Condition Indeks
RCI Kondisi Visual Type Permukaan Tipikal
8 – 10 Sangat rata dan halus Hotmx (AC dan HRS) yang baru dibuat/
ditingkatkan dengan beberapa lapisan aspal.
7–8 Sangat baik dan umumnya rata Hotmix setelah dipakai beberapa tahun atau
lapisan hotmix diatas penetrasi MacAdam
6–7 Baik Lapis tipis lama dari Hotmix, Nacas / lasbutag
baru
5–6 Cukup, sedikit/ tidak ada lubang, Penetrasi MacAdam, Lasbutag baru, Lasbutag
permukaan jalan tidak rata setelah pemakaian beberapa tahun
4–5 Jelek, kadang-kadang ada lubang, Penetrasi MacAdam setelah pemakaian 2 atau 3
permukaan tidak rata tahun, jalan kerikil yang kurang terpelihara
3–4 Rusak, bergelombang, banyak lubang Penetrasi MacAdam lama, Latasbum lama, jalan
kerikil yang kurang terpelihara.
2–3 Rusak berat, banyak lubang dan Semua type perkerasan yang diabaikan lama
seluruh daerah perkerasan hancur sekali
2 Tidak dapat dilewati kecuali oleh Jeep Jalan-jalan tanah dengan drainase yang jelek,
4 WD semua type permukaan jalan yang diabaikan
sama sekali

5.3.2.4 Survey topografi

Pemasangan Bech Mark (BM) dan patok pengukuran.

Pengukuran poligon (kerangka dasar horizontal).

Pengukuran sipat datar (kerangka dasar vertikal).

Pengukuran situasi detail.

Perhitungan hasil pengukuran.

1. Pekerjaan Pengukuran.
Pengukuran ini maksudkan untuk menetapkan posisi dari titik awal proyek terhadap
koordinat maupun elevasi triangulasi, agar pada saat pengukuran untuk pelaksanaan
(stake out) mudah dilakukan.

Data koordinat dan ketinggian titik triangulasi diperoleh dari jawatan Topografi
angkatan darat (JANTOP-AD) atau dari BAKOSURTANAL. Referensi ketinggian titik
triangulasi adalah permukaan laut rata-rata, sedangkan data koordinat triangulasi

5- 8
Laporan Pendahuluan CV. Multikreasi Engineering

berupa koordinat geografis lintang dan bujur dalam sistem koordinat UTM (Universal
Transverse Mercator) yang kemudian ditransformasi ke dalam sistem koordinat
Cartesian (x, y).

Pengukuran pengikatan dilakukan dari titik triangulasi terhadap salah satu titik pada
kerangka dasar horizontal/vertikal utama, agar seluruh daerah pemetaan berada
dalam satu sistem referensi yang sama. Apabila titik triangulasi tidak ada/berada
jauh sekali dari lokasi proyek, maka dapat digunakan titik referensi lokal.

Setelah dilakukan pengukuran pengikatan untuk menentukan titik awal proyek,


selanjutnya dilakukan pengukuran titik-titik kontrol, baik titik kontrol horizontal
maupun vertikal. Pengukuran titik-titik kontrol (control survey) adalah pekerjaan
pengukuran untuk pemasangan patok-patok yang kelak akan digunakan sebagai
titik-titik dasar dalam berbagai macam pekerjaan pengukuran. Pengukuran yang
dilakukan untuk memperoleh hubungan posisi di antara titik-titik dasar disebut
pengukuran titik-titik kontrol dan hasilnya akan dipergunakan untuk pengukuran
detail.

2. Orientasi Medan
Sebagai langkah awal setelah tim tiba di Base Camp lapangan adalah melakukan
orientasi medan yang meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

Melacak letak dan kondisi existing BM (BM yang telah terpasang sebelumnya) dan
pilar beton lainnya yang akan dimanfaatkan sebagai titik-titik kontrol pengukuran.

Meninjau dan mengamati kondisi sungai beserta keadaan daerah sekitarnya.

Melacak serta mengamati keadaan di dalam lokasi.

Penghimpunan Tenaga Lokal (TL) yang diambil dari penduduk sekitar lokasi.

Melakukan konsolidasi internal terhadap kesiapan personil, peralatan,


perlengkapan, material, serta logistik.

Melakukan konsultasi teknis serta meninjau lokasi secara bersama-sama dengan


Pengawas Lapangan.

3. Pemasangan BM (Bench Mark) dan Patok Kayu

5- 9
Laporan Pendahuluan CV. Multikreasi Engineering

BM dipasang di tempat yang stabil, aman dari gangguan dan mudah dicari. Setiap
BM akan difoto, dibuat deskripsinya, diberi nomor dan kode. Penentuan koordinat
(x, y, z) BM dilakukan dengan menggunakan pengukuran GPS, poligon dan sipat
datar. Pada setiap pemasangan BM akan dipasang CP pendamping untuk
memudahkan pemeriksaan.

Tata cara pengukuran, peralatan dan ketelitian pengukuran sesuai dengan


ketentuan yang berlaku. Titik ikat yang dipakai adalah BM lama yang terdekat.

Bentuk, ukuran dan konstruksi Bench Mark besar berukuran (20x20x100) cm


dengan jumlah BM sebanyak  2 buah. Bench Mark besar dipasang seperti
berikut:

BM harus dipasang pada jarak setiap 2,5 km sepanjang jalur poligon utama
atau cabang. Patok beton tersebut harus ditanam ke dalam tanah sepanjang
kurang lebih 50 cm (yang kelihatan di atas tanah kurang lebih 20 cm)
ditempatkan pada daerah yang lebih aman dan mudah dicari. Pembuatan
tulangan dan cetakan BM dilakukan di Base Camp. Pengecoran BM dilakukan
dilokasi pemasangan. Pembuatan skets lokasi BM untuk deskripsi. Pemotretan
BM dalam posisi "Close Up", untuk lembar deskripsi BM.

Baik patok beton maupun patok-patok polygon diberi tanda benchmark (BM)
dan nomor urut, ditempatkan pada daerah yang lebih aman dan mudah
pencariannya.

Untuk memudahkan pencarian patok sebaiknya pada pohon-pohon disekitar


patok diberi cat atau pita atau tanda-tanda tertentu.

Untuk patok kayu harus dibuat dari bahan yang kuat dengan ukuran (3x5x50)
cm3 ditanam sedalam 30 cm, dicat merah dan dipasang paku di atasnya serta
diberi kode dan nomor yang teratur.

5- 10
Laporan Pendahuluan CV. Multikreasi Engineering

Pen ku ning an
Ø6 c m

Pipa p ralon PVC Ø6 c m

20
Pelat m arm er 12 x 12

25
No m o r titik

Tu lang an tiang Ø10


Dico r b eto n
Seng kan g Ø5-15

10
100

65
Dic or beto n

75
20
B eton 1:2:3

15

10
20

Pas ir dip adatk an


20

40

Benchmark Control Point

Gambar 5. 4 Konstruksi BM.

4. Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal


Pada dasarnya ada beberapa macam cara untuk melakukan pengukuran titik
kerangka dasar horizontal, diantaranya yaitu dengan melakukan pengukuran
dengan menggunakan satelit GPS (Global Positioning System) dan dengan
pengukuran poligon. Keuntungan menggunakan metoda GPS untuk penentuan
titik kerangka dasar horizontal yaitu:

Waktu pelaksanaan lebih cepat.

Tidak perlu adanya keterlihatan antar titik yang akan diukur.

Dapat dilakukan setiap saat (real time), baik siang maupun malam.

Memberikan posisi tiga dimensi yang umumnya bereferensi ke satu datum


global yaitu World Geodetic System 1984 yang menggunakan ellipsoid
referensi Geodetic Reference System 1980.

Proses pengamatan relatif tidak tergantung pada kondisi terrain dan cuaca.

Ketelitian posisi yang diberikan relatif tinggi.

Sedangkan kerugiannya antara lain:


Datum untuk penentuan posisi ditentukan oleh pemilik dan pengelola satelit.
Pemakai harus menggunakan datum tersebut, atau kalau tidak, ia harus
mentransformasikannya ke datum yang digunakannya (transformasi datum).

5- 11
Laporan Pendahuluan CV. Multikreasi Engineering

Pemakai tidak mempunyai kontrol dan wewenang dalam pengoperasian


sistem. Pemakai hanya mengamati satelit sebagaimana adanya beserta segala
konsekuensinya.

Pemrosesan data satelit untuk mendapatkan hasil yang teliti, relatif tidak
mudah. Banyak faktor yang harus diperhitungkan dengan baik dan hati-hati.

Spesifikasi pengamatan GPS untuk memperoleh titik kerangka utama ini


adalah:
Pengamatan dilakukan secara double difference dengan metode static atau
rapid static.

Lama pengamatan 30-45 menit setiap sesi pengamatan.

Panjang tiap baseline maksimal 2.5 kilometer.

Masking angle adalah sebesar 15 derajat.

GPS receiver yang digunakan adalah GPS single frekuensi baik L1 atau L2.

RMS error dari setiap koordinat hasil perhitungan maksimum adalah 1 mm.

Pengukuran titik kontrol horizontal yang dilakukan dalam bentuk poligon, harus
terikat pada ujung-ujungnya. Dalam pengukuran poligon ada dua unsur penting
yang perlu diperhatikan yaitu jarak dan sudut jurusan.
Pengukuran titik kontrol horizontal (titik poligon) dilaksanakan dengan cara
mengukur jarak dan sudut menurut lintasan tertutup. Pada pengukuran poligon
ini, titik akhir pengukuran berada pada titik awal pengukuran. Pengukuran sudut
dilakukan dengan pembacaan double seri, dimana besar sudut yang akan dipakai
adalah harga rata-rata dari pembacaan tersebut. Azimut awal akan ditetapkan dari
pengamatan matahari dan dikoreksikan terhadap azimut magnetis.

5. Pengukuran Jarak
Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita ukur 100 meter. Tingkat
ketelitian hasil pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur, sangat
tergantung kepada cara pengukuran itu sendiri dan keadaan permukaan tanah.
Khusus untuk pengukuran jarak pada daerah yang miring dilakukan dengan cara
seperti di Gambar 3.3.
Jarak AB = d1 + d2 + d3

5- 12
Laporan Pendahuluan CV. Multikreasi Engineering

d1
d2

A 1

d3

2
B

Gambar 5. 5 Pengukuran Jarak Pada Permukaan Miring.


Untuk menjamin ketelitian pengukuran jarak, maka dilakukan juga pengukuran
jarak optis pada saat pembacaan rambu ukur sebagai koreksi.

6. Pengukuran Sudut Jurusan


Sudut jurusan sisi-sisi poligon adalah besarnya bacaan lingkaran horisontal alat
ukur sudut pada waktu pembacaan ke suatu titik. Besarnya sudut jurusan
dihitung berdasarkan hasil pengukuran sudut mendatar di masing-masing titik
poligon. Penjelasan pengukuran sudut jurusan sebagai berikut lihat Gambar 5.6.
 = sudut mendatar
AB = bacaan skala horisontal ke target kiri
AC = bacaan skala horisontal ke target kanan

Pembacaan sudut jurusan poligon dilakukan dalam posisi teropong biasa (B) dan
luar biasa (LB) dengan spesifikasi teknis sebagai berikut:

 Jarak antara titik-titik poligon adalah  50 m.


 Alat ukur sudut yang digunakan Theodolite T2.
 Alat ukur jarak yang digunakan pita ukur 100 meter.
 Jumlah seri pengukuran sudut 4 seri (B1, B2, LB1, LB2).
 Selisih sudut antara dua pembacaan  5” (lima detik).
 Ketelitian jarak linier (KI) ditentukan dengan rumus
berikut.
f x
2
 fy
2

KI   1 : 5.000
d

5- 13
Laporan Pendahuluan CV. Multikreasi Engineering

 Bentuk geometris poligon adalah loop.

AB
 B

AC

A
C

Gambar 5. 6 Pengukuran Sudut Antara Dua Titik.

7. Pengamatan Azimuth Astronomis


Pengamatan matahari dilakukan untuk mengetahui arah/azimuth awal yaitu:
Sebagai koreksi azimuth guna menghilangkan kesalahan akumulatif pada sudut-
sudut terukur dalam jaringan poligon.
Untuk menentukan azimuth/arah titik-titik kontrol/poligon yang tidak terlihat satu
dengan yang lainnya.
Penentuan sumbu X untuk koordinat bidang datar pada pekerjaan pengukuran
yang bersifat lokal/koordinat lokal.
Pengamatan azimuth astronomis dilakukan dengan:
Alat ukur yang digunakan Theodolite T2
Jumlah seri pengamatan 4 seri (pagi hari)
Tempat pengamatan, titik awal (BM.1)

Dengan melihat metoda pengamatan azimuth astronomis pada Gambar 3.5,


Azimuth Target (T) adalah:
Perhitungan sudut jurusan dirumuskan sebagai berikut

T = M +  atau T = M + ( T - M ) Pers.6. 1
di mana:

T = azimuth ke target

5- 14
Laporan Pendahuluan CV. Multikreasi Engineering

M = azimuth pusat matahari


(T) = bacaan jurusan mendatar ke target
(M) = bacaan jurusan mendatar ke matahari
 = sudut mendatar antara jurusan ke matahari dengan
jurusan ke target

U (Geografi)
Matahari

M T

Target
A

Gambar 5. 7Pengamatan Azimuth Astronomis.

8. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal


Kerangka dasar vertikal diperoleh dengan melakukan pengukuran sipat datar pada
titik-titik jalur poligon. Jalur pengukuran dilakukan tertutup (loop), yaitu pengukuran
dimulai dan diakhiri pada titik yang sama. Pengukuran beda tinggi dilakukan double
stand dan pergi pulang. Seluruh ketinggian di traverse net (titik-titik kerangka
pengukuran) telah diikatkan terhadap BM

Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan melakukan


pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi (BM) seperti
digambarkan pada Gambar 5.8

5- 15
Laporan Pendahuluan CV. Multikreasi Engineering

Slag 2
Slag 1 b2 m21
b1 m1

Bidang Referensi

D
D

Gambar 5. 8Pengukuran Waterpass.

Pengukuran waterpas mengikuti ketentuan sebagai berikut:

Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi.

Tiap seksi dibagi menjadi slag yang genap.

Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu belakang
menjadi rambu muka.

Pengukuran dilakukan double stand pergi pulang pembacaan rambu lengkap.

Pengecekan baut-baut tripod (kaki tiga) jangan sanpai longgar. Sambungan


rambu ukur harus betul. Rambu harus menggunakan nivo.

Sebelum melakukan pengukuran, alat ukur sipat datar harus dicek dulu garis
bidiknya. Data pengecekan harus dicatat dalam buku ukur.

Waktu pembidikan, rambu harus diletakkan di atas alas besi.

Bidikan rambu harus diantara interval 0,5 m dan 2,75 m.

Setiap kali pengukuran dilakukan 3 (tiga) kali pembacaan benang tengah,


benang atas dan benang bawah.

Kontrol pembacaan benang atas (BA), benang tengah (BT) dan benang bawah
(BB), yaitu : 2 BT = BA + BB.

Selisih pembacaan stand 1 dengan stand 2 < 2 mm.

Jarak rambu ke alat maksimum 50 m

Setiap awal dan akhir pengukuran dilakukan pengecekan garis bidik.

Toleransi salah penutup beda tinggi (T).

T = 10”  D mm dimana:

5- 16
Laporan Pendahuluan CV. Multikreasi Engineering

D = Jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam satu kilo

meter.

9. Pengukuran Situasi
Dimaksudkan untuk mendapatkan data situasi dan detail lokasi pengukuran. Syarat-
syarat yang harus dipenuhi dalam pengukuran situasi, yaitu:

Pengukuran situasi detail dilakukan dengan cara Tachymetri.

Ketelitian alat yang dipakai adalah 20”.

Poligon tambahan jika diperlukan dapat diukur dengan metode Raai dan Vorstraal.

Ketelitian poligon raai untuk sudut 20” n, dimana n = banyaknya titik sudut.

Ketelitian linier poligoon raai yaitu 1 : 1000.

Kerapatan titik detail harus dibuat sedemikian rupa sehingga bentuk topografi dan
bentuk buatan manusia dapat digambarkan sesuai dengan keadaan lapangan.

Sketsa lokasi detail harus dibuat rapi, jelas dan lengkap sehingga memudahkan
penggambaran dan memenuhi mutu yang baik dari peta.

Sudut poligon raai dibaca satu seri.

Ketelitian tinggi poligon raai 10 cmD (D dalam km).

Dengan cara tachymetri ini diperoleh data-data sebagai berikut:


Azimuth magnetis.

Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah).

Sudut zenith atau sudut miring.

Tinggi alat ukur.

Berdasarkan besaran-besaran tersebut diatas selanjutnya melalui proses hitungan,


diperoleh Jarak datar dan beda tinggi antara dua titik yang telah diketahui
koordinatnya (X, Y, Z).

5- 17
Laporan Pendahuluan CV. Multikreasi Engineering

5.3.2.5 Mekanika tanah

1. Tujuan
Pekerjaan penyelidikan tanah dilakukan untuk mendapatkan parameter-parameter tanah
yang akan digunakan dalam perencanaan detail desain, khususnya yang berkaitan dengan
perencanaan struktur bawah bangunan.

2. Lingkup Kegiatan
Pengujian di lapangan.
Pengujian di laboratorium.

3. Metodologi Penyelidikan
Pengujian di lapangan dilakukan untuk memperoleh kondisi daya dukung tanah
langsung di lokasi yang nantinya diperkuat dengan hasil analisa laboratorium.

A. Cone Penetrasion Test (CPT)

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan lapisan-lapisan tanah berdasarkan
tahanan ujung konus qc (kg/cm2) dan nilai lekatan Lf (kg/cm2) setiap kedalaman pada
alat sondir dengan kapasitas 2,5 ton dengan kedalaman penetrasi 20 cm. Analisa
perhitungan yang dapat dilakukan adalah:

B. Pemboran Inti (Core Drilling)

Tujuan pemboran ini adalah untuk mendapatkan contoh-contoh tanah dasar yang akan
digunakan untuk analisa laboratorium, pengujian daya dukung langsung di lapangan
dengan uji Standard Penetration Test (SPT), dan diskripsi lapisan (litografi)
Pemboran dilaksanakan dengan mesin bor sistem putaran.

a. Pengambilan sample uji lab


Pengambilan sampel dilakukan memakai tabung sampel tak terganggu (undisturb)

b. Pendiskripsian lapisan tanah


Pendiskripsian meliput jenis tanah, warna , sifat dan penyebaran butir serta
klasifikasi.

c. Uji Penetrasi Standar (SPT)

5- 18
Laporan Pendahuluan CV. Multikreasi Engineering

Uji Penetrasi Standar (SPT) dilakukan untuk memperoleh nilai N yang dipakai untuk
membuat perkiraan kondisi lapisan tanah bawah untuk perhitungan kapasitas
dukung pondasi. Harga N didefinisikan sebagai jumlah pukulan dengan palu seberat
140 lb (63 kg) yang dijatuhkan bebas setinggi 30 in (75 cm), untuk memasukan
tabung standar (split spoon sampler) sepanjang 24 in (60 cm) kedalaman tanah.
Nilai N dihitung sebagai jumlah 2 x 6 inches pukulan akhir dari 3 x 6 inches
penetrasi. Hasil pengujian SPT ini kemudian digambarkan dalam grafik bor log.

d. Pengujian di Laboratorium
Untuk mendapatkan informasi data perencanaan, maka terhadap contoh-contoh
tanah dilakukan pengujian laboretorium, meliputi hal-hal sebagai berikut :

Penetapan Berat Jenis

Pengujian dilaksanakan untuk mendapatkan perbandingan antara berat satuan


butir tanah dengan berat satuan air. Pengujian ini sesuai ASTM D-854.

Pengukuran Kadar Air (Natural Water Conten)

Pengukuran dilakukan untuk mengetahui kelembaban contoh-contoh tanah.


Pekerjaan dilakukan sesuai ASTM D-2116.

Pengukuran Berat Volume ( Bulk Density)

Pengukuran dimaksudkan untuk mendapatkan berat persatuan volume dari


contoh tanah, sesuai ASTM D-29. Berat volume digunakan dalam menghitung
daya dukung tanah, perhitungan stabilitas talud, dll.

Pengukuran Batas-batas Konsistensi (Atterberg Limits)

Pengukuran dilakukan sesuai ASTM D-423 dan D-424 dimaksudkan untuk


menetapkan batas cair dan batas plastis tanah yang dipakai pada banyak
klasifikasi tanah, antara lain : USCS, AASHTO, dll.

Kuat Geser Tanah dengan Triaxial Test

Pengujian kekuatan tanah dengan triaxial test, ASTM D-2850 ini bertujuan untuk
mendapatkan sudut perlawanan geser dalam dan kohesi tanah. Pengujian
dilakukan atas contoh-contoh tanah dengan kondisi tanpa pengaliran air pori
tanah dan tanpa menunggu proses konsolidasi contoh tanah.

5- 19
Laporan Pendahuluan CV. Multikreasi Engineering

Pengujian Konsolidasi (Consolidation test)

Pengujian ini dilakukan dengan alat konsolidometer yang dilengkapi dengan dial
pencatat penurunan, pencatat waktu serta pembebanan, dimaksudkan untuk
mengetahui perilaku pemampatan tanah akibat pembebanan, dan waktu yang
dibutuhkan untuk pemampatan tersebut. Pengujian ini sesuai dengan ASTM D-
2435.

Distribusi Ukuran Butir

Dimaksudkan untuk mengetahui ukuran butir dan susunan butir tanah. Pengujian
dilakukan berdasarkan standard ASTM D-421 dan D-422. Untuk contoh tanah
berbutir dilakukan dengan analisa ayakan, sedangkan untuk contoh tanah
kohesive dilaksanakan dengan metode hidrometer.

Pengujian pemadatan

Dimaksudkan untuk mengetahui kedatan maksimum material tanah timbunan,


dilakukan berdasarkan ASTM D-698-00ae1

Pengujian CBR laboratorium

Dimaksudkan untuk mengetahui nilai daya dukung tanah (CBR) terhadap material
tanah timbunan berdasarkan tingkat kepadatan yang direncanakan. Pengujian
dilakukan berdasarkan standard ASTM D-1883-99 Standard Test Method for CBR
(California Bearing Ratio)

4. Personil
Ahli Mekanika Tanah, Bor Inti dan SPT, Tenaga Lokal, Laboran

5. Hasil Studi
Daya dukung tanah nilai SPT.
Bor log.
Hasil test laboratorium

5.3.2.6 Hidro meteorologi

1. Tujuan
Data-data hidrologi berupa terutama data curah hujan dianalisa guna
kebutuhan perencanaan fasilitas khususnya sistem drainase di lokasi.

5- 20
Laporan Pendahuluan CV. Multikreasi Engineering

2. Lingkup Kegiatan
Analisa data hidrologi yang dilakukan antara lain
Pengumpulan data meteorologi melalu stasiun BMG yang terdekat
dengan lokasi pekerjaan.
Analisa frekuensi curah hujan rencana.
Uji kecocokan (Smirnov-Kolmogorov).
Intensitas curah hujan rencana.

3. Personil
Analisa hidrologi dilaksanakan oleh Bridge Engineer dibantu Asisten Ahli.

4. Hasil
Curah hujan rencana dengan periode ulang tertentu.

Kurva intensitas hujan rencana.

5.3.2.7 Pemeriksaan Lokasi Sumber Material

Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui informasi mengenai bahan


peerkerasan yang dapat dipakai untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi pada ruas-
ruas jalan yang dikerjakan. Informasi yang diperoleh dan dicatat dalam formulir yang
ditetapkan adalah sebagai berikut :
1) Jenis bahan untuk perkerasan yang ada misalnya pasir, kerikil, tanah
timbunan, batu
2) Lokasi quarry setiap jenis bahan perkerasan berikut perkiraan jumlah yang
dibutuhkan.
3) Perkiraan harga satuan tiap jenis bahan perkerasan
4) Perkiraan jarak pengangkutan bahan dari quarry base camp.
5) Peta lokasi quarry berikut keterangan lokasinya (km, sta)
6) Data yang diperoleh dicatat dalam formulir HR 4.

5.3.2.8 Inventarisasi Geometrik Jembatan

Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi
jembatan yang terdapat pada luas jalan yang ditinjau.
Informasi yang diperoleh akan dicatat dalam formulir adalah sebagai berikut :

5- 21
Laporan Pendahuluan CV. Multikreasi Engineering

1) Nama dan lokasi jembatan


2) Dimensi jembatan yang meliputi bentang, lebar, kebebasan, jenis lantai dan
kondisi jembatan.
3) Perkiraan volume pekerjaan bila diperlukan pekerjaan perbaikan atau
pemeliharaan.
4) Data yang diperoleh dicata dalam formulir HR 5.1.
5) Foto dokumentasi sebanyak 2 (dua) lembar setiap jembatan yang diambil dari
arah memanjang dan melintang foto ditempel pada formulir HR 5.2.

5.3.2.9 Pengumpulan data lain

Mengumpulakan data lain yang berkaitan dengan ruas jalan yang bersangkutan
yang akan berguna dalam proses Desain, misalnya data perhitungan lalu lintas, peta
lokasi dan hal-hal khusus lainnya.

5.4 Analisa Data Lapangan, Desain dan Gambar-gambar


Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan, konsultan akan mengadakan analisa
data dengan mengikuti ketentuan-ketentuan dan langkah-langkah sebagai berikut :

5.4.1 Analisa Lendutan Balik


Analisa lendutan balik dimaksudkan untuk mendapatkan data lendutan (deflection)
daripada konstruksi perkerasan jalan lama, khususnya permukaan perkerasan
beraspal, sehingga dapat dihitung sisa umur ekonomis lapis perkerasan.

Data lendutan (D) didapatkan dari hasil pengujian lendutan konstruksi perkerasan
jalan lama dengan alat uji lendutan balik Benkleman Beam.Perhitungan nilai lendutan
(D).rencana dirumuskan sebagai berikut.
Pers.3. 1
Dimana
Drencana = Lendutan balik rencana pada seksi tertentu.
X = Lendutan balik rata-rata pada seksi tertentu.

5.4.2 Analisa Data CBR Lapangan


Analisa daya dukung sub-grade dan konstruksi perkerasan jalan dilakukan
berdasarkan nilai California bearing ration (CBR).

5- 22
Laporan Pendahuluan CV. Multikreasi Engineering

Untuk mendapatkan nilai CBR dilakukan pengujian dengan alat dynamic cone
penetration (DCP).Perhitungan CBR rencana adalah sebagai berikut.
Pers.3. 31
Dimana
CBRrencana = Nilai CBR rencana suatu seksi (%)
CBRrata-rata = Nila CBR rata suatu seksi (%)
 = Nilai penyimpangan standard data CBR

Dalam pemakaian kedua formula tersebut, perlu diperhatikan batasan-batasan yang


berlaku dalam teori statistik.

 Analisa data lapangan lalulintas untuk mernghitung besarnya beban gandar


komulatif selama umur rencana dan menghitung besarnya ADT pada pertengahan
umur rencana.

 Penetuan “Unit Section” yaitu suatu seksi jalan yang mempunyai karakteristik
seragam dalam beberapa variabel desain seperti : lebar perkerasan yang ada atau
rencana, lendutan balik rencana atau nilai CBR rencana, Nilai beban lalu lintas.

 Mempelajari kemungkinan pemakaian type bahan perkerasan jalan yang sesuai


untuk daerah tertentu. Type perkerasan yang diijinkan dalam pekerjaan ini adalah
type-type yang sekarang dipakai Dit. Jend. Bina Marga.

 Melakukan desain tebal perkerasan tambahan menurut metoda yang telah


ditentukan.

 Menganalisa hasil desain sehingga diperoleh hasil desain yang optimal dan selalu
memperhatikan batasan-batasan dalam biaya proyek.

 Menganalisa dan menghitung volume pekerjaan ikutan (side works).

 Menyiapkan gambar-gambar standar dan khusus yang diperlukan dalam tiap-tiap


pekerjaan pemeliharaan berkala.

 Menyiapkan gambar-gambar khusus yang diperlukan dalam setiap ruas jalan


tertentu, misalnya :
1) Schedule of Quantities (Rencana Kuantitas).
2) Material Sources (Sumbe Material)

5- 23
Laporan Pendahuluan CV. Multikreasi Engineering

3) Pavement Dimesion (Dimensi Perkerasan)

5.4.3 Perhitungan Hasil Pengukuran Topografi


Semua pekerjaan hitungan sementara diselesai di lapangan sehingga kalau ada
kesalahan dapat segera diulang untuk dapat diperbaiki saat itu pula.

Stasiun pengamatan matahari harus tercantum pada sketsa.

Hitungan poligon dan sipat datar digunakan hitungan perataan.

Pada gambar sketsa kerangka utama dicantumkan hasil hitungan : Salah penutup
sudut poligon dan jumlah titiknya, salah linier poligon beserta harga toleransinya,
jumlah jarak, salah penutup sipat datar beserta harga toleransinya, serta jumlah
jaraknya.

Perhitungan dilakukan dalam proyeksi UTM.

5.4.4 Mekanika Tanah

5.4.4.1 Cone Penetration Test (CPT)

C. Hambatan lekat:
HL = (JP – PK) CfPers.6. 2
di mana:

JP = jumlah perlawanan
PK = perlawanan penetrasi konus
Cf = faktor koreksi/kalibrasi alat
Cf = A/B
A = tahap pembacaan 20 cm
B = luas konus/luas torak = 10
D. Jumlah hambatan lekat:
JHLi = Hli + Hli+1Pers.6. 3
Dimana
JHLi = Jumlah hambatn lekat
HLi = Hambatan lekat
i = kedalaman lapisan yang ditinjau

5- 24
Laporan Pendahuluan CV. Multikreasi Engineering

5.4.4.2 Standard Penetration Test

Analisa/perhitungan hasil pengujian SPT adalah untuk mendapatkan nilai daya


dukung tanah , kohesi , sudut geser dalam dan kepadatan relatip.

1. Daya dukung tanah


Sebagai nilai pendekatan untuk tanah pasir, untuk nilai N dari hasil pengujian SPT,
Meyerhof,1956 mengusulkan.

Pers.6. 4

2. Kohesi
Pers.6. 5

3. Kepadatan relatif
Tabel 6 . 2 Kepadatan relatif dan sudut geser dalam berdasarkan nilai SPT
Tingkat
N Dr  (Deg)
kepadatan
Sangat lepas <4 < 0,2 < 30
Lepas 4 – 10 0,2 – 30 – 35
0,4
Agak padat 10 – 0,4 – 35 – 40
30 0,6
Padat 30 – 0,6 – 40 – 45
50 0,8
Sangat padat >50 0,8 – > 45
1,0

Untuk nilai “N” yang diperoleh pada lapisan pasir halus dan pasir kelanauan
dengan ukuran butir 0,1-0,05 mm dipengaruhi permukaan air tanah, diadakan
koreksi. Koreksi yang dirumus kan oleh Terzaghi dan Peck dinyatakan sebagai
berikut

Pers.6. 6
Dimana
N = Nilai SPT setelah dikoreksi
qc = Tahanan ujung sondir
N’ = Nilai SPT yang diukur dengan pengujian lapangan (N’ > 15)

5- 25
Laporan Pendahuluan CV. Multikreasi Engineering

5.4.4.3 Analisa Laboratorium

Analisa laboratorium meliputi perhitunagn parameter tanah seperti index properties


tanah dan sifat keteknikan tanah (properties engineering ).

1. Sifat-sifat pengenal/Index Properies


Untuk tujuan penjelasan tanah/Soil description dan pengklasifikasian tanah/soil
classification, dilakukan pengujian-pengujian
 Analisa butir dengan analisa saringan(grain size) dan hydrometer
 Atterberg’s Limits Test
 Water Content

2. Sifat-sifat teknis/Engineering properties


Untuk contoh tanah asli dan contoh hasil coring terutama dilakukan pengujian-
pengujian :
 Specifis density dan gravity
 Pengujian tegangan geser
 Pengujian pemadatan/standard proctor dan CBR test
 Consolidation Test
Tabel 6 . 3 Kadar air
NOMOR CONTOH DAN KEDALAMAN TABUNG
NOMOR TIN BOX I II
BERAT TIN BOX (gr)
B.TIN BOX + TANAH BASAH (gr)
B.TIN BOX + TAHAN KERING(gr)
BERAT AIR(gr)
BERAT TANAH KERING (gr)
KADAR AIR (w) (%)
RATA – RATA KADAR AIR (%)

Tabel 6 . 4 Pemerikasaan berat jenis, berat isi, angka pori dan kejenuhan
A NOMOR RING/NOMOR CAWAN NO. TABUNG
B NOMOR CONTOH/TABUNG I II
C KEDALAMAN TANAH
D BERAT RING
E BERAT CAWAN
F BERAT RING + CAWAN + TANAH BASAH
G BERAT TANAH BASAH = (F) - (D) - (E)
H VOLUME RING (VOLUME TANAH BASAH)
I BERAT ISI TANAH BASAH = (G) / (H)
J BERAT RING + CAWAN + TANAH KERING
K BERAT TANAH KERING = (J) - (D) - (E)
L BERAT AIR ((G) - (K)

5- 26
Laporan Pendahuluan CV. Multikreasi Engineering

M KADAR AIR = ( L / K) x 100%


N BERAT ISI TANAH KERING = (I)/(1+M)
O BERAT JENIS / GS
P VOLUME TANAH KERING = (K) / (O)
Q ISI PORI = (H) - (P)
R DERAJAT KEJENUHAN/Sr = (L / Q) x 100%
S POROSITAS = (Q /H) x 100%

Tabel 6 . 5 Analisa saringan


No. Saringan (US Berat (gr) Presentase (%)
Standard Seive) Lolos Tertahan Tertahan Lolos
1-1/2" 38.100
1" 25.400
3/4" 19.100
3/8" 9.520
No.4 4.750
No.8 2.360
No.16 1.180
No.30 0.600
No.50 0.300
No.100 0.150
No.200 0.075
Pan  
D60
D30
D10

 Koef. Keseragaman,Cu = (Cu > 6 ,baik, Cu< 6 tidak baik)

 Koef. Kelengkungan, Cc = (Cc < 1 tidak baik, Cc > 1 baik)

Tabel 6 . 6 Pemadatan
PERCOBAAN PEMADATAN(COMPACTION TEST)
Berat Tanah Basah gr 7000
Kadar air mula %  
Kadar air akhir %
penambahan air %
BERAT ISI  
1 Berat cetakan gr
2 B. Tanah basah + Cetakan gr
3 B. Tanah basah (2-1) gr
4 Isi cetakan cm3
5 Berat isi basah γw = ¾ gr/cc
6 Berat isi kering gr/cc
KADAR AIR      
1 B. Tanah basah + cawan gr
2 B.Tanah kering + cawan gr
3 Berat air (2-1) gr
4 Berat cawan gr

5- 27
Laporan Pendahuluan CV. Multikreasi Engineering

5 B.Tanah kering gr
6 Kadar air = (3/5) x 100% %
  RATA – RATA  

Berat isi kering

1.90
1.85
1.80
Berat isi kering

1.75
1.70
1.65
1.60
1.55
15.42 18.36 22.51 28.73 33.00
Kadar air (%)

Tabel 6 . 7 Pengujian CBR Laboratorium


JUMLAH PEMUKULAN =
  BERAT ISI SESUDAH SEBELUM
A BERAT CETAKAN
B BERAT TANAH + CETAKAN
C BERAT TANAH BASAH
D VOLUME CETAKAN
E BERAT ISI TANAH : (C/D)
F BERAT ISI KERING
WAKTU PEMBACAAN BEBAN
MENIT PENURUNAN DIAL (LBS)
0.25 0.0125
0.5 0.0250
1 0.0500
1.5 0.0750
2 0.1000
3 0.1500
4 0.2000
6 0.3000
8 0.4000
10 0.5000
NILAI CBR
…..x 100%
0.1" =……%
3 x 1000
……x 100 %
0.2" = …..%
3 x 1500
KADAR AIR

5- 28
Laporan Pendahuluan CV. Multikreasi Engineering

SEBELUM SESUDAH
G NOMOR TIN BOX
H BERAT TIN BOX
I B.TIN BOX + TANAH BASAH
J B.TIN BOX + TAHAN KERING
K BERAT TANAH KERING
L BERAT AIR = I x J
M KADAR AIR = (L/K) X 100%
  RATA – RATA
Pukulan-CBR

30
25
20
CBR (%)

15
10
5
0
10 35 65
Jumlah pukulan

Tabel 6 . 8 Pemeriksaan konsolidasi


PEMERIKSAAN KONSOLIDASI (FORM C)
Berat Jenis/GS Tinggi contoh (cm) H0 = 2.0 H1 =
Luas contoh Angka Pori
Tinggi tanah kering Ht=
Bt/(A.Gs) Kadar Air (w)
Derajat Kejenuhan = (W x
Ht 1.604 G)/e

Contoh Merata
Yang benar

Angka Pori
Pembacaan

Δe =ΔH/Ht

e = e0 - Δe
Penurunan

Penurunan

Penurunan
Tekanan

Merata

Tinggi
Kotor

Koreksi
Dial

H-8
ΔH

Alat

(kg/cm2) (mm) (mm) mm (cm) (%) (%) (cm) (cm)


1 2 3 4 5 6 7 8 9
0.0000
0.2500
0.5000
1.0000
2.0000
4.0000
8.0000
2.0000
0.2500

5- 29
Laporan Pendahuluan CV. Multikreasi Engineering

Koefisien pemampatan
t90 CV = (0.212H2m)/(t90)

detik (cm2/detik)
10 11

Tabel 6 . 9 Batas Atterberg (Atterberg limits)


  BANYAKNYA PUKULAN 30 19 10
1 NOMOR CAWAN
2 BERAT CAWAN (gr)
3 BERAT CAWAN + CONTOH BASAH A(gr)
4 BERAT CAWAN + CONTOH KERING B(gr)
5 BERAT AIR (gr)
6 BERAT CONTOH KERING (gr)
7 KADAR AIR (%)

LL (%) PL (%) PI (%) SL (%)

5.4.5 Hidro Meteorologi

5.4.5.1 Metodologi Analisa

1. Analisa Frekuensi Curah Hujan Rencana


Curah hujan rencana adalah curah hujan dengan periode ulang tertentu yang
kemudian dipakai untuk perencanaan fasilitas drainase. Penentuan curah hujan
rencana dengan periode ulang tertentu dapat dihitung menggunakan metode
analisa frekuensi. Beberapa metoda yang sangat dikenal antara lain adalah Metoda
Normal, Log Normal, Pearson III dan , Log Pearson Type III. Metoda yang dipakai

5- 30
Laporan Pendahuluan CV. Multikreasi Engineering

nantinya harus ditentukan dengan melihat karakteristik distribusi hujan daerah


setempat. Periode ulang yang akan dihitung pada masing-masing metode adalah
untuk periode ulang 2, 5, 10, 25, 50 serta 100 tahun.

2. Uji Kecocokan (Smirnov-Kolmogorov)


Pengujian kecocokan sebaran dengan metode Smirnov-Kolmogorov adalah untuk
menguji apakah sebaran yang dipilih dalam pembuatan duration curve cocok
dengan sebaran empirisnya. Prosedur dasarnya mencakup perbandingan antara
probabilitas kumulatif lapangan dan distribusi kumulat teori.

3. Intensitas Curah Hujan Rencana


Bermacam-macam metoda untuk menentukan intensitas hujan, terutama untuk
intensitas hujan dalam waktu yang pendek. Ditinjau sifat data yang dipakai,
metoda tersebut terbagi atas:

 Memakai data intensitas hujan yang dicatat dalam waktu yang pendek.

 Memakai curah hujan harian maksimum untuk berbagai periode ulang


sebagai data basis.

Untuk memperoleh kurva IDF (Intensity Duration Frequency), digunakan metoda


dari Prof. Talbot yang menggunakan data harian maksimum untuk mendapatkan
intensitas hujan dengan rumus sebagai berikut:

Pers.6. 7
di mana:
a,b = konstanta tak berdimensi

t = durasi hujan (menit)

I = intensitas hujan (mm/jam)

Untuk memperoleh konstanta a dan b digunakan rumus sebagai berikut:

dengan:

N = jumlah data

5- 31
Laporan Pendahuluan CV. Multikreasi Engineering

I = intensitas curah hujan (mm)

Bila tidak didapatkan data intensitas hujan, karena di daerah tersebut tidak ada
penakar hujan otomatis, maka kurva IDF dengan cara membandingkannya
dengan intensitas hujan daerah lainnya yang paling lengkap data
pengamatannya.

5.5 Perencanaan Teknis


Berdasarkan hasil pengolahan data yang digunakan sebagai input dalam perencanaan
teknis. Kegiatan perencanaan teknis meliput.
 Perhitungan konstruksi perkerasan yang dibutuhkan beserta penentuan tebal
perkerasan rencana.
 Perhitungan struktur dan dimensi bangunan pelengkap.
 Penyusunan penanganan program peningkatan dan pemeliharaan jalan
 Penyusunan estimasi harga (Engineering Estimate)

Gambar 4.4 memperlihatkan bagan alir (flow chart) kegiatan perencanaan teknik
program peningkatan dan pemeliharaan jalan.

5.5.1 Perhitungan Konstruksi Perkerasan


Perhitungan konstruksi perkerasan dimaksudkan untuk mendapatkan nilai ketebalan lapis
konstruksi perkerasan jalan. Dalam program peningkatan dan pemeliharaan jalan secara
garis besar perhitungan konstruksi perkerasan dibedakan menjadi tiga, yaitu
 Perhitungan tebal lapis konstruksi perkerasan baru
 Perhitungan tebal konstruksi perkirasan sisa pada perkerasan jalan yang sudah ada.
 Perhitungan tebal lapis permukaan(dressing layer).

5.5.1.1 Perhitungan tebal konstruksi lapis perkerasan baru

Kebutuhan ketebalan lapisan konstruksi perkerasan , diperoleh dari data daya dukung
tanah hasil pengujian CBR dan data ESA yang dimasukan dalam persamaan 3.34 .

Persamaan 3.34 merupakan formula yang akan menghasilkan kebutuhan ketebalan


konstruksi lapis perkerasan yang diperlukan yang dikenal sebagai Gravel Equivalen.

5- 32
Laporan Pendahuluan CV. Multikreasi Engineering

Selanjutnya nilai gravel equivalen dikonversikan menjadi sejumlah lapis konstruksi


perkerasan dengan persamaan 3.35.
ANALISA/PERHITUNGAN PENYUSUNAN SKEMA
KONSTRUKSI LAPIS PENANGANAN
PERKERASAN
(SOFTWARE RDS)

ANALISA/PERHITUNGAN
BANGUNAN PELENGKAAP

ANALISA/PERHITUNGAN PERHITUNGAN VOL


GEOMETRIK JALAN PEKERJAAN

ANALISA/PERHITUNGAN
HARGA DASAR (BASIC PRICE)
DAN HARGA SATUAN
PEKERJAAN (UNIT PRICE)
B

PENYUSUNAN ESTIMATE PENYUSUNAN GAMBAR TEKNIK


ENGINEERING

PENYUSUNAN SPESIFIKASI

TIDAK

DISKU
SI

YA

LAPORAN
LAPORAN SURVEY
LAPORAN PERENCANAAN
FILE LAPORAN GAMBAR TEKNIK DAN SPESIFIKASI
LAPORAN ESTIMATE ENGINEERING
DOKUMEN LELANG

Gambar 5. 9 Bagan alir kegiatan perencanaan teknik

5- 33
Laporan Pendahuluan CV. Multikreasi Engineering

5.5.1.2 Perhitungan tebal lapis sisa konstruksi perkerasan lama

Untuk mendapatkan ketebalan konstruksi perkerasan dimana sudah ada konstruksi


perkerasan jalan lama dilakukan analisa terhadap ketebalan konstruksi perkersan sisa
perkerasan yang sudah ada kemudian dihitung keperluan penambahan tebal lapis
konstruksi perkerasan (overlay).

Kebutuhan tebal konstruksi perkerasan tambahan (overlay) dihitung dengan


persamaan 3.32. Persamaan 3.32 merupakan formula untuk mendapatkan ketebalan
kontruksi perkerasan tambahan (overlay) berdasarkan data lendutan balik (d)
konstruksi perkerasan jalan lama dan ESA hasil analisa lalu-lintas. Data lendutan balik
(d) diperoleh dengan pengujian terhadap konstruksi perkerasan menggunakan alat
Benkleman Beam (BB).

5.5.1.3 Perhitungan tebal lapis perata permukaan jalan (shapping/dressing layer)

Untuk mendapatkan kondisi permukaan yang rata diperlukan penambahan lapis


permukaan dengan ketebalan sesuai dengan nilai RCI permukaan jalan yang sudah
ada. Kebutuhan ketebalan lapis permukaan dihitung dengan persamaan 3.33.

Selanjutnya untuk proses perhitungan digunakan perangkat komputer dengan


mengkolaborasikan software Operating system (OS) Windows XP Profesional,Microsoft
Exel dengan RDS yang dikembangkan oleh Subdit jalan ditek bina marga Departemen
Pekerjaan Umum.

Penjelasan proses pengoperasian software RDS ada dalam lampiran 1.

5.6 Pelaporan
Konsultan harus membuat laporan baik untuk kegiatan pelaksanaan maupun hasil
pekerjaan, yang meliputi :

5.6.1 Laporan Pendahuluan


Berisi mengenai perubahan lingkup pekerjaan dan rencana kerja pekerjaan, serta masa
pekerjaan, pendekatan pekerjaan, peta lokasi pekerjaan, pengamatan kondisi jalan

5- 34
Laporan Pendahuluan CV. Multikreasi Engineering

secara visual, serta kesimpulan secara umum yang mungkin mempengaruhi lingkup
pekerjaan Laporan. Dibuat dalam rangkap 3 (tiga).

5.6.2 Laporan Bulanan


Laporan kemajuan pekerjaan ini diserahkan berupa laporan bulanan, yang berisi total
kemajuan sejak mulai sampai dengan laporan ini diserahkan, dengan melaporkan
keterlambatan-keterlambatan yang terjadi dengan menyebutkan penyebabnya serta
tindakan dan saran-saran guna mengatasinya. Dalam laporan ini dilaporkan juga semua
review yang diperlukan dan rencana kerja dalam bulan berikutnya. Laporan bulanan ini
dibuat rangkap 9 (sembilan).

5.6.3 Laporan Akhir


Laporan akhir ini merangkum tanggapan dan perubahan yang disepakati serta meliputi
jenis-jenis pekerjaan :
a. Bagian pokok laporan akhir ini harus memuat uraian dan hasil pelaksanaan
b. Perhitungan, gambar dan dokumen lelang sebagaimana yang diperlukan dan
dijilid terpisah dengan detail sebagai berikut :

5.6.4 Laporan Data Survey Lapangan


Laporan data survey lapangan ini dipisahkan berdasarkan ruas jalan dan digabung
dalam satu buku, dan dibuat rangkap 15 buku. Masing-masing laporan berisi :

 Peta lokasi proyek

 Data Pemeriksaan BB Test dan DCP test beserta rekapannya

 Data Geometrik inventory & Foto Per Km

 Data Sumber Material

 Data Inventory Jembatan & Foto minimal 2 foto per jembatan

5.6.5 Laporan Perhitungan Perencanaan


Jumlah Laporan yang diserahkan 15 Buku

 Hasil perhitungan secara komputerisasi

 Skema Pekerjaan

5- 35
Laporan Pendahuluan CV. Multikreasi Engineering

5.6.6 Laporan Engineering Estimate (EE)


Jumlah Laporan yang diserahkan 15 Buku

 Daftar harga satuan dasar bahan

 Perhitungan analisa peralatan

 Perhitungan Koefisien alat, Bahan dan Tenaga Kerja

 Analisa untuk masing-masing harga satuan (termasuk mobilisasi dll)

 Perhitungan kwantitas dan harga

 Dan lain-lain

5.7 Dokumen Penggandaan


Dokumen lelang ini berisi buku-buku sebagai berikut :

 Buku 1 Instruksi kepada peserta lelang

Memuat Ketentuan-ketentuan pelelangan yang berlaku menurut ketentuan pemerintah


dan beberapa kondisi tertentu yang ditetapkan oleh badan pemberi bantuan, formulir
penawaran standar
Jumlah Laporan yang diserahkan 5 Buku

 Buku 2 Syarat-syarat kontrak

Memuat syarat-syarat dan Ketentuan-ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban


Pemberi Tugas maupun pelaksana pekerjaan
Jumlah Laporan yang diserahkan 5 Buku

 Buku 3 Spesifikasi Teknik

Memuat syarat-syarat dan Ketentuan-ketentuan teknis pelaksanaan pekerjaan baik yang


bersifat umum maupun khusus.
Jumlah Laporan yang diserahkan 5 Buku

 Buku 4 Gambar Rencana

Memuat gambar-gambar standard an khusus yang berlaku untuk proyek.


Jumlah Laporan yang diserahkan sebagai berikut :

 Gambar standar menggunakan ukuran kertas folio kwarto atau HVS sebanyak 5

buku

5- 36
Laporan Pendahuluan CV. Multikreasi Engineering

 Gambar Typical Cross Section menggunakan kertas A3 sebanyak masing-masing 5

buku

 Penggandaan menggunakan kertas A3 sebanyak 5 buku

Dokumen lelang ini berisi buku-buku sebagai berikut :

 CD untuk back up perencanaan, diserahkan CD 5 Buah

5- 37

Anda mungkin juga menyukai